• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Teknik Mencatat Menggunakan Peta Pikiran (Mind Map) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SD Pada Aspek Elaborasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Teknik Mencatat Menggunakan Peta Pikiran (Mind Map) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SD Pada Aspek Elaborasi"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

(Quasi Eksperimen di SDN Sukabumi Selatan 01 Kebon Jeruk Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MAILINA HIDAYATI

NIM. 109018300024

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

(FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014

Kata kunci: Peta Pikiran (Mind Map), Berpikir Kreatif Matematik Pada Aspek Elaborasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan peta pikiran (Mind Map) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian randomized control group desaign. Penelitian ini dilakukan di SDN Sukabumi Selatan 01 Jakarta Barat. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tes yang mengukur kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi pada materi luas bangun datar segi banyak. Tes yang diberikan terdiri dari 5 soal bentuk uraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan menggunakan peta pikiran (Mind Map) adalah sebesar 76,60, sedangkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional sebesar 47,40. Berdasarkan uji-t diperoleh thitung = 12,80 dan ttabel sebesar 2,01 dengan taraf signifikan (α) = 5% dan derajat kebebasan (db) = 48. Karena thitung > ttabel, maka rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan menggunakan peta pikiran (Mind Map), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan peta pikiran (Mind Map) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi.

(6)

ii

Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta., 2014

Keyword: Mind Map, Mathematical Creative Thinking Capability in Elaboration Aspect

The aim of this research is determine the influence of using mind map to elementary student’s mathematical creative thinking capability in elaboration aspect. This research used experiment with quasi method with randomized control group desaign research planning. This research conducted in SDN Sukabumi Selatan 01 West Jakarta. Sampling conducted by using cluster random sampling technique. Research instrument which is used is test of material polygon area to measure elementary student’s mathematical creative thinking capability in elaboration aspect. Tests consist of 5 essay questions. The result showed that the mean of student’s mathematical creative thinking capability in elaboration aspect by using mind map is 76,60 and student’s mathematical creative thinking capability in elaboration aspect in conventional way is 47,40. Based on hypothesistesting, found that tvalue= 12,80 and ttable=2,01 with a significance level (a)=5% and the degrees of freedom (db)=48. Because tvalue<ttable, the mean of elementary student’s mathematical creative thinking capability in elaboration aspect by using mind map is more effective than using a conventional way. Thus it can be said using mind map influences elementary student’s mathematical creative thinking capability in elaboration aspect.

(7)

iii

Puji syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, selalu memberikan petunjuk kepada orang yang bersungguh-sungguh dan memberikan jalan keluar terhadap segala kesulitan. Karena Allah lah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang terjadi di dunia. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang memberikan tauladan bagi umatnya sehingga selamat di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Berkat dukungan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak secara moril maupun materiil, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Fauzan, M.A, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya 3. Lia Kurniawati, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini

4. Merry Herlina, S.Pd, selaku kepala sekolah SDN 01 Sukabumi Selatan Jakarta Barat

5. Dra. Noni Hamzah (Ncing Noni), selaku guru di SDN 01 Sukabumi Selatan Jakarta Barat (kakak kandung bapak), yang senantiasa memberikan motivasi dan membantu dalam perizinan lokasi penelitian di sekolah yang beliau ajar 6. Seluruh Dwan Guru, Staf dan siswa-siswi SDN 01 Sukabumi Selatan Jakarta

(8)

iv

Syarief Hidayatullah dan Ibu Muningrat, yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang, semangat serta motivasi yang tiada henti-hentinya baik moril maupun materil, yang tidak mungkin terbalaskan pengorbanannya 9. Adik-adikku tercinta dan tersayang Mega Septi Maulida dan Kaisar Arief

Bani Hamzah yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar secepatnya menyelesaikan studi dan skripsinya

10. Sahabat-sahabat terbaikku “Team Power Rangers” yang terdiri dari Sifa Kumala, Agi Nurahmadana, Herey Purwanto, dan Deni Irawan yang selalu ada bersama penulis dikala sedih dan suka, memberikan semangat dan selalu memotivasi satu sama lain

11. “Special someone” yang selalu ada buat penulis, terima kasih untuk waktu yang diberikan kepada penulis, memberikan dukungan, motivasi, semangat, saran, agar penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsinya.

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga

bantuan, bimbingan, semangat, do’a, dan dukungan yang diberikan pada penulis

dibalas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 20 Januari 2014

(9)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Deskripsi Teoritik ... 9

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik ... 9

a. Pengertian Kemampuan Berpikir Matematik ... 9

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 12

c. Cara Mengembangkan Berpikir Kreatif Anak ... 14

d. Pengertian Matematika... 14

2. Mind Map dalam Pembelajaran Matematika ... 17

a. Pengertian Mind Map ... 17

b. Fungsi Mind Map ... 20

c. Mind Map dalam Pembelajaran Matematika ... 21

(10)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

B. Metode dan Desain Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

D. Variabel Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Uji Validitas ... 32

2. Uji Reliabilitas ... 33

3. Uji Tingkat Kesukaran ... 35

4. Uji Daya Pembeda ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 37

1. Uji Prasyarat Analisis ... 37

a. Uji Normalitas ... 37

b. Uji Homogenitas ... 40

2. Uji Hipotesis ... 41

H. Teknik Analisa Data ... 42

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Data ... 44

1. Hasil Tes Kelas Eksperimen ... 44

2. Hasil Tes Kelas Kontrol ... 46

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas ... 49

2. Uji Homogenitas ... 50

3. Pengujian Hipotesis ... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

(11)

vii

(12)

viii

Tabel 2.2: Perbedaan Catatan Konvensional dengan Catatan Mind Map ... 22

Tabel 3.1: Desain Penelitian ... 27

Tabel 3.2: Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .. 29

Tabel 3.3: Rubrik Penskoran Analitik Skala 4 ... 30

Tabel 3.4: Hasil Uji validitas ... 33

Tabel 3.5: Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 34

Tabel 3.6: Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 35

Tabel 3.7: Hasil Perhitungan Uji Daya pembeda ... 36

Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 45

Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 47

Tabel 4.3: Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 48

Tabel 4.4: Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol 50

(13)

ix

Gambar 2.1: Contoh Mind Map ... 20

Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Hasil Tes Kelas Eksperimen ... 46

