• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan

5.3.2. Pendapatan Anggota Keluarga

Alokasi waktu masing-masing anggota rumahtangga dalam mencari nafkah akan menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh. Pendapatan rumahtangga dibentuk oleh sumbangan pendapatan setiap anggota rumahtangga dalam usia kerja (diatas 12 tahun), baik dari kegiatan di sektor malut maupun di nonmelaut. Hasil pendugaan terhadap pendapatan masing-masing anggota rumahtangga (suami, istri, anak laki-laki dan anak perempuan) adalah sebagai berikut:

5.3.2.1.Pendapatan Suami Melaut

Fakor-faktor yang menyebabkan pendapatan nelayan rendah antara lain adalah unit penangkapan yang terbatas yang dikarenakan penguasaan teknologi yang rendah, skala usaha/modal yang dimiliki kecil dan masih bersifat tradisional, kemampuan nelayan dalam memanfaatkan peluang usaha dan mengatasi tantangan lingkungan yang rendah, dikarenakan masyarakat yang masih bergantung pada musim penangkapan, dalam penentuan fishing ground nelayan yang mempunyai izin untuk melakukan operasi di tempat tersebut akan memperoleh hasil yang banyak, tetapi bagi nelayan yang tidak memiliki akses ke lokasi yang produktif tersebut selain hasil tangkapan yang tidak maksimal juga biaya operasi yang tinggi. Eksternalitas teknologi terjadi karena nelayan cenderung melakukan penangkapan ikan pada lokasi yang sama atau setidaknya saling berdekatan satu dengan yang lain sehingga terjadi pertemuan antara alat tangkap ikan yang digunakan yang menjurus pada kerusakan atau perusakan (Nikijuluw, 2002).

Karakteristik dari nelayan tradisional di Kabupaten Brebes adalah kegiatan melaut dilakukan suami dan anak laki-laki dengan mengusahakan satu unit kapal, dan pembagian hasil antara suami dan anak laki-laki adalah sama. Sehingga apabila pendapatan suami naik maka otomatis pendapatan anak laki-laki juga akan naik. Peningkatan penggunaan bahan bakar minyak untuk melaut akan menyebabkan penurunan pendapatan suami di dalam kegiatan melaut. Hal ini disebabkan karena bahan bakar minyak merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan dalam melakukan kegiatan melaut, semakin jauh seorang nelayan melakukan penangkapan maka bahan bakar minyak yang dikeluarkan akan besar

pula, sehingga pendapatan akan berkurang kecuali jika hasil yang didapat bertambah, hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini.

Tabel 26. Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Suami dari Kegiatan Melaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008

Variabel Parameter

Dugaan Pr > |t| Elastisitas Intercept

Pendapatan anak laki-laki melaut Biaya bahan bakar minyak Produksi Harga 1759682 0.03972 -1.46330 8278.752 -169.310 0.7192 0.6554 <.0001 <.0001 0.7441 -0.7482 1.7565 R square 0.83002 F value 67.14

Keterangan: taraf uji α= 0.1

Produksi nelayan merupakan komponen penting dalam penentuan

pendapatan nelayan atau suami dalam kegiatan melaut. Karena apabila produksi

menurun, maka pendapatan nelayan juga akan menurun. Apabila kejadian ini berlangsung lama maka nelayan mengalami kerugian dan berusaha mencari tambahan pendapatan lain dari sub sektor di luar kegiatan melaut. Perbedaan jenis hasil tangkapan ikan yang diperoleh oleh nelayan tidak banyak mempengaruhi pendapatan nelayan, hal ini disebabkan karena hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan tradisional yang berada di Kabupaten Brebes hampir semuanya sama, yaitu ikan–ikan pelagis kecil misalnya ikan kembung, layang, selar dan teri.

Pada Tabel 26 di atas juga dapat dilihat bahwa apabila harga tinggi sudah dipastikan bahwa pendapatan nelayan akan rendah. Hal ini dikarenakan harga ikan sangat ditentukan oleh pasar, apabila stok kurang/langka maka harga ikan akan naik. Harga ikan naik biasanya pada saat musim paceklik ataupun pada saat cuaca tidak memungkinkan nelayan untuk melaut, sehingga nelayan tradisional tidak memiliki hasil/produksi yang dapat dijual ke pasar, hal ini juga yang membedakan antara usaha penangkapan dengan budidaya ikan.

