• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Cooperative Learning Tipe CIRC

Dalam dokumen PTK Himpunan Matematika SMP (Halaman 42-49)

BAB II LANDASAN TEORI

H. Model Cooperative Learning Tipe CIRC

Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) ditempatkan dalam kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4-5 tidak dibedakan atas

jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain.

Menurut Amin Suyitno (2005 : 12) kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni : 1. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca

2. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu

3. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita

4. Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut(menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya)

5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi) Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk melatih siswa meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut:

1. Guru menerangkan suatu materi pokok tertentu kepada peserta didiknya (misalnya dengan metode ceramah).

2. Guru memberikan latihan soal termasuk cara menyelesaikan soal cerita.

3. Guru siap melatih peserta didik untuk meningkatkan keterampilan peserta didiknya dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan Cooperative Learning tipe CIRC. 4. Guru membentuk kelompok–kelompok belajar peserta didik (Learning Society) yang

heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 orang

6. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan spesifik, sebagai berikut

a. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca soal cerita tersebut.

b. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan apa yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.

c. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita.

d. Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya).

e. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi).

f. Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.

7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.

8. Ketua kelompok melaporkan kepada guru tentang keberhasilan atau hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional.

9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.

10.Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di depan kelas.

11.Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.

12.Guru memberikan umpan balik dan evaluasi atas materi yang telah dipresentasikan oleh siswa secara singkat (Teaching Group).

13.Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas (Teams Scores and Teams Recognition).

14.Guru memberikan tugas atau PR soal cerita secara individual kepada para siswa tentang materi pokok yang akan dipelajari.

15.Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.

16.Menjelang akhir waktu pembelajaran guru mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita.

17.Siswa bersama guru merangkum pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah (Whole – Class Unit).

18.Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan (Suyitno, 2005 : 12-13).

Model CIRC untuk Penerapan konsep Himpunan

Mata pelajaran matematika kelas VII semester 2 terdiri dari beberapa bab dan sub bab, salah satunya adalah pokok bahasan himpunan. Pokok bahasan ini dapat diajarkan pada siswa dengan model pembelajaran CIRC. Materi pembelajaran yang diajarkan pada siswa dalam penelitian ini adalah himpunan. Tahapan pada model CIRC adalah sebagai berikut:

1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para siswanya. 2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang model pembelajaran CIRC . 3. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok 4. Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan.

5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen tingkat kecerdasan dengan mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok.

6. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan.

7. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya/melaporkan kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Guru dapat memberikan bantuan secara individual.

8. Guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah.

Menurut penjelasan-penjelasan di atas,

kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yaitu:

1. Sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. 2. Dominasi guru dalam proses pembelajaran kurang

3. Pelaksanaan program sederhana

4. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok 5. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya 6. Mengurangi perilaku siswa yang mengganggu

7. Membantu siswa yang lemah 8. Meningkatkan hasil belajar.

Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yaitu pada saat presentasi hanya siswa yang aktif saja yang tampil.

I. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran kontekstual terdapat asumsi, antara lain:

1. Belajar yang baik adalah jika peserta didik terlibat secara pribadi dalam pengalaman belajarnya.

2. Pengetahuan harus ditemukan peserta didik sendiri agar mereka memiliki arti atau dapat membuat distingsi berbagai perilaku yang mereka pelajari.

3. Peserta didik harus memiliki komitmen terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi dan berusaha secara aktif untuk mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.

(Suprijono,2009:80).

Prinsip pembelajaran kontekstual, antara lain: 1. Adanya ketergantungan

Ketergantungan merupakan sistem yang mengintegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.

2. Adanya keanekaragaman

Keanekaragaman mendorong berpikir kritis pesera didik untuk menemukan hubungan diantara entitas-entitas yang beraneka ragam itu.

3. Pengaturan diri

Prinsip ini mendorong pentingnya peserta didik mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:

1. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

2. Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari, berupaya melakukan eksplorasi, mengkaji dan berusaha menemukan dan menciptakan hal baru yang dipelajarinya.

3. Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.

4. Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar kelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.

5. Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

(Suprijono,2009:83-84).

Ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual, yaitu: 1. Kontruktivisme

Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi. Belajar berbasis kontruktivisme menekankan pemahaman pada pola dari pengetahuan.

2. Inkuiri

Kata kunci pembelajaran kontekstual salah satunya adalah penemuan. Belajar penemuan menunjuk pada proses dan hasil belajar.

3. Bertanya

Melalui berbagai pertanyaan peserta didik dapat melakukan probing, sehingga informasi yang diperolehnya lebih dalam.

4. Masyarakat Belajar

Melalui interaksi dalam komunitas belajar proses dan hasil belajar menjadi lebih bermakna.

5. Pemodelan

Melalui pemodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan. 6. Refleksi

Refleksi adalah bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. 7. Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik.

(Suprijono,2009:85-88).

Alasan pendekatan kontekstual menjadi pilihan:

1. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong peserta didik mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.

2. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, pendekatan ini menjadi alternative strategi belajar yang baru, dimana peserta didik diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.

J. Uraian Materi Tentang Himpunan

Dalam dokumen PTK Himpunan Matematika SMP (Halaman 42-49)

Dokumen terkait