• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 - USD Repository"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW MATERI

PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS VB SD KARITAS NGAGLIK

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Ujang Isnandar NIM : 081134148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW MATERI

PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS VB SD KARITAS NGAGLIK

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Ujang Isnandar NIM : 081134148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

1.

Kedua orang tuaku yang telah membimbing, memberi kasih

sayang serta nasehat-nasehat yang sangat berarti.

2.

Saudara-

saudaraku “Terima kasih untuk semuanya”

3.

Sahabat-sahabat Puma yang selalu memotivasi dan memberi

dukungan.

4.

Teman-teman seangkatan dan seperjuangan yang tidak dapat

(6)

MOTTO

Lakukanlah hal yang terbaik untukmu dan untuk masa depanmu.

-

NN

“try not to become a man of success, but

rather try to become a man of value”

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juli 2012 Penulis

(8)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ujang Isnandar

NIM : 081134148

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENINGKATAN

MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW MATERI

PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

INDONESIA PADA SISWA KELAS VB SD KARITAS NGAGLIK YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 18 Juli 2012

Yang menyatakan,

(9)

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW MATERI

PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS VB SD KARITAS NGAGLIK

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Ujang Isnandar

Universitas Sanata Dharma 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan minat belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012? (2) apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012?

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Arikunto, dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik, Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 24 siswa. Metode pengumpulan data meliputi lembar pengamatan, lembar kuesioner, dan tes. Data selanjutnya diolah berdasarkan teknik analisa data yang ditetapkan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan minat belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini nampak pada kondisi awal skor rata-rata minat belajar sebesar 37,87 dan termasuk dalam kategori minat belajar sedang. Pada siklus I skor rata-rata minat belajar sebesar 64,42 dan termasuk dalam kategori minat belajar sedang. Pada siklus II skor rata-rata minat belajar sebesar 76,50 dan termasuk dalam kategori minat belajar tinggi. (2) penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 58,90 dan sebanyak 29,3% siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus I rata-rata ulangan siswa sebesar 66,04 dan sebanyak 62,5% siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus II rata-rata ulangan siswa sebesar 79,17 dan sebanyak 83,3% siswa sudah mencapai ketuntasan belajar.

(10)

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF LEARNING INTEREST AND ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL OF

JIGSAW TECHNIQUE IN TEACHING ON THE STRUGGLE OF INDONESIAN IN MAINTAINING THEIR INDEPENDENCE TO THE

FIFTH GRADE STUDENTS IN VB OF SD KARITAS NGAGLIK YOGYAKARTA YEAR OF STUDY 2011/2012

Ujang Isnandar Sanata Dharma University

2012

The purpose of this research is to identify (1) whether the use of cooperative learning model of jigsaw technique in teaching on the struggle of Indonesian in maintaining their independence can improve the interest of learning of fifth grade students in VB of SD Karitas Ngaglik Yogyakarta in year of study 2011/2012? (2) Whether the use of cooperative learning model of jigsaw technique in teaching on the struggle of Indonesian in maintaining their independence can improve the achievement of learning of fifth grade in VB of SD Karitas Ngaglik Yogyakarta in year of study 2011/2012?

This is a Class Action Research referring to the cyclic model proposed by Arikunto where every cyclic consists of four stages those are: planning, implementing, observation, and reflection. This research was conducted in April 2012. Subjects of this research were all students listed in VB, class of SD Karitas Ngaglik, Yogyakarta year of study 2011/2012 amounting to 24 pupils. Test, and observation and questioner sheets were used to obtain the data.

(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang yelah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw Materi Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada Siswa Kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012” dengan baik dan lancar. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi gelar sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya disertai rasa hormat yang tulus kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma. 2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi

Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan sabar kepada penulis dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

(12)

5. Bapak Aluysius Riwi Widakdo, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Karitas Ngaglik yang telah memberikan ijin guna melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Ibu S.H. Anne Soraya, S.Pd. dan siswa-siswi kelas VB tahun pelajaran 2011/2012 yang mendukung dan membantu penulis di sekolah tersebut. 7. Orangtuaku (Bapak Salka dan Ibu Casiyah) dan adikku (Indah Palufi) yang

selalu memberikan dukungan materi dan moril kepada peneliti sehingga penulis mempunyai semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua temanku (Andi Setyawan dan Chandra Wahyu I) yang telah membantu penulis dalam melakukan observasi disekolah.

9. Teman-teman PGSD USD 2008 khususnya Jefri, Janu, Eko, Hary, Wisnu, Andi, Fajar dan Chandra perjuangan kita belum berakhir sampai disini.

Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Mudah-mudahan senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi calon guru Sekolah Dasar maupun siapa saja dalam mengembangkan tugas pendidikan.

