• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Daya Saing Daerah

Dalam dokumen Konsep, Kajian dan Kebijakan (Halaman 43-47)

PRAKTIK PENGUKURAN DAYA SAING

BAB 2 Praktik Pengukuran Daya Saing

2.2 Pengukuran Daya Saing Daerah

2.2.1 Pengukuran Daya Saing Provinsi Secara Regional

Kerangka yang dibangun untuk mengukur daya saing yang dibuat oleh

Asia Competitiveness Institute (ACI) antara lain (i) Stabilitas makroekonomi, (ii)

peraturan pemerintah dan institusi, (iii) Kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja, dan (iv) kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur.

Terdapat beberapa indikator yang mewakili setiap pilar. Pengukuran daya saing dilakukan pada level provinsi di setiap negara Asia. Data yang digunakan

BAB 2 Praktik Pengukuran Daya Saing

pembobotan untuk setiap indikator dan dihasilkan angka pengukur daya saing daerah.

Tabel 2.3 Ukuran Daya Saing Regional

Pilar Indikator

Stabilitas makroekonomi

 Kondisi ekonomi regional

Keterbukaan terhadap perdagangan dan jasa Daya tarik bagi investor

Peraturan pemerintah & institusi

Kebijakan pemerintah dan fiskal

 Institusi, pemerintah, dan kepemimpinan  Kompetisi, standar kebijakan dan hukum Kondisi keuangan,

bisnis, dan tenaga kerja

Financial deepening dan efisiensi bisnis  Fleksibilitas pasar tenaga kerja  Produktivitas

Kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur

Infrastruktur fisik Infrastruktur teknologi

 Standar hidup, pendidikan, dan stabilitas sosial

Sumber: Asia Competitiveness Institute

Pengukuran daya saing di tahun 2014 menghasilkan DKI Jakarta sebagai urutan pertama, diikuti oleh Jawa Timur, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Posisi Jawa Barat mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yang berada pada posisi empat. Adapun 5 (lima) provinsi yang berada pada peringkat terendah antara lain Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara. Dapat dilihat bahwa provinsi-provinsi Indonesia bagian timur berada di posisi terendah dan wilayah Indonesia bagian barat mencatat peringkat daya saing tinggi.

Tabel 2.4 Peringkat Daya Saing Provinsi secara Regional Peringkat

Provinsi

Peringkat

Provinsi

2014 2013 2014 2013

1 1 DKI Jakarta 29 18 Sulawesi Tenggara

2 2 Jawa Timur 30 27 Bengkulu

3 3 Kalimantan Timur 31 24 Papua

4 5 Jawa Tengah 32 33 Nusa Tenggara Timur

5 4 Jawa Barat 33 32 Maluku Utara

Konsep, Pengukuran, dan Model

Jawa Barat memiliki keunggulan pada komponen kondisi makroekonomi dan kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja. Komponen kualitas hidup & pembangunan infrastruktur Jawa Barat tercatat masih rendah. Adapun komponen peraturan pemerintah dan institusi merupakan komponen yang juga relatif rendah namun mengalami peningkatan yang cenderung signifikan.

2.2.2 Pengukuran Daya Saing Ekonomi Kabupaten/Kota secara Nasional Pengukuran daya saing ekonomi kabupaten/kota secara nasional dilakukan oleh PPSK Bank Indonesia bekerja sama dengan LP3E FE Unpad.15

Pengukuran daya saing yang dilakukan menggunakan data tahun 2005 terhadap 434 kabupaten/kota di Indonesia, dengan mengeluarkan Provinsi DKI Jakarta dari sampel. Digunakan metode penarikan opini para pakar (expert opinion polling) sebagai penentuan bobot, penghitungan indeks, dan pemetaan (scoring) daya saing daerah kabupaten/kota. Indikator yang digunakan dalam pengukuran daya saing daerah dibagi ke dalam komponen input dan output. Tabel 2.5 menampilkan indikator-indiaktor yang digunakan dalam pengukuran daya saing kabupaten/kota secara nasional.

