BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR
3. Model Pembelajaran Active Learning
a. Model Active Learning
Perubahan kurikulum yang saat ini tejadi dilingkungan sekolah khususnya Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang kita kenal dengan singkatan KTSP, membuat guru harus mendesain suatu pembelajaran yang mampu merubah siswa menjadi lebih aktif yang tentunya harus disesuaikan dengan keadaan sekolah serta kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru untuk dapat membangkitkan daya berfikir dan aktivitas siswa dalam belajar adalah model active learning. Bila dikaji secara bahasa, active learning berasal dari bahasa inggris yakni active dan learning. Active
memiliki arti aktif, gesit, giat dan bersemangat.8 Sedangkan kata learning
8
Jhon M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007) hlm. 9
yang di ambil dari kata learn memiliki arti belajar.9 Jadi bila kedua kata ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mengandung arti belajar aktif atau pembelajaran aktif.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa active learning adalah salah
satu model pembelajaran yang berlandaskan prinsip atau teori belajar konstuktivisme. Filsafat konstruktivisme menjadi landasan bagi banyak
strategi pembelajaran, terutama yang dikenal dengan nama student
centered learning, yang digunakan adalah pembelajaran bukan belajar mengajar. Hal ini perlu dipahami berdasarkan premis dasar konstruktivisme yang mengutamakan keaktivan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman belajar yang diperoleh. Vadeboncoeur juga berpendapat bahwa
konstruktivisme adalah pendekatan yang berpusat pada anak yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, melalui kajian ilmiah, jalur alami
perkembangan kognitif.10
Adapun Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 11
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid,
kecuali hanya dengan keaktivan murid sendiri untuk menalar
3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar
proses konstruksi berjalan lancar
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan
9
Ibid., hlm.23 10
Abdal-Haqq, Ismat. Constructivism in Teacher Education: Considerations for Those Who Would Link Practice to Theory Article ERIC Identifier,(ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education Washington DC : 1998) hlm 2
11
Anonim, Teori Pembelajaran Konstruktivisme. artikel diakses pada16 februari 2009 http://warnadunia.com/teori-pembelajaran-konstruktivisme
7) mencari dan menilai pendapat siswa
8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Hakikat dari teori konstruktivisme adalah keyakinan bahwa siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, sedang posisi guru adalah menyediakan fasilitas, kondisi, lingkungan dan sarana agar siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya.12 Pernyataan ini sejalan
dengan apa yang diungkapkan Strommen dan Lincoln, “The
constructivists regard learning as a process of mental formation. The students learn the new information by installing them in their previous knowledge”.13
Dari beberapa pernyataan tentang teori kontruktivisme, ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Artinya belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan
mereka melalui asimilasi dan akomodasi.14 hal itu juga sejalan dengan
apa yang diungkap oleh Jhon Dewey dalam bukunya demokrasi dan pendidikan.sebagai berikut :
Defined education as a process to restructure the individual experience by reflective thinking through expanding one’s present experience. Individual experience is the core of knowledge, not knowledge offered by others. Thus, continuous development of the child must be stimulated through his interaction to his environment to create meaningful knowledge. 15
12
Panggabean. Strategi, Model dan Evaluasi hlm. 73. 13
Mustafa Dooru and Suna Kalender, Applying the Subject “Cell” Through Constructivist Approach during Science Lessons and the Teacher’s View,(International Journal of Environmental & Science Education, 2007, 2 (1), 3 – 13)
14
Abrar, Adzka. “Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”. Artikel di http//www.google.com.
15
Jong Suk kim. The Effects of a Constructivist Teaching Approach on Student Academic Achievement, Self-concept, and Learning Strategies. (Chungnam National University
Bahwa Pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses untuk merestrukturisasi pengalaman individu dengan berpikir reflektif melalui pengalaman ini memperluas seseorang Individu. pengalaman Individual adalah inti dari pengetahuan, bukan pengetahuan yang ditawarkan oleh orang lain. Dengan demikian, pengembangan yang berkesinambungan anak harus dirangsang melalui interaksinya dengan lingkungan untuk menciptakan pengetahuan yang bermakna.