Yogyakarta, 18 Juli 2012 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Pemecahan Masalah ... 6

E. Batasan Pengertian ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Minat ... 10

a. Pengertian Minat ... 10

(14)

2. Prestasi Belajar ... 19

a. Pengertian Belajar ... 19

b. Ciri-ciri Belajar ... 21

c. Prinsip-prinsip Belajar ... 22

d. Pengertian Prestasi Belajar ... 24

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

a. Sejarah Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatve Learning) ... 27

c. Unsur-unsur Model Cooperative Learning ... 28

4. Model Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw ... 30

a. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw ... 30

b. Langkah-langkah dalam Model Kooperatif teknik Jigsaw ... 31

5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 33

a. Pengertian IPS ... 33

b. Tujuan Pembelajaran IPS ... 34

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian ... 42

C. Rencana Tindakan ... 43

D. Pengumpulan Data dan Instrumenya ... 53

E. Analisis Data ... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Hasil Penelitian ... 72

(15)

3. Siklus II ... 87

B. Rangkuman Hasil Penelitian ... 97

C. Pembahasan ... 101

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Waktu Penelitian ... 43

Tabel 2. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 54

Tabel 3. Rubrik Pengamatan Minat ... 56

Tabel 4. Rambu-rambu skoring ... 58

Tabel 5. Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 58

Tabel 6. Pengukuran Skala Likert ... 60

Tabel 7. Rincina Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II ... 61

Tabel 8. Kualifikasi Reliabilitas ... 65

Tabel 9. Kriteria Keberhasilan Minat Siswa ... 68

Tabel 10. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa ... 68

Tabel 11. Klaisfikasi Rata-rata Minat Siswa ... 70

Tabel 12. Data Skor Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pengamatan ... 73

Tabel 13. Data Skor Minat Belajar Siswa Berdasarkan Kuesioner ... 74

Tabel 14. Hasil Ulangan IPS Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 75

Tabel 15. Data Skor Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pengamatan ... 82

Tabel 16 Data Skor Minat Belajar Siswa Berdasarkan Kuesioner ... 83

Tabel 17. Hasil Ulangan IPS Siswa Siklus I ... 85

Tabel 18. Data Skor Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pengamatan ... 92

Tabel 19. Data Skor Minat Belajar Siswa Berdasarkan Kuesioner ... 94

Tabel 20. Hasil Ulangan IPS Siswa Siklus II ... 95

Tabel 21. Rata-rata Minat Belajar Siswa ... 98

Tabel 22. Klasifikasi Rata-rata Minat Belajar ... 99

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 109

Lampiran 2. RPP Pertemuan 1 Siklus I ... 111

RPP Pertemuan 2 Siklus I ... 113

RPP Pertemuan 1 Siklus II ... 115

RPP Pertemuan 2 Siklus II ... 117

Lampiran 3. LKS Pertemuan 1 Siklus I ... 119

LKS Pertemuan 2 Siklus I ... 121

LKS Pertemuan 1 Siklus II ... 123

LKS Pertemuan 2 Siklus II ... 125

Lampiran 4. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 127

Evaluasi Siklus I ... 128

Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I ... 130

Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 131

Evaluasi Siklus II ... 132

Kunci Jawaban Evaluasi Siklus II ... 134

Lampiran 5. Data Nilai Ulangan IPS Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 135

Lampiran 6. Hasil Pengukuran Validitas Siklus I ... 136

Hasil Pengukuran Validitas Siklus II ... 138

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Reliabilitas Siklus I ... 140

Hasil Perhitungan Reliabilitas Siklus II ... 142

Lampiran 8. Kisi-kisi Pengamatan Minat Belajar Siswa ... 144

Lembar Pengamatan Minat Siswa ... 145

Lampiran 9. Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 147

Lembar Kuesioner Minat Belajar Siswa ... 149

Lampiran 10. Skor Hasil Pengamatan Minat Belajar Kondisi Awal ... 151

(19)

Skor Hasil Isian Kuesioner Minat Belajar Siklus I ... 154

Skor Hasil Pengamatan Minat Belajar Siklus II ... 155

Skor Hasil Isian Kuesioner Minat Belajar Siklus II ... 156

Lampiran 11. Dokumentasi ... 157

Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian ... 159

Lampiran 13. Surat Bukti Penelitian ... 160

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia. Melalui kegiatan pengajaran seorang guru harus memperhatikan pemilihan model pembelajaran yang sesuai yang akan digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Hal ini dimaksudkan karena perkembangan kurikulum pendidikan seringkali mengalami perubahan. Kurikulum pendidikan pada awalnya berpusat pada guru dan siswa cenderung hanya menerima transfer ilmu dari guru saja, hal ini mengakibatkan siswa hanya akan bersifat pasif. Berbeda halnya dengan kurikulum pendidikan yang ada pada saat ini dimana siswa cenderung dituntut untuk aktif dan guru hanya berperan sebagai pendamping atau fasilitator.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah dasar (SD). Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang terdiri dari beberapa kajian pokok antara lain Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Antropologi. Mata pelajaran IPS disusun secara terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.