Gambar 4.2: Histogram Frekuensi Hasil Tes Kelas Kontrol ... 47

Gambar 4.3: Siswa Saat Melakukan Diskusi Kelompok ... 52

Gambar 4.4: Contoh Mind Map yang Dibuat Oleh Siswa ... 53

Gambar 4.5: Contoh Jawaban Tes Pada Kelas Eksperimen ... 56

(14)

x

Lampiran 1: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 64

Lampiran 2: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 93

Lampiran 3: Ilustrasi Kegiatan, Lembar Kerja Siswa, dan Kunci Jawaban ... 106

Lampiran 4: Rubrik Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Elaborasi... 141

Lampiran 5: Soal Instrumen Penelitian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Elaborasi... 143

Lampiran 6: Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Elaborasi ... 146

Lampiran 7: Hasil Tes Kelas Eksperimen ... 149

Lampiran 8: Hasil Tes Kelas Kontrol ... 150

Lampiran 9: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas ... 151

Lampiran 10: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Reliabilitas ... 154

Lampiran 11: Langkah-langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran ... 157

Lampiran 12: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Daya Pembeda ... 159

Lampiran 13: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelas Eksperimen ... 162

Lampiran 14: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelas Kontrol ... 166

Lampiran 15: Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Kelas Eksperimen ... 170

Lampiran 16: Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Kelas Kontrol ... 172

Lampiran 17: Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 174

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa. Salah satu peranan pendidikan yaitu mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan tidak terlepas dari ungkapan berkualitas, terlebih lagi di dalam dunia yang mengglobal dewasa ini di mana terjadinya persaingan dalam berbagai lapangan kehidupan.1

Hal ini dapat terjadi jika bangsa tersebut memiliki kemampuan untuk mengenali, menghargai, juga serta memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat terutama kepada siswa. Dan dalam hal ini, menurut E.Mulyasa menyatakan

“pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP), sebagai acuan

bagi pelaksanaan pendidikan di Indonesia”.2

Selain itu peran seorang guru juga sangat dibutuhkan dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, karena guru adalah tenaga pengajar yang secara langsung melaksanakan proses pendidikan. Dalam UU RI No.20 Tahun 2003

pasal 1 ayat 1 menjelaskan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”.3

Dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, maka pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan peserta didik untuk siap berkompetisi seiring dengan arus kemajuan globalisasi. Sesuai dengan arti dari

1

H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional – Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), Cet.1, h.66.

2

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosadakarya, 2007), Cet. 3, h.44.

3

(16)

standarisasi pendidikan nasional merupakan suatu tuntunan globalisasi yaitu kehidupan yang penuh persaingan bukan berarti kehidupan yang penuh permusuhan tetapi terus-menerus memperbaiki diri dengan meningkatkan kemampuan diri agar tidak menjadi budak dari bangsa-bangsa yang lain.4

Dalam hal ini, matematika salah satu mata pelajaran yang semakin diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh dalam bidang perdagangan, orang dituntut untuk mengerti matematika minimal pada operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.

Kemudian pada jenis profesi lainnya seperti karyawan/pegawai, ibu rumah tangga, guru, ahli agama, ahli ekonomi, dan seluruh manusia “sebenarnya” dituntut menyenangi matematika yang kemudian berupaya untuk belajar dan memahaminya. Mengingat begitu penting dan banyaknya peran matematika dalam kehidupan manusia, maka dampak dari pentingnya kita bisa memahami dan menguasai matematika yaitu kita menjadi lebih mudah dalam menyelesaikan suatu masalah yang terjadi didalam kehidupan, karena matematika selalu akan kita temui dalam berbagai aspek di kehidupan sehari-hari manusia.

Akan tetapi, pada umumnya banyak orang yang beropini bahwa matematika merupakan pelajaran yang cukup berat, hal tersebut pun juga terjadi di bidang pendidikan yaitu dari sisi diri siswa. Melihat kenyataan siswa yang kurang minat terhadap matematika, sehingga nilai mata pelajaran matematika masih menunjukkan angka yang sangat rendah dan memperihatinkan.

Hal tersebut terbukti dari hasil Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) 2011, yang baru saja dipublikasikan, semakin menegaskan kondisi gawat darurat dunia pendidikan di Tanah Air. Nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII (kali ini Indonesia tidak mengikutkan siswa kelas IV) hanya 386 dan menempati urutan ke-38 dari 42 negara.

Di bawah Indonesia ada Suriah, Maroko, Oman dan Ghana. Negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, berada di atas Indonesia. Singapura bahkan di urutan kedua dengan nilai rata-rata 611. Nilai ini secara statistik tidak berbeda secara signifikan dari nilai rata-rata Korea, 613 di urutan

4

(17)

pertama dan nilai rata-rata Taiwan, 609, di urutan ketiga. Adapula hasil Progress in International Reading Literacy Studi (PIRLS) 2011, yang juga baru diterbitkan, menempatkan siswa kelas IV Indonesia di urutan ke-42 dari 45 negara dengan nilai rata-rata 428. Di bawahnya ada Qatar, Oman, dan Maroko.5

Dikarenakan siswa menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Rasa takut terhadap pelajaran matematika (fobia matematika) sering kali menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Padahal, matematika itu bukan pelajaran yang sulit, dengan kata lain sebagaimana dituturkan oleh ahli matematika ITB Iwan Pranoto, setiap orang bisa bermatematika. Menurut Iwan, masalah fobia matematika kerap dianggap sangat krusial dibandingkan bidang studi lainnya karena sejak SD bahkan TK, siswa sudah diajarkan matematika.6

Hal ini juga terjadi di SDN Sukabumi Selatan 01 Kebon Jeruk Jakarta Barat, berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi matematika yang bernama Bapak Ahmad Suhada, S.Pd di SD tersebut ditemukan hambatan dalam pelajaran matematika yaitu kurangnya penalaran untuk mencari cara penyelesaian terhadap soal uraian dari anak-anak, anak-anak lebih suka mengerjakan soal secara instan atau langsung.

Apabila dilihat dari aspek berpikir kreatif, yaitu pada aspek elaborasi tingkatan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran matematika adalah siswa masih merasa kesulitan dalam menghasilkan gagasan-gagasan yang bervariatif, sehingga masih terlihat kemampuan siswa yang belum dapat menuangkan contoh gagasan baru ke dalam sebuah tindakan atau pada saat menyelesaikan masalah.

