• Tidak ada hasil yang ditemukan

PTK Himpunan Matematika SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PTK Himpunan Matematika SMP"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 4 JUWANA PATI TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011. SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Disusun Oleh : Dessy Puspita Sari 07310101. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP PGRI SEMARANG 2011.

(2) LEMBAR PERSETUJUAN. Kami selaku pembimbing I dan pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI Semarang: Nama. : Dessy Puspita Sari. NPM. : 07310101. Jurusan. : Pendidikan Matematika. Judul Skripsi. : “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasail Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.”. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat oleh mahasiswa tersebut di atas telah selesai dan siap untuk diujikan.. Semarang, Pembimbing I,. Dra. Intan Indiati, M. Pd. NIP. 19610429 198603 2 002. Mei 2011. Pembimbing II. Drs. Sudargo, M. Si. NIP. 19601113 199203 1 001.

(3) HALAMAN PENGESAHAN. Skripsi berjudul ” Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011”, yang ditulis oleh Dessy Puspita Sari telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang, pada hari. : Jumat. tanggal : 17 Juni 2011 Panitia Ujian, Ketua,. Sekretaris,. Drs. Nizaruddin,M.Si. Drs. Rasiman,M.Pd. NIP. 196803251994031004. NIP. 195602181986031001. Anggota Penguji, 1. Dra. Intan Indiati, M. Pd. (. ). (. ). (. ). NIP. 196104291986032002 2. Drs. Sudargo, M. Si NIP. 196011131992031001 3. Achmad Buchori, S. Pd., M. Pd NPP. 098101246.

(4) ABSTRAK Dessy Puspita Sari, 2011. Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe CIRC dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011”. Latar belakang dari penelitian ini adalah persepsi sebagian besar siswa yang menganggap matematika sebagai hal yang menakutkan. Hal ini perlu dirubah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Untuk merubah persepsi tersebut, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati pada materi pokok himpunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati melalui penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual saat proses belajar mengajar di kelas. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati dengan jumlah siswa 40 yang terdiri dari 16 siswa putri dan 24 siswa putra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I prestasi siswa menunjukkan ratarata kelas sebesar 65,2 dengan ketuntasan belajar 70% sedangkan pada siklus II prestasi siswa menunjukkan rata-rata kelas sebesar 80,15 dengan ketuntasan belajar 87,5%. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC juga dapat meningkatkan kemampuan aktivitas dan kerjasama siswa: a. Meningkatnya rata-rata aktivitas siswa dari siklus I yaitu 73,82% yang menunjukkan masih di bawah indikator keberhasilan menjadi 84,75% di siklus II yang sudah memenuhi indikator keberhasilan. b. Meningkatnya rata-rata tingkat kerjasama siswa dari 74,7% yang masih di bawah indikator keberhasilan pada siklus I menjadi 83,45% yang sudah memenuhi indikator keberhasilan pada siklus II. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan pokok bahasan himpunan siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/2011. Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan kesimpulan tersebut adalah sebaiknya model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual diterapkan dalam pembelajaran karena terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Kata kunci : penerapan, pembelajaran, keaktifan, hasil belajar..

(5) MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO ¾. Apa yang kita kerjakan dengan tekun menjadi lebih mudah bukan karena sifat tersebut berubah, tetapi karena kemampuan kita untuk bekerja telah meningkat.. ¾. Semangat dan ketekunan dapat membuat orang yang biasa-biasa menjadi lebih unggul, tetapi ketidakacuhan dan kelesuan dapat membuat orang yang lebih unggul menjadi biasa-biasa saja.. ¾. Selalu berharap pada Tuhan tidak akan pernah mengecewakan karena Allah senantiasa turut bekerja dalam segala hal yang kita lakukan untuk mendatangkan yang terbaik dari segala yang baik.. PERSEMBAHAN Skripsi ini spesial ku persembahkan untuk : ¾. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi yang terbaik buatku.. ¾. Bapak dan ibuku tersayang, Bari dan Rini yang telah membimbingku dan memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materiil serta doa yang tulus untukku.. ¾. Adikku tercinta, Berlina yang selalu membuatku tersenyum dengan sikap-sikapnya yang lucu.. ¾. Mbak Paris yang telah memberi motivasi dan membimbingku dengan sabar dalam penyelesaian skripsi ini.. ¾. My best friend yaitu Natalia, Yeni, Bekti yang menghiburku di saat aku sedang sedih dan saatku membutuhkan dukungan, semoga kita semua tetap menjadi sahabat selamanya.. ¾. Teman-temanku Dewi, Endra, Nia, Sonah, Farida, Zulfiana serta semuanya yang tergabung dalam kelas C angkatan 2007 yang selalu bahagia dan kompak dalam kondisi bagaimanapun, semoga sukses selalu.. ¾. Teman-teman satu angkatan IKIP PGRI SEMARANG.. ¾. Teman-temanku kost Trie_D yang selalu ceria dan membuatku tersenyum.. ¾. Teman-teman PPL di SMP Kristen Gergaji Semarang dan teman-teman KKN di Kecamatan Banyumanik Kelurahan Pudak Payung...

(6) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia yang diberikan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan pada Siswa Kelas VII B SMP N 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terwujud bukan semata-mata hasil kerja penulis sendiri, melainkan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Muhdi, S.H, M.Hum. selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah berkenan memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan Program Sarjana. 2. Drs. Nizaruddin, M.Si. selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang. 3. Drs. Rasiman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang. 4. Dra. Intan Indiati, M.Pd. Selaku Pembimbing I pada penulisan skripsi ini dan juga sebagai seseorang yang telah memberikan ide, bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 5. Drs. Sudargo, M.Si selaku Pembimbing II pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 6. Susanto, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Juwana Pati yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian ini. 7. Ruswanti, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini..

