• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS V SEKOLAH DASAR - reposi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS V SEKOLAH DASAR - reposi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Arifin (2013:12) kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Selanjutnya, Winkel dalam (Hamdani, 2011:138) prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

(2)

belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Selain itu prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar juga dapat menggambarkan sejauh mana penguasaan pelajaran yang dipahami oleh siswa. Pada penelitian ini untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai siswa pada tiap siklus.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Arifin (2013:12) mengemukakan beberapa fungsi prestasi belajar antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

(3)

Berdasarkan fungsi prestasi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator berhasil atau tidaknya proses pembelajaran.prestasi belajar dapat digunakan untuk melihat tingkat kecerdasan siswa dan mengetahui kualitas pengetahuan siswa. c. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hamdani (2011:139) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu kecerdasan, faktor jasmaniah, sikap, minat, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor dari luar yaitu keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Hal senada dikatakan juga oleh Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua, yaitu faktor-faktor internal (yang berasal dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (yang berasal dari luar individu).

1) Faktor internal dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu:

a) Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. c) Faktor yang terakhir adalah faktor kelelahan.

(4)

a) Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar yang dilakukan oleh guru, kurikulum, hubungan guru dengan peserta didik, hubungan peserta didik dengan peseerta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, yang mempengaruhi belajar peserta didik antara lain kegiatan peserta didik di masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian para ahli dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal). Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pembelajaran dan prestasi belajar siswa.

2. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pembelajaran Kooperatif

(5)

kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Hal senada dikatakan oleh Isjoni (2010:5) pada pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani bertanya, mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(6)

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dilakukan dengan membuat kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam anggota dalam kelompok tersebut, anggota saling membantu untuk memahami materi guna meningkatkan hasil belajar.

b. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif. Rusman (2014:217) arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya, Borich (2011:381) mengatakan bahwa, “in the cooperative learning activity called jigsaw II, you assign students to four to six member teams to

work on an academic task broken into several subtasks, depending on

the number of groups”. Kesimpulan pendapat tersebut bahwa dalam kooperatif tipe Jigsaw II dapat menetapkan 4 sampai 6 anggota untuk bekerja pada tugas akademik yang dibagi menjadi beberapa sub-tugas, tergantung pada jumlah kelompok.

(7)

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigwas II adalah model pembelajaran yang bertujuan agar siswa bekerja secara kelompok dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang yang berlatar belakang berbeda dan siswa saling bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing agar mencapai hasil belajar maksimal.

Teori belajar yang mendukung dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yaitu teori belajar Piaget. Teori belajar Piaget merupakan teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Rahyubi (2014:143) teori konstruktivisme Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang merupakan bentukan orang itu sendiri. Proses pembentukan pengetahuan itu terjadi apabila seseorang mengubah atau mengembangkan skema yang telah dimiliki dalam berhadapan dengan tantangan, rangsangan, dan persoalan.

(8)

kontruktivisme apabila dikaitkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru memberi kesempatan siswa untuk aktif dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggungjawab atas hasil pembelajarannya.

(9)

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. Model Jigsaw II dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama karena dalam model Jigsaw II materi yang pas digunakan dengan model ini adalah materi yang berbentuk naratif.

Dalam model Jigsaw II Slavin (2009:241), menyatakan ada lima tahapan siklus regular aktivitas pembelajaran pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, yaitu :

1) Membaca, siswa dibagi dalam beberapa kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang, kemudian materi pelajaran didistribusikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub-sub materi pembelajaran.

(10)

3) Laporan tim, setiap anggota kelompok ahli setelah kembali pada kelompok asalnya bertugas mengajar teman-temannya.

4) Tes, siswa diwajibkan untuk mengerjakan tugas secara individu. 5) Rekognisi tim, yaitu pemberian penghargaan atau skor kepada

siswa atau kelompok yang berhasil perlu diberikan.

Penghargaan tim dapat dilaksanakan dengan dua tahap : 1) Menghitung Skor Peningkatan Individual dan Tim

Setelah melakukan kuis, kemudian menghitung skor kemajuan individu dan skor tim, dan berilah sertifikat atau penghargaan lainnya kepada tim yang memperoleh skor paling tinggi. Hal ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tiap tim.

Tabel 2.1 Perhitungan skor peningkatan individu (Slavin, RE. 2009:159)

No. Skor Kuis Poin Kemajuan

1. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5

2. 10-1 poin dibawah skor awal 10

3. Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari

skor awal)

30

2) Merekognisi Peserta Tim

(11)

STAD dalam penghargaan kepada tim ada tiga tingkatan yang didasarkan pada skor rata-rata tim.

Tabel 2.2 Penghitungan Skor Penghargaan Tim

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan

25 – 30 TIM SUPER

15 – 24 TIM SANGAT BAIK

5 – 14 TIM BAIK

c. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw II

Menurut jurnal Oviyana, Wirya dan Sudarma (2015) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD” mengatakan bahwa

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat lebih merangsang siswa untuk saling bekerjasama, berpartisifasi aktif, meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran, siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Selain itu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat memudahkan guru dalam mengajar serta dapat mengatasi kekurangan waktu guru dalam menghabiskan materi pembelajaran.

d. Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw II

Model Pembelajaran Jigsaw II memiliki beberapa kelemahan. Shoimin (2014:93) kelemahan Jigsaw II diantaranya :

(12)

masing-masing, dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi.

2) Jika naggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah. 3) Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang

belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk mengubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial SD

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

(13)

siswa, sehingga dengan melahirkan warga negara baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang memberikan wawasan pengetahuan yang luas yang disajikan secara sederhana berdasarkan realitas dan fenomena yang terjadi. Dengan demikian, peserta didik yang mempelajari IPS dapat menghayati segala fenomena kemasyarakatan di masa sekarang dan mengerti problematika masa lampau sebagai bahan pertimbangan sikap di masa yang akan datang.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

(14)

pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan daan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dari tujuan IPS di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS yang utama adalah mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan warga negara agar mampu menghadapi kehidupan masyarakat dan dunia. Tujuan tersebut yang berarti membina warga negara agar dapat hidup dengan baik di lingkungan masyarakat yaitu warga negara yang memiliki kepekaan terhadap masalah sosial, terampil dalam memecahkan masalah sosial, memiliki keterampilan bekerja sama, berkomunikasi dan berkompetisi dalam masyarakat global dan yang mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu untuk bertahan di dunia global.

c. Materi Pembelajaran IPS

Materi pembelajaran IPS yang dijadikan obyek penelitian difokuskan pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan yang diajarkan pada kelas V semester 2 Sekolah Dasar.

Standar Kompetensi

(15)

Kompetensi Dasar

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian menggunakan model Jigsaw II telah banyak dilakukan seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Oviyana, Wirya dan Sudarma (2015) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD”. Jenis penelitian ini

adalah eksperimen dengan menggunakan desain post-test only control

group design dengan melibatkan sampel sebanyak 25 orang siswa kelas VI

SD N 4 Ubud sebagai kelompok eksperimen dan 20 orang siswa kelas VI SD N 5 Ubud sebagai kelompok kontrol yang dipilih dengan sistem

random sampling. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas VI di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar (thitung = 5,166 > ttabel = 2,00). Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA.

(16)

Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Jimbaran, Kuta Selatan”. Jenis penelitian merupakan

eksperimen post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Jimbaran, Kuta Selatan yang berjumlah 280 orang. Sebanyak 156 siswa terpilih sebagai sampel dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan tes dan kuesioner. Data dianalisis dengan statistik anava dan manova satu jalur. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan motivasi belajar siswa antara yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Jimbaran, Kuta Selatan dengan Fhitung = 15,335 (p = 0,000 < 0,05), (2) ada perbedaan hasil belajar IPS siswa antara yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Jimbaran, Kuta Selatan dengan Fhitung = 13,302 (p = 0,000 < 0,05),dan (3) ada perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar siswa antara yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Jimbaran, Kuta Selatan dengan F- Wilks' Lambda = 11,306 (p = 0,000 < 0,05).

(17)

penelitian ini dilaksanakan pada kelas VA SDN 1 Karanganyar yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa.

C. Kerangka Pikir

Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi IPS menjadi permasalahan yang harus diatasi oleh guru, karena jika masalah ini tidak segera diatasi melalui perbaikan kualitas dan aktivitas pembelajaran dikhawatirkan berdampak pada hasil belajar secara keseluruhan. Untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dilakukan sebuah PTK dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

(18)

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan, dirumuskan hipotesis tindakan “Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kelas V Sekolah Dasar”.

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan prestasi belajar siswa masih rendah

Kondisi Awal

Siklus I Penerapan metode

Jigsaw II Tindakan

Siklus II

Prestasi belajar siswa meningkat.

Gambar

Tabel 2.1 Perhitungan skor peningkatan individu (Slavin, RE.
Tabel 2.2 Penghitungan Skor Penghargaan Tim

Referensi

Dokumen terkait

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya terintegrasi dengan spirit pendidikan multikultural ini. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum PAI haruslah didasarkan pada

ini yaitu penambahan bumbu 4 gram gula, 4 gram garam, 1 gram bawang putih, 0,2 merica dan 0,2 gram pala merupakan formulasi flavored edible film yang paling disukai,

Berdasarkan pembahasan dan pengujian dan analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Simple Additive

Kedua setelah dilakukan rekomendasi dan implementasi maka didapatkan hasil bahwa alur proses barang terlihat lebih baik serta total waktu proses secara keluruhan mengalami

Drug Related Problems pada pasien yang Obat Tidak Efektif di Unit Stroke RSUD Banyumas pada tahun 2010... Drug Related Problems pada pasien yang

adalah beban yang lebih besar daripada standar beban angin untuk bangunan gedung menurut PMI 1983 sehingga diharapkan struktur yang terjadi mempunyai kekuatan maksimum..

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi