• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan model active learning dengan strategi gruop resume terhadap hasil belajar kimia siswa: penelitian kuasi eksperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penerapan model active learning dengan strategi gruop resume terhadap hasil belajar kimia siswa: penelitian kuasi eksperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING

DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL

BELAJAR KIMIA SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH :

ZAENAL ARIFIN

NIM. 105016200566

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING

DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH : ZAENAL ARIFIN NIM. 105016200566

Dibawah Bimbingan.

Pembimbing I,

Ir. H. Mahmud M. Siregar M.Si

NIP. 19540310198803 1001

Pembimbing II,

Tonih Faronika M.Pd

NIP. 19760107200501 1007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ”Pengaruh Penerapan Model Active Learning dengan Strategi

Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Diajukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 12 Agutus 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd) dalam bidang pendidikan kimia.

Jakarta. 12 Agustus 2010 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

Tanda tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan P. IPA)

Baiq Hana Susanti, M.Sc

NIP. 197002092000032001 ... ...

Sekretaris (Sekretaris Jurusan P. IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd

NIP. 197905102006042001 ... ...

Penguji I

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd

NIP. 196501151987031020 ... ...

Penguji II

Dedi Irwandi, M.Si

NIP. 197105282000031002 ... ...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING

DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH : ZAENAL ARIFIN NIM. 105016200566

Dibawah Bimbingan.

Pembimbing I,

Ir. H. Mahmud M. Siregar M.Si

NIP. 19540310198803 1001

Pembimbing II,

Tonih Faronika M.Pd

NIP. 19760107200501 1007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(5)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ”Pengaruh Penerapan Model Active Learning dengan Strategi

Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Diajukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 12 Agutus 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd) dalam bidang pendidikan kimia.

Jakarta. 12 Agustus 2010 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

Tanda tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan P. IPA)

Baiq Hana Susanti, M.Sc

NIP. 197002092000032001 ... ...

Sekretaris (Sekretaris Jurusan P. IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd

NIP. 197905102006042001 ... ...

Penguji I

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd

NIP. 196501151987031020 ... ...

Penguji II

Dedi Irwandi, M.Si

NIP. 197105282000031002 ... ...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(6)

Zaenal Arifin, Effect of Adoption of Active Learning Model With Strategic Group Resumes Against Chemistry Student Learning Outcomes (Experiments in SMA Muhammadiyah 8 Ciputat). Chemical Education Courses, Majority in Natural Science, Faculty of tarbiya and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, 2010.

This study aimed to determine whether the learning outcomes of students on the subject of the chemistry of carbon compounds by applying the active learning model with a strategy group resume is better than the method of lecture. This research was conducted in SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Sample used purposive sampling technique. research sample consisted of two groups, namely X-A graders numbered 23 students as the experimental group and X-B graders numbered 22 students as a control class. The data collection instrument using achievement test (post test) of 20 multiple choice questions that had previously tested instrument analysis. Hypothesis is the null hypothesis (Ho) that have no effect on the application of active learning model with group strategy resumes to chemistry students 'learning outcomes and the alternative hypothesis (Ha) is there any effect the application of active learning model with strategy group resumes to chemistry students' learning outcomes. Data analysis using hypothesis testing by t-test. In this study was obtained t count equal to 3.171, with significance level 5% obtained t-table for 2,021. Thus the t-test bigger than t-table (3.171 > 2.021). This means the null hypothesis (Ho) refused and Alternative Hypothesis (Ha) accepted. It can be concluded that there was a significant influence on the application of active learning model with strategy group resume to chemistry student learning outcomes.

Keywords: Active learning, Group Resumes , Results of Studying Chemistry

(7)

ii

ABSTRAK

Zaenal Arifin, Pengaruh Penerapan Model Active Learning Dengan Strategi Group Resume Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa (Eksperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat). Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.

(8)

Alhamdulillahirabbil ‘alamien…. kalimat syukur paling awal yang penulis ucapkan seraya suluruh puja serta puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya kepada penulis. sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Model

Active Learning dengan Strategi Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia

Siswa.”

Salawat serta salam yang terindah penulis curahkan pada junjungan besar seluruh umat Islam di dunia, Nabi Muhammad SAW. Nabi akhir zaman, guru sampai akhir jaman, penyempurna ajaran dan penegak kebenaran yang berhasil membawa manusia keluar dari gerbang kejahiliahan menuju gerbang kemuliaan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, tidak akan terlupakan rasa terimakasih penulis yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan, yang tidak dapat diungkapkan dengan rangkaian bahasa dan kata-kata yang indah, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen penasehat akademik.

4. Bapak Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si, dosen pembimbing I dan Bapak Tonih Faronika, M.Pd, dosen pembimbing II yang tidak kenal lelah dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis, terimakasih atas kritikannya selama penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas budi baik bapak.

5. Bapak Drs. Endang Surahman, MA, Kepala SMA Muhammadiyah 8 Ciputat yang telah memberikan perizinan dan kemudahan pada penulis untuk melaksanakan penelitian disekolah tersebut.

6. Ayahanda tercinta Suja’i dan Ibunda tercinta Een Haeni yang dengan ikhlas mengasuh, mendidik dan mengajar penulis dengan cucuran keringat dan linangan

(9)

ii

sayang kalian yang begitu besar. kepada Allah penulis akan terus berdoa, keringat dan air mata yang kalian tumpahkan selama hayat hanya Allah yang mampu membalas keikhlasan kalian dengan balasan yang lebih baik. tak lupa penulis selalu meminta keridhoan doa untuk penulis.

7. Teh Euis dan Aa wiwin, teh Dini dan Aa Ibad, Aa Yusep dan teh Eli serta Aa Kiki dan teh Nani yang telah membantu secara moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan yang talah memberikan ilmu, pengalaman dan bimbingannya, dan tak ketinggalan staf dan karyawan fakultas, terimakasih atas pelayanan akademik selama menyelesaikan studi di UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.

9. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat teman seperjuangan Indra, Rizal, Toto, Amir, Jajang, Hasbi, Nunung, Tarsih, Pipit dan semuanya yang pernah berjuang bersama.

10.Ade Sudarmaji, Obay, Soni, Achep, Ahmad, Hawasi, Zulkifli, Ichan dan semua teman-teman pendidikan kima, biologi dan fisika angkatan 2005.

11.Untuk dinda Ririn Zikriyah yang terus memberikan dorongan, motivasi semangat yang tak kenal lelah mendampingi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, untuk Nunung Nurjanah yang senantiasa membantu, ikhlas direpotkan dalam pengerjaan skripsi ini.