(21)

proses pembelajaran seperti tercermin dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut guru hendaknya dapat menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar baik secara fisik, mental, maupun sosial.

Namun dalam kenyataannya masih ada berbagai masalah yang dihadapi guru pada saat menyampaikan materi pada anak didiknya. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana cara guru mengajar anak didiknya saat di kelas agar siswa dapat ikut berperan aktif dan menumbuhkan minat sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Selain itu masalah yang dihadapi guru adalah bagaimana menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi ajar. Guru diharapkan mampu mengatasi masalah pembelajaran tersebut agar proses pembelajaran dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar anak pada saat mendapatkan pengetahuannya.

(22)

Dalam pengamatan pembelajaran IPS yang peneliti peroleh di kelas VB SD Karitas Ngaglik siswa belum terlihat aktif dalam belajar IPS, kebanyakan siswa asyik bermain sendiri, mengobrol dengan teman, bahkan ada yang tiduran, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum jelas dengan materi yang diberikan oleh guru, kebanyakan siswa merasa kesulitan untuk menangkap dan memahami materi yang telah diajarkan, khususnya materi yang berkaitan dengan sejarah, sementara materinya sangat banyak dan padat. Peneliti menduga siswa cenderung kurang berminat dalam belajar IPS. Minat adalah suatu perhatian yang lebih terhadap sesuatu dan bersifat menetap. Minat sangatlah penting dalam kegiatan belajar, karena minat belajar sangat berpengaruh pada prestasi yang didapat oleh siswa.

(23)

siswa akan sangat berpengaruh pada hasil belajar atau prestasi belajar siswa itu sendiri.

Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Penulis memperoleh data mengenai prestasi belajar dari guru kelas V pada tahun pelajaran 2010-2011. Berdasarkan nilai rata-rata ulangan siswa kelas V yang berjumlah 41 siswa terlihat pada mata pelajaran IPS hasil dari nilai rata-rata yang didapat masih kurang. Hal tersebut terbukti dengan tidak tuntasnya nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan pihak sekolah yaitu 70. Jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM hanya mencapai 29% dari seluruh siswa yang ada, 71% dari jumlah siswa belum memenuhi KKM yang ditentukan dari pihak sekolah. Akibatnya dari hasil tes yang diujikan pada kompetensi dasar tersebut, nilai rata-rata IPS kelas V yang diperoleh hanya 58,90.

Banyak variasi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Salah satunya guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw ini dipandang efektif

(24)

dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan untuk berkomunikasi.

Oleh sebab itu, penulis akan mencoba untuk menerapkan model pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan minat serta prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Untuk meningkatkan minat serta prestasi belajar IPS penulis akan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa Kelas VB SD Karitas Ngaglik semeter genap tahun pelajaran 2011/2012. Penulis hanya akan membahas mengenai minat serta prestasi belajar IPS dengan mengacu pada Standar Kompetensi menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan Kompetensi Dasar menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

B. Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini berfokus pada peningkatan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dalam pembelajaran IPS pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

(25)

mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012?

D. Pemecahan Masalah

1. Peningkatan minat belajar pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw.

2. Peningkatan prestasi belajar pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw.

E. Batasan Pengertian

Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap judul penelitian, maka penulis membatasi pada definisi sebagai berikut.

1. Minat

Minat adalah ketertarikan terhadap suatu objek yang relatif menetap dan mengandung unsur senang untuk berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu.

2. Belajar

(26)

kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling membantu satu sama lain.

5. Model Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, siswa bekerja sama dalam kegiatan belajar dengan teman dalam kelompok. Pada pembelajaran ini terdapat dua kelompok belajar yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal terdiri dari siswa yang telah dipilih secara heterogen, sedangkan kelompok ahli terdiri dari siswa yang memiliki materi yang sama.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

(27)

yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial, termasuk didalamya Sosiologi, Sejarah, Ekonomi, Antropologi, Politik, Psikologi. F. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan minat belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatan prestasi belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dalam pembelajaran IPS. 2. Bagi Guru

(28)

3. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS serta memiliki pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar sehingga diharapkan dapat menumbuhkan minat dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajarannya.

4. Bagi Pihak Sekolah

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Minat

a. Pengertian Minat

Menurut Arifin (2011:241) minat adalah dorongan atau aktivitas mental yang dapat merangsang perasaan senang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, pengalaman, dan lain-lain yang dapat dijadikan sebagai dorongan yang memerlukan respon terarah.

Hurlock (1978:114) mengemukakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permaian maupun pekerjaan, akan berusaha keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan.

(30)

Surya (2003:67) mengemukakan bahwa minat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya.