Selanjutnya jika dilihat dari hasil belajar siswa selama ini, dapat terlihat bahwa siswa kelas VI SDN Sukabumi Selatan 01 memiliki hasil belajar yang masih rendah. Hal tersebut dikarenakan kurangnya minat belajar anak pada mata pelajaran matematika. Apabila anak-anak dihadapkan pada bentuk soal uraian

5

Kreshna Aditya,Posted on December 14, 2012,

http://www.bincangedukasi.com/gawat-darurat-pendidikan.html, diakses tgl 22/03/2013,12:39. 6

Abdul Halim Fathani, Membuat Belajar Matematika Menjadi Bergairah, Diposting oleh redaksi pada 07 December 2007 - 17:05:04,

(18)

yang termasuk kategori sukar, maka anak-anak menjadi malas atau enggan untuk menemukan cara penyelesaian beserta jawabannya.

Selain itu, motivasi belajar matematika terlihat kurang, sehingga anak-anak mudah lupa tentang materi yang baru dipelajarinya kemarin di sekolah. Sedangkan menurut salah satu siswa dari sekolah tersebut yang bernama Widya Warokah kelas 6B mengungkapkan bahwa matematika dianggap sebagai pelajaran yang kurang menarik dan sulit dipahami, sehingga mengakibatkan rasa ketakutan saat pelajaran matematika berlangsung. Kemudian, masalah yang dihadapi lainnya adalah siswa masih bingung dalam menyelesaikan soal uraian yang membutuhkan penalaran saat mengerjakan.

Dalam mengatasi masalah ini, dapat diajukan beberapa solusi penyelesaiannya, misalnya dengan memperbaiki cara mengajar guru di dalam kelas dengan menggunakan metode serta teknik pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, hal itu maksudkan agar minat siswa terhadap pelajaran matematika dapat berubah menjadi suka dan menyenangi pelajaran matematika. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat diterapkan dalam rangka menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran matematika dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif yaitu dengan menggunakan Mind Map.

Dengan Mind Map materi yang rumit dapat menjadi mudah dan sederhana. Apabila siswa sering kali harus menghafal daftar panjang yang dibuat lewat teknik mencatat konvensional, maka dengan Mind Map secara mental siswa dapat membangun sebuah gambar yang dapat dibayangkan. Ketika gambar tersebut muncul dalam benak siswa, maka seluruh penjelasan yang terkandung didalamnya akan terjelaskan.

(19)

pelajaran matematika dari tingkat SD sampai tingkat perguruan tinggi menurut R.Soedjadi, yaitu:7

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemilihan secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini, guru memiliki peranan penting dalam mengatasi kendala yang terjadi didalam proses belajar mengajar, karena guru bertindak sebagai fasilitator siswa di kelas, kemudian kemampuan guru dalam memberikan materi pelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menguasai pelajaran.

Oleh karena itu, seorang guru haruslah orang yang memiliki instink sebagai pendidik, mengerti, dan memahami peserta didik, serta guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan8. Terutama pada guru matematika perlu memahami dengan cara mengembangkan berbagai model dan keterampilan dalam kegiatan belajar mengajar. Serta bagaimana memilih strategi pembelajaran yang tepat berupa metode dan teknik pembelajaran.

Metode dan teknik pembelajaran yang telah dipilih guru dapat berfungsi untuk mengoptimalkan peranan siswa saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu dengan menerapkan teknik mencatat dengan menggunakan peta pikiran (Mind Map).

Menurut Buzan, Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.9 Mind Map merupakan suatu teknik mencatat kreatif materi yang dipelajari dan mencatat informasi yang diperoleh dari buku bacaan. Pencatatan dengan menggunakan Mind Map akan membuat kegiatan mencatat siswa menjadi kreatif, menarik, menyenangkan, dan

7

R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstansi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan MasaDepan, (Jakarta : DEPDIKNAS, 2000), h.43.

8

Iif Khoiru Ahmadi, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional Dan Nasional, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2010), h.55.

9

(20)

meningkatkan pemahaman. Mind Map dapat membuat siswa berkonsentrasi kepada subjek materi yang diberikan, sehingga membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian.10

Dengan menggunakan Mind Map dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, maka siswa dapat lebih mudah memahami konsep matematika serta daya pemahaman konsep siswa dapat meningkat, dan anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang membosankan dapat berubah menjadi menarik.

Kelebihan dari penggunaan teknik mencatat dengan menggunakan Mind Map, yaitu Mind Map dapat membantu cara berpikir seseorang, menyederhanakan materi atau bahan yang rumit menjadi lebih sederhana, dapat membantu kinerja otak bagian sebelah kanan dan kiri agar lebih sinergis atau secara keseluruhan karena cara kerja Mind Map sama dengan cara otak kita bekerja. Sehingga dapat terlihat dari penggunaan Mind Map kemampuan berpikir kreatif matematik siswa dapat muncul dan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Teknik Mencatat Menggunakan Peta Pikiran (Mind Map) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SD Pada Aspek

Elaborasi” di kelas VI SDN Sukabumi Selatan 01 Kebon Jeruk Jakarta Barat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang masih konvensional

2. Siswa kurang aktif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung

10

Dulfi Asrianti, “Pengaruh penerapan metode mind map disertai handout terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 1 RAO SELATAN Tahun Pelajaran

(21)

3. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang membosankan dan sulit 4. Siswa merasa ketakutan saat pelajaran matematika berlangsung 5. Hasil belajar matematika rendah

6. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematik siswa pada aspek elaborasi.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak melebar pemahaman tentang variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VI di SDN Sukabumi Selatan 01 Kebon Jeruk Jakarta Barat

2. Mind Map yang digunakan adalah catatan yang berbentuk peta pikiran yang menggabungkan kinerja otak kanan dan kiri pada manusia. Mind Map yang dihasilkan oleh siswa berbentuk gambar yang dicabang-cabangkan dari pusat gambar sebagai gagasan utama. Mind Map tersebut berfungsi sebagai alat untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat terlihat tingkat berpikir kreatif siswa dari Mind Map yang dihasilkan.