Kata ucapan terima kasih di atas betapapun tulusnya, penulis sadari tidak akan mampu untuk mengungkapkan seluruh tumpahan rasa terimakasih yang terbaik dalam diri penulis, sehingga penulis menyadari tidak akan mampu untuk membalasnya. Diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan positif pada pembaca dan semua pihak yang bergelut dalam bidang pendidikan. hanya pada Allah SWT harapan tertuju semoga apa yang telah diikhlaskan untuk penelitian ini mendapat balasan yang lebih baik di sisi-Nya. Amin

Ciputat, 21 Juni 2010 Penulis

(10)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESISI A. Deskripsi Teoretis ... 11

1. Hakikat Model Pembelajaran ... 11

2. Model-model pembelajaran konstruktivisme ... 13

3. Model Pembelajaran Active Learning ... 15

a. Model Active Learning ... 15

b. Keunggulan Belajar Active Learning ... 22

c. Prosedur pelaksanaan Pembelajaran Active Learning ... 24

d. Active Learning dengan strategi Group Resume ... 26

4. Hakikat Belajar Kimia ... 28

5. Hakikat Hasil Belajar ... 33

6. Konsep Senyawa Karbon ... 40

B. Kerangka Pikir ... 46

(11)

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 49

B. Metode dan Desains Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel ... 50

D. Alur Penelitian. ... 51

E. Variabel Penelitian ... 51

F. Teknik Pegumpulan Data ... 52

1. Suber data ... 52

2. Jenis data ... 52

3. Cara pengambilan data ... 52

G. Instrumen Penelitian ... 53

H. Analisis Butir Soal Instrumen ... 53

I. Teknik Analisis Data ... 55

1. Pengujian Persyaratan Analisis ... 55

2. Analisis Data Hasil Belajar ... 56

3. Analisisi Lembar Observas ... 58

J. Hipotesis Statistik ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

1. Data Hasil Penelitian... 59

2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 63

3. Pengujian Hipotesis ... 65

C. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 78

(12)

Halaman

Tabel 2.1 Keunggulan model Active Learning ... 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 50

Tabel 3.2 Populasi kelas X SMA Muhammadiyah 8 Ciputat ... 50

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan data ... 53

Tabel 4.1 Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Postest Kelompok Eksperimen ... 60

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar kimia (Postest) Kelompok Eksperimen ... 61

Tabel 4.3 Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Postest Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar kimia (Postest) Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 4.5 Deskripsi Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas dengan uji Chi-square ... 65

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Fisher ... 66

Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis dengan Uji t ... 66

(13)

DAFTAR GAMBAR

[image:13.595.108.529.180.579.2]

Halaman

Gambar 1.1 Diagram Proses Belajar ... 2

Gambar 2.1 Hakikat Hirarkis Model Pembelajaran ... 12

Gambar. 2.2 Tahapan Pembelajaran Active Learning ... 25

Gambar 2.3 Proses Hasil Belajar ... 37

Gambar 2.4 Kerangka pikir ... 48

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 61

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Kelas control ... 63

Gambar 4.3 Perbandingan Data Mean Postest kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64

(14)

v

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 80

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 82

Lampiran 3. Materi Senyawa Karbon ... 88

Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar ... 92

Lampiran 5. Soal Untuk Validasi Instrumen ... 102

Lampiran 6. Soal Ulangan Senyawa Karbon ... 108

Lampiran 7. Kunci Jawaban Ulangan ... 112

Lampiran 8. Analisis Butir Soal Instrument ... 113

Lampiran 9. Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 115

Lampiran 10. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran (Observasi Kelas) ... 117

Lampiran 11. Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen ... 119

Lampiran 12. Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol ... 122

Lampiran 13. Perhitungan Uji Normalitas ... 125

Lampiran 14. Perhitungan Uji Homogenitas ... 129

Lampiran 15. Perhitungan Uji Signifikansi dengan t-tes ... 130

Lampiran 16. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran Group Resume ... 131

Lampiran 17. Keterangan Melaksanakan Penelitian dari SMA Muhammadiyah 8 Ciputat... 132

Lampiran 18. Surat Bimbingan dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ... 133

Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ... 134

Lampiran 20. Lembar Uji Referensi ... 135

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan salah satu lembaga yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara serta dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia dipengaruhi dan ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya. Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari upaya peningkatan komponen-komponen yang ada di dalamnya yang saling terkait antara satu dengan yang lainya dalam suatu sistem, komponen yang dimaksud adalah guru, siswa, kurikulum, model pengajaran, media pengajaran, sarana dan prasarana sekolah dan lain sebagainya.

Sesuai dengan isi dari tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.”1

Belajar adalah merupakan suatu proses.2 Karena belajar merupakan suatu proses, maka sudah pasti ada yang diproses (input) dan hasil dari proses itu sendiri (output), dan sudah menjadi hal yang lumrah jika ada hal-hal atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu proses, begitupun dengan belajar dan hasil belajar tidak sedikit hal atau faktor yang mempengaruhiya. Faktor yang dimaksud adalah masukan lingkungan

1

Anwar Arifin, Memahami Pradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sisdiknas, (Jakarta: Ditjen kelembagaan Agama Islam Depag, 2003) Cet 3, hlm 37

2

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 22, hlm. 26

(16)

(environmental input) dan faktor yang sengaja dirancang (instrumental input). Dengan demikian kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:3

TEACHING – LEARNING PROCESS

ENVIRONMENTAL INPUT INSRTUMENTAL INPUT

OUT PUT RAW INPUT

Gambar 1.1 Diagram proses belajar

Dalam proses belajar mengajar (teaching learning process) siswa merupakan masukan mentah (raw input) atau bahan baku yang perlu diolah dalam hal ini objek yang diberi pengalaman belajar tertentu, akan tetapi yang perlu dipahami bahwa setiap individu siswa memiliki karakteristik tertentu baik fisiologis maupun psikologis yang dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.4 Sedangkan yang dimaksud environmental input atau masukan lingkungan sebagai faktor alam yang memang harus diperhatikan dalam pemberian pengalaman pada siswa, baik secara langsung maupun tidak, akan membawa pengaruh terhadap belajar dan hasil belajarnya, dan yang dimaksud instrumental input atau faktor yang sengaja dirancang adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah. Maka insrtumental input juga merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan pencapaian hasil belajar yang dikehendaki.

Faktor yang dirancang juga menentukan pengalaman belajar apa yang hendak diberikan kepada siswa, yang sesuai dengan perkembangan fisiologis dan psikologis siswa itu sendiri. Di jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi pengalaman belajar atau pembelajaran lebih cenderung pada bagaimana mengaplikasikannya. Pada pembelajaran

3

Ibid., hlm.106.