Paham active learning ini pada awalnya diperkenalkan oleh
confusius sekitar 2400 tahun yang lalu. dia mengatakan bahwa : “what I
hear, I forgot ; what I see, I remember ; what I do, I understand. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya liat, saya ingat. Apa yang
saya kerjakan, saya pahami”.16 Tiga pernyataan sederhana ini banyak
bicara tentang perlunya belajar aktif.
Kata-kata bijak Confusius diatas kemudian dimodifikasi, diperluas dan dikembangkan oleh Silberman menjadi apa yang dia
sebut belajar aktif. “What I hear, I forgot ; what I hear and see, I
remember a little ; what I hear, see and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand ; what I hear, see, discuss and do, I acquire knowledge and skill ; what I teach to another, I master. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya
menguasainya.”17
Dua pernyataan diatas diperkuat dengan beberapa penelitian yang membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan
Korea : 2005) , journal Asia Pacific Education Review Copyright 2005 by Education Research Institute Vol. 6, No. 1, 7-19. hlm 8
16
Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi pembelajaran aktif terj. Sarjuli dkk (Yogyakarta; Yapendis, 2002 ) hlm.1
17
dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.18
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan.
Ada beberapa alasan penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. karena siswa mendengarkan pembicaraan guru
sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder
yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa
18
Hartono. “Strategi Pembelajaran Active Learning; Suatu Strategi Pembelajaran Student Centered”, artikel diakses tanggal 3 agustus 2009, dari http://edu.article.com
yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran).
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan
mengarahkan seluruh proses otak kanan.19
Sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada
pembelajaran dengan active learning (pembelajaran aktif)
pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :20
a. Law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
b. Law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar
c. Law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Active learning (pembelajaran aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.
Dengan memberikan model active learning (pembelajaran aktif) pada
anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka
19
Ibid., hlm 5 20
dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam model active learning (pembelajaran aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
Active learning juga berarti belajar kebermaknaan, mengarah pada pentingnya melibatkan dan partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar, merupakan pendekaan dari berbagai macam model, dan siswa sebagai obyeknya. Sejalan dengan yang diungkapakan silberman bahwa pembelajaran aktif merupakan kesatuan sumber, kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif.
Dapat dikatakan bahwa active learning lebih memfokuskan
kepada keaktifan siswa, yang ditandai dengan siswa sebagai subyek belajar, siswa beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan aktif, baik aktif secara fisik maupun aktif menggunakan otaknya. Serta dalam kegiatan pembelajaran diterapkan berbagai model, strategi dan
berbagai macam sumber belajar. Dalam active learning pun dijelaskan
perlunya penerapkan-penerapan strategi dalam membuka, membangun tim dan menutup sebuah pembelajaran.
Pada intinya penerapan strategi yang telah disebutkan diatas bertujuan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dimana keaktifan siswa akan membuat siswa melatih kemampuan berfikirnya, semakin dipacu siswa untuk berpikir semakin lama siswa mampu memikirkan hal-hal yang absrtak dan luas dehingga mampu menemukan gagasan-gagasan yang baru.
Dari pemaparan tentang active learning, maka dapat
disimpulkan bahwa active learning adalah pembelajaran yang di desain
untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yang berisi penerapan berbagai model, strategi, media dan sumber belajar.