Biaya tertinggi yang dikeluarkan nelayan tradisional di Kabupaten Brebes Jawa Tengah dalam melakukan kegiatan melaut adalah berasal dari biaya bahan bakar minyak. Perubahan 1 persen biaya bahan bakar minyak akan mengurangi pendapatan melaut suami sebesar 0.74 persen.

5.3.2.2.Pendapatan Suami Nonmelaut

Rumahtangga nelayan sudah lama diketahui tergolong miskin, kemiskinan yang terjadi pada rumahtangga nelayan sebagian besar diakibatkan oleh penghasilan mereka yang semakin menurun. Keterpurukan penghasilan para nelayan memiliki dampak yang sangat besar bagi perekonomian rumahtangganya, dampak tersebut adalah dengan semakin menurunnya penghasilan seorang nelayan, maka akan semakin tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mata pencaharian utama dari suami adalah dari melaut, tetapi apabila pendapatan yang diperoleh suami dari kegiatan melaut tidak dapat mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, maka secara otomatis suami harus mencari pendapatan selain dari melaut.

Tabel 27. Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Suami dari Kegiatan

Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008

Variabel Parameter

Dugaan Pr > |t| Elastisitas Intercept

Curahan tenaga kerja suami nonmelaut Pendapatan anak laki-laki nonmelaut Pendidikan suami

Umur suami

Pengalaman kerja suami nonmelaut 70795.62 28092.12 0.139915 11427.33 -7813.00 7077.049 0.8071 <.0001 0.0169 0.3202 0.2326 0.0766 1.0020 0.1311 0.1826 R square 0.91043 F value 109.78

Keterangan: taraf uji α= 0.1

Pada Tabel 27 dapat dilihat bahwa apabila pendapatan anak laki-laki nonmelaut tinggi maka pendapatan suami non melaut juga akan tinggi, hal ini

dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan kegiatan melaut seorang suami hanya akan memanfaatkan anggota keluarganya. Apabila suami tidak melaut, maka anak laki-laki juga dipastikan tidak melaut dan akan bersama-sama atau terpisah melakukan kegiatan nonmelaut, sehingga apabila pendapatan nonmelaut suami meningkat, maka pendapatan anak laki-laki nonmelaut juga meningkat.

Dengan bertambahnya pengalaman suami dalam kegiatan non melaut, maka pendapatan suami dalam kegiatan non melaut juga akan bertambah. Hal ini dikarenakan, pengalaman dibutuhkan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dari suatu pekerjaan. Sehingga pekerjaan suami akan terlihat rapi dan cepat dan pendapatan akan semakin besar pula. Pekerjaan yang sering dilakukan oleh nelayan dalam kegiatan nonmelaut salah satunya adalah menjadi tukang batu atau buruh. Pengalaman yang lebih lama dalam menukang dapat membantu nelayan untuk mempercepat pekerjaanya serta hasil yang maksimal, yang pada akhirnya meningkatkan jumlah pendapatan dari kegiatan nonmelaut.

Dengan adanya ketidakpastian dalam pekerjaan melaut, maka pengalaman sebagai seorang nelayan akan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pendapatan suami nonmelaut meningkat sebesar 0.18 persen setiap peningkatan pengalaman kerja suami nonmelaut sebesar 1 persen.

5.3.2.3.Pendapatan Istri Nonmelaut

Masyarakat pesisir khususnya para nelayan melakukan ekspektasi ekonomi melalui peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan ini dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan salah satu anggota keluarga dari nelayan untuk membantu para nelayan laki-laki dalam meningkatkan penghasilan keluarga nelayan. Upaya peningkatan penghasilan ini ditempuh dengan usaha produktivitas

seluruh sumberdaya manusia yang ada dalam keluarga nelayan, dan yang mempunyai peran paling besar adalah istri. Sebagian besar responden nelayan tradisional di Kabupaten Brebes antara istri dan anak melakukan kegiatan nonmelaut pada tempat yang sama dengan pola pekerjaan yang sama pula.