4

(17)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di jenjang sekolah menengah atas pemberian pengalaman IPA sudah mengalami pengkhususan mata palajaran di antaranya yaitu mata pelajaran kimia.

Kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang telah berkembang secara pesat. Dan kimia dipandang sebagai salah satu dasar bagi perkembangan ilmu dan teknologi. Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan percobaan, yaitu berupa fakta-fakta yang di generalisir menjadi konsep-konsep dan teori-teori.

Dalam naskah standar isi mata pelajaran kimia dinyatakan bahwa mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :5

1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain.

3) Memperoleh pengalaman melalui percobaan atau eksperimen dalam penerapan metode ilmiah. Dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi data serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan maupun tulisan. 4) Meningkatkan kesadaran tentang aflikasi sains (kimia) yang dapat

bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan linkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.

5) Memahami konsep, prinsip, hukum, dan tori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi

5

Bambang Soehendro, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengan.

(18)

Tapi fenomena yang terjadi di kalangan siswa bahwa pentingnya kimia dalam kehidupan malah dianggap sebaliknya oleh siswa. Dari apa yang telah peneliti amati dan beberapa penelitian terdahulu, siswa menganggap pelajaran kimia adalah salah satu pelajaran yang kurang diminati dan dianggap sulit serta membosankan, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dengan perolehan nilai rata-rata relatif masih rendah. Dengan demikian tidak mengherankan bila sebagian siswa menganggap ilmu kimia menakutkan.

Ketidak tahuan peserta didik mengenai kegunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat jenuh dan tidak berminat pada pembelajaran kimia. Di samping itu guru bidang studi kimia dalam mengajar monoton hanya menggunakan metode ceramah, pemanfaatan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan hanya berpegang pada buku-buku paket saja.

Kesulitan siswa yang berakibat rendahnya penguasaan konsep-konsep kimia tidak terlepas dari berbagai faktor, salah satunya adalah guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama adalah merancang, mengolah dan mengevaluasi pembelajaran.

(19)

Dengan demikian salah satu upaya untuk mengatasi hal diatas diperlukan kreativitas guru dalam melakukan suatu pendekatan dalam pembelajaran kimia sehingga akan mencapai sasaran yang diharapkan dalam pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Mata pelajaran kimia di kelas X merupakan pelajaran yang masih baru bagi siswa. Karena mereka baru mendapatkan materi kimia secara utuh sebagai satu mata pelajaran di SMA/MA. Hal ini memungkinkan siswa mendapat kesulitan dalam pembelajarannya. Oleh sebab itu diharapkan tenaga pengajar kimia dapat memberikan motivasi dan mengenalkan kimia dengan lebih menarik, menyenangkan dan bersahabat. Dengan demikin anggapan dan penilaian siswa terhadap pelajaran kimia selama ini, bahwa pelajaran kimia sulit dan menjenuhkan adalah tidak benar.

Dalam pembelajaran kimia, profesionalitas guru juga sangat mempengaruhi pandangan siswa yang tadinya menganggap kimia sebagai mata pelajaran yang sulit menjadi mata pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Untuk mengubah pandangan tersebut, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai materi yang akan disampaikan, serta mampu mengolah materi dengan baik. Seorang guru juga harus memiliki model (penerapan pendekatan, strategi, motode, taktik dan teknik) belajar mengajar yang tepat, sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik.

Penyajian materi dan pemilihan model yang tepat dalam proses pembelajaran sangat penting dalam menarik minat dan perhatian siswa. Model pembelajaran berfungsi sebagai daya dukung dan penunjang terjadinya keefektifan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mempermudah dan meningkatkan semangat siswa dalam belajar.

(20)

pada siswa. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari pendekatan, strategi, metode, taktik, teknik serta model pembelajaran yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar dalam kelas sehinga pada akhirnya dapat memberikan alternatif instrumental input yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kimia

Salah satu instrumental input dalam hal ini model pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan peran aktif pada siswa adalah model pembelajaran aktif (active learning). adalah model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, dengan menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan masalah, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka ketahui ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.6

Model pembelajaran active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.7

Salah satu strategi dalam pembelajaran active learning adalah group resume (resume kelompok). Teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan pencapaian individual. Sedangkan group resume (resum kelompok) merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim (tim belajar) dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain. Tim ini akan bekerja sama dalam kelompok untuk membuat resume yang telah ditentukan oleh guru.

6

Aristha Shintawati , Model Active Learning Dalam Pembelajaran Fiqih Di Madrasah Aliyah Keagamaan Khusnul Khotimah. Skipsi. UM Surakarta. 2008. hlm .4

7

Hartono. “Strategi Pembelajaran Active Learning; Suatu Strategi Pembelajaran Student Centered”, artikel diakses tanggal 3 agustus 2009, dari http://edu.article.com

(21)

Strategi group resume (resume kelompok) ini mengacu kepada strategi pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar. Siswa dilarutkan dalam pembelajaran yang mengasah koneksi, komunikasi dan kerjasama. Kegiatan itu diperlukan dalam rangka keutuhan proses belajar, kaitannya dengan komunikasi Jourdan dalam bukunya Yusup 1990, mengungkapkan “Pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi”.8 Dimana setiap siswa dapat memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah memahami seluruh materi yang dibahas serta mampu menyampaikan kembali materi yang telah difahami pada teman sebayanya, sehingga dapat memberikan suatu penilaian. Kegiatan ini juga diperlukan dalam rangka persiapan untuk mengerjakan ujian atau soal. Mereka belajar, bekerja dan menilai dalam suatu format belajar kelompok. Melalui kelompok ini diharapkan diperoleh hasil yang optimal. Di samping itu juga akan memupuk sikap gotong royong, toleransi, demokrasi, dan memupuk keterampilan mengadakan interaksi sosial. Lebih dari itu kegiatan ini akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga siswa akan lebih senang dalam belajar.

Melihat pentingnya inovasi-inovasi baru dalam kegiatan belajar mengajar disekolah sebagai rekayasa positif dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Serta alasan-alasan di atas yang mendasari peneliti untuk meneliti suatu model pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dalam belajar kimia, diantara tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil berlajar siswa serta diharapkan siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan alasan inilah peneliti memberi judul skripsi :

"PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING

DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL

BELAJAR KIMIA SISWA"

8

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas, terlihat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi minat dan hasil belajar kimia siswa, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah, diantaranya adalah :

1. Siswa tidak mengetahui manfaat ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi penyebab mereka cepat jenuh dan tidak berminat pada pembelajaran kimia

2. Di kalangan siswa pembelajaran kimia masih dianggap sulit dan membosankan. Sehingga kurangnya minat, perhatian dan motivasi siswa pada pembelajaran kimia.

3. Dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar cenderung membuat siswa bersifat pasif dalam belajar.

4. Masih banyak guru yang mengunakan metode ceramah dan sedikit yang mengunakan model, pendekatan, metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar kimia

5. Dalam pembelajaran siswa jarang diajak untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan siswa lain dalam bentuk diskusi atau kerja kelompok

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang timbul dalam identifikasi sedemikian banyaknya, sehingga pada kesempatan ini sulit untuk dapat diteliti semuanya. Oleh karena itu, agar penelitian ini mempunyai arahan yang jelas maka dalam penelitian eksperimen pengaruh penerapan model active learning dengan strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa ini dibatasi pada: 1. Pembelajaran kimia dengan menerapkan model active learning dengan

strategi group resume pada konsep senyawa karbon

(23)

D. Perumusan Masalah

Dari pembahasan diatas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh penerapan model active learning dengan strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah sebagai upaya peningkatan minat dan aktivitas belajar kimia siswa dalam rangka meningkatan hasil belajar siswa secara lokal maupun nasional

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari penerapan model active learning (pembelajaran aktif) dengan strategi group resume (resum kelompok) terhadap hasil belajar kimia. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat, perhatian, motivasi serta aktivitas siswa pada pembelajaran kimia.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan :

(24)

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para guru dalam mengajar kimia di SMA dan dapat dimanfaatkan guru sebagai salah satu model alternatif dalam pembelajaran kimia sehingga proses pembelajaran berjalan aktif, efektif, efisien dan menyenangkan serta mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

3. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi kepada pemegang kebijakan publik khususnya yang berkaitan dengan masalah pendidikan disetiap lapisan pemerintahan untuk lebih konsen pada peningkatan kualitas, kuantitas guru sehingga guru kedepan akan terus termotivasi untuk melakukan inovasi-inovasi baru dalam pengajarannya untuk mewujudkan cita-cita tujuan pendidikan nasional. 4. Sedang manfaat untuk peneliti sediri, diharapkan hasil dari penelitian

(25)

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Hakikat Model pembelajaran

Model pembelajaran terbentuk apabila antara pendekatan, strategi,

metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi

satu kesatuan yang utuh. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,

strategi, metode, dan teknik pembelajaran.1

Pemahaman hakikat model pembelajaran seperti yang telah di

ungkapkan diatas tidak terlepas dari pengertian penyusun yang

membentuk suatu model pembelajaran itu sendiri. Berikut paparan

pengertiannya, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang

hakikat model pembelajaran : 2

a. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk

pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya

masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,

menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoretis tertentu.

b. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif dan efisien.

c. Metode pembelajarandapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

1

Akhmad Sudrajat, Pengertian-Pendekatan-Strategi-Metode-Teknik-Taktik-Dan-Model-Pembelajaran http://akhmadsudrajat.wordpress.com, //2008/09/12/, hlm. 1–3.

2

Ibid., hlm. 1–3.

(26)

d. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

spesifik.

e. Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang

sifatnya individual.

Untuk lebih jelasnya, posisi hirarkis dari masing-masing istilah

tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

[image:26.595.114.511.108.701.2]

Gambar 2.1 Hakikat Hirarkis Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-peragkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,

komputer, kurikulum dll. Selanjutnya Joyce mengatakan bahwa setiap

model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran

untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan

pembelajaran tercapai.3

Adapun Sukamto dkk dalam buku Nurulwati, mengemukakan,

model pembelajaran adalah : "kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

3

(27)

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar".4 Jadi dapat dijelaskan bahwa model

pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Sejalan dengan usulan Tolman dalam buku (George R. Taylor and Loretta

MacKenney),5 bahwa perilaku diorientasikan pada tujuan. Kita termotivasi

untuk menjangkau tujuan khusus dan terus untuk mengalami itu sampai

kita memperolehnya, guru membangun aktivitas belajar yang

dikehendaki, memotivasi prestasi merupakan tujuan positif untuk

anak-anak dengan menyediakan secara kultural relevan instruksi dan material.

Pemanfaatan model pembelajaran yang beragam diyakini mampu

mengurangi faktor kejenuhan belajar siswa, model pembelajaran juga

dapat membantu guru dalam meningkatkan kapasitasnya untuk

menjangkau semua siswa serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih

kaya dan beragam.6 Jadi dapat disimpulkan, model pembelajaran pada

dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

2 . Model-model Pembelajaran Konstruktivisme

Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme

telah melahirkan berbagai macam model-model pembelajaran, dan dari

berbagai model pembelajaran tersebut terdapat pandangan yang sama,

bahwa dalam proses pembelajaran siswa adalah pelaku aktif kegiatan

belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Beberapa model pembelajaran yang

didasarkan pada prinsip konstruktivisme antara lain :7

1. Discovery Learning yaitu siswa didorong untuk belajar dengan diri sendiri. Siswa belajar aktif dengan konsep-konsep dan

4

Ibid., hlm. 5. 5

George R. Taylor and Loretta MacKenney, Improving Human Learning in the Classroom: Theories and Teaching Practices, (ROWMAN & LITTLEFIELD EDUCATION

Lanham • New York • Toronto • Plymouth, UK, 2008). hlm. 102. www.eBook.com 6

Yusri Panggabean, Dkk. Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006,

(Bandung : Bina Media Informasi, 2007) hlm. 7. 7

(28)

prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki

pengalaman-pengalaman tersebut untuk memperoleh prinsip-prinsip bagi diri

sendiri. Keuntungan discovery learning antara lain siswa memiliki motivasi dari dalam diri sendiri untuk dapat menyelesaikan

pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas

problem yang dihadapi mereka. Siswa juga belajar sendiri dalam

memecahkan masalah dan memiliki keterampilan berfikir kritis,

karena mereka harus menganalisis dan mengelola informasi.

2. Assisted Learning mempunyai peran penting dalam perkembangan kognitif individu. Dalam belajar dengan bantuan atau perantara

lain, guru adalah agen budaya yang dengan bimbingan dan

pengajaran siswa dapat menginternalisasikan dan menguasai

keterampilan yang membutuhkan fungsi kognitif yang lebih tinggi,

secara teknis scaffolding dalam belajar adalah membantu siswa

pada awal pelajaran untuk mencapai pemahaman dan keterampilan

dan secara perlahan-lahan bantuan tersebut dikurangi sampai

akhirnya siswa dapat belajar sendiri.

3. Active Learning artinya pembelajaran aktif. Menurut silberman belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampai

informasi pada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental

dan tindakan sekaligus. Cara belajar dengan cara mendengarkan

akan lupa, dengan cara mendengarkan, melihat dan mendiskusikan

serta melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan,

dan cara untuk menguasai pelajaran terbaik adalah dengan cara

mengajarkan.

4. The accelerated Learning adalah pembelajaran yang dipercepat. konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu

berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan,

tentunya dengan upaya yang normal. Bobi Deporter menganggap

model ini memungkinkan siswa belajar dengan cepat yang

(29)

kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur semisal hiburan,

permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik dan

kesehatan emosional.

5. Quantum Learning mengasumsikan bahwa siswa jika mampu mengunakan potensi dasar dan emosinya secara jitu, akan mampu

membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya.

Model ini berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan

membosankan kedalam suasana belajar yang meriah dan gembira

dengan memadukan potensi fisik, psikis dan emosi siswa menjadi

satu kesatuan kekuatan yang integral.

6. Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.

3 . Model Pembelajaran Active Learning

a. Model Active Learning

Perubahan kurikulum yang saat ini tejadi dilingkungan sekolah

khususnya Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau

yang kita kenal dengan singkatan KTSP, membuat guru harus mendesain

suatu pembelajaran yang mampu merubah siswa menjadi lebih aktif yang

tentunya harus disesuaikan dengan keadaan sekolah serta kondisi dan

kebutuhan peserta didik.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru

untuk dapat membangkitkan daya berfikir dan aktivitas siswa dalam

belajar adalah model active learning. Bila dikaji secara bahasa, active learning berasal dari bahasa inggris yakni active dan learning. Active

memiliki arti aktif, gesit, giat dan bersemangat.8 Sedangkan kata learning

8

(30)

yang di ambil dari kata learn memiliki arti belajar.9 Jadi bila kedua kata ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mengandung arti belajar aktif

atau pembelajaran aktif.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa active learning adalah salah

satu model pembelajaran yang berlandaskan prinsip atau teori belajar

konstuktivisme. Filsafat konstruktivisme menjadi landasan bagi banyak

strategi pembelajaran, terutama yang dikenal dengan nama student

centered learning, yang digunakan adalah pembelajaran bukan belajar mengajar. Hal ini perlu dipahami berdasarkan premis dasar

konstruktivisme yang mengutamakan keaktivan siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman

belajar yang diperoleh. Vadeboncoeur juga berpendapat bahwa

konstruktivisme adalah pendekatan yang berpusat pada anak yang

bertujuan untuk mengidentifikasi, melalui kajian ilmiah, jalur alami

perkembangan kognitif.10

Adapun Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang

diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 11

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid,

kecuali hanya dengan keaktivan murid sendiri untuk menalar

3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu

terjadi perubahan konsep ilmiah

4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar

proses konstruksi berjalan lancar

5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah

pertanyaan

9

Ibid., hlm.23 10

Abdal-Haqq, Ismat. Constructivism in Teacher Education: Considerations for Those Who Would Link Practice to Theory Article ERIC Identifier,(ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education Washington DC : 1998) hlm 2

11

(31)

7) mencari dan menilai pendapat siswa

8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Hakikat dari teori konstruktivisme adalah keyakinan bahwa

siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, sedang posisi guru

adalah menyediakan fasilitas, kondisi, lingkungan dan sarana agar siswa

dapat membangun sendiri pengetahuannya.12 Pernyataan ini sejalan

dengan apa yang diungkapkan Strommen dan Lincoln, “The

constructivists regard learning as a process of mental formation. The students learn the new information by installing them in their previous knowledge”.13

Dari beberapa pernyataan tentang teori kontruktivisme, ada satu

prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata

memberikan pengetahuan kepada siswa. siswa harus membangun

pengetahuan didalam benaknya sendiri. Artinya belajar konstruktivisme

lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan

pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa

yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,

siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan

mereka melalui asimilasi dan akomodasi.14 hal itu juga sejalan dengan

apa yang diungkap oleh Jhon Dewey dalam bukunya demokrasi dan

pendidikan.sebagai berikut :

Defined education as a process to restructure the individual experience by reflective thinking through expanding one’s present experience. Individual experience is the core of knowledge, not knowledge offered by others. Thus, continuous development of the child must be stimulated through his interaction to his environment to create meaningful knowledge. 15

12

Panggabean. Strategi, Model dan Evaluasi hlm. 73. 13

Mustafa Dooru and Suna Kalender, Applying the Subject “Cell” Through Constructivist Approach during Science Lessons and the Teacher’s View,(International Journal of Environmental & Science Education, 2007, 2 (1), 3 – 13)

14

Abrar, Adzka.Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”. Artikel di http//www.google.com.

15

(32)

Bahwa Pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses untuk

merestrukturisasi pengalaman individu dengan berpikir reflektif melalui

pengalaman ini memperluas seseorang Individu. pengalaman Individual

adalah inti dari pengetahuan, bukan pengetahuan yang ditawarkan oleh

orang lain. Dengan demikian, pengembangan yang berkesinambungan

anak harus dirangsang melalui interaksinya dengan lingkungan untuk

menciptakan pengetahuan yang bermakna.

Paham active learning ini pada awalnya diperkenalkan oleh

confusius sekitar 2400 tahun yang lalu. dia mengatakan bahwa : “what I

hear, I forgot ; what I see, I remember ; what I do, I understand. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya liat, saya ingat. Apa yang

saya kerjakan, saya pahami”.16 Tiga pernyataan sederhana ini banyak

bicara tentang perlunya belajar aktif.

Kata-kata bijak Confusius diatas kemudian dimodifikasi,

diperluas dan dikembangkan oleh Silberman menjadi apa yang dia

sebut belajar aktif. “What I hear, I forgot ; what I hear and see, I

remember a little ; what I hear, see and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand ; what I hear, see, discuss and do, I acquire knowledge and skill ; what I teach to another, I master. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau

diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang saya

dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan

dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya

menguasainya.”17

Dua pernyataan diatas diperkuat dengan beberapa penelitian

yang membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan

Korea : 2005) , journal Asia Pacific Education Review Copyright 2005 by Education Research Institute Vol. 6, No. 1, 7-19. hlm 8

16

Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi pembelajaran aktif terj. Sarjuli dkk (Yogyakarta; Yapendis, 2002 ) hlm.1

17

(33)

dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukkan bahwa siswa

dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari

waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie

menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa

dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu

20 menit terakhir.18

Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang

sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya

terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan

anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera

pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di

kelas tersebut cenderung untuk dilupakan.