Tabel 2.5 Indikator-Indikator Pembentuk Daya Saing Daerah

Indikator Sub-indikator Variabel

INPUT

1. Perekonomian Daerah Produktivitas sektoral  Produktivitas sektor primer  Produktivitas sektor sekunder  Produktivitas sektor tersier Keuangan daerah  Kapasitas fiskal daerah

 Government size Keterbukaan, investasi, dan

kemahalan daerah

 Potensi ekspor daerah  Total investasi perkapita  Indeks kemahalan daerah  Firm density

2. Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan

Sumber daya manusia  Jumlah penduduk  Rasio ketergantungan

 Rata-rata lama sekolah penduduk  Angka harapan hidup

Ketenagakerjaan  Rata-rata lama sekolah tenaga kerja

 Jumlah angkatan kerja  Laju pertumbuhan jumlah

angkatan kerja 3. Lingkungan Usaha

Produktif

Lingkungan usaha produktif oleh pemerintah

 Belanja pelayanan publik perkapita

BAB 2 Praktik Pengukuran Daya Saing

Indikator Sub-indikator Variabel

INPUT

bermasalah Lingkungan usaha produktif

oleh masyarakat

ƒ Jumlah sektor basis daerah ƒ Persentase penduduk dengan

pendidikan tertinggi universitas ƒ Poverty gap index

ƒ Tingkat kepadatan penduduk 4. Infrastruktur, SDA, dan

Lingkungan

Kondisi transportasi dan komunikasi

ƒ Nilai tambah sektor pengangkutan perkapita ƒ Kondisi jalan menurut kualitas ƒ Jumlah sambungan telepon

perkapita

Kondisi energi ƒ Konsumsi listrik industri dan rumah tangga perkapita ƒ Produksi listrik perkapita ƒ Konsumsi BBM industri dan

rumah tangga perkapita Kondisi SDA dan lingkungan ƒ Rasio luas lahan produktif

terhadap total luas lahan ƒ Sumber daya air per kapita ƒ Nilai tambah sektor

pertambangan dan penggalian perkapita

5. Perbankan dan Lembaga Keuangan

Infrastruktur perbankan dan non-bank (koperasi)

ƒ Jumlah kantor bank ƒ Rasio nilai volume usaha

terhadap jumlah koperasi aktif Kinerja perbankan dan

sektor keuangan

ƒ Total kredit perbankan ƒ DPK

ƒ NPL

ƒ Nilai tambah sektor keuangan perkapita

OUTPUT ƒ Produktivitas tenaga kerja

ƒ PDRB perkapita

ƒ Tingkat kesempatan kerja Sumber: PPSK Bank Indonesia & LP3E FE Unpad

Hasil pengukuran daya saing menampilkan Kota Bontang (Kalimantan Timur), Kab.Mimika (Papua), dan Kab. Kutai Timur (Kalimantan Timur) sebagai peringkat teratas daya saing kabupaten/kota di Indonesia. Daerah tersebut tergolong ke dalam daerah yang memiliki keunggulan sumber daya alam, dengan aktivitas ekonomi berbasis industri minyak, gas dan mineral. Beberapa daerah selanjutnya yang termasuk dalam peringkat daya saing tinggi adalah perkotaan dengan konsentrasi pada aktivitas industri dan jasa yaitu Kota Surabaya, Kota Batam, Kota Cilegon, Kota Tangerang, dan Kota Bandung.

Konsep, Pengukuran, dan Model

Tabel 2.6 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat secara Nasional Kabupaten Peringkat Kabupaten Peringkat

Kab. Bekasi 17 Kab. Cirebon 173

Kota Bandung 22 Kota Sukabumi 175

Kab. Bogor 28 Kab. Subang 184

Kota Cirebon 32 Kab. Sumedang 197

Kab. Bandung 43 Kab. Cianjur 206

Kota Bekasi 55 Kab. Ciamis 232

Kab. Indramayu 58 Kab. Majalengka 271

Kota Cimahi 61 Kab. Tasikmalaya 295

Kab. Karawang 64 Kab. Kuningan 300

Kab. Purwakarta 98 Kota Banjar 307

Sumber: PPSK Bank Indonesia & LP3E FE Unpad, 2008

Memperhatikan peringkat daya saing kabupaten/kota di Jawa Barat dalam pemetaan nasional, Kab.Bekasi, Kota Bandung, Kab. Bogor, Kota Cirebon, dan Kab. Bandung merupakan 5 (lima) daerah di Jawa Barat yang memiliki peringkat daya saing tinggi secara nasional. Daerah dengan peringkat daya saing tinggi tersebut umumnya memiliki ciri yang sama, yaitu keunggulan di sisi input, kecuali Kota Cirebon yang mencatat keunggulan di sisi output. Adapun beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat yang mencatat peringkat daya saing rendah secara nasional adalah Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Tasikmalaya, Kab. Kuningan, dan Kota Banjar. Kelemahan terletak pada sisi output atau produktivitas, kecuali Kota Banjar. Namun demikian, daerah dengan daya saing rendah tersebut mempunyai indikator SDM dan ketenagakerjaan yang baik relatif terhadap indikator lainnya. Hal ini dapat menjadi potensi untuk mendorong keunggulan daerah.

Dalam dokumen Konsep, Kajian dan Kebijakan (Halaman 43-47)