Pada Tabel 28 pendidikan istri yang semakin tinggi akan menyebabkan pendapatan yang didapat akan semakin rendah, hal ini dikarenakan curahan kerja akan berkurang untuk melaksanakan pendidikan. Di Kabupaten Brebes Jawa Tengah, istri yang mempunyai pendidikan formal yang rendah, tidak memiliki banyak pilihan dalam bekerja, sehingga untuk menutupi penghasilan yang sedikit dari pekerjaan suami, maka istri akan mencurahkan tenaga kerjanya semakin banyak. Hal ini didukung juga dengan pekerjaan di kegiatan nonmelaut yang dilakukan istri nelayan tradisional di Kabupaten Brebes bersifat informal (pengolahan pascapanen produk perikanan), hanya membutuhkan ketrampilan dan pengalaman saja, tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi.

Tabel 28. Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Istri dari Kegiatan Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008

Variabel Parameter

Dugaan Pr > |t| Elastisitas Intercept

Curahan tenaga kerja istri nonmelaut Pendapatan anak perempuan

nonmelaut Umur istri Pendidikan istri -341401 38715.48 1414.476 2695.770 -300313 0.8238 <.0001 0.5398 0.9325 <.0001 1.2671 -0.2580 Rsquare 0.68268 F Value 29.58

Keterangan: taraf uji α= 0.1

Istri nelayan tradisional di Kabupaten Brebes yang mempunyai pendidikan yang tinggi, cenderung akan meninggalkan kegiatan nonmelaut untuk mencari pekerjaan pada kegiatan di luar perikanan, sehingga peningkatan

pendidikan istri sebesar 1 persen akan mengurangi pendapatan istri dalam kegiatan nonmelaut sebesar 0.25 persen.

5.3.2.4.Pendapatan Anak Perempuan Nonmelaut

Keluarga nelayan tradisional di Kabupaten Brebes banyak sekali yang mempunyai anak perempuan dalam anggota rumahtangganya. Anak perempuan biasanya melakukan pekerjaan hampir sama dengan istri yaitu melakukan kegiatan pascapanen, tetapi apabila anak perempuan nelayan mempunyai pendidikan yang relatif baik, maka terdapat peluang untuk dapat bekerja pada industri-industri di perkotaan.

Pada Tabel 29 dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya umur anak perempuan maka pendapatan dari kegiatan non melaut juga akan bertambah. Hal ini dikarenakan bahwa bertambahnya umur anak perempuan akan lebih banyak mengetahui cara kerja yang dilakukan dalam kegiatan nonmelaut dan pada umur yang lebih tua, beban anak perempuan semakin besar karena pendapatan anak perempuan juga dijadikan tumpuan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Anak Perempuan dari Kegiatan

Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008

Variabel Parameter

Dugaan Pr > |t| Elastisitas Intercept

Curahan tenaga kerja anak perempuan nonmelaut

Curahan tenaga kerja istri nonmelaut Umur anak perempuan

Pendidikan anak perempuan Jumlah balita -1528054 7353.241 7892.397 62787.57 95159.07 649108.8 0.0437 0.0415 0.0432 0.0738 0.1765 0.0033 0.3620 0.4785 0.3910 0.1441 R square 0.67781 F value 22.72

Dengan pendidikan formal yang lebih tinggi diharapkan anak perempuan akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang

lebih baik dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Sehingga anak perempuan

dengan pendidikan yang tinggi akan mendapatkan pendapatan/upah yang lebih. Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa, semakin banyak jumlah balita maka pengeluaran dalam rumahtangga akan semakin besar, karena dalam merawat balita dibutuhkan pakaian dan makanan yang khusus, sehingga anak perempuan mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan pendapatannya agar kebutuhan rumahtangga tercukupi.

Dengan adanya penambahan curahan kerja maka pendapatan anak perempuan juga akan meningkat. Peningkatan sebesar 1 persen pada curahan tenaga kerja anak perempuan non melaut akan memberikan kenaikan pendapatan sebesar 0.36 persen.

5.3.2.5.Pendapatan Anak Laki-laki Melaut

Pendapatan anak laki-laki melaut didapat dari kegiatannya dalam membantu suami melakukan kegiatan melaut. Dengan pemberdayaan seluruh anggota keluarga diharapkan akan mengurangi cost dalam kegiatan melaut. Dalam kegiatan melaut anak laki-laki mempunyai jumlah pendapatan yang sama dengan suami.