Slameto (2010:180) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.

b. Ciri-Ciri Minat

Hurlock (1978:115) menyebutkan bahwa minat memiliki ciri-ciri antara lain:

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental Pada dasarnya minat di semua bidang tetap berubah. Perubahan minat terjadi selama perubahan fisik dan mental siswa berkembang. Dengan demikian perkembangan fisik dan mental seorang siswa akan tumbuh bersamaan dengan minat siswa. 2) Minat bergantung pada kesiapan belajar

(31)

mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk belajar IPS, sampai siswa tersebut memiliki pengetahuan dan keinginan untuk belajar IPS yang sangat penting dalam kehidupan sehari-harinya. 3) Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa. Minat berasal dari lingkungan dimana mereka tinggal. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, maka minat mereka tumbuh dari rumah. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial, mereka tertarik pada minat orang yang berada di luar rumah yang mulai mereka kenal. Jadi minat bergantung pada seseorang untuk mencari situasi baru untuk belajar.

4) Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas akan membatasi minat anak. Misalnya pada anak yang memiliki cacat fisik, anak tersebut tidak mungkin mempunyai minat yang sama seperti dengan teman sebayanya yang memiliki perkembangan fisik normal.

5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya

(32)

yang mereka anggap tidak sesuai. Minat anak tergantung pada lingkup budayanya yang mereka tekuni dengan baik.

6) Minat berbobot emosional

Bobot emosional merupakan aspek afektif dari minat yang menetukan kekuatanya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan akan melemahkan minat seorang siswa. Dan sebaliknya, jika bobot emosional seorang siswa menyenangkan maka akan memperkuat minat seorang siswa tersebut.

7) Minat itu egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak minat itu bersifat egosentris. Minat akan menuntun mereka ke arah tujuannya. Misalnya, minat anak pada mata pelajaran tertentu, kepandaian mereka di bidang tersebut di sekolah menjadi langkah penting untuk menuju kedudukan yang baik dan menguntungkan di bidang yang diminati anak.

Mardapi (2008:112) menyebutkan beberapa indikator siswa yang berminat antara lain: manfaat belajar, usaha dalam memahami, membaca buku yang berkaitan bidang studi, bertanya di kelas, bertanya kepada teman, bertanya kepada orang lain, dan mengerjakan soal dengan sunguh-sungguh.

(33)

1) Ekspresi perasaan senang, meliputi: siswa mengikuti pelajaran dengan antusias, siswa tidak mengeluh ketika diberi tugas dari guru, siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai, siswa menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai, dan siswa duduk dengan tenang siap untuk belajar.

2) Perhatian dalam mengikuti pembelajaran, meliputi: siswa aktif bertanya di dalam kelas, siswa aktif menjawab pertanyaan, siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama, siswa tidak melamun di dalam kelas, dan siswa tidak mengobrol atau tidak mengganggu teman lain ketika belajar.

3) Ketertarikan siswa pada materi, meliputi: siswa giat membaca buku pelajaran IPS, siswa membaca materi terlebih dahulu sebelum diajarkan oleh guru, siswa membuat catatan, mengenai materi lain dalam belajar, siswa serius dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

4) Ketertarikan siswa pada metode guru, meliputi: siswa menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru, siswa antusias dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru, siswa memperhatikan saat guru menjelaskan IPS di depan kelas, siswa memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

(34)

teman lain yang mengalami kesulitan dalam belajar, siswa bekerjasama dengan kelompok, siswa maju ke depan mengerjakan tugas, dan siswa mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan spontan dari guru.

Menurut Hurlock (1978:117) minat dibagi menjadi 3 aspek, yaitu: 1) Aspek Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajar baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa.

2) Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

3) Aspek Psikomotor

(35)

c. Faktor Pendorong Minat

Minat didorong oleh motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Minat dimanifestasikan berdasarkan komponen dorongan yang mendorongnya. Soewardi (1987:183-184) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Minat berdasarkan komponen drive (dorongan) yang mendorongnya, antara lain:

1) Drive determinant, dorongan untuk mempertahankan hidup. 2) Dorongan keadaan yang ditimbulkan oleh dorongan untuk

mempertahankan hidup.

3) Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi oleh komponen dorongan mempertahankan dan dorongan keadaan. Jika tujuan dicapai berarti dorongan sebelumnya sudah terpenuhi. 4) Tercapainya tujuan oleh individu.

5) Mengendurnya dorongan karena tujuan telah dicapai, serta keinginan dan kebutuhan telah terpenuhi.

6) Efek mengendurnya dorongan semula karena munculnya dorongan lain yang baru untuk menghendaki pemuasannya.

(36)

Wuryani (2006:358-369) mengemukakan bahwa agar siswa-siswi mereka tertarik pada materi yang mereka sampaikan, maka yang harus dilakukan guru adalah:

1) Materi pelajaran yang disampaikan hendakya berguna bagi siswa.

2) Menumbuhkan keingintahuan siswa.

3) Cara penyampaian pelajaran menarik dan bervariasi. 4) Menggunakan permainan dan simulasi.