3. Berpikir kreatif siswa yang diukur dikhususkan pada aspek berpikir elaborasi, yaitu siswa dapat menyelesaikan masalah dengan membuat bagian-bagian yang lebih rinci dari masalah yang dihadapi dengan melihat kemampuan menjawab instrumen penelitian yang berbentuk soal uraian.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:

(22)

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan menggunakan Mind Map dan yang diajarkan dengan menggunakan catatan konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Di dalam suatu penelitian, tujuan merupakan salah satu alat kontrol yang dapat dijadikan sebagai petunjuk sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Maka penelitian ini bertujuan:

1. untuk mengetahui apakah teknik mencatat menggunakan peta pikiran (Mind Map) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi.

2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan menggunakan Mind Map dan yang diajarkan dengan menggunakan catatan konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki dan memperbaharui kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memotivasi untuk lebih meningkatkan cara mengajar serta dapat menyampaikan pelajaran matematika dengan teknik pembelajaran menggunakan Mind Map. 3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat mengembangkan cara berpikir

kreatif matematik siswa terutama pada aspek elaborasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika 4. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi bekal pengetahuan

(23)

9

A. Deskripsi Teoritik

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan merupakan kesanggupan dari seseorang dalam mengatasi masalah dengan apa yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Menurut Conny Semiawan Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang.1 Dalam setiap diri individu atau perorangan memilki kemampuan yang berbeda-beda, misalnya dari cara berpikir setiap individu.

Berpikir menurut Costa dan Rajendran, adalah suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Dalam proses itu terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran serta kegiatan manipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar yang membentuk suatu pemikiran dan penalaran.2

Alisuf Sabri mengemukakan bahwa berpikir adalah aktivitas jiwa yang mempunyai kecenderungan final (final tendency) yaitu pemecahan persoalan yang dihadapi. Untuk mencapai tujuan itu dalam kegiatan berpikir kita menggunakan pengalaman-pengalaman yang telah ada pada diri kita.3

Sedangkan menurut Siegler, berpikir (thinking) adalah pemrosesan informasi. Maksud dari pemrosesan informasi adalah ketika anak merasakan (perceive), melakukan penyandian (encoding), menginterpretasikan, dan

1

Conny Semiawan, dkk, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), h.1.

2

Hilda Karli dalam Jurnal Pendidikan Penabur - No.18/Tahun ke-11/Juni 2012, Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir,

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hlm%2056-66%20Model%20Pembelajaran.pdf, diakses 30 Januari 2013 12:25, h.58

3

(24)

menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berpikir.4

Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah sebuah proses mental yang berasal dari pusat pemikiran (otak) jika seseorang dihadapkan pada sebuah persoalan atau kejadian yang membutuhkan solusi pemecahannya.

Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan analitis, kreatif dan praktis, beberapa aspek yang ketika digunakan secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan.5 Menurut Guilford, kreativitas atau berpikir kreatif yaitu sebagai kemampuan untuk melihat bemacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.6

Kemudian James J.Gallagher mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya).7

Sedangkan Supriadi mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.8 Adapun Semiawan mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.9

4

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2008), h.311. 5

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h.229.

6

S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 1999), Cet.III, h.45.

7

Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h.13.

8

Ibid., h.13. 9

(25)

Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan ide atau gagasan baru yang berbeda dengan pemikiran orang lain, sehingga dapat diwujudkan dalam menyelesaikan suatu masalah dan dapat pula hasil pemikiran tersebut tertuang dalam bentuk suatu produk atau tindakan nyata.

Menurut Elaine B. Johnson berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.10 Hal ini berarti untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa, diperlukan latihan secara terus-menerus dan ketekunan. Utami Munandar menjelaskan bahwa berpikir kreatif atau berpikir divergen adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragam jawaban.11

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah suatu upaya dalam menghasilkan banyak kemungkinan jawaban atau gagasan (lancar), memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah (luwes), mampu memberikan ide baru dan unik (orisinil), serta dapat menguraikan masalah sehari-hari dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci (elaborasi).

Agar perilaku kreatif dapat terwujud, maka tidak hanya dapat dilihat dari aspek kognitif saja, tetapi harus juga memperhatikan ciri-ciri kepribadian kreatif yaitu:12 (1) mempunyai daya imajinasi yang kuat, (2) mempunyai inisiatif, (3) mempunyai minat yang luas, (4) bebas dalam berpikir (tidak kaku atau terhambat), (5) bersifat ingin tahu, (6) selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru, (7) percaya pada diri sendiri, (8) penuh semangat, (9) berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan), (10) berani dalam pendapat

10

Elaine B. Johnson, CTL Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa, 2012), h.214.

11

S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 1999), Cet.III, h.48.

12

(26)

dan keyakinan (tidak ragu dan berani dalam menyampaikan pendapat serta dapat mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya).

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar yang diuraikan pada tabel berikut.13

Tabel 2.1

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Pengertian Perilaku

Lancar : Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan; memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

Mengajukan banyak pertanyaan; menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan; mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah; lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya; bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain; dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

Luwes : Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi; dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda; mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek; memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah; menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda; memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain; dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok; jika

13

(27)

diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya; menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda; mampu mengubah arah berpikir secara spontan.

Orisinil : Mampu

melahirkan ungkapan yang baru dan unik; memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri;

mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain; mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru; memilih a-simetri dalam menggambar atau membuat disain; memilih cara berpikir yang lain dari yang lain; mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip; setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan; bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru; lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.

Elaborasi : Mampu

memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau produk;

menambahkan atau

memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik

(28)

Pada penelitian ini indikator kemampuan berpikir kreatif yang akan menjadi tolak ukur berdasar pada indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar pada aspek elaborasi yaitu:

a. Dapat memperinci jawaban yaitu dengan menemukan rumus mencari luas bangun datar segi banyak serta dapat memperkayanya dengan mengembangkan rumus yang telah ditemukan secara benar

b. Dapat menemukan cara alternatif lain untuk mendapatkan jawaban yang benar

c. Dapat menyelesaikan soal dengan caranya sendiri sehingga dapat menemukan jawaban yang benar

Uraian indikator berpikir kreatif matematik aspek elaborasi diatas

diharapkan dapat tercapai melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan peta pikiran (Mind Map).

c. Cara Mengembangkan Berpikir Kreatif Anak

Terdapat tiga hal yang dapat mengembangkan kreativitas anak didik, meliputi segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.14

1) Pengembangan kognitif, antara lain dilakukan dengan merangsang kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam berpikir

2) Pengembangan afektif, antara lain dilakukan dengan memupuk sikap dan minat untuk bersibuk diri secara kreatif

3) Pengembangan psikomotorik, dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif dan inovatif.