Pada Tabel 30 dapat dilihat bahwa, semakin tinggi umur anak laki-laki maka pendapatannya dalam kegiatan melaut akan semakin tinggi juga. Hal ini dikarenakan bahwa anak laki-laki dengan keadaan yang masih potensial akan dapat mencurahkan waktu kerja pada kegiatan melautnya dengan maksimal sehingga pendapatan yang diperoleh juga akan maksimal. Sedangkan semakin

tinggi pendidikan anak laki-laki maka pendapatan anak laki-laki dalam kegiatan melaut akan semakin rendah. Anak laki-laki nelayan tradisional di Kbupaten Brebes Jawa Tengah umumnya mempunyai pendidikan formal yang rendah, sehingga dengan pendidikan formal yang rendah tersebut, maka tidak ada pilihan lagi bagi anak laki-laki selain melaut, sehingga pencurahan waktu kerjanya juga akan banyak dan pengalamannya juga akan meningkat.

Tabel 30. Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Anak Laki-laki dari Kegiatan Melaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008

Variabel Parameter

Dugaan Pr > |t| Elastisitas Intercept

Curahan tenaga kerja anak laki-laki melaut

Curahan tenaga kerja suami melaut Umur anak laki-laki

Pendidikan anak laki-laki Harga ikan -1.279E7 22219.31 -1318.13 119964.8 -53023.6 1310.616 0.0649 0.0014 0.8386 0.0158 0.6001 0.0687 0.7456 0.4214 2.4981 R square 0.64969 F value 20.03

Keterangan: taraf uji α= 0.1

Dengan adanya peningkatan harga maka nelayan akan lebih banyak mencurahkan waktu kerja melautnya untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya, dengan meningkatnya harga ikan otomatis pendapatan nelayan juga akan meningkat.

Dengan bertambahanya usia anak laki-laki maka pengalaman serta waktu kerja anak laki-laki akan meningkat, hal ini sangat berguna dalam melakukan kegiatan melaut untuk mendapatakan hasil yang maksimal. Peningkatan umur anak laki-laki sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan anak laki-laki dari kegiatan melaut sebesar 0.42 persen. Sedangkan harga ikan bersifat elastis terhadap pendapatan melaut anak laki-laki, dimana peningkatan harga ikan sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan melaut anak laki-laki sebesar 2.49 persen.

5.3.2.6.Pendapatan Anak Laki-laki Nonmelaut

Perkembangan teknologi di luar sektor perikanan umumnya dapat menciptakan lapangan kerja yang baru. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh masyarakat desa atau pesisir untuk mendapatkan pendapatan tambahan, sektor-sektor yang ada yaitu jasa, perdagangan, konstruksi dan industri. Waktu kerja yang dicurahkan oleh nelayan pada pekerjaan nonmelaut bertujuan untuk memperoleh tambahan pendapatan pada saat tidak melakukan kegiatan melaut dalam memenuhi kebutuhan rumahtangganya.

Pada Tabel 31 dapat dilihat bahwa semakin lama pengalaman kerja anak laki-laki dalam kegiatan nonmelaut, maka pendapatannya akan semakin besar juga. Fenomena yang terjadi di daerah penelitian adalah bahwa kesempatan atau peluang kerja di daerah pesisir pantai sangat minim, sehingga pasar kerja yang ada hanya didominasi oleh orang-orang yang mempunyai pengalaman yang banyak, sehingga kesempatan anak laki-laki di daerah pantai semakin minim dan sangat memungkinkan hanya memiliki pekerjaan sebagai nelayan.

Tabel 31. Hasil Pendugaan Parameter Pendapatan Anak Laki-Laki dari Kegiatan Nonmelaut di Kabupaten Brebes Tahun 2008

Variabel Parameter

Dugaan Pr > |t| Elastisitas Intercept

Curahan tenaga kerja anak laki-laki nonmelaut

Pengalaman kerja anak laki-laki nonmelaut

Umur anak laki-laki Pendidikan anak laki-laki

37688.82 26947.17 16267.48 -9889.46 17692.26 0.5968 <.0001 0.1714 0.0836 0.2372 6.2193 -0.2389 R square 0.9122 F value 142.85

Pekerjaan nonmelaut yang ada di pesisir pantai Kabupaten Brebes sebagian besar adalah pekerjaan yang menggunakan kekuatan fisik dengan sistem borongan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah tukang, kuli panggul urug, kuli di perkebunan dan tukang ojek. Nilai elastisitas curahan tenaga kerja anak laki-laki nonmelaut sangat responsif, yaitu sebesar 6.21. Hal tersebut berarti apabila curahan tenaga kerja anak laki-laki nonmelaut meningkat 1 persen, maka pendapatan anak laki-laki nonmelaut akan meningkat sebesar 6.21 persen.