Ada beberapa alasan penyebab mengapa kebanyakan orang

cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban

yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara

guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang

disampaikan guru. karena siswa mendengarkan pembicaraan guru

sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder

yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan

waktu yang sama dengan waktu pengucapan.

Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang

masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia

terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara

menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat

diingat dengan baik. Dengan penambahan visual di samping auditori

dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin

kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya

menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena

fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa

18

(34)

yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat

dikuatkan oleh audio (pendengaran).

Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan

kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan

kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan

kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja

10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan

mengarahkan seluruh proses otak kanan.19

Sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman

atau pemikiran sadar seseorang. Strategi pembelajaran konvensional

pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak

sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada

pembelajaran dengan active learning (pembelajaran aktif)

pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.

Thorndike mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :20

a. Law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.

b. Law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons

akan menjadi lancar

c. Law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang

menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.

Active learning (pembelajaran aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik

dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang

menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.

Dengan memberikan model active learning (pembelajaran aktif) pada

anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka

19

Ibid., hlm 5 20

(35)

dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini

kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.

Dalam model active learning (pembelajaran aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan

pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru

disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar

murid dapat belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang

tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai

motivasi yang tinggi untuk belajar.

Active learning juga berarti belajar kebermaknaan, mengarah pada pentingnya melibatkan dan partisipasi siswa secara aktif dalam

proses belajar, merupakan pendekaan dari berbagai macam model, dan

siswa sebagai obyeknya. Sejalan dengan yang diungkapakan silberman

bahwa pembelajaran aktif merupakan kesatuan sumber, kumpulan

strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif.

Dapat dikatakan bahwa active learning lebih memfokuskan

kepada keaktifan siswa, yang ditandai dengan siswa sebagai subyek

belajar, siswa beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan

aktif, baik aktif secara fisik maupun aktif menggunakan otaknya. Serta

dalam kegiatan pembelajaran diterapkan berbagai model, strategi dan

berbagai macam sumber belajar. Dalam active learning pun dijelaskan

perlunya penerapkan-penerapan strategi dalam membuka, membangun

tim dan menutup sebuah pembelajaran.

Pada intinya penerapan strategi yang telah disebutkan diatas

bertujuan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dimana keaktifan siswa akan membuat siswa melatih kemampuan

berfikirnya, semakin dipacu siswa untuk berpikir semakin lama siswa

mampu memikirkan hal-hal yang absrtak dan luas dehingga mampu

(36)

Dari pemaparan tentang active learning, maka dapat

disimpulkan bahwa active learning adalah pembelajaran yang di desain

untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yang berisi penerapan berbagai

model, strategi, media dan sumber belajar.

b. Keunggulan Active Learning

Hartono menjelaskan, active learning atau pembelajaran aktif

pada dasarnya “berusaha untuk membantu memperkuat dan

memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran sehingga

proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi

hal yang membosankan bagi mereka”.21 Dengan diterapkan model

active learning pada siswa dapat membantu ingatan (memori) mereka sehingga mereka dapat diarahkan pada tujuan pendidikan yang sukses

hal tesebut sesuai dengan apa yang dikatakan Bruner. 1961 “The

overarching concept behind active learning is the assumption that learners, who actively engage with the material will find it easier to recall information” Konsep menyeluruh di belakang pembelajaran aktif adalah asumsi bahwa peserta didik, yang secara aktif terlibat dengan

materi akan lebih mudah untuk mengingat informasi.22

Berbeda dalam pembelajaran konvensional

fenomena-fenomena yang sama dengan pembelajaran aktif Sangat kurang

diperhatikan. Berikut ini adalah tabel beberapa perbedaan dan

keunggulan active learning dibandingakan dengan pembelajaran

konvensional.23

21

Ibid., hlm 12 22

Peter Klappa. 2009, Promoting active learning through ‘pub quizzes’ — a case study at the University of Kent, www.bioscience.heacademy.ac.uk/journal/vol14/des 2009

23

(37)

Pembelajaran Active Learning Pembelajaran konvensional

1. Berpusat pada siswa

2. Sangat menyenangkan

3. Memberdayakan semua indra

dan potensi anak didik

4. Menggunakan banyak metode

5. Menggunakan banyak media

6. Disesuaikan dengan

pengetahuan yang sudah ada

1.Berpusat pada guru

2.Kurang menyenangkan

3.Kurang memberdayakan

semua indera dan potensi anak didik

4.Mengunakan metode yang

monoton

5.Sedikit media yang

digunakan

[image:37.595.111.515.108.556.2]

6.Tidak perlu disesuaikan denga pengetahuan yang sudah ada

Table. 2.1 Keunggulan model Active Learning

Perbandingan kedua model pembelajaran tersebut dapat

dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan model

active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Selain itu

sebagai bahan pertimbangan bahwa active learning juga ada tanggung

jawab dimana suatu proses belajar yang memberi wewenang pada

siswa, mendorong siswa untuk kritis, giru lebih banyak mendengarkan

dari pada berbicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan dan

kesempatan pada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.

Beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak

didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka

perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota

kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting

adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu

pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir

yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan

mengevaluasi. Dalam arti kata menggunakan active learning (belajar

aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang

(38)

c. Prosedur Pelaksanaan Active Learning

Penerapan pembelajaran aktif atau active learning oleh peneliti pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang di desain dengan lebih

mengaktifkan siswa dalam proses belajar dikelas. Mel Silberman

memaparkan bahwa hendaknya guru atau pengajar perlu mengetahuai

inti dan kerangka belajar aktif atau active learning sebagai berikut :24

1. Sepuluh rancangan tata ruang kelas

2. Sepuluh metode untuk memperoleh partisipasi siswa setiap saat

3. Sepuluh tugas untuk memberi partner belajar

4. Sepuluh Pertanyaan untuk menggali harapan-harapan siswa

5. Sepuluh cara untuk memperbaiki ceramah

6. Sepuluh stategi untuk membentuk kelompok-kelompok belajar

7. Sepuluh alternatif dalam memilih ketua kelompok dan mengisi

tugas-tugas lain

8. Sepuluh petunjuk untuk memfasilitasi diskusi

9. Sepuluh langkah ketika memfasilitasi aktivitas pengalaman

10.Sepuluh Pilihan untuk bermain peran

11.Sepuluh cara menghemat waktu ketika belajar aktif

Beberapa petunjuk perlu diketahui oleh seorang pengajar atau

guru dalam menerapkan active learning. Dengan tujuan demi

membantu guru mengidentifikasi dan memfasilitasi belajar aktif

menjadi lebih mudah. Dalam penelitian ini untuk mempermudah

pelaksanaan active learning. Peneliti menyusun tahapan-tahapan

seperti dibawah ini :