b. Keunggulan Active Learning
Hartono menjelaskan, active learning atau pembelajaran aktif
pada dasarnya “berusaha untuk membantu memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi
hal yang membosankan bagi mereka”.21 Dengan diterapkan model
active learning pada siswa dapat membantu ingatan (memori) mereka sehingga mereka dapat diarahkan pada tujuan pendidikan yang sukses
hal tesebut sesuai dengan apa yang dikatakan Bruner. 1961 “The
overarching concept behind active learning is the assumption that learners, who actively engage with the material will find it easier to recall information” Konsep menyeluruh di belakang pembelajaran aktif adalah asumsi bahwa peserta didik, yang secara aktif terlibat dengan
materi akan lebih mudah untuk mengingat informasi.22
Berbeda dalam pembelajaran konvensional
fenomena-fenomena yang sama dengan pembelajaran aktif Sangat kurang diperhatikan. Berikut ini adalah tabel beberapa perbedaan dan
keunggulan active learning dibandingakan dengan pembelajaran
konvensional.23
21
Ibid., hlm 12 22
Peter Klappa. 2009, Promoting active learning through ‘pub quizzes’ — a case study at the University of Kent, www.bioscience.heacademy.ac.uk/journal/vol14/des 2009
23
Pembelajaran Active Learning Pembelajaran konvensional
1. Berpusat pada siswa
2. Sangat menyenangkan
3. Memberdayakan semua indra
dan potensi anak didik
4. Menggunakan banyak metode
5. Menggunakan banyak media
6. Disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada
1.Berpusat pada guru
2.Kurang menyenangkan
3.Kurang memberdayakan
semua indera dan potensi anak didik
4.Mengunakan metode yang
monoton
5.Sedikit media yang
digunakan
6.Tidak perlu disesuaikan denga pengetahuan yang sudah ada
Table. 2.1 Keunggulan model Active Learning
Perbandingan kedua model pembelajaran tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan model
active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Selain itu
sebagai bahan pertimbangan bahwa active learning juga ada tanggung
jawab dimana suatu proses belajar yang memberi wewenang pada siswa, mendorong siswa untuk kritis, giru lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan dan kesempatan pada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
Beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan
mengevaluasi. Dalam arti kata menggunakan active learning (belajar
aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.
c. Prosedur Pelaksanaan Active Learning
Penerapan pembelajaran aktif atau active learning oleh peneliti pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang di desain dengan lebih mengaktifkan siswa dalam proses belajar dikelas. Mel Silberman memaparkan bahwa hendaknya guru atau pengajar perlu mengetahuai inti dan kerangka belajar aktif atau active learning sebagai berikut :24
1. Sepuluh rancangan tata ruang kelas
2. Sepuluh metode untuk memperoleh partisipasi siswa setiap saat
3. Sepuluh tugas untuk memberi partner belajar
4. Sepuluh Pertanyaan untuk menggali harapan-harapan siswa
5. Sepuluh cara untuk memperbaiki ceramah
6. Sepuluh stategi untuk membentuk kelompok-kelompok belajar
7. Sepuluh alternatif dalam memilih ketua kelompok dan mengisi
tugas-tugas lain
8. Sepuluh petunjuk untuk memfasilitasi diskusi
9. Sepuluh langkah ketika memfasilitasi aktivitas pengalaman
10.Sepuluh Pilihan untuk bermain peran
11.Sepuluh cara menghemat waktu ketika belajar aktif
Beberapa petunjuk perlu diketahui oleh seorang pengajar atau
guru dalam menerapkan active learning. Dengan tujuan demi
membantu guru mengidentifikasi dan memfasilitasi belajar aktif menjadi lebih mudah. Dalam penelitian ini untuk mempermudah
pelaksanaan active learning. Peneliti menyusun tahapan-tahapan
seperti dibawah ini :
1. Terlebih dahulu mencari model pembelajaran yang mampu
menyelesaikan masalah pembelajar
2. Menetapkan konsep materi yang akan diterapkan
3. Menentukan strategi yang tepat untuk konsep yang dipilih
4. Mendesain pembelajaran yang berisi :
24
a. Penerapan strategi
b. Penerapan berbagai metode
c. Penerapan berbagai sumber belajar
d. Penerapan berbagai media
5. Melakukan evaluasi pembelajaran
Adapun tahapan–tahapan tersebut dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut :
Model pembelajaran Pokok Bahasan Penetapan strategi Desain Pembelajaran Strategi Pembuka Berbagai Metode Berbagai Media Berbagai Sumber belajar Evaluasi Pembelajaran
Gambar. 2.2 Tahapan Pembelajaran Active Learning
Dalam penelitian eksperimen penerapan model pembelajaran
aktif (active learning) kali ini, peneliti menetapkan strategi resume
kelompok (group resume) sebagai proses kegiatan siswa dikelas dalam
rangka mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
d. Active Learning dengan strategi Group Resume
Banyak riset yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan pembelajaran tradisional (pembelajaran satu arah), pembelajaran aktif ini memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menyerap lebih banyak materi pelajaran, mengingat dan memahami lebih lama, dan yang terpenting adalah menyukai aktivitas belajar itu sendiri. Fink menyarankan bahwa siswa harus melakukan hal yang lebih daripada
siswa tidak belajar sendiri tetapi mereka dapat belajar dengan
pendampingan guru selaku instruktur atau teman sekelasnya.25
Dialog dengan diri sendiri adalah proses dimana anak didik atau siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka. Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok
kecil tentang topik yang dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa
memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah
itu guru atau teman mereka sendiri. Doing atau berbuat merupakan
aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain sebagainya.
