• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEDUDUKAN HUKUM ANAK DIBAWAH UMUR

A. Tinjauan Umum tentang Perseroan Terbatas dan Saham

2. Modal pada Perseroan Terbatas

Dalam pendirian perseroan terbatas sebagai badan hukum yang di sahkan oleh Pemerintah melalui Menteri Hukum dan HAM, harus memiliki unsur unsur pemenuhan persyaratan yang dinyatakan dalam Undang undang perseroan terbatas salah satunya ialah Modal.46

45Ibid. Hal. 46 46Ibid, Hal. 26

Modal dalam perseroan terbatas merupakan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.Namun juga tidak menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal mengatur modal perseroan yang terdiri atas saham tanpa nilai nominal.Maka daripada itu pendirian perseroan tidak dapat dilakukan tanpa pemenuhan syarat modal minimum yang ditentukan oleh anggaran dasar perseroan tersebut.

Pemenuhan syarat modal minimum bertujuan agar pada waktu perseroan didirikan setidak-tidaknya sudah mempunyai modal, yaitu sebesar modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal disetor yang akan menjadi jaminan bagi pihak ketiga terhadap perseroan.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 mengatur besarnya modal dasar yaitu minimal Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah). Sedangkan melalui pasal 32 ayat (1) Undang-undang nomor 40 tahun 2007 mengatur bahwa besarnya modal dasar yaitu minimal Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Akan tetapi hal ini ternyata bukan ketentuan yang pasti, karena Undang-undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (1).47 Yang dimaksud dengan “kegiatan usaha tertentu” antara lain usaha perbankan,asuransi, atau freight forwading.48

47Ahmad Yani dan Gunawan Widjaya, Ibid, Hal 43.

48Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 dan Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Menurut undang-undang Perseroan terbatas nomor 1 tahun 1995, pada waktu dilakukan pendirian perseroan terbatas, sekurang-kurangnya 25% dari modal dasar sudah harus ditempatkan. Artinya, sudah diambil oleh orang atau badan hukum tertentu yang menjadi pendiri, serta harus sudah disetor sekurang-kurangnya 50% dari modal yang ditempatkan itu. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 40 tahun 2007 dikatakan bahwa paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana maksud dalam Pasal 32 ayat (1) harus ditempatkan (issued capital) dan seluruhnya (100% dari modal ditempatkan tersebut) harus disetorkan ke dalam kas perseroan sebagai paid capital. Hal ini berbeda dengan ketentuan Undang-undang nomor 1 tahun 1995 yang hanya wajib disetor sejumlah 50% dari modal yang ditempatkan. Sehingga sisanya (50%) wajib disetor penuh pada saat pengesahan perseroan sebagai badan hukum oleh Menteri.

B. Tata cara Perolehan Hak atas saham pada Perseroan Terbatas 1. Saham sebagai benda bergerak

Secara konseptual kebendaan berwujud dibedakan dari kebendaan tidak berwujud berdasarkan pada sifat dan dilihat atau tidaknya (konkrit-abstraksnya) kebendaan tersebut.Namun kepentingan praktis telah banyak menciptakan materialisasi dari kebendaan tidak berwujud dalam bentuk surat atau akta yang menjadi bukti kepemilikan dar kebendaan tidak berwujud tersebut Jika kita telusuri makna kata saham kita akan menemukan bahwa yang dimaksud dengan saham adalah suatu tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau beberapa perusahaan.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemegang atau pemilik kertas tersebut adalah salah satu pemilik perusahaan yang menerbitkan saham.Kalau seseorang memiliki 1% dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan berarti kepemilikannya juga sebesar 1%. Kepemilikan tesebut meliputi hak klaim atas aktiva dan penghasilan dari operasional perusahaan, dengan demikian pendapatan yang akan diperoleh (return) dan dividen berdasarkan porsi saham yang dikuasainya.