1. Terlebih dahulu mencari model pembelajaran yang mampu

menyelesaikan masalah pembelajar

2. Menetapkan konsep materi yang akan diterapkan

3. Menentukan strategi yang tepat untuk konsep yang dipilih

4. Mendesain pembelajaran yang berisi :

24

(39)

a. Penerapan strategi

b. Penerapan berbagai metode

c. Penerapan berbagai sumber belajar

d. Penerapan berbagai media

5. Melakukan evaluasi pembelajaran

Adapun tahapan–tahapan tersebut dapat digambarkan pada

diagram sebagai berikut :

Model pembelajaran

Pokok Bahasan

Penetapan strategi

Desain Pembelajaran

Strategi Pembuka

Berbagai Metode

Berbagai Media

Berbagai Sumber belajar

[image:39.595.112.511.106.522.2]

Evaluasi Pembelajaran

Gambar. 2.2 Tahapan Pembelajaran Active Learning

Dalam penelitian eksperimen penerapan model pembelajaran

aktif (active learning) kali ini, peneliti menetapkan strategi resume

kelompok (group resume) sebagai proses kegiatan siswa dikelas dalam

rangka mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

d. Active Learning dengan strategi Group Resume

Banyak riset yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan

pembelajaran tradisional (pembelajaran satu arah), pembelajaran aktif

ini memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menyerap lebih banyak

materi pelajaran, mengingat dan memahami lebih lama, dan yang

terpenting adalah menyukai aktivitas belajar itu sendiri. Fink

menyarankan bahwa siswa harus melakukan hal yang lebih daripada

(40)

siswa tidak belajar sendiri tetapi mereka dapat belajar dengan

pendampingan guru selaku instruktur atau teman sekelasnya.25

Dialog dengan diri sendiri adalah proses dimana anak didik

atau siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang

dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa

yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka

rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat

meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan

meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka

belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka. Dialog

dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial

sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog

yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok

kecil tentang topik yang dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa

memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan

sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah

itu guru atau teman mereka sendiri. Doing atau berbuat merupakan

aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu

eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain

sebagainya.

Ada banyak strategi atau metode yang dapat digunakan dalam

menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di

sekolah. Mel Silberman mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat

digunakan dalam pembelajaran aktif.26 Strategi ini sejalan dengan apa

disampaikan oleh Hisam Zaini dkk. Bahwasanya ada 12 strategi

pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, diantaranya:27

25

Neila Ramdhani. Active learning and soft skill, artikel diakses 29 januari 2010 di http://www.google.com.

26

Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 11 27

(41)

1. Critical Insident (pengalaman penting) 2. Prediction Guide (tebak pelajaran) 3. Group Resume (resume kelompok) 4. Assesmen search (menilai kelas )

5. Question student have (pertanyaan siswa)

6. Active knowledge sharing (saling tukar pengetahuan)

7. Listening team ( tim pendengar)

8. Synergetic Teaching (pengajaran sinergis) 9. Active Debate (debat aktif)

10.Card Sort (memilah dan memilih kartu) 11.Jigsaw learning (belajar model jigsaw)

12.Everyone is Teacher (setiap orang adalah guru)

Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas,

sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai

oleh anak didik. Menurut Silberman ada tiga tujuan penting yang harus

dicapai dalam pembelajaran aktif antara lain : (a) Pembentukan tim,

Membantu siswa untuk mengenal satu sama lain dan menciptakan

semangat kerja sama. (b) Penilaian sederhana, pelajari sikap,

pengetahuan dan pengalaman siswa. (c) keterlibatan belajar langsung,

ciptakan minat awal pada pelajaran.

Salah satu strategi yang disarankan oleh Mel Silbermen dalam

rangka meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa di kelas adalah

strategi group resume.28 Hisyam Zaini memaparkan bahwa Teknik

resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan

pencapaian individual. Sedangkan resume kelompok (group resume)

merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa lebih

mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah

kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain.29

Tim akan bekerja sama dalam kelompok untuk membuat

resume yang telah ditentukan oleh guru. Melalui kelompok ini diharapkan diperoleh hasil yang optimal. Di samping itu juga akan

memupuk sikap gotong royong, toleransi, demokrasi, dan memupuk

28

Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 69. 29

(42)

keterampilan mengadakan interaksi sosial. Lebih dari itu kegiatan ini

akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga

siswa akan lebih senang dalam belajar.

Dalam meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran kimia melalui strategi group resume, dimana dengan

strategi group resume ini siswa akan diaktifkan dengan kegiatan

membaca, memahami, mendiskusikan, menuliskan dan menyampaikan

apa yang telah mereka pahami pada teman sekelasnya. Jelasnya

kegiatan siswa tersebut dirangkai dalam langkah-langkah atau prosedur

strategi group resume sebagai beriku: 30

1) Bagilah siswa kedalam beberapa kelompok (tim) setiap

kelompok terdiri antara 3 sampai 6 siswa

2) Beritahukan kepada siswa bahwa kelas memiliki kesatuan

bakat dan pengalaman yang sangat hebat.

3) Sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan

menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat

resum kelompok (anda mungkin ingin menyarankan suatu

indakan atau kontak imajiner yang bisa diusahakan untuk

diperoleh)

4) Berikan kelompok – kelompok tersebut contoh berarti dan

penilaian untuk menunjukan resume mereka. Resume tersebut

harus memasukan informasi yang bisa mengenalkan kelompok

tersebut secara keseluruhan.

5) Ajaklah masing-masing kelompok menyampaikan ringkasan

dan merayakan semua sumber yang ada dalam seluruh

kelompok tersebut.

4. Hakikat Belajar Kimia

Belajar adalah suatu proses, maka belajar disini adalah merupakan

proses aktif siswa untuk menpelajari dan memahami konsep-konsep yang

30

(43)

dikembangkan dalam proses belajar mengajar, baik individual maupun

kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.31

Pernyataan tentang belajar tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip

belajar yang dikemukakan oleh Jacques Delosr sebagai ketua Komisi

Internasional tentang pendidikan untuk abad XXI, dalam laporannya yang

berjudul "Learning: The Treasure Within" (Belajar: Harta Karun di Dalamnya) sebagi berikut:32 Empat sokoguru atau pilar belajar yang tidak

terpisahkan satu dengan yang lainnya, saling terkait, saling berpengaruh

dan saling mengisi dan melegkapi.

a. Belajar untuk mengetahui (Learning to know)

b. Belajar untuk berbuat (Learningh to do),

c. Belajar untuk hidup bersama, hidup dengan orang-orang lain

(Learning to live together, learning to live with others)

d. Belajar untuk menjadi seseorang (Learning to be)

Kimia adalah mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang

pendidikan menengah, baik menengah pertama maupun menengah atas.