5.3.3. Pengeluaran Rumahtangga 5.3.3.1.Konsumsi Pangan

Dalam melakukan kegiatan melaut, maka nelayan tradisional membawa perbekalan yaitu beras/nasi, kopi/teh, gula dan rokok. Perbekalan mereka olah di atas kapal sambil menunggu penarikan jaring. Perbekalan melaut dibawa dari rumah nelayan, sehingga perbekalan sangat erat dengan konsumsi pangan rumahtangga.

Tabel 32. Hasil Pendugaan Parameter Konsumsi Pangan Rumahtangga di Kabupaten Brebes Tahun 2008

Variabel Parameter

Dugaan Pr > |t| Elastisitas Intercept

Biaya total operasional melaut Pendapatan total rumahtangga Pengeluaran konsumsi nonpangan rumahtangga

Jumlah anggota rumahtangga

282395.8 0.358425 0.201523 0.238905 -208496 0.8331 <.0001 0.0014 0.1570 0.3015 0.2991 0.5412 R square 0.6323 F value 23.65

Keterangan: taraf uji α= 0.1

Pada Tabel 32 dapat dilihat bahwa pengeluaran konsumsi nonpangan yang semakin tinggi akan mengakibatkan pengeluaran konsumsi pangan juga

meningkat. Faktor budaya dalam melakukan konsumsi sangat berpengaruh terhadap pengeluaran rumahtangga, terpenuhinya konsumsi pangan rumahtangga nelayan tradisional diikuti dengan terpenuhinya konsumsi nonpangan rumahtangga. Apabila pendapatan total naik maka konsumsi pangan dan nonpangan juga akan naik.

Variabel eksogen dugaan banyaknya anggota rumahtangga menyebabkan penurunan konsumsi pangan. Hal ini disebabkan kondisi miskin yang dialami oleh keluarga nelayan tradisional yang sulit memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dengan banyaknya jumlah anggota keluarga yang ditanggung.

Penambahan biaya operasi melaut akan meningkatkan pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga, hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dalam kegiatan operasi melaut terdapat biaya perbekalan yang berupa makanan. peningkatan pendapatan rumahtangga sebesar 1 persen akan meningkatkan konsumsi pangan rumahtangga sebesar 0.54 persen, hal ini berarti apabila rumahtangga mempunyai tambahan pendapatan maka akan dialokasikan terlebih dahulu untuk konsumsi pangan rumahtangga.

5.3.3.2.Konsumsi Nonpangan

Pada Tabel 33 bahwa peningkatan pendapatan total rumahtangga nelayan tradisional akan meningkatkan jumlah konsumsi nonpangan. Semakin banyak pendapatan rumahtangga, maka anggota rumahtangga akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekunder yakni konsumsi nonpangan seperti biaya pendidikan, biaya air dan listrik, kebutuhan sandang serta keperluan kesehatan, selain itu rumahtangga nelayan juga membeli barang-barang elektronik atau perhiasan. Barang elektronik ataupun perhiasan merupakan barang superior yang

mengalami perubahan konsumsi yang sangat besar apabila terjadi perubahan pendapatan total rumahtangga.

Tabel 33. Hasil Pendugaan Parameter Konsumsi Nonpangan Rumahtangga di Kabupaten Brebes Tahun 2008

Variabel Parameter

Dugaan Pr > |t| Elastisitas Intercept

Pengeluaran konsumsi pangan rumahtangga

Pendapatan total rumahtangga Jumlah anggota rumahtangga

270178.0 0.101453 0.355265 74451.02 0.8272 0.4093 <.0001 0.6901 0.8327 R square 0.66702 F value 37.39

Keterangan: taraf uji α= 0.1

Semakin banyak jumlah anggota rumahtangga maka konsumsi non pangan juga akan bertambah, budaya pesisir yang akan membelanjakan pendapatannya untuk kebutuhan nonpangan masih sangat kental. Bahkan ada yang beranggapan bahwa dengan mempunyai barang-barang di dalam rumah yang semakin banyak maka penghargaan terhadap nelayan oleh masyarakat setempat akan bertambah juga, akan tetapi dalam penelitian nelayan tradisonal di Kabupaten Brebes hal ini berpengaruh nyata.

Dokumen terkait