• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4. Minyak Esensial

4.1.Defenisi minyak essensial

Minyak essensial merupakan hasil sulingan ekstrak tanaman biasanya juga disebut sebagai minyak atsiri (Price, 1997; Agusta, 2000). Tanaman dan ekstraknya sudah digunakan dalam waktu yang sudah cukup lama untuk

meringankan rasa nyeri, membantu penyembuhan, membunuh kuman dan juga untuk memulihkan serta mempertahankan kesehatan tubuh.

Minyak essensial dapat digunakan pada jaringan hidup tanpa menimbulkan banyak efek samping yang berbeda dengan obat-obatan sintetik yang membuat tubuh manusia harus beradaptasi terhadap efek yang ditimbulkan sehingga harus terus menerus menambah takaran dosisnya, hal seperti ini tidak pernah terjadi pada pemakaian minyak essensial (Valnet, 1980 dalam Price,1997).

4.2. Sifat terapeutik minyak esensial

Alasan mendasar yang menyebabkan beranekaragamnya konsepsi dan aplikasi minyak esensial terletak pada sifat substansi aromatik minyak itu sendiri. Dengan mudahnya substansi minyak esensial tersebut menembus kulit, adanya kemampuan untuk mempengaruhi pikiran melalui dampaknya yang sangat kuat terhadap indera pembau dan karena sifat farmakologisnya yang multipel (Pénoël, 1993 dikutip oleh Price, 1997).

Hal yang terpenting yang menjadi alasan minyak esensial disukai karena aromanya yang menyenangkan bahkan banyak sekali digunakan dalam keperluan rumah tangga (contohnya lavender dan lemon) dan jauh lebih aman bila dibandingkan dengan pemakaian karbol. Aromanya memberikan efek positif kepada orang yang menggunakannya (Price, 1997). Minyak dari tanaman ini mempunyai kemampuan antiinflamasi, antiseptik, analgesik, perangsang selera makan, perangsang sirkulasi, sedatif dan lain sebagainya (Schilcher, 1985).

4.2.1. Antiseptik dan antibiotik

Minyak essensial memiliki kerja dan efek yang multipel, misal jika digunakan untuk pengobatan infeksi respiratorius minyak essensial tidak hanya bersifat antiseptik tetapi juga mukolitik, antiinflamasi (Durrafourd, 1987 dikutip oleh Price, 1997). Minyak essensial terutama berkhasiat sebagai antiseptik karena agresivitasnya terhadap kuman-kuman mikrobial diimbangi oleh keamanan pemakaiannya mengingat minyak essensial tidak berbahaya bagi jaringan tubuh (Valnet, 1980).

Penggunaan minyak essensial merupakan cara yang tepat untuk menghindari timbulnya resistensi pada mikroba seperti yang dialami oleh pemakaian antibiotik karena minyak essensial membunuh secara selektif strain kuman yang resisten (Pellecuer et al, 1974 dikutip oleh Price 1997).

Pemakaian minyak essensial sebagai sarana yang menyenangkan dan efektif untuk desinfeksi udara dalam ruangan tertutup sehingga ideal untuk digunakan dalam kamar pasien,unit luka bakar, resepsionis, ruang tunggu dan lainnya (Kelner&Kober, 1956 dikutip oleh Price, 1997).

4.2.2. Analgesik

Banyak minyak essensial memiliki sifat analgesik hingga derajat tertentu dan mengapa terjadi demikian tampaknya belum ada keterangan yang dapat menjelaskannya mengingat nyeri merupakan masalah yang rumit. Sifat analgesik ini diperkirakan terjadi sebagai akibat efek antiinflamasi, sirkulasi serta detoksifikasi dan akibat efek anastesi dari jenis minyak essensial itu sendiri (Price, 1997).

Kasus yang ditangani oleh Jeannie membuktikan bahwa lavender bersifat stimulan, pengatur keseimbangan, sedatif dan antibakterisida yang dapat digunakan sebagai penurun nyeri pada pasien kanker (Price, 1997).

4.2.3. Antiinflamasi

Minyak Lavandula angustiofolia dan Chamomilia recucita banyak dipakai untuk mengatasi inflamasi ringan seperti luka bakar akibat sengatan matahari, gigitan serangga; hal ini diakui oleh banyak orang yang telah menggunakannya (Jakvlev et al, 1983 dikutip oleh Price, 1997).

4.2.4. Antitoksik

Minyak chamomile ternyata dapat menghilangkan keaktifan toksin yang dihasilkan oleh bakteri, hal ini dibuktikan dengan jumlah minyak yang bisa diperoleh melalui penyulingan 0,1 gram chamomile sudah cukup untuk menghancurkan toksin stafilokokus dalm waktu 2 jam dan terhadap toksin streptokokus lebih sensitif lagi (Weiss, 1988 dikutip oleh Price, 1997).

4.2.5. Pengatur Keseimbangan

Minyak essensial yang digunakan sebagai aromaterapi memiliki manfaat luar biasa untuk mengatur keseimbangan. Minyak essensial merupakan campuran kompleks dari berbagai konstituen alami yang sebagian diantaranya bersfat stimulan sementara sebagian yang lainnya sedatif sehingga satu minyak essensial bisa saja memperlihatka efek sedatif dan efek stimulan pada keadaan lainnya. Efek ini dikenal sebagai adaptogenik. Minyak hawthorn berries dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah namun dapat digunakan pula untuk menaikkan tekanan darah (Maybey, 1988 dikutip oleh Price, 1997).

