• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. Perkembangan Pertanian Petani Salak di Desa Parsalakan tahun

3.2 Modal

Masyarakat Parsalakan tidak membutuhkan dana yang besar sebagai modal mereka dalam membuka lahan untuk tanaman salak dan memelihara salak. Masyarakat hanya menggunakan modal tenaga dan motivasi yang besar untuk merubah kondisi hidupnya kearah yang lebih baik sebagai modal utama mereka.Mereka hanya membutuhkan parang dan sabit yang digunakan untuk membersihkan tanaman-tanaman liar seperti rumput.Selain itu peralatan tersebut juga digunakan untuk memanen salak terutama dalam memotong tandan salak dari pohon salak. Dalam pengerjaan lahan salak tersebut petani salak mengerjakan ladangnya secara bergotong royong sebagaimana yang biasa dilakukan oleh masyarakat tersebut

sehari-hari yaitu dengan caramarsialapari. Seperti telah disinggung di

babsebelumnya, pengerjaan dengan sistem marsialapari ini yaitu ketika 2-3 keluarga

mengerjakan ladangnya secara bergantian dan bersama-sama. Tentu saja sistem tersebut tidak membutuhkan modal yang besar, karena dikerjakan secara sukarela dan tanpa paksaan sebab hal tersebut menguntungkan keluarga-keluarga yang empunya

ladang tersebut.Dalam sistem ini ditentukan waktu secara bersama-sama dari keluarga tersebut mengenai ladang siapa yang hendak dikelola untuk jangka waktu minggu ini. Setelah disepakati waktunya, maka merekaakan mulai mengerjakan ladang keluarga yang telah disepakati tersebut. Ketika ladang suatu keluarga tersebut akan dikerjakan, maka keluarga yang ladangnya dikerjakan akan menyiapkan makan siang untuk keluarga-keluarga yang mengerjakan lahan salaknya. Biasanya lauk yang hendak disediakan tergantung kemampuan dana dari keluarga yang lahannya sedang dikerjakan tersebut. Tidak ada unsur paksaan apakah lauknya harus ayam atau ikan yang penting tidak membebani si keluarga yang lahannya hendak dikerjakan tersebut.

Dalam pengerjaan Marsialapari ini baik yang laki-laki maupaun yang perempuan

juga turut ambil bagiannya masing-masing. Misalnya, yang laki-laki biasanya akan melakukan pengerjaan pembibitan, menggali tanah sebagai tempat bibit salak tersebut hingga proses pemanenan, sedangkan kaum perempuan disamping membantu menyediakan makanan sebagai makan siang keluarga-keluarga juga melakukan pekerjaan seperti mencabut rumput-rumput yang tumbuh di sekitar pohon salak atau membersihkan pelepah-pelepah dan daun-daun salak yang jatuh berserakan di sekitar areal pohon salak tersebut. Begitu juga halnya dalam penjualan salak, petani salak hanya membutuhkan modal yaitu pedati yang ditarik oleh kerbau.dan dalam sistim

penjualan ini seperti telah diuraikan di bab sebelumnya keluarga yang marsialapari

tadi juga ikut secara bersama-sama menjual hasil salak mereka ke Sibolga. Hal tersebut dilakukan karena akan mendatangkan rasa keamanan tersendiri selama dalam

perjalanan menuju ke Sibolga. Seiring berkembangnya waktu kearah yang lebih baik dan ditambah dengan penghasilan daribuah salak mereka yang baik mengundang para tauke untuk datang ke Parsalakan sebagai distributor untuk memasarkan hasil salak mereka.Hal tersebut tentu saja memudahkan petani salak untuk menjual hasil salak mereka tanpa menggunakan tenaga pedati.Semakin mudahnya akses untuk menjual salak yang dibarengi dengan bertambahnya penghasilan membuat para petani salak tersebut mulai bisa memenuhi kebutuhan yang diinginkan seperti membeli kendaraan roda dua atau sepeda motor. Sepeda motor tersebut digunakan untuk mengangkut hasil salak mereka dari kebun ke Parsalakan. Mereka menggunakan sepeda motor karena sudah dibukanya jalan dari ladang mereka ke daerah Parsalakan. Dari sini dapatdilihat bahwa usaha salak para petani salak telah berubah ke arah yang lebih baik dan tentunya memberikan pendapatan yang menguntungkan mereka.

Dalam membudidayakan tanaman salak yang ada di lahan mereka, sistem yang digunakan masih sederhana, tidak membutuhkan modal dalam mengusahakan lahan mereka.Menurut salah seorang informan dalam satu hektar (Ha) lahan mereka tersebut membutuhkan waktu kira-kira 4-5 tahun agar tanaman salak dapat tumbuh besar menjadi pohon dan siap untuk dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman salak tersebut mulai dari pembibitan hingga memanen, tidak membutuhkan modal yang banyak bahkan hampir tidak ada. Sebab bibit salak pun diperoleh dari biji salak yang buahnya telah dimakan kemudian biji salak tersebut direndam dalam air selama 2-3 hari, dan selama proses pembibitan tersebut juga membutuhkan sumber air untuk

penyiraman. Dalam mencari sumber air para petani salak tidak kesulitan, sebab daerah Parsalakan itu sendiri juga memiliki curah hujan yang tinggi sehingga mereka memanfaatkan curah hujan tersebut sebagai keuntungan tanpa harus menjinjing air dari rumah hingga ke ladang mereka. Selain itu para petani salak yang ada di Parsalakan tidak memakai pupuk buatan dalam proses penanaman salak mereka.

Sebab menurut salah seorang petani salak12, hasil dari pohon salak memang baik jika

diberi pupuk buatan pada lima tahun pertama, akan tetapi ketika pemberian pupuk pada pohon salak dihentika maka hasil yang didapatkan pasti tidak akan baik, karena pohon salak tersebut sudah menjadi kecanduan terhadap pupuk tersebut, sehingga kalau tidak diberi maka hasilnya pun tidak baik. Oleh karena itu, para petani di Parsalakan biasanya hanya memberi pupuk kandang saja bagi pohon salak mereka, selain lebih murah, cara mendapatkannya juga mudah yakni dari kotoran sapi.Selain itu, kualitas yang dihasilkan juga baik.

Para petani salak yang di Parsalakan hanya menghabiskan uangnya selama proses penanaman salak yaitu untuk membeli parang dan sabit. Selain itu mereka juga membeli karung sebagai tempat penampungan salak atau untuk tempat kemasan salak sebelum dijual ke tauke. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, seiring bertambahnya penghasilan dari salak tersebut, terjadi perubahan dalam proses

pemanenan salak, yaitu dimana mulai berkurangnya proses marsialapari dalam

masyarakat Parsalakan. Sebab pendapatan mereka yang baik dan mendatangkan

12

keuntungan, maka para petani salak mulai mempekerjakan pekerja-pekerja yang membantu mereka dalam memanen salak.Para pekerja tersebut digaji untuk menjaga kebun salak, memelihara kebun salak tersebut meskipun si petani salak juga datang memperhatikan pohon salaknya hingga memanen salak mereka.

Dokumen terkait