5) Menggunakan teknik-teknik kerja sama dalam kelompok. Ada sejumlah cara untuk mengetahui minat siswa, yaitu:

1) Menanyakan kepada siswa secara langsung atau melalui angket. 2) Anak yang berminat terhadap pelajaran cenderung memiliki

perhatian lebih dan cenderung lebih antusias dibanding anak yang tidak berminat.

3) Anak yang berminat terhadap pelajaran sering bertanya sebagai wujud rasa keingintahuan terhadap materi pelajaran yang diminatinya.

4) Memiliki kreativitas yang diartikan sebagai daya cipta, sebagai kemampuan untuk menciptakan hal yang baru sama sekali atau cukup, merupakan gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

(37)

Sardiman (1986:95) menjelaskan beberapa cara untuk menciptakan minat, antara lain:

1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar.

2) Menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada masa lampau.

3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan hasil yang lebih baik.

4) Menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya siswa tidak merasa bosan.

Dari beberapa cara menciptakan minat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat tumbuh dari perasaan senang yang dialami oleh siswa. Winkel (1984:31) mengatakan bahwa guru harus dapat membuat siswa selalu merasa senang dalam belajar, antara lain dengan cara sebagai berikut:

1) Membina hubungan yang akrab dengan siswa, namun tidak bertingkah seperti anak remaja.

2) Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun juga tidak terlalu mudah.

3) Menggunakan media pembelajaran yang cocok untuk menunjang proses belajar mengajar.

(38)

5) Menggunakan cara mengajar atau metode mengajar yang bervariasi, namun tidak berganti-ganti metode sehingga siswa menjadi bingung.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

Menurut Syah (1997:89) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Menurut Winkel (1989:36) belajar pada manusia dapat dirumuskan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Syah (1997:132) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain:

(39)

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat Furdhyantanto (dalam Baharudin, 2002:13) belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu lain. Dalam hal ini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumya.

Menurut Sudjana (2004:28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemempuan, daya kreasi, daya penerimaan, dan lain-lain yang ada atau terjadi pada individu tersebut.

(40)

Slameto (2003:2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk menambah, mengubah perilaku baik dari pengalaman ataupun latihan memenuhi kebutuhan serta kepandaian yang belum dimilikinya melalui pengetahuan atau sikap yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

b. Ciri-ciri Belajar

Menurut Baharudin (2002:15) ciri-ciri belajar antara lain:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku change behavior.

2) Perubahan tingkah laku relative permanent.

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

5) Pengalaman atau latihan dapat memberi penguatan. Menurut Ahmadi (2008:129-130) ciri-ciri belajar antara lain:

(41)

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. 6) Perubahan mencakup seluruh tingkah laku. c. Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Soekamto dan Winataputra (dalam Baharudin, 2002:16) dalam proses belajar, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:

1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.

2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

3) Siswa dapat belajar dengan baik bila mendapat penguasaan langsung pada setiap individu yang dapat dilakukan selama proses belajar.

4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

5) Motivasi siswa akan lebih meningkat apabila diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:42-50) seseorang akan dikatakan telah mengalami proses belajar apabila memenuhi prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

(42)

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Disamping perhatian, motivasi juga mempunyai peran penting, dimana motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

2) Keaktifan

Kecenderungan psikologis dewasa ini menganggap anak adalah makhluk yang aktif. Suatu kegiatan belajar hanya mungkin terjadi apabila seorang anak aktif mengalaminya sendiri. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.

3) Keterlibatan langsung (pengalaman)

Ketelibatan belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa. Belajar adalah pengalaman dan belajar tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi juga harus terlibat dalam perbuatan dan bertanggung jawab pada hasil belajarnya.

4) Pengulangan

(43)

5) Tantangan

Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar akan membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru dan mengandung masalah yang perlu dipecahkan akan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

6) Balikan dan penguatan

Balikan yang diberikan oleh guru kepada siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam suatu hal, tentang kekuatan dan kelemahan siswa. Penguatan berfungsi agar siswa mengulangi perbuatan yag sudah baik.

7) Perbedaan individual

Siswa dalam satu kelas tidak boleh kita perlakukan dengan cara yang sama karena masing-masing mempunyai karakteristik dan perbedaan kemampuan sehingga guru harus memperlakukan siswa sesuai kemampuannya.

d. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Arifin (1988:2-3) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi

“prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar semakin terasa

penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

(44)

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tau. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia dan termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu instusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap. Menurut Gagne (dalam Baharudin, 2002:18) prestasi belajar merupakan salah satu umpan balik dari proses belajar yang telah dilakukan siswa. Prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan hasil belajar siswa, hasil belajar tersebut dapat berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal atau menyelesaikan tugas..

(45)

keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Sejarah Model Pembelajaran Kooperatif

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Kerjasama menjadi suatu hal yang penting bagi peradaban manusia. Dalam masyarakat moderen, seorang individu yang dapat bekerjasama akan lebih bisa sukses untuk mencapai tujuannya.