Berpikir kreatif dapat dikatakan sebagai berpikir divergen yaitu dalam berpikir divergen meliputi perkembangan dari kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir.15

14

Conny Semiawan, dkk, op. cit., h.10. 15

(29)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif sebagai berpikir divergen adalah suatu pemikiran yang dapat menghasilkan kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang bervariasi atau berbeda-beda.

d. Pengertian Matematika

Matematika memiliki implementasi yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari baik dalam pengembangan keilmuan maupun pengembangan kemampuan kognitif, oleh karena itu matematika dimasukan sebagai mata pelajaran yang wajib dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, bahkan perguruan tinggi pun masih digunakan dalam kegiatan perkuliahan.

Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani yaitu mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).16

Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai matematika menurut para ahli :17

1) Russefendi (1988 : 23)

Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

2) Kline (1973)

Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekomoni, dan alam

16

Erna Suwangsih, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), h.3. 17

(30)

3) Reys – dkk (1984)

Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat

Secara garis besar penulis dapat menyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang berisi konsep-konsep abstrak yang dapat membuat pola berpikir terstruktur yang sistematis, logis, cermat, dan konsisten.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa mulai dari SD hingga SMA dan bahkan juga sampai jenjang perguruan tinggi. Dalam pembelajaran matematika di SD, konsep matematika yang abstrak yang dianggap mudah dan sederhana menurut kita sebagai orang dewasa yang cara berpikirnya sudah formal, dapat menjadi hal yang sulit dimengerti oleh anak.

Anak usia SD adalah anak yang berada pada jenjang usia sekitar 7 sampai 12 tahun. Menurut Piaget anak usia sekitar ini masih berpikir pada tahap operasional konkrit. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun terkait dengan objek yang bersifat konkrit.18 Artinya siswa SD belum berpikir secara formal. Sebagaimana kita ketahui, matematika adalah ilmu deduktif, karena matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pada pengamatan (induktif) seperti pada ilmu pengetahuan yang lain. Kebenaran generalisasi matematika harus dibuktikan secara deduktif.19

Kemudian matematika juga menggunakan rumus-rumus, dalil-dalil, dan teorema-teorema, serta bahasa simbol yang memiliki arti yang padat. Terdapat perbedaan karakteristik antara matematika dengan anak usia SD, maka matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa memperhatikan tahap berpikir anak usia SD.

Agar anak dapat memahami pembelajaran matematika maka seorang guru hendaknya dapat melakukan pembelajaran dengan cara :20

18

Heruman, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 1

19

Erna Suwangsih, op. cit., h.5 20

(31)

1) Menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan dunia anak, misalnya dengan memanfaatkan lingkungan

2) Pembelajaran dapat dilakukan dengan cara dari mudah ke yang sukar atau dari konkret ke abstrak

3) Dapat menggunakan alat-alat peraga

4) Pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa 5) Semua kegiatan belajar harus kontras

Matematika yang dipelajari oleh anak SD dapat digunakan untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis, sistematis, kritis, dan cermat.

Cornelius mengungkapkan ada lima alasan tentang perlunya siswa SD belajar matematika, karena matematika merupakan :

1) Sarana berpikir yang jelas dan logis

2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari

3) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman 4) Sarana untuk mengembangkan kreatifitas

5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya21

2. Mind Map dalam Pembelajaran Matematika a. Pengertian Mind Map

Mind Map adalah bentuk istimewa pencatatan dan perencanaan yang bekerja selaras dengan otakmu dan memudahkanmu mengingat.22 Menurut Melvin L. Silberman peta pikiran atau Mind Map merupakan cara kreatif bagi tiap siswa untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru.23

Sedangkan menurut Buzan seorang peneliti otak dari Inggris yang notabennya sebagai penemu Mind Map, ia memberikan beberapa pengertian

21

Mulyono Abdurrahman , Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h.253.

22

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Mudah Menghafal dan Berkonsentrasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. III, h.20.

23

(32)

mengenai Mind Map itu sendiri. Menurutnya Mind Map adalah cara mencatat

yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.24 Pada awal tahun 1970-an, Tony Buzan secara resmi menggunakan Mind Map sebagai alternatif penggambaran (mempresentasikan) keseluruhan pemikiran yang dihasilkan otak untuk berpikir secara linear.

Mind Map diciptakan berawal dari asumsi bahwa otak manusia tidak bekerja secara linear melainkan secara kreatif memancar seperti radiasi dari suatu konsep atau ide sentral. Mind Map digunakan untuk menggambarkan dan meningkatkan cara berpikir kreatif yang disebut Radiant Thinking yaitu proses berpikir yang berawal dari titik sentral idea atau konsep yang kemudian menyebar ke segala arah.

Mind Map mempunyai prinsip yang sederhana yaitu mengikuti kemana otak berpikir. Selanjutnya Buzan juga mengibaratkan Mind Map seperti pusat kota.

Pusat Mind Map mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran kita, jalan-jalan sekunder mewakili pikiran-pikiran sekunder, dan seterusnya. Gambar-gambar atau bentuk-bentuk khusus dapat mewakili area yang menarik atau ide-ide menarik tertentu.

Lebih lanjut Buzan menjelaskan bahwa Mind Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pemikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. ini berarti mengingat sekaligus memproduksi kembali informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik pencatatan konvensional.

Mind Map memiliki struktur alami yang memancar dari pusat dan menggunakan warna. Selain itu Mind Map juga menggunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak.

24

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.4.

(33)

Dengan Mind Map daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Mind Map adalah teknik meringkas bahan atau materi yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya.

Dengan menggunakan Mind Map kemampuan otak menyimpan dan mengembangkan konsep materi atau informasi tertentu dapat ditingkatkan dengan sangat baik. Di dalam Mind Map terdapat kata kunci, garis lengkung, gambar, dan warna yang bervariasi yang semuanya ini mempermudah otak mengingat sesuatu dengan lebih baik.

Karena Mind Map ini menggabungkan cara kerja otak bagian kanan dan kiri. Wilayah otak bagian kanan melibatkan gambar, warna, imajinasi, sedangkan wilayah otak bagian kiri melibatkan kata, angka, dan logika, sehingga siswa dapat menggunakan potensi otaknya secara optimum.