4.2.6. Hormonal

Beberapa minyak essensial memiliki kecenderungan untuk menormalkan sekresi hormonal dan kerjanya ini dipeerkirakan terjadi secara langsung atau lewat hipofise (Franchomme&Pénoël, 1990 dikutip oleh Price, 1997). Kerja yang mirip hormon ini dari ekstrak tanaman dilaporkan tidak memiliki efek samping. Minyak essensial yang bersifat hormonal yaitu pinus, geranium, rosemary, sage, savory yang merangsang korteks kelenjar adrenal (Price,1997).

4.2.7. Lain-lain

Minyak essensial mempunyai banyak manfaat lainya seperti deodoran, digestif, diuretik, imunostimulan, sedatif, spsmolitik,penghasil energi, hiperaemik, insektisida (Price,1997). Selain memiliki banyak manfaat aromaterapi juga memiliki efek yang tidak diinginkan apabila digunakan dalam jumlah yang berlebihan. Selain itu efek samping yang terjadi biasanya disebabkan oleh karena penyalahgunaan miyak essensial misalnya digunakan untuk menggugurkan kandungan (Agusta, 2000).

4.3.Cara penggunaan minyak esensial

Ada banyak cara penggunaan dalam pemakaian minyak esensial, baik pemakaian melalui interna atau eksterna. Pemakaian melalui interna yaitu melalui oral dan pemakaian melalui eksterna yaitu dengan cara masase, rendaman, kompres dan inhalasi (Agusta, 2000).

4.4.Cara kerja minyak esensial 4.4.1. Absorpsi melalui kulit

Berdasarkan kerutannya dalam lipid yang ditemukan di dalam stratum korneum, minyak essensial dianggap mudah diserap. Penyerapan senyawa ini berlangsung ketika senyawa ini melewati lapisan epidermis kulit dan masuk ke dalam saluran limfe serta darah,kelenjar keringat, saraf, serta masuk kedalam aliran darah dan menuju kesetiap sel tubuh untuk bereaksi (Price, 1997).

4.4.2. Pemberian melalui nasal

Jika minyak essensial dihirup, molekul-molkul yang ada pada minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pda langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus yang menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Ketika molekul minyak tertahan pada bulu-bulu ini suatu impuls akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke dalam sistem limbik. Proses ini akan memacu memori dan emosional yang lewat hipotalamus bekerja sebaagi pemacar serta regulator menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian otak yang lain dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, sedatif, atau stimulan menurut keperluan tubuh (Stodart, 1990 dikutip oleh Price,1997).

4.4.3. Pemakaian topikal

Pemakaian topikal berarti ‘pengolesan minyak esensial yang bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain. Terapi dengan masase menggunakan gerakan rutin yang teratur untuk mencapai tujuan yang spesifik, misalnya relaksasi. Para terapis aroma yang profesional kebanyakan menggunakan minyak esensial dengan masase (Price, 1997).

4.5.Minyak esensial lavender

Tanaman lavender yang sejati dan tumbuh dari biji yang disebut dengan nama Lavandula angustifolia Miller yang kandungan utamanya adalah alkohol dan ester. Mencium bau minyak esensial dapat mempengaruhi emosi dan perasaan terutama jika pemakaian minyak esensial dilakukan dengan masase maka akan mencapai efek relaksasi sepenuhnya. Minyak esensial lavender memiliki banyak khasiat yaitu :

4.5.1. Efek keseimbangan yang luar biasa pada sistem saraf pusat karena mampu menurunkan depresi, insomnia, histeria dan bersifat relaksan (Durrafourd, 1982).

4.5.2. Tidak terdapat iritasi atatu sensitisasi dengan pengenceran 16% ketika diujikan pada manusia karena lavender hanya mengandung 2% aldehid yang dikhawatirkan dapat menyebabkan efek iritasi dan sensitisasi (Opdyke, 1976).

4.5.3. Menurunkan ansietas, hipertensi, depresi, agitasi, iritabilitas, nyeri, ketegangan otot; hal ini disebabkan karena lavender memiliki kandungan ester yang tinggi (40%-55%)yang dipercaya memiliki sifat menenangkan dan bekerja dengan lembut serta tidak bersifat toksik (Price , 1997).

4.6.Hubungan penggunaan masase dengan minyak esensial

Price (1997) mengemukakan, kualifikasi masase sebaiknya dipisahkan dengan kualifikasi terhadap minyak esensial untuk mencegah timbulnya kesalahpahaman mengenai makna minyak essensial itu sendiri. Terapi masase dengan menggunakan minyak esensial semakin banyak dilakukan di rumah sakit yang ada di Inggris sehingga manfaatnya bukan hanya bertambah tetapi juga efeknya sendiri akan bertahan lebih lama karena khasiat terapeutik yang dihasilkan oleh komponen minyak esensial. Pemilihan jenis minyak yang akan digunakan dapat menghasilkan kadar energi yang meningkat, efek samping obat berkurang, keluhan yang dapat diringankan (Price, 1997).

Bagaimanapun juga, tujuan utama perawat dan aromatologis melakukan masase sederhana dengan minyak esensial adalah untuk memudahkan penetrasi minyak tersebut pada kulit. Perawat membutuhkan pengetahuan mengenai beberapa teknik masase sederhana yang menjadi aset yang sangat berharga dan hanya memberikan manfaat kepada mereka yang memerlukan perawatan (Price, 1997).

Dokumen terkait