Agar seseorang mampu bekerjasama dengan sesamanya, ia harus memiliki sejumlah ketrampilan dan pemahaman. Oleh karena itu, sejumlah kemampuan seorang individu untuk bekerjasama harus dilatih dan dibiasakan. Lingkungan yang memuat keberagaman dalam berbagai aspek dan yang dipandang cocok untuk seorang individu untuk melatih ketrampilan dan pemahaman untuk bekerjasama adalah lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah, asalkan sekolah memberikan kesempatan yang yang cukup untuk dilatihnya ketrampilan bekerjasama tersebut dalam kegiatan belajar yang dengan sengaja dilaksanakan (Isjoni dkk, 2007:64).

Model pembelajaran kooperatif Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) berdasarkan falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan manusia adalah makhluk sosial. Untuk

(46)

penting dalam model pembelajaran ini, sehingga peserta didik dapat dilatih dan dibiasakan untuk bekerjasama.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Ada beberapa pengertian Model Pembelajaran Kooperatif, yaitu:

1. Menurut Kagan (dalam Widharyanto, 1992:8)

Model Cooperative dimaknai sebagai serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antara pembelajaran dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing pembelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani.

2. Menurut Sugiyanto (2010:37)

Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

3. Menurut Scott (dalam Lie, 2007:18)

Cooperative Learning merupakan suatu proses penciptaan

(47)

4. Menurut Solihatin (2007:7)

Cooperative Learning mengandung pengertian sebagai

suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua atau lebih anggota, dimana keberhasilan kerjasama dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok sendiri.

5. Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, 2003:61) Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.

c. Unsur-Unsur Model Cooperative Learning

Lie (2007:29) mengatakan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok,

tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan benar akan memungkinkan pendidik

(48)

dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Setiap anggota berusaha untuk bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama. Mereka akan memiliki rasa ketergantungan yang positif antara satu dengan yang lainnya. 2) Tanggung jawab perseorangan

Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik demi tercapainya tujuan bersama. Apabila ada seorang anggota yang tidak melakukan tugasnya dengan baik, maka hal itu akan menghambat tercapainya tujuan, sehingga anggota kelompok yang lain akan mengingatkannya. 3) Tatap muka

Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan melatih semua anggota untuk bersinergi. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4) Komunikasi antar anggota

(49)

anggota perlu mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dalam model pembelajaran ini.

5) Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tujuan mereka sudah tercapai. Apa kelebihan dan kekurangan dari kegiatan yang telah mereka lakukan. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai pedoman agar di kegiatan selanjutnya kelompok dapat bekerjasama secara lebih baik.

4. Model Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw

a. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 1997:69). Menurut Rusman (2001:218) model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan

(50)

b. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif teknik Jigsaw

Menurut Priyanto (2007) dalam penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

1) Pembentukan Kelompok Asal

Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen.

2) Pembelajaran pada Kelompok Asal

Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individualnya.

3) Pembentukan Kelompok Ahli

Ketua kelompok asal membagi tugas pada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing-masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

4) Diskusi Kelompok Ahli

(51)

menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

5) Diskusi Kelompok Asal

Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Hal ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal mendapat giliran.

6) Diskusi Kelas

Dengan dipandu oleh guru, diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

7) Pemberian Kuis

Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

8) Pemberian Penghargaan kelompok

(52)

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw Sumber: Priyanto, (2007)

5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Pembelajaran IPS merupakan salah satu pembelajaran di SD antara berbagai aspek dalam ruang lingkup IPS seperti Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, dan Antropologi. Pembelajaran IPS ini dipandang sangat penting untuk diajarkan bagi siswa SD, hal ini dikarenakan IPS bersifat kontekstual dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga siswa dapat menerapkan sendiri secara langsung pengetahuan yang diperolehnya. Dari pembelajaran di sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan rumah.

a. Pengertian IPS

(53)

Solihatin (2005:14) berpendapat bahwa IPS adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya, lingkungan dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi dilingkungan sekitar.

IPS melihat bagaimana manusia hidup besama dengan sesamanya di Lingkungan sendiri, dengan tetangganya, yang dekat sampai jauh. Jadi bahan belajar IPS adalah keseluruhan tentang manusia (Suradistra, 1991:6)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisa gejala dan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Mulyasa (2006:125) pembelajaran IPS memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

(54)

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Solihatin (2008:15) mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti mencoba untuk memaparkan hasil penelitian yang judulnya hampir sama dengan judul yang peneliti pilih.

1. Berdasarkan penelitian Imron Fauzi 2008, dapat dipaparkan bahwa: a) Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS.

b) Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatakn ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 75 %, dari jumlah siswa dan siklus II sebesar 85 % dari jumlah siswa.

(55)

a) Metode pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS.

b) Metode pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 64 % dari jumlah siswa dan siklus II sebesar 75 % dari jumlah siswa.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan beberapa peneliti di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran koopertaif teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya bagi siswa SD. Atas dasar itu penelitian tidak sekedar pada variabel prestasi belajar, namun juga dengan minat belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir Penelitian

(56)

Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka berpikir penelitian

Pembelajaran konvensional (metode ceramah) yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa akan mengakibatkan siswa cenderung tidak aktif, bosan dan malas karena tidak ada dorongan minat dari guru. Maka guru harus menggunakan model pembelajaran yang dapat memancing siswa untuk berperan secara aktif dalam pembelajaran, karena penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai akan mengakibatkan rendahnya minat belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Oleh karena itu peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw guna meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw semua siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran melalui

Tindakan

Hasil yang diharapkan

Penggunaan model pembelajaran kooperatif

teknik jigsaw

Minat belajar dan prestasi belajar siswa meningkat

Siklus 1

Siklus 2 Kondisi

awal

Pembelajaran konvensional

Minat belajar dan prestasi belajar siswa

(57)

kegiatan diskusi kelompok. Karena siswa akan memperoleh pengalaman secara langsung dalam proses belajar dan berkelompok. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa, sehingga minat belajar menjadi meningkat. Keterlibatan ini juga mampu meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam belajar dan diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan minat belajar pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik tahun pelajaran 2011/2012.

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan untuk dapat meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Selain itu, Penelitian Tindakan Kelas juga bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dan sasaran akhirnya untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan.

Menurut Suwandi (dalam Arikunto, 2008:3) menjelaskan fase penelitian tindakan kelas dari unsur kata pembentuknya, yakni penelitian, tindakan, dan kelas. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Penelitian mengacu pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

(59)

tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3. Model Siklus PTK (Arikunto, 2006:16) 1. Perencanaan

Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Dalam kegiatan perencanaan mencakup beberapa hal, antara lain: (a) identifikasi masalah, (b) analisis penyebab adanya masalah, dan (c) pengembangan bentuk tindakan yang akan dilakukan sebagai bentuk solusi atau pemecahan masalah.

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

? Refleksi

Pengamatan

(60)

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Guru harus memperhatikan hal-hal: a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, c) bagaimanakah situasi proses tindakan, d) apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat, dan e) bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu. 3. Pengamatan atau observasi

Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan yang dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran. Merupakan suatu pengaruh dari pelaksanaan tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data.

4. Refleksi

(61)

peneliti menentukan keputusan untuk menentukan siklus lanjutan ataukah berhenti karena masalahnya sudah terpecahkan.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SD Karitas Ngaglik yang beralamat di Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman,Yogyakarta.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VB SD Karitas Ngaglik semester genap tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 24 siswa.

3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw pada materi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

4. Waktu Penelitian

(62)

Tabel 1 Waktu Penelitian

No Kegiatan Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 Observasi V

2 Penulisan Proposal V V 3 Pembuatan

instrumen V

4 Uji Coba Instrumen V 5 Pelaksanaan

Siklus I V

Siklus II V

6 Analis data V

7 Penyusunan

laporan V V

8 Ujian Skripsi V

9 Revisi V

10 Pembuatan artikel V

C. Rencana Penelitian

Rencana penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama dengan menggunakan teknik Jigsaw dengan anggota setiap kelompok berjumlah 6 siswa. Siklus kedua dengan menggunakan teknik Jigsaw dengan anggota setiap kelompok berjumlah 4 siswa. Dalam setiap

siklus dilakukan pengamatan dan setiap akhir siklus diadakan tes dengan menggunakan lembar ulangan/evaluasi serta pengisian kuesioner minat. 1. Persiapan

Sebelum melaksanaan siklus I dan siklus II, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan yang meliputi sebagai berikut:

(63)

b. Melakukan pengamatan pada siswa kelas VB untuk mengetahui kondisi kelas saat proses belajar mengajar berlangsung.

c. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang dihadapi siswa mengenai materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. d. Menyusun proposal penelitian.

e. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya. f. Merancang dan menyusun silabus pembelajaran.

g. Menyusun instrumen pengumpulan data (rubrik pengamatan dan lembar kuesioner, soal ulangan/evaluasi).

h. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, misalnya media/alat peraga.

2. Rencana Tindakan setiap Siklus

Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan tindakan kelas sebagai berikut:

a. Siklus I

Pada siklus pertama akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuan beralokasikan 3 JP.

1) Rencana Tindakan

a) Memperkenalkan model pembelajaran yang lebih efektif untuk dapat mencapai indikator.

b) Merancang dan menyusun rencana kegiatan pembelajaran (RPP), LKS dan bahan ajar.

(64)

2) Pelaksanaan Tindakan I a) Pertemuan 1

Kegiatan Pembelajaran

(1) Memberiakan apersepsi mengenai materi yang akan dipelajari dengan tanya jawab mengenai bentuk-bentuk perlawanan melawan penjajah di Indonesia.