Dengan demikian Mind Map bukan hanya dapat dikatakan sebagai teknik mencatat yang akan meningkatkan daya ingat siswa, tetapi Mind Map juga dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Menurut Buzan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat Mind Map, yaitu sebagai berikut :25

1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar

2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral 3) Gunakan warna

4) Hubungkan cabang utama ke gambar pusat. Dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. 5) Buatlah garis hubungan yang melengkng, bukan garis lurus

25

(34)

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis 7) Gunakan gambar

Gambar 2.1 Contoh Mind Map26

a. Fungsi Mind Map

Menurut Michael Michalko dalam buku terlarisnya Cracking Creativity, Mind Map berfungsi : 27

1) Mengaktifkan seluruh otak

2) Membereskan akal dari kekusutan mental

3) Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan

4) Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah

5) Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian

6) Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya

26

Ibid., h.157. 27

(35)

b. Peta Pikiran (Mind Map) dalam Pembelajaran Matematika

Teknik Mencatat yang baik harus membantu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman materi, membantu mengorganisasi materi, memberikan wawasan baru, dan mampu memunculkan ide baru. Mind Map dapat memungkinkan terjadinya semua itu.

Dengan penggunaan Mind Map dalam pembelajaran matematika sehingga stigma bahwa belajar matematika yang membosankan dan menyulitkan karena harus banyak menghafal rumus, kemudian terlalu banyak catatan yang digunakan, dan sulit mengorganisasikan antar materi tidak akan muncul lagi. Mind Map mampu merangkum materi yang banyak menjadi diagram warna-warni yang sederhana, wajar dan alami selaras dengan kerja otak kita.

c. Teknik Mencatat Secara Konvensional

Berkenaan dengan pencatatan, seringkali siswa tanpa disadari membuat catatan yang tidak efektif dan efisien. Sebagian besar melakukan pencatatan secara linear. Bahkan tidak sedikit pula di antara mereka membuat catatan dengan menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji pada buku atau penjelasan lisan. Hal ini mengakibatkan hubungan antar ide atau informasi menjadi sangat terbatas dan spesifik, berujung pada minimnya kreativitas yang dapat dikembangkan setelahnya.

Bentuk pencatatan seperi ini juga memunculkan kesulitan untuk mengingat dan menggunakan seluruh informasi tersebut dalam belajar. Siswa yang tergantung pada catatan-catatan konvensional, panjang atau terformat maupun dengan kerangka dapat berada pada keadaan yang tidak menguntungkan.

Kebiasaan ini kontradiktif dengan pencapaian hasil pembelajaran optimal. Aktivitas mencatat seperti ini memaksa pikiran bekerja (membuat catatan) secara terpisah dari proses pengingatan dan pembelajaran.

(36)

catatan yang dibuat nantinya dapat membantu proses pengingatan/pembelajaran lanjutan.

Tabel 2.2

Perbedaan Catatan Konvensional Dengan Catatan Mind Map

No. CatatanKonvensional Catatan Mind Map

1 Hanya berupa tulisan-tulisan saja Berupa tulisan, simbol, dan gambar

2 Mencatat pada buku tulis yang bergaris lurus, sehingga

membosankan dan tidak

membebaskan imajinasi

Mencatat pada kertas kosong yang memingkinkan siswa mampu

menciptakan/menghasilkan ide-ide baru

3 Tidak menggunakan warna yang bervariasi sehingga membosankan atau hanya dalam satu warna

Menggunakan warna bervariasi sehingga disukai otak atau menggunakan banyak warna 4 Waktu untuk belajar lebih lama Waktu untuk belajar lebih cepat

dan efektif

B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang pengaruh teknik mencatat (Mind Map) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, yaitu :

1) Yunita Istikomah, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh metode pemberian tugas luar kelas (membuat peta pikiran (mind map) terhadap

(37)

dengan yang tidak menggunakan metode pemberian tugas membuat peta pikiran (mind map).

2) Jarnawi Afgani D dan Ayu Anzela Sari, dalam jurnal penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pemberian Tugas Creative Mind Map setelah

Pembelajaran Terhadap Kemampuan Kreativitas dan Koneksi Matematik

Siswa”. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada peningkatan kreativitas

dan koneksi siswa dalam pembelajaran matematika setelah diberi tugas mind map.

3) Neily El’Izzah, dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh strategi Mind Mapping terhadap hasil belajar matematika siswa berdasarkan Taksonomi SOLO (The Structure of The Observed Learning Outcome).” Hasil

penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa berdasarkan Taksonomi SOLO yang diajar strategi Mind Mapping lebih tinggi dari pada yang diajar strategi ekspositori.

4) Risqi Rahman, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara

Self-Concept Terhadap Matematika Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan hubungan berpikir kreatif dengan self-concept Desain penelitian ini adalah survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-concept mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berisi konsep-konsep abstrak yang dapat membuat pola berpikir terstruktur yang sistematis, logis, cermat, dan konsisten, oleh sebab itu sering ditemui bahwa banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran matematika karena sulitnya memahami konsep-konsep tersebut.

(38)

konsep-konsep abstrak didalamnya. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika adalah dengan teknik Mind Map atau yang biasa dikenal dengan peta pikiran.

Mind Map adalah cara mencatat yang menggabungkan kinerja otak kanan dan kiri pada manusia. Karena cara kerja Mind Map yaitu dengan mencabangkan materi dari satu tema, sehingga materi yang dijabarkan dalam bentuk Mind Map lebih spesifik dan lebih rinci.

Mind Map juga dapat meningkatkan kemampuan cara berpikir siswa, yaitu siswa dapat lebih mengoptimalisasikan ide-ide baru yang lebih kreatif sehingga berbeda dengan yang lainnya. Kemudian dari terbiasanya siswa dilatih berpikir kreatif dalam proses pembelajaran, maka pada saat diberi soal yang memungkinkan pemahaman lebih dari siswa, siswa tersebut sudah terbiasa dan dapat menjawab soal tersebut dengan jawaban-jawaban yang berbeda tetapi memiliki maksud yang sama.

