BAB I PENDAHULUAN
B. Minat Belajar
1. Pengertian Minat
Pengertian minat Slameto (2003: 180) minat adalah satu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan
antara diri sendiri dan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat. Soewardi (1987: 183) pada
Ensiklopedi Pendidikan adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk
menerima sesuatu dari luar. Tiap pelajaran yang diberikan guru harus
menarik minat siswa. Minat ditumbuhkan oleh pengaruh domein kognitif
dan domein afektif. Minat juga didorong oleh motivasi. Motivasi
merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau
berbuat untuk tujuan tertentu. Minat dimanifestasikan berdasarkan
berhubungan sangat erat, dimana minat merupakan alat motivasi yang
utama.
Sudirman (1986: 74) minat adalah salah satu cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Minat
merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan
lancar kalau disertai dengan minat.
Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut.
a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b) Hubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
c) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
d) Menggunakan berbagai cara bentuk mengajar
Beberapa bentuk motivasi yang dapat digunakan guru untuk
mempertahankan minat anak didik terhadap bahan pelajaran yang
diberikan. Bentuk-bentuk motivasi yang dimaksud adalah.
1) Memberi angka
Angka sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar
siswa, serta sebagai alat motivasi yang cukup memberikan
2) Hadiah
Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain
sebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Hadiah juga dapat di
gunakan untuk membengkitkan motivasi pada siswa.
3) Pujian
Pujian adalah alat motivasi yang positif melalui suatu kata,
misalnya ”bagus”. Pujian dapat diberikan ketika siswa telah melaksanakan tugasnya sehingga siswa terpanggil untuk melakukan
hal yang lebih baik kedepanya.
4) Gerakan tubuh
Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat
membangkitkan gairah belajar siswa. Misalnya memegang pundak
siswa ketika mendampingi siswa membacakan tugas di depan kelas.
5) Memberi tugas
Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan
untuk diselesaikan. Tugas juga bertujuan sebagai latian untuk
mengingat dan menerapkan materi yang telah didapat ketika
pelajaran.
6) Memberi ulangan
Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam
evaluasi produk. Selain itu, ulangan membuat anak mendapat umpan
balik.
7) Mengetahui hasil
Ingin mengetahui adalah suatu sifat yang melekat di dalam
diri setiap orang. Jadi, setiap orang selalu ingin mengetahui sesuatu
yang belum diketahuinya. Dorongan ingin mengetahui membuat
seseorang berusaha dengan apapun agar keinginannya itu menjadi
kenyataan.
8) Hukuman
Hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang mendidik.
Yang dapat membuat anak sadar akan kesalahanya dan berusaha
untuk memperbaikinya.
Menurut Esti (2002: 365) salah satu cara untuk menarik minat selama
pelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa.
Jika seorang guru tahu apa yang diminati siswa, banyak tugas mengajar di
kelas yang dapat dihubungkan dengan minat-minat siswa.
Muhibbin Syah (1995: 136) minat berarti kencenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesama.
Widaryanto (1986: 3) menjelaskan minat adalah suatu kecenderungan
agak menetap yang terdapat di dalam diri individu, untuk merasa tertarik atau
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan minat
adalah suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang cenderung
bersifat menetap yang didalamnya ada unsur rasa senang.
2. Ciri-Ciri Minat
Dalam pembelajaran sangat dibutuhkan minat yang tinggi.
Hurlock (1995: 117) menyebutkan ciri-ciri minat antara lain sebagai
berikut.
a) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
Pada dasarnya minat disemua bidang tetap berubah selama
terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan
terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil.
Dengan demikian perkembangan fisik dan mental seorang siswa
akan tumbuh bersamaan dengan minat siswa tersebut.
b) Minat bergantung pada kesiapan belajar
Siswa tidak akan mempunyai minat sebelum mereka siap secara
fisik dan mental untuk belajar. Misalnya: siswa tidak akan
mempuanyai minat yang sungguh-sungguh untuk belajar
matematika, sampai siswa tersebut memiliki pengetahuan dan
keinginan untuk belajar matematika sangat penting dalam
c) Minat bergantung pada kesempatan belajar
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan
minat, baik anak-anak maipun dewasa. Minat berasal dari
lingkungan dimana mereka tinggal. Karena lingkungan anak
kecil sebagian besar terbatas pada rumah. Minat mereka tumbuh
dari rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka
tertarik pada minat orang yang berada di luar rumah yang mulai
mereka kenal. Jadi minat bergantung pada seseorang untuk
mencari situasi baru untuk belajar.
d) Perkembangan minat mungkin terbatas
Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang
terbatas akan membatasi minat anak. Misalnya pada anak yang
memiliki cacat fisik, anak tersebut tidak mungking mempunyai
minat yang sama seperti dengan teman sebayanya yang memiliki
perkembangan fisik normal.
e) Minat dipengaruhi pengaruh budaya
Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang
dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja oleh kelompok
budaya mereka yang dianggap benar atau sesuai. Dengan
demikian mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat
yang mereka anggap tidak sesuai. Minat anak tergantung pada
f) Minat mempunyai bobot emosional
Bobot emosional merupakan aspek afektif dari minat yang
menetukan kekuatanya. Bobot emosional yang tidak
menyenangkan akan melemahkan minat seorang siswa, dan
sebaliknya, jika bobot emosional seorang siswa menyenangkan
maka akan memperkuat minat seorang siswa tersebut.
g) Minat itu egosentris
Sepanjang masa kanak-kanak, bahwa minat itu bersifat
egosentris. Misalnya minat anak laki-laki pada matematik, sering
berlandaskan bahwa kepandaian di bidang matematik di sekolah
merupakan langkah penting menuju kedudukan yang
menguntungkan dan bergengsi dibidang usaha. Minat akan
menuntun mereka ke arah tujuannya.
3. Aspek Minat
Aspek minat dibedakan menjadi dua Hurlock (1995: 177) adalah
sebagai berikut.
a) Aspek kognitif
Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Misalnya adalah minat
anak terhadap sekolah. Apabila mereka menganggap sekolah sebagai
tempat mereka dapat belajar tentang hal-hal yang telah menimbulkan
rasa ingin tahu sehingga mereka mendapat kesempatan untuk bergaul
Minat mereka terhadap sekolah dapat berbeda dibandingkan bila
minat itu didasarkan atas konsep sekolah yang menekankan peraturan
sekolah dan kerja keras untuk menghafal pelajaran.
b) Aspek afektif
Aspek afektif yang membangun aspek kognitif minat
dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat.
Seperti pada aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari
pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua,
guru, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam
berbagai bentuk media masa terhadap kegiatan itu.
Dari kedua aspek di atas yang lebih penting peranannya adalah
aspek afektif dari pada aspek kognitif, karena.
a) Aspek afektif mempunyai peran yang besar dalam memotivasi
tindakan dari pada aspek kognitif. Suatu bobot emosional positif dari
minat memperkuat minat itu dalam tindakan, dan suatu bobot
emosional negatif mempunyai pengaruh yang sebaliknya dan
menyebabkan kebosanan disertai memperlemah motivasi.
b) Aspek afektif minat, sekali terbentuk, cenderung lebih tahan
terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Informasi
yang tidak tepat tentang pekerjaan-aspek kognitif dari minat pada
pekerjaan dapat diperbaiki secara relatif mudah ketika anak
sekolah mendapat bimbingan mengenai berbagai lapangan
pekerjaan. Mengubah aspek afektif minat anak sangat sulit.
4. Cara Mengukur Minat
Dalam mengukur minat siswa dapat menggunakan penilaian
nontes. Masidjo (1995: 59) mengemukakan bahwa non tes merupakan
rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab secara sengaja
dalam suatu situasi yang kurang distandarsasikan dan yang dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan atau hasil belajar yang dapat diamati secara
konkret dari individu atau kelompok. Penilaian nontes dapat berupa
pengamatan, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, angket, dan
wawancara. Dalam penelitian ini, minat siswa diukur menggunakan
observasi. Zainal Arifin (2009: 153) menyatakan bahwa observasi adalah
suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif,
dan rasional mengenai bebagai fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Selain dengan pengamatan, untuk mengetahui minat siswa dapat
didukung dengan menggunakan wawancara. Masidjo (1995: 72)
menyatakan bahwa wawancara merupakan suatu proses tanya jawab
sepihak anatara pewawancara dan yang diwawancarai, yang dilaksanakan
sambil bertatap muka, baik secara langsung, dengan maksud memperoleh
jawaban dari wawancara. Wawancara dilakukan kepada guru dan
5. Indikator Minat
Marpadi (2008 : 112) menjelaskan beberapa indikator siswa yang
memiliki minat yaitu berusaha untuk memahami, membaca buku yang
berkaitan dengan yang siswa pelajari, bertanya di dalam kelas, bertanya
pada teman, bertanya pada orang lain, mengerjakan tugas dengan
sungguh-sungguh.
Dari uraian di atas mengenai indikator- indikator siswa yang
memiliki minat, peneliti menyimpilkan bahwa indikator siswa yang
memiliki minat antara lain:
a. Ekspresi perasan senang, meliputi: siswa mengikuti pelajaran
dengan antusias, siswa tidak mengeluh bila diberi tugas dari guru,
siswa mengikuti pembelajaran dengan tepat waktu, dan siswa
duduk dengan tenang dan siap untuk belajar.
b. Perhatian dalam belajar, meliputi: siswa aktif bertanya di dalam
kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan dari guru, siswa
memperhatikan penjelasan dari guru dengan sungguh-sungguh,
tidak melamun di dalam kelas, tidak mengantuk, tidak mengobrol
atau selalu mengganggu teman lain ketika belajar.
c. Kemauan mengembangkan diri, meliputi: siswa giat membaca
buku Pkn, siswa menanyakan kesulitan kepada guru, siswa
membuat catatan mengenai materi yang sedang dipelajari, siswa
mengerjakan tugas dari guru, dan siswa membawa buku atau
d. Keterlibatan siswa dalam pelajaran, meliputi: siswa aktif
menyampaikan pendapat dalam diskusi, siswa mau memberi
bantuan kepada siswa lain yang mengalami kesulitan belajar,
siswa bekerjasama dalam kelompok, siswa maju kedepan
mengerjakan tugas, siswa mengajukan diri untuk menjawab
pertanyaan spontan dari guru.