(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran. (3) Pembentukan kelompok asal

Kelompok asal terdiri dari 4 kelompok yang terdiri dari 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Setiap kelompok asal memperoleh sub materi yang akan dipelajari, yakni peristiwa 10 November 1945, pertempuran Ambarawa, Bandung Lautan Api, pertempuaran Medan Area, Perjanjian Linggarjati, dan Agresi Militer Belanda I.

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

(4) Pembentukan kelompok Ahli

Setiap ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu sub materi pelajaran. Siswa 1 akan mempelajari tentang Peristiwa 10 November 1945, siswa 2 mempelajari tentang Pertempuran

1 2 3

4 5 6

1 2 3

4 5 6

1 2 3

4 5 6

1 2 3

(65)

Lautan Api, siswa 4 akan mempelajari tentang Pertempuran Medan Area, siswa 5 akan mempelajari tentang Perjanjian Linggarjati, siswa 6 akan mempelajari tentang Agresi Militer Belanda I. Kemudian masing-masing ahli sub materi yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Ahli I Ahli II Ahli III Ahli IV

Kelompok Kelompok Ahli V Ahli VI

(5) Setiap kelompok ahli membahas sub materi yang diberikan oleh guru, dengan rincian sebagai berikut: kelompok ahli I mempelajari tentang Peristiwa 10 November 1945, kelompok ahli II mempelajari tentang Pertempuran Ambarawa, kelompok ahli III akan mempelajari tentang Bandung Lautan Api, kelompok ahli IV akan mempelajari tentang Pertempuran Medan Area, kelompok ahli V akan mempelajari tentang perjanjian Linggarjati, kelompok ahli VI akan mempelajari tentang Agresi militer Belanda I.

1 1

1 1

2 2

2 2

3 3

3 3

4 4

4 4

5 5

5 5

6 6

(66)

(6) Diskusi kelompok ahli

Setiap kelompok ahli mempelajari sub materi yang telah diberikan. Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas/soal dan saling berdiskusi mengenai permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya.

b) Pertemuan 2

Kegiatan pembelajaran

(1) Memberikan apersepsi mengenai materi yang akan dipelajari dengan tanya jawab mengenai materi sebelumnya.

(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

(3) Masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV

(4) Pembelajaran pada kelompok asal

Dalam kelompok asal setiap anggota menjelaskan materi dan menjawab pertanyaan yang menjadi keahliannya yang telah dipelajari dalam kelompok ahli. Setiap anggota kelompok asal bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal mendapat giliran untuk menjelaskan dan menanggapi materi yang telah disampaikan masing-masing anggota kelompoknya.

1 2 3

4 5 6

1 2 3

4 5 6

1 2 3

4 5 6

1 2 3

(67)

(5) Diskusi kelompok asal

Siswa mengerjakan LKS dari guru secara berkelompok. (6) Hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan kelas. (7) Kelompok asal yang lain saling menanggapi kelompok

presentasi. (8) Diskusi Kelas

Siswa dan guru saling berdiskusi untuk memperbaiki kesalahan konsep-konsep pada siswa.

(9) Tes / Evaluasi

Evaluasi dikerjakan secara individu. 3) Pengamatan / observasi

Pengamatan/observasi dilakukan untuk mengamati dan mengumpulkan data mengenai minat belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan rubrik pengamatan minat yang diisi oleh peneliti dan pengisian kuesioner yang diisi oleh siswa yang telah tersedia pada siklus I.

4) Refleksi

Refleksi dilakukan peneliti pada siklus I akhir pertemuan pertama dan akhir pertemuan kedua, yaitu sebagai berikut:

(a) Mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua tentang apa yang berhasil, kendala, dan hambatan yang dihadapi siswa.

(68)

(c) Membandingkan hasil ulangan atau tes yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

(d) Merencanakan perbaikan berdasarkan hasil ulangan atau tes dan observasi untuk dilakukan pada siklus ke II.

b. Siklus II

Pada siklus kedua akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuan beralokasikan 3 JP.

1) Rencana Tindakan

Peneliti memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS serta instrumen penelitian berdasarkan hasil refleksi, dan melanjutkan kegiatan pembelajaran mengenai perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di siklus II, sehingga pemahaman siswa lebih kompleks dan diakhiri dengan ulangan atau evaluasi serta pengisian kuesioner minat.

2) Pelaksanaan Tindakan II a) Pertemuan 1

Kegiatan Pembelajaran

(1) Memberiakan apersepsi mengenai materi yang akan dipelajari dengan tanya jawab tentang bangsa-bangsa yang pernah menjajah di Indonesia.

Gambar

Gambar 3. Model Siklus PTK  ........................................................................
Gambar 1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Gambar 2. Kerangka berpikir penelitian
Gambar 3. Model Siklus PTK
+7

Referensi

Dokumen terkait