(39)

Gambaran mengenai penggunaan teknik mencatat peta pikiran (Mind Map) dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram berikut :

D. Hipotesis Penelitian

Dari kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah “Kemampuan berpikir kreatif matematik

siswa pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan Mind Map dikelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa pada aspek elaborasi yang diajarkan dengan menggunakan catatan secara konvensional

dikelas kontrol”

Peta Pikiran (Mind Map) Permasalahan

- Matematika dianggap sebagai pelajaran yang menyulitkan

- Metode dan teknik pembelajaran yang masih

konvensional

- Hasil belajar matematika rendah

- Kesulitan anak dalam cara berpikir kreatif pada aspek elaborasi untuk menemukan gagasan baru sehingga bervariatif dalam menyelesaikan soal yang berbentuk uraian

Mind Map adalah cara mencatat yang menggabungkan kinerja otak kanan dan kiri pada manusia. Karena cara kerja Mind Map yaitu dengan

mencabangkan materi dari satu tema, sehingga materi yang dijabarkan dalam bentuk gambar lebih spesifik dan lebih rinci

Usaha siswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dengan cara memperinci bagian-bagian dari masalah tersebut agar lebih jelas sehingga memperoleh pemahaman, dengan

menemukan berbagai jawaban yang berbeda tetapi memiliki arti atau maksud yang sama.

Berpikir Kreatif Siswa

(40)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sukabumi Selatan 01 beralamat di Jl. Raya Sukabumi Selatan RT 007/RW 05 Kelurahan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Pada tanggal 1 15 November 2013.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperimen, yaitu penelitian dimana tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali dari variabel-variabel tertentu. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok dan kelompok . Kelompok adalah kelompok dengan perlakuan pemberian teknik mencatat Mind Map dan kelompok adalah kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran menggunakan teknik mencatat konvensional.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berbentuk Randomized Control Group Desaign yang melibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang keduanya ditentukan secara acak.

Pelaksanaan penelitian diperlukan 2 kelompok kelas, yaitu :

1. Kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan teknik mencatat Mind Map.

(41)
[image:41.595.113.531.76.440.2]

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

(R) Eksperimen Y

(R) Kontrol Y

Keterangan :

R : Kelas eksperimen dan kelas kontrol

: Perlakuan pembelajaran matematika menggunakan Mind Map : Perlakuan pembelajaran matematika konvensional

y : Tes yang diberikan kepada kedua kelompok setelah diberi perlakuan

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VI SDN Sukabumi Selatan 01 Kebon Jeruk Jakarta Barat yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas dengan teknik Cluster Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Dari 3 kelas yang ada di sekolah tersebut, dipilih 2 kelas secara random dengan melakukan pengundian untuk menentukan kelas mana yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

a. Kelas eksperimen ialah kelas yang diajar dengan menggunakan Mind Map. b. Kelas kontrol ialah kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

D. Variabel Penelitian

a. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yang adalah teknik mencatat menggunakan Mind Map sebagai variabel (X)

(42)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes kemampuan berpikir kreatif pada aspek elaborasi. Tes berpikir kreatif ini berdasarkan TKV Torrence. Tes ini bersifat verbal (mengukur kemampuan berpikir divergen) dan sudah baku, karena sudah diujikan ke beberapa negara oleh Torennce. Dan Utami Munandar telah menggunakan tes ini pertama kali di Indonesia.1

Standarisasi tes kreativitas verbal (TKV) dilakukan oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.2 Tes ini juga telah digunakan untuk pengukuran kemampuan berpikir kreatif baik tingkat SD, SMP dan SMU, dikarenakan pelajar tingkat sekolah tersebut, kegiatan utamanya banyak menggunakan kegiatan secara verbal.

TKV ini terdiri dari enam aspek berpikir kreatif antara lain: kelancaran kata, kelancaran menyusun kata, kelancaran berekspresi, kelancaran memberi ide, fleksibelitas dan orisinalitas serta kelancaran memberi ide dan elaborasi, akan tetapi yang akan diujicobakan hanya pada aspek elaborasinya saja.

Berikut ini langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

a. Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam penelitian

b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian, dengan terlebih dahulu menentukan indikatornya

c. Membuat soal instrumen penelitian dari kisi-kisi yang telah dibuat

d. Setelah itu, instrumen yang telah di buat kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing

e. Melakukan uji coba instrumen

1

Utami Munandar, Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), Cet III, h.68.

2

(43)
[image:43.595.124.528.86.564.2]

Disain kisi-kisi instrumen penelitian penggunaan teknik mencatat menggunakan peta pikiran (Mind Map) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematik Siswa Aspek Elaborasi

No. Indikator Soal No. Soal

1. Menghitung luas bangun datar dari gambar yang terperinci

1.b

2. Menentukan bangun datar yang membentuk bangun datar segi banyak

1.a

3. Menemukan rumus luas bangun datar segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar

2

4. Menjelaskan cara mencari luas bangun datar segi banyak

3

5. Menghitung luas bangun datar segi banyak menggunakan rumus yang ditemukan

4

6. Menyelesaikan soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar segi banyak

5

Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kreatif matematik siswa pada aspek elaborasi, diperlukan penskoran terhadap jawaban siswa untuk setiap butir soal. Dalam penelitian ini penskoran untuk kemampuan berpikir kreatif matematik siswa pada aspek elaborasi menggunakan rubrik analitik. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kriteria yang ditentukan.3

3

(44)

Dalam sebuah penilaian dibutuhkan skala penilaian yang digunakan sebagai alat ukur demi tercapainya tujuan penilaian, skala penilaian yang disarankan adalah skala genap yaitu skala yang tidak memiliki angka tengah diantaranya adalah skala 4 (0 – 3 atau 0 – 4) atau skala 6 (0 – 5 atau 1 – 6).4 Dalam penelitian ini skala penilaian yang digunakan adalah skala 4 angka dengan penyebutan tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, tingkat 4.