Ada banyak strategi atau metode yang dapat digunakan dalam
menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di
sekolah. Mel Silberman mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran aktif.26 Strategi ini sejalan dengan apa
disampaikan oleh Hisam Zaini dkk. Bahwasanya ada 12 strategi
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, diantaranya:27
25
Neila Ramdhani. Active learning and soft skill, artikel diakses 29 januari 2010 di http://www.google.com.
26
Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 11 27
Yekti Lestari. SKRIPSI ; Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Group Resum. UM Surakarta 2008. hlm 23
1. Critical Insident (pengalaman penting) 2. Prediction Guide (tebak pelajaran) 3. Group Resume (resume kelompok) 4. Assesmen search (menilai kelas )
5. Question student have (pertanyaan siswa)
6. Active knowledge sharing (saling tukar pengetahuan)
7. Listening team ( tim pendengar)
8. Synergetic Teaching (pengajaran sinergis) 9. Active Debate (debat aktif)
10.Card Sort (memilah dan memilih kartu) 11.Jigsaw learning (belajar model jigsaw)
12.Everyone is Teacher (setiap orang adalah guru)
Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas, sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak didik. Menurut Silberman ada tiga tujuan penting yang harus dicapai dalam pembelajaran aktif antara lain : (a) Pembentukan tim, Membantu siswa untuk mengenal satu sama lain dan menciptakan semangat kerja sama. (b) Penilaian sederhana, pelajari sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa. (c) keterlibatan belajar langsung, ciptakan minat awal pada pelajaran.
Salah satu strategi yang disarankan oleh Mel Silbermen dalam rangka meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa di kelas adalah
strategi group resume.28 Hisyam Zaini memaparkan bahwa Teknik
resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan
pencapaian individual. Sedangkan resume kelompok (group resume)
merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah
kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain.29
Tim akan bekerja sama dalam kelompok untuk membuat
resume yang telah ditentukan oleh guru. Melalui kelompok ini diharapkan diperoleh hasil yang optimal. Di samping itu juga akan memupuk sikap gotong royong, toleransi, demokrasi, dan memupuk
28
Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 69. 29
keterampilan mengadakan interaksi sosial. Lebih dari itu kegiatan ini akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga siswa akan lebih senang dalam belajar.
Dalam meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran kimia melalui strategi group resume, dimana dengan
strategi group resume ini siswa akan diaktifkan dengan kegiatan
membaca, memahami, mendiskusikan, menuliskan dan menyampaikan apa yang telah mereka pahami pada teman sekelasnya. Jelasnya kegiatan siswa tersebut dirangkai dalam langkah-langkah atau prosedur strategi group resume sebagai beriku: 30
1) Bagilah siswa kedalam beberapa kelompok (tim) setiap
kelompok terdiri antara 3 sampai 6 siswa
2) Beritahukan kepada siswa bahwa kelas memiliki kesatuan
bakat dan pengalaman yang sangat hebat.
3) Sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan
menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat resum kelompok (anda mungkin ingin menyarankan suatu indakan atau kontak imajiner yang bisa diusahakan untuk diperoleh)
4) Berikan kelompok – kelompok tersebut contoh berarti dan
penilaian untuk menunjukan resume mereka. Resume tersebut harus memasukan informasi yang bisa mengenalkan kelompok tersebut secara keseluruhan.
5) Ajaklah masing-masing kelompok menyampaikan ringkasan
dan merayakan semua sumber yang ada dalam seluruh kelompok tersebut.