(7) 8. Teman-teman jurusan pendidikan matematika khususnya kelas C angkatan 2007, sahabatsahabat orang tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan bantuan materiil maupun spiritual sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dpaat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan pembaca terutama dalam bidang pendidikan.. Semarang, Mei 2011. Penulis.

(8) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… iii ABSTRAKSI…………………………………………………………………….. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………... v KATA PENGANTAR…………………………………………………………… vi DAFTAR ISI…………………………………………………………………….viii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………x BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………... 1 A. Latar Belakang……………………………………………………. 1 B. Penegasan Istilah…………………………………………………..4 C. Permasalahan……………………………………………………... 7 D. Strategi Pemecahan Masalah……………………………………….7. BAB II. E.. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………….................... 8. F.. Sistematika Penulisan Skripsi………………………………...…..10. LANDASAN TEORI………………………………………………….12 A. Pengertian Belajar……...………………………………………... 12 B. Prinsip-Prinsip Belajar….……………………………………….. 14 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar…... 16 D. Pembelajaran Matematika……………………………………….. 23 E.. Hasil Belajar……………………………………………………...25. F.. Keaktifan Siswa…………………………………………………. 31. G. Model Pembelajaran Kooperatif………..……………………..… 33 H. Model Cooperative Learning Tipe CIRC……………………….. 36 I.. Pembelajaran Kontekstual…………….………………………….41. J.. Uraian Materi Tentang Himpunan………………………………..45. K. Kerangka Berpikir……………………...…………………………56 L.. Hipotesis Tindakan……………………………………………….58. BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….. 59 A. Lokasi dan Subyek Penelitian……………………….…………... 59.

(9) B. Faktor Penelitian………………………………………………… 59 C. Rancangan Penelitian…………...……………………………….. 60 D. Data dan Cara Pengambilan Data……...…………………………68 E.. Uji Instrumen……………………………………………………..68. F.. Analisis Data…………………………………………………….. 74. G. Indikator Keberhasilan……………….………………………….. 77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………. 79 A. Persiapan penelitian……………………………………………... 79 B. Uji Coba Instrumen……………………………………………… 80 C. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………... 91 D. Pembahasan…………………….………………………………..106 BAB V. PENUTUP…………………………………………………………... 110 A. Kesimpulan…………………………………………………….. 110 B. Saran…………………………………………………………….111. DAFTAR PUSTAKA.

(10) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Nama Kelas Uji Coba. Lampiran 2. Daftar Nama Kelas Penelitian. Lampiran 3. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Siklus I. Lampiran 4. Soal Uji Coba Siklus I. Lampiran 5. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus I. Lampiran 6. Tabel Uji Instrumen Siklus I. Lampiran 7. Tabel Bantu Siklus I. Lampiran 8. Tabel Bantu 2 Siklus I. Lampiran 9. Perhitungan Validitas Siklus I. Lampiran 10 Perhitungan Reliabilitas Siklus I Lampiran 11 Perhitungan Daya Pembeda Soal Siklus I Lampiran 12 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Siklus I Lampiran 13 Penentuan Butir Soal Yang Digunakan Kelas Penelitian Siklus I Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 15 Soal Tes Evaluasi Siklus I Lampiran 16 Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus I Lampiran 17 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Lampiran 18 Hasil Tes Siklus I Lampiran 19 Soal Diskusi Kelompok Siklus I Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Diskusi Siklus I Lampiran 21 Daftar Nama Kelompok Siklus I Lampiran 22 Lembar Observasi Kerja Sama Siswa Siklus I Lampiran 23 Lembar Observasi Kelompok Siklus I Lampiran 24 Nilai Hasil Diskusi Siklus I.

(11) Lampiran 25 Daftar Angket Penilaian Sikap Siswa Siklus I Lampiran 26 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Lampiran 27 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Siklus II Lampiran 28 Soal Uji Coba Siklus II Lampiran 29 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus II Lampiran 30 Tabel Uji Instrumen Siklus II Lampiran 31 Tabel Bantu Siklus II Lampiran 32 Tabel Bantu 2 Siklus II Lampiran 33 Perhitungan Validitas Siklus II Lampiran 34 Perhitungan Reliabilitas Siklus II Lampiran 35 Perhitungan Daya Pembeda Soal Siklus II Lampiran 36 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Siklus II Lampiran 37 Penentuan Butir Soal Yang Digunakan Kelas Penelitian Siklus II Lampiran 38 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 39 Soal Tes Evaluasi Siklus II Lampiran 40 Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II Lampiran 41 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Lampiran 42 Hasil Tes Siklus II Lampiran 43 Soal Diskusi Kelompok Siklus II Lampiran 44 Kunci Jawaban Soal Diskusi Siklus II Lampiran 45 Daftar Nama Kelompok Siklus II Lampiran 46 Lembar Observasi Kerja Sama Siswa Siklus II Lampiran 47 Lembar Observasi Kelompok Siklus II Lampiran 48 Nilai Hasil Diskusi Siklus II Lampiran 49 Daftar Angket Penilaian Sikap Siswa Siklus II.

(12) Lampiran 50 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Lampiran 51 Tabel r Product Moment Lampiran 52 Tabel distribusi t.

(13) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat didukung oleh arus globalisasi yang hebat memunculkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya bidang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu upaya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi memerlukan suatu pendukung yaitu kiat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang komplek. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Manusia tumbuh melalui belajar dan proses kegiatannya tidak terlepas dari kegiatan belajar. Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang perlu mendapat perhatian adalah berusaha mengacu pada ketiga ranah, yaitu: ranah pengetahuan (kognitif), ranah nilai atau sikap (afektif), dan ranah keterampilan (psikomotorik). Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa untuk menerapkan matematika dalam berbagai keperluan. Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat diacuhkan begitu saja. Umumnya pelajaran matematika di sekolah menjadi momok bagi siswa. Sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Di samping itu penyebab lainnya adalah cara mengajar guru yang tidak cocok bagi siswa, guru hanya mengajar dengan satu metode.

(14) yang kebetulan tidak cocok dan sukar dimengerti oleh siswa, dan sebagai akibatnya prestasi matematika yang dicapai siswa rendah. Keberhasilan belajar matematika, salah satunya ditentukan oleh minat siswa, dan untuk membangkitkan minat siswa tersebut ditentukan oleh kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan mengajarnya yang dapat mengakibatkan siswa lebih tertarik, mengerti, berperan serta aktif, mencari dan menemukan sendiri. Karena itu guru harus mampu mengadakan komunikasi dengan siswa dan dapat memilih metode yang tepat. Pada saat proses belajar nampak gejala-gejala antara lain: kemampuan menganalisis dan menyelesaikan soal rendah, siswa pasif dan cenderung suka mencontoh, sehingga jika diberikan soal-soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan, mereka tidak mampu menyelesaikan. Mungkin rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan kurangnya pendekatan pembelajaran yang sesuai, metode kurang bervariasi, pemanfaatan lingkungan/alat peraga juga kurang dan dukungan orang tua dan masyarakat rendah. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa umumnya siswa mengerti dengan penjelasan serta contoh soal yang diberikan guru, namun ketika kembali ke rumah dan ingin menyelesaikan soal-soal yang sedikit berbeda dengan contoh sebelumnya, siswa kembali bingung bahkan lupa dengan penjelasan gurunya. Apa yang dialami siswa ini menunjukkan bahwa siswa belum mempunyai pengetahuan konseptual. Setelah diadakan studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru matematika kelas VIIB SMPN 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/2011, terdapat fakta di lapangan bahwa pembelajaran matematika yang terjadi di SMPN 4 Juwana belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal Ini dapat dilihat dari hasil ulangan matematika yang diperoleh masih banyak yang di bawah nilai KKM. Selain itu juga, dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa-siswanya juga kurang,karena hanya mencapai 60%..

(15) Berarti hal ini menunjukkan bahwa guru hanya mentransfer pengetahuan, sehingga siswa tidak mengalami sendiri dan ini dapat mengakibatkan siswa sulit memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Semua itu memang tidak terlepas dari pandangan siswa pada umumnya terhadap pelajaran. matematika. yang. menganggap. sebagai. momok. yang. menakutkan,. mengakibatkan siswa kurang aktif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran yang selama ini diterapkan hanya sekedar ceramah dan latihan soal, membuat suasana belajar di kelas sangat monoton, kurang menarik apalagi ditambah konsentrasi siswa yang kurang optimal. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan diterapkan suatu pembelajaran matematika yang tidak hanya mentransfer pengetahuan guru kepada siswa. Pembelajaran ini hendaknya juga mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan materi dan konsep matematika. Model pembelajaran yang kiranya tepat adalah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated Reading and Compoisition (CIRC) dengan kombinasi model pembelajaran kontekstual yang merupakan model pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi matematika yang diajarkan di SMP Kelas VII adalah Himpunan. Materi ini sering muncul dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, dengan menerapkan model pembelajaran CIRC melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika pada materi pokok himpunan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian. dengan judul. “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan.

(16) Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VIIB SMPN 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011”.. B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran maka dalam memahami judul penelitian ini perlu adanya penjelasan istilah-istilah dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang mendapat penegasan adalah: 1.. Penerapan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2005:560), penerapan berarti pemasangan, pengenaan, perihal, mempraktekkan. Yang dimaksud penerapan di sini adalah mempraktekan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.. 2.. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. (Suprijono,2009:45).. 3.. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu model pembelajaran yang mempunyai konsep lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. (Suprijono,2009:54).. 4. Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated Reading and Compoisition (CIRC) Suatu model pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajarannya membangun kemampuan peserta didik untuk.

(17) membaca. dan. menyusun. rangkuman. berdasarkan. materi yang. dibacanya. (Suyitno,2007:12).. 5. CTL CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Suprijono,2009:79) 6. Meningkatkan Meningkatkan. artinya. menaikkan. (derajat,. taraf,. dan. sebagainya);. mempertinggi; memperhebat (produk, dan sebagainya); mengangkat diri. (KBBI, 2005: 574). 7. Keaktifan Keaktifan artinya kegiatan atau kesibukan, tangkas, giat bekerja, dinamis dan bertenaga (KBBI, 2005: 24). 8. Hasil Belajar Hasil adalah sesuatu yang diadakan(dibuat, dijadikan, dan sebaginya)oleh usaha. (KBBI, 2005: 166) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2003:2). Jadi, hasil belajar adalah sesuatu yang dilakukan dengan usaha untuk memperoleh suatu perubahan. Dalam penelitian ini diharapkan agar memperoleh hasil belajar yang meningkat atau perubahan yang lebih baik..

(18) 9. Materi Pokok Himpunan Himpunan merupakan salah satu materi sub pokok bahasan pelajaran matematika siswa SMP kelas VII semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penegasan istilah di atas, secara keseluruhan maksud dari judul penelitian ini adalah keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual pada sub pokok bahasan himpunan ditandai dengan peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 4 Juwana tahun pelajaran 2010/2011.. C. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/1011 pada materi pokok Himpunan?". D. Strategi Pemecahan Masalah Agar hasil belajar, keaktifan, dan minat belajar siswa serta kemampuan mengajar guru kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati dalam pembelajaran matematika khususnya dalam pokok bahasan himpunan dapat meningkat, maka strategi pemecahan masalah dalam penelitian ini dirancang melalui penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan pendekatan kontekstual. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap. Siklus II dilakukan apabila pada siklus I belum terjadi peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas.

(19) VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari test siswa sedangkan peningkatkan keaktifan siswa dapat dilihat pada lembar observasi.. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas masalah yang telah dirumuskan di atas. Tujuan tersebut adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas VII B SMP N 4 Juwana Pati melalui penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual saat proses belajar mengajar di kelas. 2. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak diantaranya sebagai berikut: a. Bagi siswa 1)Menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika 2)Meningkatkan keaktifan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan 3) Menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi dalam diri siswa 4) Meningkatkan hasil belajar. 5) Membangkitkan rasa percaya diri. 6) Membimbing temannya yang memerlukan bantuan b. Bagi guru 1) Diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir guru. 2) Dapat meningkatkan kreativitas guru..

(20) 3) Meringankan beban guru dalam membimbing siswa di kelas, khususnya ketika menyelesaikan soal-soal. c. Bagi sekolah 1) Bertambahnya siswa yang berhasil pada setiap kelulusan. 2) Meningkatnya hasil belajar siswa. 3) Menciptakan sekolah sebagai pusatnya ilmu pengetahuan. 4) Meningkatkan kualitas mutu hasil pendidikan. d. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan disiplin ilmu pendidikan khususnya dalam mengajar matematika bagi peneliti sebagai seorang calon guru matematika. F. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah dalam memahami urutan-urutan serta memberikan gambaran secara keseluruhan dalam skripsi ini, maka perlu diberikan sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi. Bagian awal atau pendahuluan skripsi ini secara berturut-turut berupa halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran. Bagian isi dari skripsi ini di bagi menjadi lima bab, yaitu pendahuluan,landasan teori dan hipotesis, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dan penutup. Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, penegasan istilah,perumusan masalah dan strategi pemecahan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi..

(21) Bab II Landasan teori dan hipotesis, berisi pembahasan tentang pengertian belajar, prinsip-prinsip belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, pengertian pembelajaran matematika, hasil belajar, keaktifan siswa, model Cooperative Learning tipe CIRC, pembelajaran kontekstual, uraian materi himpunan, kerangka berfikir dan hipotesis tindakan. Bab III Metode penelitian, berisi pembahasan tentang lokasi penelitian dan subjek penelitian, faktor penelitian, rancangan penelitian, data dan cara pengambilan data, uji istrumen, analisis data dan indikator keberhasilan. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi pembahasan tentang pelaksanaan penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka yang memberikan informasi tentang sumber-sumber referensi sebagai literature yang digunakan serta lampiran-lampiran..

(22) BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. A. Pengertian Belajar Belajar. merupakan. kegiatan-kegiatan. bagi. setiap. orang,. pengetahuan. keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. (Hudoyo, 1990: 10). Pendapat itu menunjukan bahwa belajar adalah proses perubahan. Perubahanperubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah laku yang tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dimaksud bukan perubahan negatif tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau perbaikan. Belajar di sekolah mempunyai maksud dan tujuan untuk menguasai ilmu pengetahuan, pengertian belajar dari berbagai ahli berbeda-beda, perbedaan arti belajar antara lain karena adanya dasar-dasar percobaan yang berbeda. Selanjutnya akan 12. dikemukakan beberapa dari sekian banyak ahli yang mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan, (Darsono,2001:3-4), antara lain: 1. Marle J.Moskowitz dan Arthur R.Ogel Pada dasarnya belajar adalah perubahan prilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem saraf yang dibawa sejak lahir..

(23) 2. Morris L. Bigge Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. 3. James O. Whittaker Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. 4. Aaron Quinn Sartain dkk Belajar adalah suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. 5. W.S Winkel Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan pada diri seseorang yang belajar karena pengalaman. Perbuatan belajar adalah perbuatan yang disengaja untuk mencapai hasil. Menurut Herman Hudoyo (1990:2), terdapat tiga masalah pokok dalam belajar, yaitu: 1. Masalah mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang dilaksanakan 2. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar 3. Masalah mengenai hasil belajar..

(24) B. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono terdapat tujuh prinsip dalam belajar yaitu: 1. Perhatian dan Motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang. 2. Keaktifan Siswa mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. 3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan. 4. Pengulangan Dalam kegiatan belajar diperlukan pengulangan hal ini dikarenakan dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, sebagainya akan berkembang.. berpikir dan.

(25) 5. Tantangan Dalam mencapai tujuan belajar, siswa mengalami hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan tersebut telah diatasi maka tujuan belajar telah tercapai. 6. Balikan atau Penguatan Balikan (feedback) adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun bagi guru. Penguatan (reinforcement) adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. 7. Perbedaan Individual Perbedaaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor internal a. Faktor Jasmaniah Faktor dalam terdiri dari: 1) Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya..

(26) 2) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. b. Faktor psikologis 1) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. 2) Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek. 3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk mempertahankan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperlihatkan terusmenerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. 4) Bakat Menurut Hilgard bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan teralisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. 5) Motif Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai.

(27) tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. 6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. 7) Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. c. Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelemahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2. Faktor eksternal a. Keluarga 1) Cara Orang Tua Mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal ini dipertegas oleh Sutjipto Wirodidjojo bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia..

(28) 2) Relasi Antaranggota Keluarga Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. 3) Suasana Rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejasian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak merupakan faktor yang disengaja. 4) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang. belajar. selain. harus. terpenuhi. kebutuhannya. pokoknya. juga. membutuhkan fasilitas belajar yang memadai. 5) Pengertian Orang Tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi dorongan dan semangat. 6) Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak. b. Sekolah 1) Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar..

(29) 2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. 3) Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. 4) Relasi Siswa dengan Siswa Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. 5) Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalm mengajar dengan melaksanankan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa. 6) Alat pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu..

(30) 7) Waktu Sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar di sekolah, jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar konsentrasi dan berpikir pada kondisi badannya yang lemah. 8) Standar Pelajaran di Atas ukuran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya merasa kurang mampu dan takut kepada guru. 9) Keadaan Gedung Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masingmasing menuntut keadaan gedung yang memadai di dalam setiap kelas. 10) Metode Belajar Dengan cara belajar siswa yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa. Juga dalam pembagian waktu dalam pelajaran. 11) Tugas Rumah Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. c. Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat. 1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat Kegiatan. siswa. dalam. masyarakat. dapat. menguntungkan. terhadap. perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak jika tidak dapat mengatur waktunya maka akan terganggu belajarnya..

(31) 2) Mass Media Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhaadap siswa. 3) Teman Bergaul Pengaruh dari teman-teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik begitu juga sebaliknya. 4) Bentuk Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar kita juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang terpelajar atau yang berjudi semuanya akan memberi pengaruh terhadap belajar siswa.. D. Pembelajaran matematika 1. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2001: 24). Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai pengalaman sehingga tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. 2. Matematika Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yamg lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Secara.

(32) singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyo,1990:4). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman pelajaran matematika identik dengan mata pelajaran yang paling sulit dan menegangkan, sehingga kurang diminati oleh siswa. Sebenarnya matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang menyenangkan, hal ini dapat dibuktikan jika kita pandai dalam mata pelajaran matematika berarti kita telah berlatih untuk teliti, berfikir kritis dan praktis. Hal ini tidak disadari oleh sebagian siswa sehingga mereka merasa matematika sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan membingungkan dan pada akhirnya menolak untuk belajar matematika. Belajar matematika akan terasa indah jika kita mengetahui cara mempelajarinya. Ada beberapa kiat belajar matematika,diantaranya : a. Menanamkan kepada anak bahwa matematika itu penting b. Mengajak anak untuk mempelajari hal menarik dan menggelitik rasa ingin tahu tentang matematika c. Melatih daya tahan anak menyelesaikan soal matematika d. Mengajari anak mengotak-atik soal e. Mencanangkan dua wajib yaitu wajib mempelajari yang sudah dijelaskan dan wajib mempelajari yang hendak dijelaskan f. Melibatkan anak dalam proses belajar mengajar di sekolah g. Mengarahkan anak untuk membuat cacatan lengkap dan rapi, ringkasan konsep dan rumus penting. E. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Catharina,2006:5)..

(33) Menurut Benyamin S.Bloom dalam Catharina (2006:7) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori berikut: a. Pengetahuan Pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas. Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah pada ranah kognitif. b. Pemahaman Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hasil belajar ini berada pada satu tahap di atas pengingatan materi sederhana dan mencerminkan tingkat pemahaman paling rendah. c. Penerapan Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. Hal ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil, dan teori. Hasil belajar di bidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya. d. Analisis Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagianbagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian dan mengenai prinsipprinsip pengorganisasian. Hasil belaja ini mencerminkan tingkat intelektual libih.

(34) tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktural materi pembelajaran yang telah dipelajari. e. Sintesis Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hasil belajar bidang ini menekankan perilaku kognitif dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau polapola baru. f.. Penilaian Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu. Hasil belajar di bidang ini adalah paling tinggi di dalam hirarkhi kognitif karena berisi unsur-unsur seluruh kategori tersebut dan ditambah dengan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan secara jelas.. 2. Ranah afektif Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hirarkhi yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut: a. Penerimaan, mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu. Dari sudut pandang pembelajaran, ia berkaitan dengan memperoleh, menangani, dan mengarahkan perhatian siswa. Penerimaan ini mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah di dalam ranah afektif. b. Penanggapan, mengacu pada partisipasi aktif pada diri siswa. Hasil belajar di bidang ini adalah penekanan pada kemahiran merespon, keinginan merespon,.

(35) atau kepuasan dalam merespon. Tingkat yang lebih tinggi dari kateori ini adalah mencakup tujuan pembelajaran yang umumnya diklasifikasikan ke dalam minat siswa, yakni: minat yang menekankan pencarian dan penikmatan kegiatan tertentu. c. Penilaian, berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada siswa. Penilaian didasarkan pada internalisasi seperangkat nilai tertentu, namun menunjukkan nilai-nilai yang diungkapkan di dalam perilaku yang ditampakkan oleh siswa. Hasil belajar di bidang ini dikaitkan dengan perilaku yang konsisten dan cukup stabil di dalam membuat nilai yang dapat dikenali secara jelas. Tujuan pembelajaran yang diklasifikasi ke dalam sikap dan apresiasi akan masuk ke dalam kategori ini. d. Pengorganisasian, berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal. Hasil belajar ini dapat berkaitan dengan konseptualisasi nilai atau pengorganisasian sistem nilai. Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan pandangan hidup dapat dimasukkan dalam kategori ini. e. Karakeristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Perilaku pada tingkat ini adalah bersifat persuasif, konsisten dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada tingkat ini mencakup berbagai aktivitas yang luas, namun penekatan dasarnya adalah pada kekhasan perilaku siswa atau siswa memiliki karakteristik yang khas..

(36) 3. Ranah Psikomotorik Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif. Menurut Elizabeth Simpson dalam Catharina (2006:10), kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik yaitu: a. Persepsi, berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik. b. Kesiapan, mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental, kesiapan jasmani, dan kesiapan mental. c. Gerakan terbimbing, berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks. Ia meliputi peniruan mengulangi tindakan yang didemonstrasikan oleh guru dan mencoba-coba. d. Gerakan terbiasa, hasil belajar pada tingkat ini berkaitan dengan keterampilan unjuk kerja dari berbagai tipe, namun pola-pola gerakannya kurang kompleks dibandingkan dengan tingkatan berikutnya yang lebih tinggi. e. Gerakan kompleks, berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan, dan yang memerlukan energi minimum. f. Penyesuaian, berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru..

(37) g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil belajar pada tingkat ini menekankan aktivitas yang didasarkan pada keterampilan yang benar-benar telah dikembangkan. Beberapa fungsi hasil belajar, adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar sebagai indikator kuantitas dan kualitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. 2. Hasil belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. 3. Hasil belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, asumsinya bahwa hasil belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Herman Hudoyo,1990:8) Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor: 1. Faktor dalam diri individu atau faktor dari dalam peserta didik Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu, aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu, sedangkan aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuankemampuan intelektual, sosial, psikomotorik serta kondisi afektif dan konatif dari individu. 2. Faktor lingkungan Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi.

(38) sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, suasana, dan pelaksanaan kegunaan belajar mengajar. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah faktor guru. Dalam hal ini guru hendaknya dapat menggunakan teknik penyajian materi pelajaran secara sistematif yang dapat menunjang proses belajar, sehingga dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Keberhasilan suatu proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh adanya variasi model pembelajaran yang dipakai oleh guru.. F. Keaktifan Siswa Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasinya sendiri. Maka belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain..

(39) Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa bisa berwujud perilaku-perilaku/aktivitasaktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar macam kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Visual activities, 2. Oral activities, 3. Listening activities, 4. Writing activities, 5. Drawing activities, 6. Motor activities, 7. Mental activities, 8. Emotional activities. (Sardiman,2010:101). Jadi dengan klasifikasi aktivitas tersebut menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi, sehingga memungkinkan terjadinya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Di samping siswa yang berperan utama, peran guru juga berpengaruh penting terhadap terciptanya keaktifan dalam pembelajaran. Maka untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut: 1. menggunakan multimetode dan multimedia, 2. memberikan tugas secara individual dan kelompok, 3. memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kecil,. kelompok.

(40) 4. memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta 5. mengadakan tanya jawab dan diskusi.. G. Model Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif adalah model yang terfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Nurhadi : 2004 :112). Dalam pembelajaran ini, siswa belajar di dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalahmasalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku / ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan.

(41) sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. 4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu. Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu : Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi belajar siswa. Fase 2 : Menyampaikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien..

(42) Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Fase 5 : Evaluasi Guru mengevaluasi cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Fase 6 : Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. (Trianto,2007:48-49). Para ahli telah menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas–tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep–konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas–tugas akademik. Ketrampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan ketrampilan – ketrampilan kerjasama dan kolaborasi, ketrampilkan – ketrampilan tanya jawab, serta belajar untuk dapat menghargai satu sama lain.. H. Model Cooperative Learning. Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and. Composition) Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) ditempatkan dalam kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4-5 tidak dibedakan atas.

(43) jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Menurut Amin Suyitno (2005 : 12) kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni : 1. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca 2. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu 3. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita 4. Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut(menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya) 5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi) Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk melatih siswa meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka langkah yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut: 1. Guru menerangkan suatu materi pokok tertentu kepada peserta didiknya (misalnya dengan metode ceramah). 2. Guru memberikan latihan soal termasuk cara menyelesaikan soal cerita. 3. Guru siap melatih peserta didik untuk meningkatkan keterampilan peserta didiknya dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan Cooperative Learning tipe CIRC. 4. Guru membentuk kelompok–kelompok belajar peserta didik (Learning Society) yang heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 orang 5. Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita dan membagikannya kepada setiap peserta didik dalam kelompok yang sudah terbentuk..

(44) 6. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan spesifik, sebagai berikut a. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca soal cerita tersebut. b. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan apa yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu. c. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita. d. Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi penyelesaiannya). e. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada. yang perlu. direvisi). f. Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru. 7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok. 8. Ketua kelompok melaporkan kepada guru tentang keberhasilan atau hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. 9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru. 10.Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di depan kelas. 11.Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan. 12.Guru memberikan umpan balik dan evaluasi atas materi yang telah dipresentasikan oleh siswa secara singkat (Teaching Group)..

(45) 13.Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas (Teams Scores and Teams Recognition). 14.Guru memberikan tugas atau PR soal cerita secara individual kepada para siswa tentang materi pokok yang akan dipelajari. 15.Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan siswa kembali ke tempat duduk masing-masing. 16.Menjelang akhir waktu pembelajaran guru mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita. 17.Siswa bersama guru merangkum pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah (Whole – Class Unit). 18.Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan (Suyitno, 2005 : 12-13). Model CIRC untuk Penerapan konsep Himpunan Mata pelajaran matematika kelas VII semester 2 terdiri dari beberapa bab dan sub bab, salah satunya adalah pokok bahasan himpunan. Pokok bahasan ini dapat diajarkan pada siswa dengan model pembelajaran CIRC. Materi pembelajaran yang diajarkan pada siswa dalam penelitian ini adalah himpunan. Tahapan pada model CIRC adalah sebagai berikut: 1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para siswanya. 2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang model pembelajaran CIRC . 3. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok 4. Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan..

(46) 5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap kelompoknya.. Kelompok. dibuat. heterogen. tingkat. kecerdasan. dengan. mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok. 6. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. 7. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya/melaporkan kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Guru dapat memberikan bantuan secara individual. 8. Guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah. Menurut penjelasan-penjelasan di atas, kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yaitu: 1. Sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. 2. Dominasi guru dalam proses pembelajaran kurang 3. Pelaksanaan program sederhana 4. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok 5. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya 6. Mengurangi perilaku siswa yang mengganggu 7. Membantu siswa yang lemah 8. Meningkatkan hasil belajar. Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yaitu pada saat presentasi hanya siswa yang aktif saja yang tampil..

(47) I.. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual terdapat asumsi, antara lain: 1. Belajar yang baik adalah jika peserta didik terlibat secara pribadi dalam pengalaman belajarnya. 2. Pengetahuan harus ditemukan peserta didik sendiri agar mereka memiliki arti atau dapat membuat distingsi berbagai perilaku yang mereka pelajari. 3. Peserta didik harus memiliki komitmen terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi dan berusaha secara aktif untuk mencapainya dalam kerangka kerja tertentu. (Suprijono,2009:80). Prinsip pembelajaran kontekstual, antara lain: 1. Adanya ketergantungan Ketergantungan merupakan sistem yang mengintegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional. 2. Adanya keanekaragaman Keanekaragaman mendorong berpikir kritis pesera didik untuk menemukan hubungan diantara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. 3. Pengaturan diri Prinsip ini mendorong pentingnya peserta didik mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. (Suprijono,2009:80-81)..

(48) Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut: 1. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. 2. Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari, berupaya melakukan eksplorasi, mengkaji dan berusaha menemukan dan menciptakan hal baru yang dipelajarinya. 3. Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. 4. Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar kelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif. 5. Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. (Suprijono,2009:83-84). Ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual, yaitu: 1. Kontruktivisme Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi. Belajar berbasis kontruktivisme menekankan pemahaman pada pola dari pengetahuan. 2. Inkuiri Kata kunci pembelajaran kontekstual salah satunya adalah penemuan. Belajar penemuan menunjuk pada proses dan hasil belajar. 3. Bertanya Melalui berbagai pertanyaan peserta didik dapat melakukan probing, sehingga informasi yang diperolehnya lebih dalam..

(49) 4. Masyarakat Belajar Melalui interaksi dalam komunitas belajar proses dan hasil belajar menjadi lebih bermakna. 5. Pemodelan Melalui pemodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan. 6. Refleksi Refleksi adalah bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. 7. Penilaian Autentik Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. (Suprijono,2009:85-88). Alasan pendekatan kontekstual menjadi pilihan: 1. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong peserta didik mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. 2. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, pendekatan ini menjadi alternative strategi belajar yang baru, dimana peserta didik diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. J. Uraian Materi Tentang Himpunan 1. Diagram Venn Himpunan dapat dinyatakan dalam bentuk gambar yang dikenal sebagai diagran Venn. Dalam membuat diagram Venn yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Himpunan semesta (S) digambarkan sebagai persegi panjang dan huruf S diletakkan di sudut kiri atas persegi panjang..

(50) b. Setiap himpunan yang dibicarakan (selain himpunan kosong) ditunjukkan oleh kurva tertutup. c. Setiap anggota ditunjukkan dengan noktah (titik). d. Bila anggota suatu himpunan banyak sekali, maka anggota-anggotanya tidak perlu dituliskan. S. S. B. A. Himpunan biasa. Himpunan Semesta. Contoh Soal: Kelompok PKK di Desa Mustika Jaya, mendata ibu-ibu yang pandai dalam suatu pekerjaan seperti terlihat pada diagram Venn di bawah ini: S. R Tuti Yati Sri. I Munar Jenab. Siti Misnu. Nani Ade Kokom. Ati. Tati. S = {ibu PKK Desa Mustika Jaya} R = {ibu yang pandai memasak} I = {ibu yang pandai menjahit} a. Berapa orang yang pandai memasak? b. Berapa orang yang pandai memasak dan menjahit? c. Berapa orang yang belum pandai keduanya? d. Berapa orang yang hanya pandai menjahit?.

(51) e. Berapa orang yang hanya pandai memasak? Jawab: a. ada 6 orang yang pandai memasak b. ada 2 orang yang pandai memasak dan menjahit c. ada 3 orang yang belum pandai keduanya d. ada 3 orang yang hanya pandai menjahit e. ada 4 orang yang hanya pandai memasak 2. Hubungan Antar Himpunan Berikut ini akan dipelajari macam-macam hubungan antara himpunan yang satu dengan himpunan lainnya. a. Himpunan Saling Lepas Dua buah himpunan disebut saling lepas atau saling asing bila kedua himpunan itu tidak mempunyai anggota persekutuan. Himpunan saling lepas dinotasikan dengan // atau ⊃⊂ b. Himpunan tidak saling lepas Dua himpunan tidak saling lepas dapat ditinjau dari dua keadaan, yaitu: 1) Himpunan yang satu bukan merupakan himpunan bagian yang lain S. T. R 1 9. 3 5 7. 2 10 12. Dari dua himpunan itu terlihat bahwa: R ⊄ T, karena 1 ∈ R tetapi 1 ∉ T T ⊄ R, karena 2 ∈ T tetapi 2 ∉ R.

(52) 2) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian dari himpunan yang lain S. T 2 4. K 3. 1. 6. 7. 5. Dua himpunan dikatakan tidak saling lepas bila kedua himpunan itu mempunyai anggota persekutuan. c. Himpunan yang Sama (=) Dua himpunan dikatakan sama apabila keduanya mempunyai anggota yang sama. Dengan kata lain A = B, apabila A ⊆ B dan B ⊆ A. d. Himpunan yang Ekuivalen (~) Dua himpunan A dan B yang berhingga dikatakan ekuivalen apabila n(A) = n(B) dan dituliskan sebagai A ~ B. Contoh Soal: Diberikan: B = {bilangan prima antara 10 dan 15}, dan K = {bilangan ganjil antara 4 da 9}. Dari himpunan-himpunan di atas, apakah pasangan himpunan itu: a. sama,. b. ekuivalen,. Jawab: B = {11, 13} dan K = {5, 7} Hal ini berarti n(B)= 2 dan n(K) = 2. a. B ≠ K, karena B ⊄ K dan K ⊄ B. b. Ya, B~K, karena n(B) = n(K) = 2. c. saling lepas?.

(53) c. Ya, B // K, karena semua anggota B tidak ada persekutuan dengan semua anggota K. 3. Irisan ( ∩ ) a. Pengertian Irisan Dua Himpunan Perhatikan dua himpunan di bawah ini: S. Q. P a. b c. d. e g. f. h. P∩Q. P = {a, b, c, d, e, f, g}, Q = {a, c, e, g, h}. Terlihat bahwa anggota persekutuan P dan Q adalah a, c, e, dan g. Hal ini berarti P dan Q beririsan dan ditulis P ∩ Q = {a, c, e, g}. Irisan P dan Q adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota P sekaligus anggota Q, ditulis dengan notasi pembentuk himpunan sebagai: P ∩ Q = {x | x ∈ P dan x ∈ Q}. b. Menentukan Irisan Dua Himpunan Irisan dua himpunan dapat ditinjau dari persekutuan dua himpunan itu atau dari hubungan antar himpunannya. 1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain S. Q P 1. 2 3 P∩Q = P. 4.

(54) Misalkan P = {1, 2, 3} dan Q = {1, 2, 3, 4}, maka hubungan antara P dan Q adalah P ⊆ Q dan irisan kedua himpunan itu adalah P ∩ Q = {1, 2, 3} = P (lihat gambar di atas). 2) Kedua himpunan sama S. P Q m. r. a i. t. P∩Q = P = Q. Misalkan P = {r, a, m, t, i} dan Q = {t, i, r, a, m}. Hubungan antara himpunan P dan Q adalah P = Q, maka P ∩ Q = {t, i, r, a, m} = {r, a, m, t, i} = P = Q (lihat gambar). Diagram Venn untuk P ∩ Q dapat dilihat pada gambar di atas. Pada gambar terlihat n(P) = n(Q) = n(P ∩ Q) = 5 3) Kedua himpunan saling lepas S. Q. P 1. 3. a. b. 7. 5. c. d. P∩Q = Ø. Misalkan P = {1, 3, 5, 7} dan Q = {a, b, c, d}. Keterhubungan antara P dan Q adalah P // Q (saling lepas) dan P ~ Q (ekuivalen), maka P ∩ Q = Ø atau P ∩ Q = { }(lihat gambar di atas). Diagram Venn untuk P ∩ Q, ditunjukkan pada gambar di atas. Pada gambar terlihat bahwa: n(P) = 4, n(Q) = 4, dan n(P ∩ Q) = 0. 4) Kedua himpunan tidak saling lepas, tetapi juga bukan merupakan himpunan bagian yang lain.

(55) S. Q. P 1. 2. 4. 7. 3. 5. 6. Misalkan: P = {1, 2, 3, 4, 5} dan Q = {2, 3, 6, 7}. Keterhubungan antara P dan Q adalah berpotongan atau tidak saling lepas , maka P dan Q = P ∩ Q = {2, 3}. Contoh Soal: Perhatikan gambar di bawah ini: B. A. S c d a. e. g. f. h b. S = {penghuni Hotel Indonesia} A = {penghuni yang menyukai teh} B = {penghuni yang menyukai kopi} Tentukan: a. Berapa banyak penghuni yang menyukai teh? b. Berapa banyak penghuni yang tidak menyukai kopi tetapi menyukai teh? c. Berapa banyak penghuni yang menyukai teh dan kopi? d. Berapa banyak penghuni yang tidak menyukai keduanya? Jawab: a. n(A) = 4 b. tidak menyukai kopi tetapi menyukai teh = 2.

(56) c. n(A ∩ B) = 2 d. tidak menyukai keduanya = 2. 4. Gabungan ( ∪ ) Operasi gabungan pada himpunan disimbolkan dengan “ ∪ ”. Misalkan, P = {2, 3, 4, 5} dan Q = {1, 2, 4, 7}, maka P ∪ Q = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}. S. P 3 5. Q 2. 1. 4. 7. P∪Q. Gabungan dua himpunan dapat ditentukan dari keterhubungan antar himpunan tersebut. Yaitu: a. Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain b. Kedua himpunan sama c. Kedua himpunan saling lepas d. Kedua himpunan tidak saling lepas, tetapi juga bukan merupakan himpunan bagian yang lain.. 5. Komplemen Perhatikan Q yang merupakan subset dari S berikut ini. S = {Mozart, Bach, Beethoven, Bizett, Strauss, Haydn, Schubert} Q = {Bach, Beethoven, Bizett} Himpunan S yang anggotanya selain anggota himpunan Q adalah:.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permas alahan penelitian ini dapat dirumuskan “apakah penerapan pendekatan saintifik terintegrasi dengan

Dengan dilandasi latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan model pembelajaran berbasis permainan dapat

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti melaksanakan penelitian tidakan kelas melalui alternatif pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis memfokuskan penelitian ini pada penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu ³ Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) lebih

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) lebih

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki