• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.3.1. Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan

Pendekatan ekonomi rumahtangga telah dimulai sejak tahun 1920 oleh Chayanov di Rusia, kemudian Becker (1965) menyusunnya dalam bentuk "new home economics". Dalam ekonomi rumahtangga, alokasi waktu dan konsumsi barang dapat dibeli di pasar, atau dapat juga dihasilkan oleh rumahtangga. Ciri utama yang membedakan perilaku individu dan perilaku rumahtangga sebagai konsumen adalah bahwa pada saat yang sama anggota rumahtangga juga dapat berperan sebagai produsen sebagaimana suatu perusahaan (Evenson, 1976).

Menurut Evenson (1976), formula yang disusun oleh Becker (1965) secara mendasar melihat perilaku konsumsi rumahtangga sebagai proses dalam dua tingkat, yaitu: (1) tingkat pertama, menjelaskan perilaku rumahtangga menghadapi fungsi produksi rumahtangga, dimana waktu dan modal yang tersedia dalam rumahtangga digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dikonsumsi rumahtangga, dan (2) tingkat kedua, menjelaskan proses keputusan pilihan konsumsi, anggota rumahtangga berperilaku sebagaimana perilaku individu konsumen, dimana aksioma perilaku konsumen konvensional dapat diaplikasikan.

Rumahtangga dalam memaksimumkan kepuasannya dibatasi oleh kendala produksi, waktu dan pendapatan. Pendapatan seluruhnya dibelanjakan untuk konsumsi (persyaratan adding up). Barnum dan Squire (1978) menyatakan bahwa

model ekonomi rumahtangga adalah menjembatani ekonomi perusahaan pertanian yang seluruhnya mempekerjakan tenaga yang diupah dan menjual

hasilnya ke pasar, dengan pertanian subsisten yang menggunakan hanya tenaga

kerja keluarga dan tidak menghasilkan "marketed surplus ".

Model ekonomi rumahtangga yang dirumuskan oleh Becker (1965), kemudian Barnum dan Square (1978) membuat model ekonomi rumahtangga yang lebih lengkap dan menyimpulkan bahwa dalam pembuatan kebijakan sangat penting untuk mengintegrasikan perilaku rumahtangga dalam keputusan produksi dan konsumsi. Mengingat pengaruh perubahan peubah eksogen, dimana sisi produksi mempengaruhi sisi konsumsi rumahtangga, maka diperlukan teori yang terintegrasi khususnya jika elastisitas pengeluaran cukup besar atau jika pengaruh produksi dominan.

Singh et al. (1986) menyusun Agricultural Household Models sebagai

model dasar ekonomi rumahtangga. Dalam model tersebut, kepuasan rumahtangga (U) adalah fungsi dari konsumsi barang yang dihasilkan oleh rumahtangga (Xa), konsumsi barang yang dibeli di pasar (Xm) dan konsumsi waktu santai (Xl

U = U (X

), sehingga diperoleh persamaan :

a, Xm, X1

Rumahtangga nelayan diasumsikan sebagai konsumen yang akan

memaksimumkan kepuasannya dengan kendala produksi, waktu dan pendapatan, sebagaimana ditunjukkan pada persamaan berikut :

)... ( 3.5)

Produksi

Alokasi waktu T = Xl Pendapatan + F ... (3.7) Pm. Xm = Pa. (Q - Xa dimana: ) - w. (L - F) ... ... (3.8) Xm X

= konsumsi barang yang dibeli di pasar

a

X

= barang yang dihasilkan rumahtangga

l

P

= konsumsi waktu santai

m

P

= harga barang dan jasa yang dibeli di pasar

a

(Q - X

= harga barang yang dihasilkan oleh rumahtangga

a

Q = produksi rumahtangga

) = surplus produksi untuk dipasarkan

A = jumlah faktor produksi tetap (lahan) dalam rumahtangga

w = upah di pasar tenaga kerja

L = total tenaga kerja

F = penggunaan tenaga kerja rumahtangga

w. (L-F) = pengeluaran upah untuk tenaga kerja luar rumahtangga

Jika (L-F) positif berarti terdapat tenaga kerja luar rumahtangga yang diupah. Jika negatif, terdapat penawaran tenaga kerja keluarga untuk di luar pertanian. Semua kendala yang dihadapi rumahtangga tersebut dapat disatukan dengan melakukan substitusi kendala produksi dan waktu ke dalam kendala pendapatan, sehingga akan dihasilkan persamaan sebagai berikut :

Pm . Xm + Pa . Xa + w. Xl dimana:

= w. T + π ... ... .(3.9)

π = Pa

Persamaan di atas menunjukkan bahwa pada sisi kiri merupakan pengeluaran total rumahtangga untuk barang yang dibeli di pasar (X

. Q(L,A) - w. L (π = keuntungan) ... ...(3.10)

yang diproduksi rumahtangga (Xa), serta waktu (Xl) yang dikonsumsi rumahtangga. Sedangkan pada sisi kanan persamaan tersebut adalah merupakan pengembangan dari konsep pendapatan penuh, dimana nilai waktu yang tersedia dicatat secara eksplisit. Di samping itu, Singh et al. (1986) juga melakukan pengembangan dengan memasukkan pengukuran tingkat keuntungan usaha, yaitu π = Pa

Rumahtangga dalam memaksimumkan kepuasan memilih tingkat konsumsi dari barang yang dibeli di pasar (X

.Q(L,A) - w.L, dimana semua tenaga kerja dihitung berdasarkan upah pasar.

m) dan barang yang diproduksi

rumahtangga (Xa), waktu yang dikonsumsi rumahtangga (Xl

P

) dan tenaga kerja (L) yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kondisi turunan pertama (first order condition) untuk mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja adalah :

a

Rumahtangga akan menyamakan penerimaan produk marginal dari tenaga kerja dengan upah pasar. Selanjutnya penggunaan tenaga kerja (L) sebagai fungsi dari Pa, w, dan A, seperti ditunjukkan pada persamaan sebagai berikut:

. ∂Q /. ∂L = w ... ... .(3.11)

L = L ( w , Pa

Dari persamaan di bawah ini dapat dilihat bahwa persamaan terdiri dari konsumsi komoditi pasar (P

, A) ... ... .(3.12)

m.Xm), komoditi pertanian yang dihasilkan rumahtangga (Pa Xa)

dan konsumsi waktu santai dalam rumahtangga (w.Xt

P

), adanya Y.

m Xm + Pa Xa + w. Xt

dimana, Y adalah pendapatan potensial (penuh). Maksimisasi kepuasan untuk

= Y

memenuhi persamaan (3.13) dengan kendala yang ada diperoleh turunan pertama (first order condition) mengikuti prosedur perilaku konsumsi individu dalam memaksimumkan kepuasannya untuk sejumlah (n) komoditi sebagai berikut:

U = U (x1, x2... xn Kendala anggaran : ) ... ... (3.14)

= = m 1 i Y Xi Pi ... ... (3.15) Maksimisasi tujuan dari persamaan (3.14), dengan memperhatikan kendala, menghasilkan kondisi prasyarat sebagai berikut :

∂Φ / ∂xi = ∂U / ∂xi – λ. pi ∂Φ / ∂λ = -(∑ p =0 ...(3.16) ixi dimana: – Y) = 0 ...(3.17) Φ = U – λ (∑ pixi

Kondisi keseimbangan dari fungsi kepuasan diatas dapat dinyatakan sebagai berikut : – Y ), λ = Langrangian multiplier ∂U / ∂xi = MUi = λ. pi dimana: ...i = 1, ...n...(3.18) ∂U / ∂xi p

= kepuasan marginal (MUi) dari barang dan jasa ke i

i

λ = kepuasan marginal dari pendapatan = harga barang dan jasa ke i

Mengacu prosedur pada persamaan (3.14) - (3.18), untuk konsumsi barang yang dibeli di pasar (Xm), barang yang diproduksi rumahtangga (Xa) dan waktu

pertama pada persamaan (3.19) - (3.21) adalah merupakan kondisi yang umum kita kenal dalam teori permintaan konsumen (Singh, Squire dan Strauss, 1986).

∂U / ∂Xm = λ . pm ∂U / ∂X ...(3.19) a = λ . pa ∂U / ∂X ...(3.20) l

Dengan dasar persamaan (3.19) - (3.21), dapat dinyatakan bahwa konsumsi barang yang dihasilkan oleh rumahtangga (X

= λ . w...(3.21)

a), konsumsi barang yang dibeli di pasar (Xm) dan konsumsi waktu santai (Xi

X

) adalah dipengaruhi oleh harga, upah dan pendapatan, yang selanjutnya masing-masing dapat ditulis sebagaimana pada persamaan (3.22) - (3.24).

a = Xa (pm, pa, X w, Y*)...(3.22) m = Xm (pm, pa, X w, Y*)...(3.23) l = Xl (pm, pa,

Dalam persamaan di atas permintaan barang, jasa dan waktu santai tergantung pada harga, upah dan pendapatan rumhtangga. Jika diasumsikan harga hasil pertanian yang diproduksi rumahtangga meningkat, maka dampaknya terhadap keuntungan dapat kita perhatikan pada persamaan (3.25) berikut:

w, Y*)...(3.24) a a a a a a/dp X/ p X/ Y*. Y*/ p dX =∂ ∂ +∂ ∂ ∂ ∂ ... ... (3.25) Bagian pertama sebelah kanan persamaan (3.25) merupakan hasil yang

umum kita kenal dalam teori permintaan konsumen, yaitu untuk barang normal memiliki slope negatif, yaitu jika harga meningkat permintaan barang dan jasa tersebut akan menurun. Sedangkan bagian kedua sebelah kanan persamaan (3.25) mencerminkan efek keuntungan. Perubahan dalam harga barang yang diproduksi rumahtangga meningkat, maka keuntungan akan meningkat demikian juga pendapatan penuh rumahtangga juga akan meningkat.

Dokumen terkait