PRAKTIK PENGUKURAN DAYA SAING
BAB 2 Praktik Pengukuran Daya Saing
2.2 Pengukuran Daya Saing Daerah
2.2.1 Pengukuran Daya Saing Provinsi Secara Regional
Kerangka yang dibangun untuk mengukur daya saing yang dibuat oleh
Asia Competitiveness Institute (ACI) antara lain (i) Stabilitas makroekonomi, (ii)
peraturan pemerintah dan institusi, (iii) Kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja, dan (iv) kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur.
Terdapat beberapa indikator yang mewakili setiap pilar. Pengukuran daya saing dilakukan pada level provinsi di setiap negara Asia. Data yang digunakan
BAB 2 Praktik Pengukuran Daya Saing
pembobotan untuk setiap indikator dan dihasilkan angka pengukur daya saing daerah.
Tabel 2.3 Ukuran Daya Saing Regional
Pilar Indikator
Stabilitas makroekonomi
Kondisi ekonomi regional
Keterbukaan terhadap perdagangan dan jasa Daya tarik bagi investor
Peraturan pemerintah & institusi
Kebijakan pemerintah dan fiskal
Institusi, pemerintah, dan kepemimpinan Kompetisi, standar kebijakan dan hukum Kondisi keuangan,
bisnis, dan tenaga kerja
Financial deepening dan efisiensi bisnis Fleksibilitas pasar tenaga kerja Produktivitas
Kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur
Infrastruktur fisik Infrastruktur teknologi
Standar hidup, pendidikan, dan stabilitas sosial
Sumber: Asia Competitiveness Institute
Pengukuran daya saing di tahun 2014 menghasilkan DKI Jakarta sebagai urutan pertama, diikuti oleh Jawa Timur, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Posisi Jawa Barat mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yang berada pada posisi empat. Adapun 5 (lima) provinsi yang berada pada peringkat terendah antara lain Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara. Dapat dilihat bahwa provinsi-provinsi Indonesia bagian timur berada di posisi terendah dan wilayah Indonesia bagian barat mencatat peringkat daya saing tinggi.
Tabel 2.4 Peringkat Daya Saing Provinsi secara Regional Peringkat
Provinsi
Peringkat
Provinsi
2014 2013 2014 2013
1 1 DKI Jakarta 29 18 Sulawesi Tenggara
2 2 Jawa Timur 30 27 Bengkulu
3 3 Kalimantan Timur 31 24 Papua
4 5 Jawa Tengah 32 33 Nusa Tenggara Timur
5 4 Jawa Barat 33 32 Maluku Utara
Konsep, Pengukuran, dan Model
Jawa Barat memiliki keunggulan pada komponen kondisi makroekonomi dan kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja. Komponen kualitas hidup & pembangunan infrastruktur Jawa Barat tercatat masih rendah. Adapun komponen peraturan pemerintah dan institusi merupakan komponen yang juga relatif rendah namun mengalami peningkatan yang cenderung signifikan.
2.2.2 Pengukuran Daya Saing Ekonomi Kabupaten/Kota secara Nasional Pengukuran daya saing ekonomi kabupaten/kota secara nasional dilakukan oleh PPSK Bank Indonesia bekerja sama dengan LP3E FE Unpad.15
Pengukuran daya saing yang dilakukan menggunakan data tahun 2005 terhadap 434 kabupaten/kota di Indonesia, dengan mengeluarkan Provinsi DKI Jakarta dari sampel. Digunakan metode penarikan opini para pakar (expert opinion polling) sebagai penentuan bobot, penghitungan indeks, dan pemetaan (scoring) daya saing daerah kabupaten/kota. Indikator yang digunakan dalam pengukuran daya saing daerah dibagi ke dalam komponen input dan output. Tabel 2.5 menampilkan indikator-indiaktor yang digunakan dalam pengukuran daya saing kabupaten/kota secara nasional.
Tabel 2.5 Indikator-Indikator Pembentuk Daya Saing Daerah
Indikator Sub-indikator Variabel
INPUT
1. Perekonomian Daerah Produktivitas sektoral Produktivitas sektor primer Produktivitas sektor sekunder Produktivitas sektor tersier Keuangan daerah Kapasitas fiskal daerah
Government size Keterbukaan, investasi, dan
kemahalan daerah
Potensi ekspor daerah Total investasi perkapita Indeks kemahalan daerah Firm density
2. Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan
Sumber daya manusia Jumlah penduduk Rasio ketergantungan
Rata-rata lama sekolah penduduk Angka harapan hidup
Ketenagakerjaan Rata-rata lama sekolah tenaga kerja
Jumlah angkatan kerja Laju pertumbuhan jumlah
angkatan kerja 3. Lingkungan Usaha
Produktif
Lingkungan usaha produktif oleh pemerintah
Belanja pelayanan publik perkapita
BAB 2 Praktik Pengukuran Daya Saing
Indikator Sub-indikator Variabel
INPUT
bermasalah Lingkungan usaha produktif
oleh masyarakat
Jumlah sektor basis daerah Persentase penduduk dengan
pendidikan tertinggi universitas Poverty gap index
Tingkat kepadatan penduduk 4. Infrastruktur, SDA, dan
Lingkungan
Kondisi transportasi dan komunikasi
Nilai tambah sektor pengangkutan perkapita Kondisi jalan menurut kualitas Jumlah sambungan telepon
perkapita
Kondisi energi Konsumsi listrik industri dan rumah tangga perkapita Produksi listrik perkapita Konsumsi BBM industri dan
rumah tangga perkapita Kondisi SDA dan lingkungan Rasio luas lahan produktif
terhadap total luas lahan Sumber daya air per kapita Nilai tambah sektor
pertambangan dan penggalian perkapita
5. Perbankan dan Lembaga Keuangan
Infrastruktur perbankan dan non-bank (koperasi)
Jumlah kantor bank Rasio nilai volume usaha
terhadap jumlah koperasi aktif Kinerja perbankan dan
sektor keuangan
Total kredit perbankan DPK
NPL
Nilai tambah sektor keuangan perkapita
OUTPUT Produktivitas tenaga kerja
PDRB perkapita
Tingkat kesempatan kerja Sumber: PPSK Bank Indonesia & LP3E FE Unpad
Hasil pengukuran daya saing menampilkan Kota Bontang (Kalimantan Timur), Kab.Mimika (Papua), dan Kab. Kutai Timur (Kalimantan Timur) sebagai peringkat teratas daya saing kabupaten/kota di Indonesia. Daerah tersebut tergolong ke dalam daerah yang memiliki keunggulan sumber daya alam, dengan aktivitas ekonomi berbasis industri minyak, gas dan mineral. Beberapa daerah selanjutnya yang termasuk dalam peringkat daya saing tinggi adalah perkotaan dengan konsentrasi pada aktivitas industri dan jasa yaitu Kota Surabaya, Kota Batam, Kota Cilegon, Kota Tangerang, dan Kota Bandung.
Konsep, Pengukuran, dan Model
Tabel 2.6 Peringkat Daya Saing Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat secara Nasional Kabupaten Peringkat Kabupaten Peringkat
Kab. Bekasi 17 Kab. Cirebon 173
Kota Bandung 22 Kota Sukabumi 175
Kab. Bogor 28 Kab. Subang 184
Kota Cirebon 32 Kab. Sumedang 197
Kab. Bandung 43 Kab. Cianjur 206
Kota Bekasi 55 Kab. Ciamis 232
Kab. Indramayu 58 Kab. Majalengka 271
Kota Cimahi 61 Kab. Tasikmalaya 295
Kab. Karawang 64 Kab. Kuningan 300
Kab. Purwakarta 98 Kota Banjar 307
Sumber: PPSK Bank Indonesia & LP3E FE Unpad, 2008
Memperhatikan peringkat daya saing kabupaten/kota di Jawa Barat dalam pemetaan nasional, Kab.Bekasi, Kota Bandung, Kab. Bogor, Kota Cirebon, dan Kab. Bandung merupakan 5 (lima) daerah di Jawa Barat yang memiliki peringkat daya saing tinggi secara nasional. Daerah dengan peringkat daya saing tinggi tersebut umumnya memiliki ciri yang sama, yaitu keunggulan di sisi input, kecuali Kota Cirebon yang mencatat keunggulan di sisi output. Adapun beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat yang mencatat peringkat daya saing rendah secara nasional adalah Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Tasikmalaya, Kab. Kuningan, dan Kota Banjar. Kelemahan terletak pada sisi output atau produktivitas, kecuali Kota Banjar. Namun demikian, daerah dengan daya saing rendah tersebut mempunyai indikator SDM dan ketenagakerjaan yang baik relatif terhadap indikator lainnya. Hal ini dapat menjadi potensi untuk mendorong keunggulan daerah.