[image:44.595.114.526.112.745.2]

Berikut ini adalah rubrik penskoran analitik yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3

Rubrik Penskoran Analitik Skala 4 Skala

Kriteria 1 2 3 4

Pendekatan pemecahan masalah Tidak terorganisir, tidak sistematik Ada usaha untuk mengorganisi r tetapi tidak dilakukan dengan baik Terorganisir, memahami cara menghitung luas bangun datar segi banyak Sangat terorganisir dan sistematik dalam menghitung luas bangun datar segi banyak Ketepatan perhitungan Tidak dapat menentukan luas bangun datar segi banyak Menghitung luas bangun datar segi banyak tetapi masih salah dalam perhitungan sehingga Menghitung luas bangun datar segi banyak sudah benar, hanya ada sedikit kesalahan dalam Tidak ada kesalahan dalam menghitung luas bangun datar segi banyak sehingga 4

(45)

tidak

mendapatkan hasil atau jawaban yang benar

perhitungan dapat menemukan hasil atau jawaban yang benar Penjelasan prosedur Tidak jelas dan sukar diikuti dan tidak memahami masalah Agak jelas, tetapi menunjukkan kurang memahami masalah Jelas dan menunjukkan memahami masalah menghitung luas bangun datar segi banyak Jelas dan menunjukkan memahami masalah dan dapat menghitung luas bangun datar segi banyak serta disajikan dengan baik

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes yang akan diberikan merupakan tes tertulis berupa tes uraian atau essai. Sebelum tes tersebut diujikan kepada objek penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen.

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada siswa diluar kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas VII-1 yang terdiri dari 30 siswa di SMPN 66 Jakarta. Uji coba dilakukan di SMP karena objek penelitian yang diangkat adalah kelas 6, maka uji coba instrumen dilakukan pada satu level kelas diatas objek penelitian.

(46)

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaiknya instrumen yang valid berarti memiliki validitas rendah.5 Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitasnya adalah dengan rumus koefisien korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:6

r

xy

[ ][ ]

Keterangan:

= Angka indeks korelasi “r”

N = Number of cases

= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y = Jumlah seluruh skor X

= Jumlah seluruh skor Y

Anas Sudjiono menyatakan bahwa uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan dengan rtabel product moment pada taraf signifikasi 5%.

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

 Jika

r

tabel, maka soal tersebut dinyatakan valid

 Jika

r

tabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid

Berdasarkan hasil uji validitas pada N = 30 siswa dan α = 5%, dari 5 soal uraian yang diujikan didapatkan bahwa ke-5 soal yang diujikan tersebut valid. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan hasil uji validitas butir soal instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi.

(Lihat lampiran 9)

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.211

6

(47)
[image:47.595.119.529.79.383.2]

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SD Pada Aspek Elaborasi

Butir Soal

r

butir soal

r

tabel Kesimpulan

1 0,636 0,361 Valid

2 0,564 0,361 Valid

3 0,463 0,361 Valid

4 0,690 0,361 Valid

5 0,796 0,361 Valid

2. Uji Reliabilitas

Tingkat reliabilitas suatu instrumen menunjukkan berapa kali pun data itu diambil akan tetap sama. Reliabilitas juga menunjukkan adanya tingkat keterandalan suatu tes.7 Karena instrumen tes yang digunakan adalah tes berbentuk uraian, maka untuk menghitung koefisien reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach.8

=

Keterangan :

= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal valid = jumlah varians butir

= varians total

7

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h.180.

8

(48)
[image:48.595.127.530.106.439.2]

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi yang digunakan dibuat oleh Guilford sebagai berikut :

Tabel 3.5

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Besarnya

r

Tingkat reliabilitas

0,00 < ≤ 0,20 0,20 < ≤ 0,40

0,40 < ≤ 0,60 0,60 < ≤ 0,80 0,80 < ≤ 1,00

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Dengan kualifikasi koefisien realibilitas sama seperti instrumen tes uraian pada Tabel 3.4. Adapun hasil keseluruhan realibilitas seluruh butir soal yang sudah dinyatakan valid sebesar 0,629 dan termasuk ke dalam kriteria realibilitas tinggi. (Lihat lampiran 10)

3. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal

Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur tingkat kesukaran. Untuk menghitung indeks kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut :9

Keterangan :

P = Indeks kesukaran butir soal

B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

9

(49)

Klasifikasi indeks kesukaran (IK) yang digunakan adalah :10 0,00 IK 0,30 = soal sukar

0,30 IK 0,70 = soal sedang 0,70 IK 1,00 = soal mudah

[image:49.595.116.529.77.544.2]

Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal, dari 5 soal tes yang diujikan, 60% atau sebanyak 3 soal termasuk dalam kriteria sedang, dan sebanyak 40% atau 2 soal termasuk dalam kriteria mudah. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan tingkat kesukaran tes kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SD pada aspek elaborasi. (Lihat lampiran 11)

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SD Pada Aspek Elaborasi

Butir Soal Keterangan

1 Sedang

2 Mudah

3 Sedang

4 Sedang

5 Mudah

4. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya pembeda soal, digunakan rumus :11

10

Ibid., h.210 11

(50)

Keterangan :

DP = daya pembeda pada tiap soal

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar JA = banyaknya peserta kelo

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan
Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Analitik Skala 4
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SD Pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

6 Kebanyakan Rentenir yang bekerja di Kabupaten Rokan Hilir Kecamatan Bagan Sinembah tepatnya di Desa Bagan Batu meminjamkan uangnya kepada pedagang, buruh, dan

Kajian ini menilai kefungsian pelbagai jenis serat saraf sensori median, serta menentukan hubungan fungsi saraf dengan tempoh Carpal Tunnel Syndrome ( CTS ) dan indeks jisim tubuh

Berdasarkan indikator pada skala perilaku konsumtif artinya mahasiswa yang memiliki perilaku konsumtif yang sedang adalah mereka yang memiliki keinginan untuk membeli suatu barang

Paliskuntain yhdistyksen Kaamasen koetarhalla syntyneiden ja kuolleiden vasojen vuotuiset lukumäärät, suhteellinen vasakuolleisuus sekä naaraiden ja urosten väliset

Daftar Petani Sampel Dan Karakteristik Petani Sampel Kopi Arabika (Anggota Kelompok Tani Simanja) Produsen Kopi Gelondongan Menjadi Kopi Biji.. No Nama Jenis Kelamin Umur

Tujuan dari penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya adalah

Regression Test Result shows that the determinant coefficient value is 0.785 meaning the percentage contribution of variables of career motivation, quality motivation,

HONDA VARIO TECHNO 125 FI 2013, Merah, 9jt, JBA JKT - LELANG Motor murah Proses cpt&amp;aman Ph. Lang- gar RT. 5jt, JBA JAKARTA - LELANG Motor murah Proses cpt&amp;aman