Saham sebagai suatu hak yang merupakan benda yang dapat dikuasai dengan hak milik juga dapat ditentukan dasarnya pada ketentuan umum yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 511 angka (4) yang berbunyi:

“Sero-sero atau andil-andil dalam persekutuan perdagangan uang, persekutuan dagang atau persekutuan perusahaan, sekalipun benda-benda persekutuan yang bersangkutan dan perusahaan itu adalah kebendaan tidak bergerak.Sero-sero atau andil-andil itu dianggap merupakan kebendaan bergerak, akan tetapi hanya terhadap para pesertanya selama persekutuan berjalan.”49

Oleh karena itu saham sebagai benda bergerak dijadikan sebagai jaminan hutang dengan gadai atau jaminan fidusia sebagai jaminannya. Hal ini sejalan dengan ketentuan pasal 60 Undang-undang nomor 40 tahun 2007 ayat (1) tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi: ”saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak yang sebagai mana dimaksud dalam pasal 52 kepada pemiliknya.50

49Pasal 511 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

50Pasal 60 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas

Untuk itu perlu ditegaskan tentang saham sebagai benda bergerak yang pada akhirnya memberikan ketegasan tentang lembaga jaminan yang dapat dibebankan atas saham tersebut.51

Ketentuan mengenai saham yang sebagai benda yang dapat dimiliki dipertegas kembali dalam rumusan pasal 60 Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Bahwa kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya yang dapat dipertahankan kepada setiap orang. Pemegang saham yang memiliki saham mempunyai hak kebendaan terhadap saham tersebut.Sebagai subjek hukum pemegang saham memiliki hak dan kewajiban yang timbul atas saham tersebut.Selaku pemegang hak, pemegang saham berhak mempertahankan haknya terhadap setiap orang.Hak dan kewajiban pemegang saham baik terhadap perseroan maupun terhadap pemegang saham lainnya berada dalam hubungan perikatan, sebagai mana diatur dalam UU dan anggaran dasar perseroan.

2. Tata cara Perolehan Saham dan Jenis-Jenis Saham

Dalam akta pendirian suatu Perseroan Terbatas (PT) pasti dicantumkan jumlah modal PT yang terbagi atas saham-saham. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa saham sebagai penyertaan modal dalam pemilikan suatu Perseroan Terbatas memiliki tahapan/ prosedur dalam pemilikannya dan sebelumnya

51Ahmad Yani dan Gunawan Widjaya, Ibid, Hal. 64

kita harus terlebih dahulu mengetahui bahwa Saham harus dikeluarkan dalam mata uang Republik Indonesia dengan :52

a. Atas nama b. Atas tunjuk

Tahapan pemindahan/perolehan hak atas saham dibedakan dari yang tidak diperdagangkan di pasar modal dengan yang diperdagangkan di pasar modal. Cara pemindahan/perolehan hak atas saham yang tidak diperdagangkan di pasar modal adalah sebagai berikut (Pasal 613 KUH Perdata):53

a. Saham atas nama caranya ialah :

1) Pemindahan/Perolehan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak, baik akta notaris maupun akta di bawah tangan;

2) Salinan akta disampaikan kepada Perseroan Terbatas;

3) Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham tersebut dalam Daftar Pemegang Saham atau Daftar Khusus.

b. Pemindahan/ Perolehan hak saham atas tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat saham secara fisik. Cara pemindahan hak atas saham yang diperdagangkan di pasar modal diatur sesuai dengan ketentuan undang-undang yang mengatur pasar modal.

Ketentuan mengenai saham atas tunjuk ini mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Pasal 534 KUH Perdata yang menentukan bahwa :

52 Hardijan Rusli,S.H, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997,Hal. 79.

53Ibid,Hal, 80.

“Seseorang dianggap menguasai sesuatu bagi dirinya selama belum terbukti bahwa dia hanya memegang bagi kepentingan orang lain.”

Pasal 613 ayat (3) KUH Perdata yang mengatur tentang peralihan saham atas tunjuk cukup dilakukan penyerahan secara fisik, dari tangan ke tangan tanpa diperlukan proses balik nama, yang berbunyi :

“ Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan penyerahan surat itu; penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk, dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen.”

Sementara itu ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pasal 613 ayat (1) KUH Perdata tersebut di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas diatur dalam Pasal 56 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 menyatakan :

“ Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak“

Akan tetapi dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 memberikan keluasan atau ruang kepada setiap persero untuk dapat mengatur secara khusus terkait peralihan saham yang dimiliki oleh para persero, hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 56 yang berbunyi :

“ Dalam Anggaran Dasar Perseroan ditentukan cara pemindahan hak atas saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Undang-Undang No. 40 tahun 2007 juga memberikan penjelasan terkait cara pemindahan hak atas saham, yang dalam hal ini diatur dalam Pasal 57 ayat (1) yang berbunyi :

a. Keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;

b. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari organ perseroan dan/atau;

c. Keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Setiap nominal saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali dalam hal saham tersebut dimiliki oleh lebih dari satu orang maka haruslah ditunjuk satu orang sebagai wakil bersama atas kepemilikan saham tersebut, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (5).

Saham sebagai tanda bukti kepemilikan penyertaan modal suatu perseroan yang apabila hendak dialihkan kepada pihak lain oleh pemegang saham tersebut, dalam undang-undang No, 40 tahun 2007 diatur agar saham yang hendak dijual tersebut dinilai dengan harga yang wajar. Kategori wajar yang dimaksud dalam undang-undang ini yakni tidak mengakibatkan kerugian bagi pemilik saham.

Ketentuan tentang saham dalam Undang-undang No. 40 tahun 2007 masih terdapat kelemahan dimana tidak terdapat ketentuan yang mengatur tentang bagaimana saham yang rusak atau hilang atau tidak dapat lagi menunjukkan identitasnya sebagai saham, akan tetapi hal ini tidak perlu dijadikan kekhawatiran bagi pemegang saham, karena dalam undang-undang No. 40 tahun 2007 terdapat ketentuan bahwasanya Direksi dalam menjalankan tugasnya wajib mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham yang memuat nama dan alamat pemegang saham. Sehingga meskipun saham yang dipegang oleh seorang persero telah rusak/hilang atau tidak dapat lagi dipergunakan maka Direksi masih menyimpan daftar nama pemegang saham. Di sisi lain meskipun undang-undang tidak mengatur

ketentuan tentang bagaimana saham yang rusak tersebut para pendiri dan pengurus perseroan dapat memuat ketentuan tersebut di dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas tetapi tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

Saham juga terbagi atas beberapa karakteristik yang membuatnya masuk dalam golongan klasifikasi. Yang dimaksud dengan klasifikasi/ jenis-jenis saham adalah kelompok saham yang satu sama lain mempunyai karakteristik yang sama dan karakateristik mana membedakannya dengan saham yang merupakan kelompok saham dari klasifikasi yang berbeda.54 Dalam anggaran dasar harus ditetapkan klasifikasi saham apabila terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham, dimana pengklasifikasian ini dapat terdiri atas saham biasa (common stock) dan saham preferen/ istimewa (preferred stock).55

Dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 53 huruf (4) disebutkan bahwa klasifikasi saham dapat dikategorikan dengan :56

a. Saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;

b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris;

c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain;

54Gatot Supramono,S.H, Hukum Perseroan Terbatas, Djambatan,Jakarta,1996,Hal. 52

55Hardijan Rusli,S.H, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997,Hal. 89.

56Undang-Undang No. 40 tahun 2007 Pasal 53.

d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima deviden lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian deviden secara kumulatif atau nonkumulatif

e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.

C. Kedudukan Hukum Anak dibawah Umur sebagai pemegang Saham pada Perseroan Terbatas

1. Pengertian Anak di Bawah Umur

Anak adalah anugerah titipan Tuhan Yang Maha Esa, mereka adalah buahhati yang perlu dijaga.Dalam menyiapkan generasi penerus keluarga dan bangsa anak merupakan aset utama.Tumbuh kembang anak sejak dini adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan negara. Namun dalam proses tumbuh kembang anak banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik biologis, psikis, sosial, ekonomi maupun kultural yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak – hak anak. Terdapat beberapa ketentuan yang dapat menggiring kita untuk memahami tentang yang disebut dengan anak di bawah umur, diantaranya yakni :

a. Menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta komentar-komentar lengkapnya menyebutkan bahwa belum dewasa ialah mereka yang belum berumur 21 tahun dan belum kawin. Jika orang kawin sebelum umur 21 tahun, ia tetap dipandang dewasa.57

57Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 45

b. Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Pasal 47 menyebutkan bahwa Anak yang dimaksud dalam Undang-Undang Perkawinan ialah yang belum mencapai 18 tahun.58

c. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 26 menyebutkan bahwa anak adalah setiap orang yang berumur masih 18 tahun.59

d. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahwa anak adalah setiap manusia yang berumur di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan.60

e. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 330 menyebutkan bahwa yang belum dewasa ialah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak kawin sebelumnya.61

f. Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak ayat (1) menyebutkan bahwa anak ialah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.62

g. Undang-Undang Pemilu No. 8 tahun 2012 Pasal 19 menyebutkan bahwa Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih.

58Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,Pasal 47

59Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 26 60Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

61Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 330

62Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

Dari beberapa ketentuan di atas yang mengatur tentang anak di bawah umur tersebut, sungguh masih terdapat beragam pandangan terkait batasan umur untuk dapat dikatakan sebagai anak di bawah umur.Sehingga menyulitkan kita untuk dapat memahami tentang batasan umur untuk dapat dikatakan sebagai anak di bawah umur.Akan tetapi pada umumnya di Indonesia menganut ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa yang dikatakan sebagai anak di bawah umur yakni mereka yang belum genap berumur 21 tahun.Sehingga dalam melakukan suatu perbuatan hukum maka mereka haruslah diwakilkan oleh seseorang yang telah dewasa yang juga tidak berada di bawah pengampuan, seperti Ayah,Ibu, Paman atau keluarga terdekat.

2. Anak dibawah umur sebagai pemegang hak atas saham di Perseroan Terbatas Anak di bawah umur dapat menjadi pemegang saham dikarenakan harta yang dimilikinya untuk diinvestasikan sebagai modal pada Perseroan Terbatas. Seorang anak di bawah umur dapat memiliki harta dengan beberapa cara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 584 KUHPerdata yang berbunyi: “Hak milik atas suatu barang tidak dapat diperoleh selain dengan pengambilan untuk dimiliki, dengan perlekatan, dengan lewat waktu, dengan pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan dengan penunjukan atau penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk pemindahan hak milik, yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk berbuat terhadap barang itu.”

Anak sebagai salah satu Subjek hukum dalam lapangan Hukum Perdata sudah diatur hak dan kewajibannya sejak berada di dalam kandungan seorang Ibu, hal ini

disebut sebagai recht fictie yang diatur dalam Pasal 2 KUH Perdata.63 Dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sangat jelas disebutkan :

“ Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya. Mati Sewaktu dilahirkannya, dianggaplah ia tak pernah telah ada. “

Sehingga sejak ia terlahir ke dunia ini maka ia telah memiliki hak yang telah dijamin oleh undang-undang. Kata kepentingan di dalam pasal ini dapat bermaksud kepentingan dalam hal pewarisan harta kekayaan oleh orang tuanya yang telah meninggal dunia. Dimana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Pasal 852 ,terdapat golongan-golongan dalam pewarisan yakni :

a. Golongan I: Golongan ini terdiri dari anak dan keturunannya kebawah tanpa batas.

Menurut ketentuan pasal 852 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, anak – anak walaupun dilahirkan dari perkawinan yang berlainan dan waktu yang berlainan, laki– laki atau perempuan mendapatkan bagian yangg sama, mewaris kepala demi kepala. Anak – anak yang mewaris sebagai pengganti dari ayah dan ibu mewaris pancang demi pancang.Yang dimaksud dengan pancang ialah semua anak dari pewaris yang berhak mewarisi harta kekayaannya.

b. Golongan II : Golongan ini terdiri dari ayah dan / atau ibu si pewaris besertasaudara dan keturunannya.

Menurut Ketentuan Pasal 853 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa apabila si meninggal dunia tidak memiliki keturunan maka warisannya harus dibagi

63

Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

dua dalam bagian yang sama yaitu satu untuk bagian keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas si Bapak dan satu bagian untuk keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas si Ibu.Jika Bapak dan Ibu telah meninggal dunia, maka seluruh harta warisan menjadi bagian saudara – saudaranya (Pasal 856 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Pembagian antara saudara – saudara ialah sama, jika mereka itu mempunyai Bapak dan Ibu yang sama. Apabila mereka berasal dari perkawinan yangg berlainan (Bapak sama tetapi lain Ibu, atau Ibu sama tetapi lain Bapak), maka harta warisan dibagi dua. Bagian yang pertama ialah bagian bagi garis Bapak dan bagian yang kedua ialah bagian bagi garis Ibu. Saudara – saudara yang mempunyai Bapak dan Ibu yang sama mendapat bagian dari bagian dari garis Bapak dan garis Ibu. Saudara–

saudara yang hanya sebapak atau seibu dapat bagian dari bagian garis Bapak atau garis Ibu saja (Pasal 857 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

c. Golongan III : Golongan ini terdiri dari kakek dan/ atau nenek si pewaris garis keturunan lurus ke atas.

