• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

2. Mind Map dalam Pembelajaran Matematika

Mind Map adalah bentuk istimewa pencatatan dan perencanaan yang bekerja selaras dengan otakmu dan memudahkanmu mengingat.22 Menurut Melvin L. Silberman peta pikiran atau Mind Map merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru.23

Sedangkan menurut Buzan seorang peneliti otak dari Inggris yang notabennya sebagai penemu Mind Map, ia memberikan beberapa pengertian

21

Mulyono Abdurrahman , Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h.253.

22

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Mudah Menghafal dan Berkonsentrasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. III, h.20.

23

Melvin L.Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia, 2011), h. 200.

mengenai Mind Map itu sendiri. Menurutnya Mind Map adalah cara mencatat

yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.24 Pada awal tahun 1970-an, Tony Buzan secara resmi menggunakan Mind Map sebagai alternatif penggambaran (mempresentasikan) keseluruhan pemikiran yang dihasilkan otak untuk berpikir secara linear.

Mind Map diciptakan berawal dari asumsi bahwa otak manusia tidak bekerja secara linear melainkan secara kreatif memancar seperti radiasi dari suatu konsep atau ide sentral. Mind Map digunakan untuk menggambarkan dan meningkatkan cara berpikir kreatif yang disebut Radiant Thinking yaitu proses berpikir yang berawal dari titik sentral idea atau konsep yang kemudian menyebar ke segala arah.

Mind Map mempunyai prinsip yang sederhana yaitu mengikuti kemana otak berpikir. Selanjutnya Buzan juga mengibaratkan Mind Map seperti pusat kota.

Pusat Mind Map mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran kita, jalan-jalan sekunder mewakili pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar-gambar atau bentuk-bentuk khusus dapat mewakili area yang menarik atau ide-ide menarik tertentu.

Lebih lanjut Buzan menjelaskan bahwa Mind Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pemikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. ini berarti mengingat sekaligus memproduksi kembali informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan konvensional.

Mind Map memiliki struktur alami yang memancar dari pusat dan menggunakan warna. Selain itu Mind Map juga menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak.

24

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.4.

Dengan Mind Map daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Mind Map adalah teknik meringkas bahan atau materi yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya.

Dengan menggunakan Mind Map kemampuan otak menyimpan dan mengembangkan konsep materi atau informasi tertentu dapat ditingkatkan dengan sangat baik. Di dalam Mind Map terdapat kata kunci, garis lengkung, gambar, dan warna yang bervariasi yang semuanya ini mempermudah otak mengingat sesuatu dengan lebih baik.

Karena Mind Map ini menggabungkan cara kerja otak bagian kanan dan kiri. Wilayah otak bagian kanan melibatkan gambar, warna, imajinasi, sedangkan wilayah otak bagian kiri melibatkan kata, angka, dan logika, sehingga siswa dapat menggunakan potensi otaknya secara optimum.

Dengan demikian Mind Map bukan hanya dapat dikatakan sebagai teknik mencatat yang akan meningkatkan daya ingat siswa, tetapi Mind Map juga dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Menurut Buzan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat Mind Map, yaitu sebagai berikut :25

1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar

2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral 3) Gunakan warna

4) Hubungkan cabang utama ke gambar pusat. Dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. 5) Buatlah garis hubungan yang melengkng, bukan garis lurus

25

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis 7) Gunakan gambar

Gambar 2.1 Contoh Mind Map26

a. Fungsi Mind Map

Menurut Michael Michalko dalam buku terlarisnya Cracking Creativity, Mind Map berfungsi : 27

1) Mengaktifkan seluruh otak

2) Membereskan akal dari kekusutan mental

3) Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan

4) Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah

5) Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian

6) Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya 26 Ibid., h.157. 27 Ibid., h.6.

b. Peta Pikiran (Mind Map) dalam Pembelajaran Matematika

Teknik Mencatat yang baik harus membantu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman materi, membantu mengorganisasi materi, memberikan wawasan baru, dan mampu memunculkan ide baru. Mind Map dapat memungkinkan terjadinya semua itu.

Dengan penggunaan Mind Map dalam pembelajaran matematika sehingga stigma bahwa belajar matematika yang membosankan dan menyulitkan karena harus banyak menghafal rumus, kemudian terlalu banyak catatan yang digunakan, dan sulit mengorganisasikan antar materi tidak akan muncul lagi. Mind Map mampu merangkum materi yang banyak menjadi diagram warna-warni yang sederhana, wajar dan alami selaras dengan kerja otak kita.

c. Teknik Mencatat Secara Konvensional

Berkenaan dengan pencatatan, seringkali siswa tanpa disadari membuat catatan yang tidak efektif dan efisien. Sebagian besar melakukan pencatatan secara linear. Bahkan tidak sedikit pula di antara mereka membuat catatan dengan menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji pada buku atau penjelasan lisan. Hal ini mengakibatkan hubungan antar ide atau informasi menjadi sangat terbatas dan spesifik, berujung pada minimnya kreativitas yang dapat dikembangkan setelahnya.

Bentuk pencatatan seperi ini juga memunculkan kesulitan untuk mengingat dan menggunakan seluruh informasi tersebut dalam belajar. Siswa yang tergantung pada catatan-catatan konvensional, panjang atau terformat maupun dengan kerangka dapat berada pada keadaan yang tidak menguntungkan.

Kebiasaan ini kontradiktif dengan pencapaian hasil pembelajaran optimal. Aktivitas mencatat seperti ini memaksa pikiran bekerja (membuat catatan) secara terpisah dari proses pengingatan dan pembelajaran.

