• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Minat

Minat adalah ketertarikan terhadap suatu objek yang relatif menetap dan mengandung unsur senang untuk berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu.

2. Belajar

Belajar adalah berusaha memperoleh pengetahuan atau ilmu. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian

kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling membantu satu sama lain.

5. Model Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, siswa bekerja sama dalam kegiatan belajar dengan teman dalam kelompok. Pada pembelajaran ini terdapat dua kelompok belajar yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal terdiri dari siswa yang telah dipilih secara heterogen, sedangkan kelompok ahli terdiri dari siswa yang memiliki materi yang sama.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial/ IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosialnya dan

yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial, termasuk didalamya Sosiologi, Sejarah, Ekonomi, Antropologi, Politik, Psikologi. F. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan minat belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatan prestasi belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dalam pembelajaran IPS. 2. Bagi Guru

Dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan di kelas guna meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

3. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS serta memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar sehingga diharapkan dapat menumbuhkan minat dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajarannya.

4. Bagi Pihak Sekolah

Dapat meningkatkan kualitas sekolah yang diwujudkan melalui nilai yang diperoleh siswa. Laporan penelitian ini dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan serta memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dalam proses pembelajaran IPS guna peningkatan minat dan prestasi belajar siswa.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Minat a. Pengertian Minat

Menurut Arifin (2011:241) minat adalah dorongan atau aktivitas mental yang dapat merangsang perasaan senang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, pengalaman, dan lain-lain yang dapat dijadikan sebagai dorongan yang memerlukan respon terarah.

Hurlock (1978:114) mengemukakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permaian maupun pekerjaan, akan berusaha keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan.

Syah (1997:136) mengatakan bahwa minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Winkel (1989:105) minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.

Surya (2003:67) mengemukakan bahwa minat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

Slameto (2010:180) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.

b. Ciri-Ciri Minat

Hurlock (1978:115) menyebutkan bahwa minat memiliki ciri-ciri antara lain:

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental Pada dasarnya minat di semua bidang tetap berubah. Perubahan minat terjadi selama perubahan fisik dan mental siswa berkembang. Dengan demikian perkembangan fisik dan mental seorang siswa akan tumbuh bersamaan dengan minat siswa. 2) Minat bergantung pada kesiapan belajar

Siswa tidak akan mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental untuk belajar. Misalnya siswa tidak akan

mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk belajar IPS, sampai siswa tersebut memiliki pengetahuan dan keinginan untuk belajar IPS yang sangat penting dalam kehidupan sehari-harinya. 3) Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa. Minat berasal dari lingkungan dimana mereka tinggal. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, maka minat mereka tumbuh dari rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka tertarik pada minat orang yang berada di luar rumah yang mulai mereka kenal. Jadi minat bergantung pada seseorang untuk mencari situasi baru untuk belajar.

4) Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas akan membatasi minat anak. Misalnya pada anak yang memiliki cacat fisik, anak tersebut tidak mungkin mempunyai minat yang sama seperti dengan teman sebayanya yang memiliki perkembangan fisik normal.

5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja oleh kelompok budaya mereka yang dianggap benar atau sesuai. Dengan demikian mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat

yang mereka anggap tidak sesuai. Minat anak tergantung pada lingkup budayanya yang mereka tekuni dengan baik.

6) Minat berbobot emosional

Bobot emosional merupakan aspek afektif dari minat yang menetukan kekuatanya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan akan melemahkan minat seorang siswa. Dan sebaliknya, jika bobot emosional seorang siswa menyenangkan maka akan memperkuat minat seorang siswa tersebut.

7) Minat itu egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak minat itu bersifat egosentris. Minat akan menuntun mereka ke arah tujuannya. Misalnya, minat anak pada mata pelajaran tertentu, kepandaian mereka di bidang tersebut di sekolah menjadi langkah penting untuk menuju kedudukan yang baik dan menguntungkan di bidang yang diminati anak.

Mardapi (2008:112) menyebutkan beberapa indikator siswa yang berminat antara lain: manfaat belajar, usaha dalam memahami, membaca buku yang berkaitan bidang studi, bertanya di kelas, bertanya kepada teman, bertanya kepada orang lain, dan mengerjakan soal dengan sunguh-sungguh.

Dari uraian indikator-indikator siswa yang berminat yang dijelaskan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa indikator siswa yang berminat antara lain :

1) Ekspresi perasaan senang, meliputi: siswa mengikuti pelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh ketika diberi tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang siap untuk belajar.

2) Perhatian dalam mengikuti pembelajaran, meliputi: siswa aktif bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau tidak mengganggu teman lain ketika belajar.

3) Ketertarikan siswa pada materi, meliputi: siswa giat membaca buku pelajaran IPS, siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, mengenai materi lain dalam belajar, siswa serius dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

4) Ketertarikan siswa pada metode guru, meliputi: siswa menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru, siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan saat guru menjelaskan IPS di depan kelas, siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, meliputi: siswa aktif menyampaikan pendapat dalam diskusi, siswa mau membantu

teman lain yang mengalami kesulitan dalam belajar, siswa bekerjasama dengan kelompok, siswa maju ke depan mengerjakan tugas, dan siswa mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan spontan dari guru.

Menurut Hurlock (1978:117) minat dibagi menjadi 3 aspek, yaitu: 1) Aspek Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajar baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa.

2) Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

3) Aspek Psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

c. Faktor Pendorong Minat

Minat didorong oleh motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Minat dimanifestasikan berdasarkan komponen dorongan yang mendorongnya. Soewardi (1987:183-184) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Minat berdasarkan komponen drive (dorongan) yang mendorongnya, antara lain:

1) Drive determinant, dorongan untuk mempertahankan hidup. 2) Dorongan keadaan yang ditimbulkan oleh dorongan untuk

mempertahankan hidup.

3) Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi oleh komponen dorongan mempertahankan dan dorongan keadaan. Jika tujuan dicapai berarti dorongan sebelumnya sudah terpenuhi. 4) Tercapainya tujuan oleh individu.

5) Mengendurnya dorongan karena tujuan telah dicapai, serta keinginan dan kebutuhan telah terpenuhi.

6) Efek mengendurnya dorongan semula karena munculnya dorongan lain yang baru untuk menghendaki pemuasannya.

Minat dan motivasi berhubungan sangat erat, dimana minat merupakan alat motivasi yang utama.

Wuryani (2006:358-369) mengemukakan bahwa agar siswa-siswi mereka tertarik pada materi yang mereka sampaikan, maka yang harus dilakukan guru adalah:

1) Materi pelajaran yang disampaikan hendakya berguna bagi siswa.

2) Menumbuhkan keingintahuan siswa.

3) Cara penyampaian pelajaran menarik dan bervariasi. 4) Menggunakan permainan dan simulasi.

5) Menggunakan teknik-teknik kerja sama dalam kelompok. Ada sejumlah cara untuk mengetahui minat siswa, yaitu:

1) Menanyakan kepada siswa secara langsung atau melalui angket. 2) Anak yang berminat terhadap pelajaran cenderung memiliki

perhatian lebih dan cenderung lebih antusias dibanding anak yang tidak berminat.

3) Anak yang berminat terhadap pelajaran sering bertanya sebagai wujud rasa keingintahuan terhadap materi pelajaran yang diminatinya.

4) Memiliki kreativitas yang diartikan sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal yang baru sama sekali atau cukup, merupakan gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Jika seorang guru tahu apa yang diminati siswa, maka banyak tugas mengajar di kelas yang dapat dihubungkan dengan minat siswa.

Sardiman (1986:95) menjelaskan beberapa cara untuk menciptakan minat, antara lain:

1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar.

2) Menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada masa lampau.

3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan hasil yang lebih baik.

4) Menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya siswa tidak merasa bosan.

Dari beberapa cara menciptakan minat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat tumbuh dari perasaan senang yang dialami oleh siswa. Winkel (1984:31) mengatakan bahwa guru harus dapat membuat siswa selalu merasa senang dalam belajar, antara lain dengan cara sebagai berikut:

1) Membina hubungan yang akrab dengan siswa, namun tidak bertingkah seperti anak remaja.

2) Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun juga tidak terlalu mudah.

3) Menggunakan media pembelajaran yang cocok untuk menunjang proses belajar mengajar.

4) Menggunakan alat-alat pelajaran yang cocok untuk menunjang proses belajar mengajar.

5) Menggunakan cara mengajar atau metode mengajar yang bervariasi, namun tidak berganti-ganti metode sehingga siswa menjadi bingung.

2. Prestasi Belajar

Dokumen terkait