• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prasasti Palas Pasemah 3

Dalam dokumen SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME (Halaman 70-73)

IKHTISAR PRASASTI-PRASASTI DI SUMATRA

3.6 Prasasti Palas Pasemah 3

3

3..66..11 DeDesskkrriippssii PPrraassaassttii PPaallaass PPaasseemmaahh

Prasasti ditemukan di samping sungai Way Pisang, Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung pada tahun 1968. Saat ini prasasti disimpan di Desa Palas Pasemah. Prasasti ini terbuat dari batu andesit. Sewaktu ditemukan prasasti terkubur pada sebagian besar bagiannya dan hanya bagian atasnya saja yang masih terlihat dan pecah pada bagian pojok kiri atas prasasti. Tinggi prasasti 65 cm dengan lebar 75 cm. Diperkirakan bahwa prasasti ini berasal dari abad ke-7 Masehi. Lihat Gambar 10.

Prasasti memiliki tulisan yang masih bisa dibaca, walaupun huruf tulisan yang terdapat pada prasasti sudah aus. Prasasti berisikan tulisan yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu Kuna dan aksara Pallawa. Keseluruhan tulisan terdiri dari 13 baris kalimat pada bagian depan dan secara paleografi diperkirakan berasal dari akhir abad ke-7 dengan melihat kemiripan aksara yang juga prasasti Śrīwijaya. Prasasti Palas Pasemah memiliki isi yang mirip dengan prasasti Karang Brahi walaupun memiliki dialek yang berbeda seperti yang juga dinyatakan oleh L.C. Damais (Damais, 1968).

Dalam isi prasasti tidak menyebutkan adanya nama Raja yang memerintahkan mengenai pembuatan prasasti tersebut. Secara keseluruhan prasasti merupakan sumpah dan kutukan bagi mereka yang berbuat jahat dan tidak setia pada datu Śrīwijaya. (Boechari, 1978: 1).

Gambar 12. Prasasti Palas Pasemah (Foto: Prasasti-Prasasti Sumatra, 2007)

3

3..66..22 RiRiwwaayyaatt PPeenneelliittiiaann PPrraassaassttii PPaallaass PPaasseemmaahh

Prasasti ini dibahas oleh Boechari pada tahun 1979 dalam tulisan yang berjudul “An Old Malay Inscription of Srivijaya at Palas Pasemah (South Lampung)”, Jakarta, 1978. Tulisan ini merupakan pembahasan yang dalam sebuah Pra-Seminar mengenai penelitian tentang Kerajaan Śrīwijaya. Tulisan ini kemudian diterbitkan oleh Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional.

3

3..66..33 AlAliihh AAkkssaarraa PPrraassaassttii PPaallaass PPaasseemmaahh

1) || siddha kitaŋ hamwan wari awai. kandra kāyet. ni pai hu[mpa an] 2) namuha ulu lawan tandrun luah maka matai tandrun luah wi[nunu

paihumpa]

3) an haŋkairu muah. kāyet nihumpa unai tuńai. umenteŋ [bhakti ni ulun] 4) haraki unai tuńai. kita sawañakta dewata maharddhika san nidhāna

maŋra[ksa yaŋ kadatuan]

5) di śrīwijaya. kita tuwi tandrun luah wañakta dewata mūla yaŋ parssumpaha[n parāwis. kadā]

6) ci uraŋ di dalaŋña bhūmi ajñāña kadatuanku ini parāwis. drohaka wāńu[n. samawuddhi la]

7) wan drohaka. mańujāri drohaka. niujāri drohaka. tāhu diń drohaka[. tida ya marpādah]

8) tida ya bhakti tatwa ārjjawa di yāku dńan di yaŋ nigalar kku sanyāsa datūa niwunuh ya su[mpah ni]

9) suruh tāpik mulaŋ parwwā[ndan dā]tu śrīwijaya tālu muah ya dńan gotra santānāña. tathāpi sa[waña-]

10) kña yaŋ wuatña jāhat maka lańit uraŋ maka sākit maka gīla mantrāganda wisaprayoga ūpuh tūwa tā[mwal sa]

11) rāmwat kasīhan waśīkarana ityewamādi jāńan muah ya siddha pulaŋ ka ya muah yaŋ dosāña wu[a-]

12) tña jāhat inan. ini graŋ kadāci ya bhakti tatwa ārjjawa di yāku dńan di yaŋ nigalarkku sanyāsa datūa śānti muah [ka-]

13) wuattāña dńan gotra santānāña smrddha swastha niroga niru padrawa subhiksa muah yaŋ wanuāña parāwis.

3

3..66..44 AlAliihh BBaahhaassaa PPrraassaassttii PPaallaass PPaasseemmaahh

Seperti prasasti Telaga Batu D-155, tidak terdapat terjemahan bahasa Indonesia dari alih bahasa pada prasasti Palas Pasemah. Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian para arkeolog sejauh ini, itulah yang akan diberikan disini. Bagaimanapun, dalam bahasa apapun yang tersedia akan disertakan sebagai ikhtisar dari penelitian-penelitian prasasti di Sumatra. Seperti prasasti lain, usulan terjemahan bahasa Indonesia yang berasal dari penulis akan diberikan dalam bab IV.

... Thou, all mighty divinities together, who protect [the kingdom of]

5. Śrīwijaya. Thou, also, tandrun luah, and all divinities who are the roots of this imprecation formula. [If]

6. there are people within the whole territory subject to my kingdom who revolt, [conspire with]

7. rebels, speak with rebels, give ear to rebels, know the rebels, [who are not deferential and]

8. not submissive and loyal to me and to those who are invested by me with the charge of a dātu, (such people) be killed by [the imprecation]

9. and that a governor of the kingdom of Śrīwijaya be ordered to crush them, and that they be chastised together with their clan and family. Furthermore, [all]

10. people who are of bad conduct, (such as people who are) making people disappear, making people ill, making people mad, employing magic formulas, poisoning people with upas and tuba, with poison derived from hemps and all kinds of

11. creepers, administering philtre, bewitching people by means of spells, etc., be they deprived of good luck, and that they may fall into the sins of people 12. who are of so bad a conduct. But if they are submissive and loyal to me and

to those who are invested by me with the charge of a dātu, that there be benediction

13. on their enterprises as well as on their clan and their family. And that success, welfare, health, security and abundance be bestowed upon their whole country.

Dalam dokumen SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME (Halaman 70-73)