Sebagai perluasan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

a. Pengertian Ilmu Kimia

Ilmu kimia adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan pada eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa dan

bagaimana gejala-gejala alam. Khususnya yang berkaitan dengan

komposisi, stuktur, sifat, transformasi, dinamika dan energi zat.33

Pelajaran kimia difokuskan pada pemberian pengalaman langsung

menerapkan konsep, prinsif, fakta sains, temuan sains. Dalam hal ini

peserta didik perlu dibantu untuk dapat mengembangkan keterampilan

ilmiah untuk memahami perilaku dan gejala alam. Keterampilan yang

dimaksud adalah keterampilan mengamati dengan semua indra,

31

Mulyati, Arifin. Dkk. Strategi Belar Mengajar Kimia, Prinsif Dan Aflikasinya Menuju Pembelajaran Yang Efektif, ( Bandung : UN Yogyakarta, 2000) hlm, 8.

32

Napitupulu, Untuk Apa Belajar?, ( Jakarta: Universitas Satya Negara Indonesia, 1998) hlm, 4.

33

(44)

mengunakan alat dan bahan, mengajukan pertanyaan, merencanakan

eksperimen, merumuskan hipotesa, melakukan percobaan, menyimpulkan

dan mengkomunikasikan temuan.

Hakikat belajar kimia adalah pengembangan komponen adaftif

yang berhubungan dengan perubahan kondisi saat ini dengan kondisi yang

akan datang. Kemampuan ini terbingkai dalam kerja ilmiah yang meliputi

kemampuan merencanakan dan melakukakan percobaan, memilih,

memilah, dan menata informasi, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan

menyempurnakan temuan.

b. Fungsi dan Tujuan Pelajaran Kimia.34

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME, berdasarkan

keindakan yang terkandung dalam alam ciptaan-Nya

2) Memupuk sikap ilmiah yang mencakup :

a) Sikap jujur dan obyektif terhadap data

b) Sikap Terbuka, yakni sikap menerima pendapat orang lain,

serta lapang dada

c) Ulet dan tidak cepat putus asa

d) Kritis terhadap pernyataan ilmiah, tidak mudah percaya tanpa

ada dukungan hasil observasi empiris

e) Dapat bekerjasama dengan orang lain

3) Memperoleh pengalaman melalui percobaan atau eksperimen

dalam penerapan metode ilmiah. Dimana siswa melakukan

pengujian hipotesis dengan merancang eksperimen melalui

pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi

data serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan

maupun tulisan.

4) Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat

bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan

lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan

melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.

34

(45)

5) Memahami konsep-konsep kimia serta keterkaitannya dengan

penerapannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari dan teknologi

6) Pembentukan sikap yang positif terhadap kimia, yaitu merasa

tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan

keindahan dalam keteraturan prilaku alam serta kemampuan kimia

dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapannya

dalam teknologi.

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaraan Kimia

Materi kimia di SMA dan MA diorganisasikan dalam 5 lingkup,

yaitu:35

1) Melakukan kerja ilmiah

2) Struktur dan sifat

3) Dinamika

4) Energetika Zat

5) Kimia Terapan

Lingkup bahan kajian kimia di SMA dan MA kelas X pada

semester ganjil meliputi : seputar ilmu kimia, materi dan perubahannya,

sitem periodik unsur dan struktur atom, ikatan kimia. pada penelitian ini

peneliti mengunakan konsep senyawa karbon yang temasuk lingkup ajar

dengan melakukan pembelajaran active learning dengan strategi group

resume.

Untuk dapat memahami konsep-konsep kimia sesuai tujuan

kurikulum, pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan

keterampilan berpikir siswa. Berpikir merupakan keaktifan pribadi

manusia yang mengakibatkan penemuan (pengetahuan) yang terarah pada

satu tujuan.36 Dalam proses berfikir terjadi manipulasi keaktifan karena

adanya rangsangan dari luar untuk membentuk pemikiran, penalaran,

35

Ibid., hlm, 460 36

(46)

keputusan serta mengembangkan aturan yang sudah ada untuk

memecahkan masalah.

Pemecahan masalah keterampilam berpikir dapat dibedakan

menjadi keterampilan berpikir Induktif, Deduktif dan Analogis. Proses

berpikir induktif ialah proses berpikir yang berlangsung dari hal yang

khusus menuju kepada yang umun, dan proses berpikir deduktif adalah

prosesnya berlangsung dari yang umum menuju pada yang khusus,

aktivitas yang termasuk keterampilan berpikir tersebut adalah, menghafal,

membayangkan, mengelompokan, menggeneralisasikan, mengevaluasi,

menganalisis, mendeduksi dan menyimpulkan. Sedang proses berpikir

analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau

memperbandidingkan fenomena-fenomena yang biasa atau pernah

terjadi.37

Dalam menumbuhkan proses berpikir dan kaitannya dalam

kehidupan masyarakat guru memiliki peranan yang sangat penting, karena

Gambar

Gambar  1.1   Diagram Proses  Belajar .......................................................................
Gambar  2.1  Hakikat Hirarkis Model Pembelajaran
Table. 2.1 Keunggulan model Active Learning
Gambar. 2.2 Tahapan Pembelajaran Active Learning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang sama juga di dukung oleh hasil jawaban responden yang memberikan jawaban “YA” yang artinya responden merasa evaluasi yang diberikan oleh guru sudah sesuai dengan

Silika Amorphous yang dihasilkan dari abu sekam padi diduga sebagai sumber penting untuk menghasilkan silikon murni, karbit silikon, dan tepung nitirit silikon (Katsuki et al

konsentrasi pemberian larutan pada tekanan-2 bar pada pengamatan persentase kecambah normal telah menunjukkan batas toleran kekeringan yang cukup, sebaliknya

[r]

[r]

Semua surat yang menggunakan lambang negara harus mencantumkan alamat kantor tepat di halaman bawah atau footer. Logo adalah tanda pengenal atau identitas berupa simbol atau

Kesimpulannya, Ilmu Kajian Agama-agama adalah salah satu daripada dua wacana Ilmu Kalam yang mewacanakan kepercayaan antara penganut agama (intrareligion atau intra-Islam)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa variabel Enveronmental Consequence, Brand Preference, Brand Awareness, Core Brand Image, Attitude Advertisement, Brand