Menurut Pasal 853 dan Pasal 858 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata apabila orang yang meninggal dunia itu tidak meninggalkan keturunan, maupun istri atau suami, saudara – saudara, ataupun orang tua, maka warisan jatuh kepada kakek dan nenek. Dalam hal ini warisan itu dibelah menjadi dua.Satu bagian diberikan kepada kakek dan nenek yang diturunkan bapak dan satu bagian lagi diberikan kepada kakek dan nenek yang menurunkan ibu.

d. Golongan IV : Golongan ini terdiri dari saudara laki dan perempuan dari si meninggal.

Menurut ketentuan Pasal 856 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa apabila orang yang meninggal dunia tersebut tidak meninggalkan keturunan suami/istri yang hidup terlama dan anak-anak maupun bapak atau ibunya yang hidup terlama, maka seluruh warisan akan jatuh kepada saudara laki dan perempuan dari si meninggal. Pembagian diantara mereka dilakukan dalam bagian yang sama jika mereka berasal dari perkawinan yang sama, hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal 857 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, akan tetapi Pasal 2 tersebut memiliki batasan, dimana hal ini terlihat pada paragraf berikutnya yang menyebutkan bahwa mati sewaktu dilahirkan dianggaplah ia tak pernah ada. Sehingga supaya dapat bertindak sebagai waris, seorang harus telah ada pada saat warisan jatuh meluang.

Pasal 2 tersebut erat kaitannya dengan Pasal 899 Kitab UndangUndang Hukum Perdata yang berbunyi

“ Dengan mengindahkan ketentuan dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang ini, untuk dapat menikmati sesuatu dari suatu surat wasiat, seseorang harus telah ada, tatkala si yang mewariskan meninggal dunia.”

Pada pembahasan sebelumnya kita telah membahas mengenai anak yang termasuk dalam kategori dibawah umur, dimana di Indonesia pada umumnya menganut ketentuan yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Pasal 330 yang membatasi bahwa anak dibawah umur yakni mereka yang belum genap berumur 21 tahun atau yang belum menikah terlebih dahulu.

Sebagai salah satu subjek dalam bidang keperdataan sebagaimana yang telah disinggung diatas ternyata seorang anak juga dapat memiliki harta kekayaan.Harta Kekayaan dalam lapangan hukum keperdataan diatur dalam Buku ke II Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yakni tentang Benda. Pada Pasal 499 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa :

“Menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik.”

Saham sebagai salah satu benda diklasifikasikan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yakni Pasal 504 yang menyebutkan bahwa benda terbagi atas 2 jenis yakni benda bergerak dan tidak bergerak.Menurut Frieda Husni Hasbullah untuk kebendaan bergerak dapat dibagi dalam dua golongan:64

a. Benda bergerak karena sifatnya, yaitu benda-benda yang dapat berpindah atau dapat dipindahkan misalnya ayam, kambing, buku, pensil, meja, kursi, dan lain-lain (Pasal 509 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Termasuk juga sebagai benda bergerak ialah kapal-kapal, perahu-perahu, gilingan-gilingan dan tempat-tempat pemandian yang dipasang di perahu dan sebagainya (Pasal 510 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

b. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) misalnya:

1) Hak pakai hasil dan hak pakai atas benda-benda bergerak;

2) Hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan;

3) Penagihan-penagihan atau piutang-piutang;

4) Saham-saham atau andil-andil dalam persekutuan dagang, dan lain-lain.

64Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perdata,Intermasa Jakarta,2003, Hal.44-45.

Saham sebagai salah satu benda bergerak dapat dilekatkan hak milik

Saham sebagai salah satu benda bergerak dapat dilekatkan hak milik

Dokumen terkait