Optimalisasi penggunaan pikiran lebih sedikit dibandingkan penggunaan mata dan tangan. Segera setelah melihat informasi yang tersaji, tanpa melalui evaluasi kritis, informasi tersebut langsung ditulis tanpa menghiraukan apakah

catatan yang dibuat nantinya dapat membantu proses pengingatan/pembelajaran lanjutan.

Tabel 2.2

Perbedaan Catatan Konvensional Dengan Catatan Mind Map

No. CatatanKonvensional Catatan Mind Map

1 Hanya berupa tulisan-tulisan saja Berupa tulisan, simbol, dan gambar

2 Mencatat pada buku tulis yang bergaris lurus, sehingga

membosankan dan tidak

membebaskan imajinasi

Mencatat pada kertas kosong yang memingkinkan siswa mampu

menciptakan/menghasilkan ide-ide baru

3 Tidak menggunakan warna yang bervariasi sehingga membosankan atau hanya dalam satu warna

Menggunakan warna bervariasi sehingga disukai otak atau menggunakan banyak warna 4 Waktu untuk belajar lebih lama Waktu untuk belajar lebih cepat

dan efektif

B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang pengaruh teknik mencatat (Mind Map) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, yaitu :

1) Yunita Istikomah, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh metode

pemberian tugas luar kelas (membuat peta pikiran (mind map) terhadap

hasil belajar geografi siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka hipotesis penelitian ini diterima, artinya ada pengaruh antara siswa yang menggunakan metode pemberian tugas membuat peta pikiran (mind map)

dengan yang tidak menggunakan metode pemberian tugas membuat peta pikiran (mind map).

2) Jarnawi Afgani D dan Ayu Anzela Sari, dalam jurnal penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map setelah

Pembelajaran Terhadap Kemampuan Kreativitas dan Koneksi Matematik

Siswa”. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada peningkatan kreativitas

dan koneksi siswa dalam pembelajaran matematika setelah diberi tugas mind map.

3) Neily El’Izzah, dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh strategi Mind Mapping terhadap hasil belajar matematika siswa berdasarkan Taksonomi SOLO (The Structure of The Observed Learning Outcome).” Hasil

penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa berdasarkan Taksonomi SOLO yang diajar strategi Mind Mapping lebih tinggi dari pada yang diajar strategi ekspositori.

4) Risqi Rahman, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara

Self-Concept Terhadap Matematika Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan hubungan berpikir kreatif dengan self-concept Desain penelitian ini adalah survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-concept mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berisi konsep-konsep abstrak yang dapat membuat pola berpikir terstruktur yang sistematis, logis, cermat, dan konsisten, oleh sebab itu sering ditemui bahwa banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran matematika karena sulitnya memahami konsep-konsep tersebut.

Dalam pembelajaran matematika dikelas, guru harus mencari cara dalam kegiatan pembelajaran dikelas dengan menggunakan metode serta teknik pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tidak merasa bosan dan dapat lebih mudah memahami materi yang terdapat

konsep-konsep abstrak didalamnya. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika adalah dengan teknik Mind Map atau yang biasa dikenal dengan peta pikiran.

Mind Map adalah cara mencatat yang menggabungkan kinerja otak kanan dan kiri pada manusia. Karena cara kerja Mind Map yaitu dengan mencabangkan materi dari satu tema, sehingga materi yang dijabarkan dalam bentuk Mind Map lebih spesifik dan lebih rinci.

Mind Map juga dapat meningkatkan kemampuan cara berpikir siswa, yaitu siswa dapat lebih mengoptimalisasikan ide-ide baru yang lebih kreatif sehingga berbeda dengan yang lainnya. Kemudian dari terbiasanya siswa dilatih berpikir kreatif dalam proses pembelajaran, maka pada saat diberi soal yang memungkinkan pemahaman lebih dari siswa, siswa tersebut sudah terbiasa dan dapat menjawab soal tersebut dengan jawaban-jawaban yang berbeda tetapi memiliki maksud yang sama.

Oleh karena itu upaya untuk membantu siswa dalam meningkatkan berpikir kreatif matematik siswa dapat dilakukan dengan menerapkan teknik mencatat dengan menggunakan Mind Map.

Gambaran mengenai penggunaan teknik mencatat peta pikiran (Mind Map) dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram berikut :

D. Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah “Kemampuan berpikir kreatif matematik

siswa pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan Mind Map dikelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan menggunakan catatan secara konvensional

dikelas kontrol”

Peta Pikiran (Mind Map) Permasalahan

- Matematika dianggap sebagai pelajaran yang menyulitkan

- Metode dan teknik pembelajaran yang masih

konvensional

- Hasil belajar matematika rendah

- Kesulitan anak dalam cara berpikir kreatif pada aspek elaborasi untuk menemukan gagasan baru sehingga bervariatif dalam menyelesaikan soal yang berbentuk uraian

Mind Map adalah cara mencatat yang menggabungkan kinerja otak kanan dan kiri pada manusia. Karena cara kerja Mind Map yaitu dengan

mencabangkan materi dari satu tema, sehingga materi yang dijabarkan dalam bentuk gambar lebih spesifik dan lebih rinci

Usaha siswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dengan cara memperinci bagian-bagian dari masalah tersebut agar lebih jelas sehingga memperoleh pemahaman, dengan

menemukan berbagai jawaban yang berbeda tetapi memiliki arti atau maksud yang sama.

Berpikir Kreatif Siswa

Keterampilan memperinci (elaborasi)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait