pertumbuhan endogenous 18, yang dipengaruhi oleh investasi untuk fisik, human
capital dan pengetahuan (knowledge). Variabel-variabel tersebut terbukti mampu
menjelaskan perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah dari ukuran tingkat pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Sesungguhnya, perbedaan capaian tingkat kemajuan antar daerah merefleksikan perbedaan tingkat daya saingnya. Capaian kinerja daya saing daerah diartikan sebagai realisasi kapasitas dan kemampuan pelaku ekonomi, masyarakat dan pemerintah suatu daerah dalam mengelola sumber daya dan ide secara efisien, inovatif, produktif dan merespon kebutuhan pasar dalam rangka mewujudkan kinerja pembangunan ekonomi yang lebih unggul dibandingkan daerah lainnya.
Secara makro daerah, membangun daya saing sama dengan pertumbuhan produksi, perbesaran nilai tambah, peningkatan pangsa pasar domestik dan global, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan seluruh pemangku kepentingan di daerah. Penguatan sisi supply yang disertai dengan pengusaan pasar serta berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat merupakan penciri kemampuan pengembangan daya saing secara berkelanjutan.
3.1 Relevansi Ukuran Daya Saing Daerah
Memerhatikan sejumlah indikator pengukuran daya saing di level negara dan daerah, terdapat beberapa ukuran penting sebagai makro daerah yang jika dibangun efektif maka akan mengakselerasi daya saing pelaku usaha dan mempunyai kontribusi terhadap pengembangan daya saing daerah. Berdasarkan Tabel 3.1, diketahui pentingnya peran pemerintah daerah yaitu dalam sisi pembiayaan sektor publik, penyediaan inftrastruktur, dan penjaminan pendidikan masyarakat. Ketiga unsur tersebut akan membantu pelaku usaha menikmati efisiensi eksternal untuk mengakselerasi efisiensi teknis sekaligus peningkatan
18 Pionir adalah Paul Romer (1994) yang menekankan pentingnya faktor human capital, selain proses internal, sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Berbeda dengan teori neoklasik yang menekankan pentingnya faktor teknologi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
MODEL DAYA SAING
DAERAH
3
MODEL DAY
Konsep, Pengukuran, dan Model
produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produksi akan dimudahkan dengan keberadaan dan kemudahan akses kepada lembaga keuangan.
Tabel 3.1 Ukuran Daya Saing Nasional/Daerah Kesamaan antara Global Competitiveness Index dan ACI x Pemerintah/institusi: pembiayaan publik, kerangka kebijakan/hukum x Kondisi makroekonomi : PDB, ekspor/impor (ukuran pasar), standar hidup x Keuangan : akses terhadap perbankan (financial deepening)
x Bisnis : efisiensi bisnis (terkait dengan prosedur) x Tenaga kerja : gaji & produktivitas
x Infrastruktur : kualitas & kuantitas fisik
x Pendidikan : Sistem pendidikan; angka partisipasi sekolah
Untuk mewujudkan dan memperbaiki efisiensi teknis saat transformasi input menjadi output, pelaku usaha harus menjalankan penguatan teknis sekaligus perbesaran pasar. Membangun daya saing perusahaan atau industri, pertimbangan penguatan produktivitas (supply) dan penguasaan pasar (demand) menjadi sangat strategis.
Tabel 3.2 Ukuran Daya Saing Industri
UNIDO Global Manufacturing Index Kesamaan x Nilai tambah industri per
kapita,
x Ekspor industri per kapita, x Konten teknologi pada
produksi
x Intensitas sektor industri dalam perekonomian, x Konten teknologi pada
produk ekspor,
x Intensitas ekspor sektor industri,
x Rasio output industri di pasar global, dan
x Rasio output industri yang diekspor di pasar global.
x human capital, x keunggulan biaya x produktivitas tenaga kerja x jaringan dengan pemasok x sistem hukum dan
peraturan
x infrastruktur pendidikan, x infrastruktur fisik, x sistem pajak, ekonomi,
perdagangan, dan keuangan,
x kebijakan inovasi dan infrastruktur, x kebijakan energi,
x daya tarik pasar lokal, dan x sistem kesehatan.
x Produktivitas x Orientasi pasar : luar
negeri atau domestik
Berdasarkan Tabel 3.2, produktivitas tenaga kerja menjadi salah satu ukuran yang umum digunakan untuk mengevaluasi efisiensi penggunaan faktor tenaga kerja, selain tentunya ukuran efisiensi biaya. Perbesaran pasar dilakukan memperluas pemasaran hingga ke pasar global. Keberhasilan penguasaan pasar yang diikuti oleh peningkatan produktivitas diukur menggunakan indikator ekspor. Peningkatan ekspor dan keunggulan produk umumnya diikuti oleh
BAB 3 Model Daya Saing Daerah meningkatnya arus investasi termasuk investasi asing. Agar keunggulan terus dibangun, maka faktor human capital, riset, dan inovasi menjadi faktor penting.
3.2 Perspektif Baru: Pilar Daya Saing Daerah
Kegiatan riset dan inovasi terbukti mampu memperbesar dan menumbuhkan nilai tambah serta penciptaan lapangan kerja dan pendapatan (income generation). Melalui sistem dan kebijakan yang efektif, akan membantu terjadinya redistribusi pendapatan untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan di banyak negara berkembang dan emerging. Mengingat daerah-daerah di Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah, maka masih ada potensi dan kapasitas untuk membangun daya saing yang memerhatikan bukan hanya produktivitas, melainkan juga jaminan proses pembangunan berkualitas dan berkelanjutan serta menghasilkan otput dan outcome yang menyejahterakan masyarakat setempat.
Gambar 3.1 Agregasi Daya Saing Industri-Daerah-Negara
Pembangunan daya saing daerah memerlukan syarat kondisi makroekonomi terjaga baik yaitu indikator inflasi sesuai target, nilai tukar rupiah stabil, dan suku bunga tidak naik serta berperannya pemerintah dalam penyediaan inftrastruktur dan penjaminan lingkungan bisnis yang kondusif. Lingkungan makro nasional dan daerah yang pro-daya saing akan memudahkan pertumbuhan produktivitas perekonomian yang berorientasi tidak hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga perbesaran kue nilai tambah untuk dinikmati sebagai peningkatan pendapatan sektor bisnis, pemerintah, dan masyarakat.
Konsep, Pengukuran, dan Model
Sektor bisnis meliputi pelaku usaha skala besar, menengah, kecil, dan mikro yang berperan penting dalam mengelola faktor produksi berdasarkan akses terhadap factor endowments dan karakteristik atau struktur perekonomian setempat. Prinsip kerja efisien dan produktif menghasilkan pertumbuhan dan perluasan skala produksi yang menyesuaikan pada dinamika pasar. Melalui proses pengembangan berkualitas yang didukung oleh peranan seluruh pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah, maka penguasaan pasar dibuktikan oleh kemampuan ekspor, mendatangkan aliran investasi, dan pembiayaan untuk perbesaran skala produksi serta diversifikasi. Pengembangan ini tentu didukung oleh peranan kelembagaan dalam kegiatan pendidikan, pengetahuan, teknologi, riset, inovasi, dan infrastuktur.
Kemajuan sektor bisnis membuahkan penciptaan dan perluasan lapangan kerja yang tentunya akan mengurangi tingkat pengangguran. Perluasan produksi dan diversifikasi akan menumbuhkan integrasi sektor dan industri sehingga menciptakan rantai nilai tambah yang akan menguatkan struktur ekonomi dan
income generation bagi pemerintah dan masyarakat. Namun demikian, regulasi
pemerintah tetap dibutuhkan untuk mengefektifkan efek pengembangan daya saing terhadap volume dan kualitas outcome pembangunan ekonomi dan sosial suatu daerah.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, disusun model pengembangan daya saing yang relevan diterapkan untuk daerah-daerah di Indonesia (lihat Gambar 3.2).
BAB 3 Model Daya Saing Daerah
Daftar Pustaka
Borozan, D. 2008. “Regional Competitiveness: Some Conceptual Issues and Policy Implications.” Interdisciplinary Management Research. Vol.4, pp.50-63.
Romer, P. 1994. “The Origins of Endogenous Growth.” The Journal of Economic
Konsep, Pengukuran, dan Model