PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING
DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL
BELAJAR KIMIA SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH :
ZAENAL ARIFIN
NIM. 105016200566
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING
DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH : ZAENAL ARIFIN NIM. 105016200566
Dibawah Bimbingan.
Pembimbing I,
Ir. H. Mahmud M. Siregar M.Si
NIP. 19540310198803 1001
Pembimbing II,
Tonih Faronika M.Pd
NIP. 19760107200501 1007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ”Pengaruh Penerapan Model Active Learning dengan Strategi
Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 12 Agutus 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd) dalam bidang pendidikan kimia.
Jakarta. 12 Agustus 2010 Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan P. IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc
NIP. 197002092000032001 ... ...
Sekretaris (Sekretaris Jurusan P. IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd
NIP. 197905102006042001 ... ...
Penguji I
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd
NIP. 196501151987031020 ... ...
Penguji II
Dedi Irwandi, M.Si
NIP. 197105282000031002 ... ...
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING
DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH : ZAENAL ARIFIN NIM. 105016200566
Dibawah Bimbingan.
Pembimbing I,
Ir. H. Mahmud M. Siregar M.Si
NIP. 19540310198803 1001
Pembimbing II,
Tonih Faronika M.Pd
NIP. 19760107200501 1007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ”Pengaruh Penerapan Model Active Learning dengan Strategi
Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 12 Agutus 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd) dalam bidang pendidikan kimia.
Jakarta. 12 Agustus 2010 Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan P. IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc
NIP. 197002092000032001 ... ...
Sekretaris (Sekretaris Jurusan P. IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd
NIP. 197905102006042001 ... ...
Penguji I
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd
NIP. 196501151987031020 ... ...
Penguji II
Dedi Irwandi, M.Si
NIP. 197105282000031002 ... ...
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Zaenal Arifin, Effect of Adoption of Active Learning Model With Strategic Group Resumes Against Chemistry Student Learning Outcomes (Experiments in SMA Muhammadiyah 8 Ciputat). Chemical Education Courses, Majority in Natural Science, Faculty of tarbiya and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, 2010.
This study aimed to determine whether the learning outcomes of students on the subject of the chemistry of carbon compounds by applying the active learning model with a strategy group resume is better than the method of lecture. This research was conducted in SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Sample used purposive sampling technique. research sample consisted of two groups, namely X-A graders numbered 23 students as the experimental group and X-B graders numbered 22 students as a control class. The data collection instrument using achievement test (post test) of 20 multiple choice questions that had previously tested instrument analysis. Hypothesis is the null hypothesis (Ho) that have no effect on the application of active learning model with group strategy resumes to chemistry students 'learning outcomes and the alternative hypothesis (Ha) is there any effect the application of active learning model with strategy group resumes to chemistry students' learning outcomes. Data analysis using hypothesis testing by t-test. In this study was obtained t count equal to 3.171, with significance level 5% obtained t-table for 2,021. Thus the t-test bigger than t-table (3.171 > 2.021). This means the null hypothesis (Ho) refused and Alternative Hypothesis (Ha) accepted. It can be concluded that there was a significant influence on the application of active learning model with strategy group resume to chemistry student learning outcomes.
Keywords: Active learning, Group Resumes , Results of Studying Chemistry
ii
ABSTRAK
Zaenal Arifin, Pengaruh Penerapan Model Active Learning Dengan Strategi Group Resume Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa (Eksperimen di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat). Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
Alhamdulillahirabbil ‘alamien…. kalimat syukur paling awal yang penulis ucapkan seraya suluruh puja serta puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya kepada penulis. sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
Active Learning dengan Strategi Group Resume terhadap Hasil Belajar Kimia
Siswa.”
Salawat serta salam yang terindah penulis curahkan pada junjungan besar seluruh umat Islam di dunia, Nabi Muhammad SAW. Nabi akhir zaman, guru sampai akhir jaman, penyempurna ajaran dan penegak kebenaran yang berhasil membawa manusia keluar dari gerbang kejahiliahan menuju gerbang kemuliaan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, tidak akan terlupakan rasa terimakasih penulis yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan, yang tidak dapat diungkapkan dengan rangkaian bahasa dan kata-kata yang indah, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen penasehat akademik.
4. Bapak Ir. H. Mahmud M Siregar, M.Si, dosen pembimbing I dan Bapak Tonih Faronika, M.Pd, dosen pembimbing II yang tidak kenal lelah dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis, terimakasih atas kritikannya selama penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas budi baik bapak.
5. Bapak Drs. Endang Surahman, MA, Kepala SMA Muhammadiyah 8 Ciputat yang telah memberikan perizinan dan kemudahan pada penulis untuk melaksanakan penelitian disekolah tersebut.
6. Ayahanda tercinta Suja’i dan Ibunda tercinta Een Haeni yang dengan ikhlas mengasuh, mendidik dan mengajar penulis dengan cucuran keringat dan linangan
ii
sayang kalian yang begitu besar. kepada Allah penulis akan terus berdoa, keringat dan air mata yang kalian tumpahkan selama hayat hanya Allah yang mampu membalas keikhlasan kalian dengan balasan yang lebih baik. tak lupa penulis selalu meminta keridhoan doa untuk penulis.
7. Teh Euis dan Aa wiwin, teh Dini dan Aa Ibad, Aa Yusep dan teh Eli serta Aa Kiki dan teh Nani yang telah membantu secara moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan yang talah memberikan ilmu, pengalaman dan bimbingannya, dan tak ketinggalan staf dan karyawan fakultas, terimakasih atas pelayanan akademik selama menyelesaikan studi di UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat teman seperjuangan Indra, Rizal, Toto, Amir, Jajang, Hasbi, Nunung, Tarsih, Pipit dan semuanya yang pernah berjuang bersama.
10.Ade Sudarmaji, Obay, Soni, Achep, Ahmad, Hawasi, Zulkifli, Ichan dan semua teman-teman pendidikan kima, biologi dan fisika angkatan 2005.
11.Untuk dinda Ririn Zikriyah yang terus memberikan dorongan, motivasi semangat yang tak kenal lelah mendampingi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, untuk Nunung Nurjanah yang senantiasa membantu, ikhlas direpotkan dalam pengerjaan skripsi ini.
Kata ucapan terima kasih di atas betapapun tulusnya, penulis sadari tidak akan mampu untuk mengungkapkan seluruh tumpahan rasa terimakasih yang terbaik dalam diri penulis, sehingga penulis menyadari tidak akan mampu untuk membalasnya. Diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan positif pada pembaca dan semua pihak yang bergelut dalam bidang pendidikan. hanya pada Allah SWT harapan tertuju semoga apa yang telah diikhlaskan untuk penelitian ini mendapat balasan yang lebih baik di sisi-Nya. Amin
Ciputat, 21 Juni 2010 Penulis
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESISI A. Deskripsi Teoretis ... 11
1. Hakikat Model Pembelajaran ... 11
2. Model-model pembelajaran konstruktivisme ... 13
3. Model Pembelajaran Active Learning ... 15
a. Model Active Learning ... 15
b. Keunggulan Belajar Active Learning ... 22
c. Prosedur pelaksanaan Pembelajaran Active Learning ... 24
d. Active Learning dengan strategi Group Resume ... 26
4. Hakikat Belajar Kimia ... 28
5. Hakikat Hasil Belajar ... 33
6. Konsep Senyawa Karbon ... 40
B. Kerangka Pikir ... 46
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 49
B. Metode dan Desains Penelitian ... 49
C. Populasi dan Sampel ... 50
D. Alur Penelitian. ... 51
E. Variabel Penelitian ... 51
F. Teknik Pegumpulan Data ... 52
1. Suber data ... 52
2. Jenis data ... 52
3. Cara pengambilan data ... 52
G. Instrumen Penelitian ... 53
H. Analisis Butir Soal Instrumen ... 53
I. Teknik Analisis Data ... 55
1. Pengujian Persyaratan Analisis ... 55
2. Analisis Data Hasil Belajar ... 56
3. Analisisi Lembar Observas ... 58
J. Hipotesis Statistik ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59
1. Data Hasil Penelitian... 59
2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 63
3. Pengujian Hipotesis ... 65
C. Pembahasan ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 78
Halaman
Tabel 2.1 Keunggulan model Active Learning ... 23
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 50
Tabel 3.2 Populasi kelas X SMA Muhammadiyah 8 Ciputat ... 50
Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan data ... 53
Tabel 4.1 Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Postest Kelompok Eksperimen ... 60
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar kimia (Postest) Kelompok Eksperimen ... 61
Tabel 4.3 Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Postest Kelompok Kontrol ... 62
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar kimia (Postest) Kelompok Kontrol ... 62
Tabel 4.5 Deskripsi Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas dengan uji Chi-square ... 65
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Fisher ... 66
Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis dengan Uji t ... 66
DAFTAR GAMBAR
[image:13.595.108.529.180.579.2]Halaman
Gambar 1.1 Diagram Proses Belajar ... 2
Gambar 2.1 Hakikat Hirarkis Model Pembelajaran ... 12
Gambar. 2.2 Tahapan Pembelajaran Active Learning ... 25
Gambar 2.3 Proses Hasil Belajar ... 37
Gambar 2.4 Kerangka pikir ... 48
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 61
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Kelas control ... 63
Gambar 4.3 Perbandingan Data Mean Postest kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64
v
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 80
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 82
Lampiran 3. Materi Senyawa Karbon ... 88
Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar ... 92
Lampiran 5. Soal Untuk Validasi Instrumen ... 102
Lampiran 6. Soal Ulangan Senyawa Karbon ... 108
Lampiran 7. Kunci Jawaban Ulangan ... 112
Lampiran 8. Analisis Butir Soal Instrument ... 113
Lampiran 9. Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 115
Lampiran 10. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran (Observasi Kelas) ... 117
Lampiran 11. Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen ... 119
Lampiran 12. Perhitungan Data Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol ... 122
Lampiran 13. Perhitungan Uji Normalitas ... 125
Lampiran 14. Perhitungan Uji Homogenitas ... 129
Lampiran 15. Perhitungan Uji Signifikansi dengan t-tes ... 130
Lampiran 16. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran Group Resume ... 131
Lampiran 17. Keterangan Melaksanakan Penelitian dari SMA Muhammadiyah 8 Ciputat... 132
Lampiran 18. Surat Bimbingan dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ... 133
Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ... 134
Lampiran 20. Lembar Uji Referensi ... 135
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara serta dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia dipengaruhi dan ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya. Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari upaya peningkatan komponen-komponen yang ada di dalamnya yang saling terkait antara satu dengan yang lainya dalam suatu sistem, komponen yang dimaksud adalah guru, siswa, kurikulum, model pengajaran, media pengajaran, sarana dan prasarana sekolah dan lain sebagainya.
Sesuai dengan isi dari tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.”1
Belajar adalah merupakan suatu proses.2 Karena belajar merupakan suatu proses, maka sudah pasti ada yang diproses (input) dan hasil dari proses itu sendiri (output), dan sudah menjadi hal yang lumrah jika ada hal-hal atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu proses, begitupun dengan belajar dan hasil belajar tidak sedikit hal atau faktor yang mempengaruhiya. Faktor yang dimaksud adalah masukan lingkungan
1
Anwar Arifin, Memahami Pradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sisdiknas, (Jakarta: Ditjen kelembagaan Agama Islam Depag, 2003) Cet 3, hlm 37
2
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 22, hlm. 26
(environmental input) dan faktor yang sengaja dirancang (instrumental input). Dengan demikian kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut:3
TEACHING – LEARNING PROCESS
ENVIRONMENTAL INPUT INSRTUMENTAL INPUT
OUT PUT RAW INPUT
Gambar 1.1 Diagram proses belajar
Dalam proses belajar mengajar (teaching learning process) siswa merupakan masukan mentah (raw input) atau bahan baku yang perlu diolah dalam hal ini objek yang diberi pengalaman belajar tertentu, akan tetapi yang perlu dipahami bahwa setiap individu siswa memiliki karakteristik tertentu baik fisiologis maupun psikologis yang dapat mempengaruhi bagaimana proses dan hasil belajarnya.4 Sedangkan yang dimaksud environmental input atau masukan lingkungan sebagai faktor alam yang memang harus diperhatikan dalam pemberian pengalaman pada siswa, baik secara langsung maupun tidak, akan membawa pengaruh terhadap belajar dan hasil belajarnya, dan yang dimaksud instrumental input atau faktor yang sengaja dirancang adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah. Maka insrtumental input juga merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan pencapaian hasil belajar yang dikehendaki.
Faktor yang dirancang juga menentukan pengalaman belajar apa yang hendak diberikan kepada siswa, yang sesuai dengan perkembangan fisiologis dan psikologis siswa itu sendiri. Di jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi pengalaman belajar atau pembelajaran lebih cenderung pada bagaimana mengaplikasikannya. Pada pembelajaran
3
Ibid., hlm.106.
4
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di jenjang sekolah menengah atas pemberian pengalaman IPA sudah mengalami pengkhususan mata palajaran di antaranya yaitu mata pelajaran kimia.
Kimia merupakan salah satu bidang ilmu yang telah berkembang secara pesat. Dan kimia dipandang sebagai salah satu dasar bagi perkembangan ilmu dan teknologi. Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan percobaan, yaitu berupa fakta-fakta yang di generalisir menjadi konsep-konsep dan teori-teori.
Dalam naskah standar isi mata pelajaran kimia dinyatakan bahwa mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :5
1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain.
3) Memperoleh pengalaman melalui percobaan atau eksperimen dalam penerapan metode ilmiah. Dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi data serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan maupun tulisan. 4) Meningkatkan kesadaran tentang aflikasi sains (kimia) yang dapat
bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan linkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
5) Memahami konsep, prinsip, hukum, dan tori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi
5
Bambang Soehendro, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengan.
Tapi fenomena yang terjadi di kalangan siswa bahwa pentingnya kimia dalam kehidupan malah dianggap sebaliknya oleh siswa. Dari apa yang telah peneliti amati dan beberapa penelitian terdahulu, siswa menganggap pelajaran kimia adalah salah satu pelajaran yang kurang diminati dan dianggap sulit serta membosankan, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dengan perolehan nilai rata-rata relatif masih rendah. Dengan demikian tidak mengherankan bila sebagian siswa menganggap ilmu kimia menakutkan.
Ketidak tahuan peserta didik mengenai kegunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat jenuh dan tidak berminat pada pembelajaran kimia. Di samping itu guru bidang studi kimia dalam mengajar monoton hanya menggunakan metode ceramah, pemanfaatan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan hanya berpegang pada buku-buku paket saja.
Kesulitan siswa yang berakibat rendahnya penguasaan konsep-konsep kimia tidak terlepas dari berbagai faktor, salah satunya adalah guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama adalah merancang, mengolah dan mengevaluasi pembelajaran.
Dengan demikian salah satu upaya untuk mengatasi hal diatas diperlukan kreativitas guru dalam melakukan suatu pendekatan dalam pembelajaran kimia sehingga akan mencapai sasaran yang diharapkan dalam pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Mata pelajaran kimia di kelas X merupakan pelajaran yang masih baru bagi siswa. Karena mereka baru mendapatkan materi kimia secara utuh sebagai satu mata pelajaran di SMA/MA. Hal ini memungkinkan siswa mendapat kesulitan dalam pembelajarannya. Oleh sebab itu diharapkan tenaga pengajar kimia dapat memberikan motivasi dan mengenalkan kimia dengan lebih menarik, menyenangkan dan bersahabat. Dengan demikin anggapan dan penilaian siswa terhadap pelajaran kimia selama ini, bahwa pelajaran kimia sulit dan menjenuhkan adalah tidak benar.
Dalam pembelajaran kimia, profesionalitas guru juga sangat mempengaruhi pandangan siswa yang tadinya menganggap kimia sebagai mata pelajaran yang sulit menjadi mata pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Untuk mengubah pandangan tersebut, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai materi yang akan disampaikan, serta mampu mengolah materi dengan baik. Seorang guru juga harus memiliki model (penerapan pendekatan, strategi, motode, taktik dan teknik) belajar mengajar yang tepat, sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik.
Penyajian materi dan pemilihan model yang tepat dalam proses pembelajaran sangat penting dalam menarik minat dan perhatian siswa. Model pembelajaran berfungsi sebagai daya dukung dan penunjang terjadinya keefektifan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mempermudah dan meningkatkan semangat siswa dalam belajar.
pada siswa. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari pendekatan, strategi, metode, taktik, teknik serta model pembelajaran yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar dalam kelas sehinga pada akhirnya dapat memberikan alternatif instrumental input yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kimia
Salah satu instrumental input dalam hal ini model pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan peran aktif pada siswa adalah model pembelajaran aktif (active learning). adalah model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, dengan menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan masalah, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka ketahui ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.6
Model pembelajaran active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.7
Salah satu strategi dalam pembelajaran active learning adalah group resume (resume kelompok). Teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan pencapaian individual. Sedangkan group resume (resum kelompok) merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim (tim belajar) dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain. Tim ini akan bekerja sama dalam kelompok untuk membuat resume yang telah ditentukan oleh guru.
6
Aristha Shintawati , Model Active Learning Dalam Pembelajaran Fiqih Di Madrasah Aliyah Keagamaan Khusnul Khotimah. Skipsi. UM Surakarta. 2008. hlm .4
7
Hartono. “Strategi Pembelajaran Active Learning; Suatu Strategi Pembelajaran Student Centered”, artikel diakses tanggal 3 agustus 2009, dari http://edu.article.com
Strategi group resume (resume kelompok) ini mengacu kepada strategi pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar. Siswa dilarutkan dalam pembelajaran yang mengasah koneksi, komunikasi dan kerjasama. Kegiatan itu diperlukan dalam rangka keutuhan proses belajar, kaitannya dengan komunikasi Jourdan dalam bukunya Yusup 1990, mengungkapkan “Pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi”.8 Dimana setiap siswa dapat memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah memahami seluruh materi yang dibahas serta mampu menyampaikan kembali materi yang telah difahami pada teman sebayanya, sehingga dapat memberikan suatu penilaian. Kegiatan ini juga diperlukan dalam rangka persiapan untuk mengerjakan ujian atau soal. Mereka belajar, bekerja dan menilai dalam suatu format belajar kelompok. Melalui kelompok ini diharapkan diperoleh hasil yang optimal. Di samping itu juga akan memupuk sikap gotong royong, toleransi, demokrasi, dan memupuk keterampilan mengadakan interaksi sosial. Lebih dari itu kegiatan ini akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga siswa akan lebih senang dalam belajar.
Melihat pentingnya inovasi-inovasi baru dalam kegiatan belajar mengajar disekolah sebagai rekayasa positif dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Serta alasan-alasan di atas yang mendasari peneliti untuk meneliti suatu model pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dalam belajar kimia, diantara tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil berlajar siswa serta diharapkan siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan alasan inilah peneliti memberi judul skripsi :
"PENGARUH PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING
DENGAN STRATEGI GROUP RESUME TERHADAP HASIL
BELAJAR KIMIA SISWA"
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas, terlihat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi minat dan hasil belajar kimia siswa, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah, diantaranya adalah :
1. Siswa tidak mengetahui manfaat ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi penyebab mereka cepat jenuh dan tidak berminat pada pembelajaran kimia
2. Di kalangan siswa pembelajaran kimia masih dianggap sulit dan membosankan. Sehingga kurangnya minat, perhatian dan motivasi siswa pada pembelajaran kimia.
3. Dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar cenderung membuat siswa bersifat pasif dalam belajar.
4. Masih banyak guru yang mengunakan metode ceramah dan sedikit yang mengunakan model, pendekatan, metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar kimia
5. Dalam pembelajaran siswa jarang diajak untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan siswa lain dalam bentuk diskusi atau kerja kelompok
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang timbul dalam identifikasi sedemikian banyaknya, sehingga pada kesempatan ini sulit untuk dapat diteliti semuanya. Oleh karena itu, agar penelitian ini mempunyai arahan yang jelas maka dalam penelitian eksperimen pengaruh penerapan model active learning dengan strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa ini dibatasi pada: 1. Pembelajaran kimia dengan menerapkan model active learning dengan
strategi group resume pada konsep senyawa karbon
D. Perumusan Masalah
Dari pembahasan diatas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh penerapan model active learning dengan strategi group resume terhadap hasil belajar kimia siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah sebagai upaya peningkatan minat dan aktivitas belajar kimia siswa dalam rangka meningkatan hasil belajar siswa secara lokal maupun nasional
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari penerapan model active learning (pembelajaran aktif) dengan strategi group resume (resum kelompok) terhadap hasil belajar kimia. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat, perhatian, motivasi serta aktivitas siswa pada pembelajaran kimia.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan :
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para guru dalam mengajar kimia di SMA dan dapat dimanfaatkan guru sebagai salah satu model alternatif dalam pembelajaran kimia sehingga proses pembelajaran berjalan aktif, efektif, efisien dan menyenangkan serta mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi kepada pemegang kebijakan publik khususnya yang berkaitan dengan masalah pendidikan disetiap lapisan pemerintahan untuk lebih konsen pada peningkatan kualitas, kuantitas guru sehingga guru kedepan akan terus termotivasi untuk melakukan inovasi-inovasi baru dalam pengajarannya untuk mewujudkan cita-cita tujuan pendidikan nasional. 4. Sedang manfaat untuk peneliti sediri, diharapkan hasil dari penelitian
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Hakikat Model pembelajaran
Model pembelajaran terbentuk apabila antara pendekatan, strategi,
metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi
satu kesatuan yang utuh. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran.1
Pemahaman hakikat model pembelajaran seperti yang telah di
ungkapkan diatas tidak terlepas dari pengertian penyusun yang
membentuk suatu model pembelajaran itu sendiri. Berikut paparan
pengertiannya, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang
hakikat model pembelajaran : 2
a. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
b. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
c. Metode pembelajarandapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
1
Akhmad Sudrajat, Pengertian-Pendekatan-Strategi-Metode-Teknik-Taktik-Dan-Model-Pembelajaran http://akhmadsudrajat.wordpress.com, //2008/09/12/, hlm. 1–3.
2
Ibid., hlm. 1–3.
d. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik.
e. Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual.
Untuk lebih jelasnya, posisi hirarkis dari masing-masing istilah
tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
[image:26.595.114.511.108.701.2]Gambar 2.1 Hakikat Hirarkis Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-peragkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum dll. Selanjutnya Joyce mengatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.3
Adapun Sukamto dkk dalam buku Nurulwati, mengemukakan,
model pembelajaran adalah : "kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
3
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar".4 Jadi dapat dijelaskan bahwa model
pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Sejalan dengan usulan Tolman dalam buku (George R. Taylor and Loretta
MacKenney),5 bahwa perilaku diorientasikan pada tujuan. Kita termotivasi
untuk menjangkau tujuan khusus dan terus untuk mengalami itu sampai
kita memperolehnya, guru membangun aktivitas belajar yang
dikehendaki, memotivasi prestasi merupakan tujuan positif untuk
anak-anak dengan menyediakan secara kultural relevan instruksi dan material.
Pemanfaatan model pembelajaran yang beragam diyakini mampu
mengurangi faktor kejenuhan belajar siswa, model pembelajaran juga
dapat membantu guru dalam meningkatkan kapasitasnya untuk
menjangkau semua siswa serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih
kaya dan beragam.6 Jadi dapat disimpulkan, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
2 . Model-model Pembelajaran Konstruktivisme
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
telah melahirkan berbagai macam model-model pembelajaran, dan dari
berbagai model pembelajaran tersebut terdapat pandangan yang sama,
bahwa dalam proses pembelajaran siswa adalah pelaku aktif kegiatan
belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Beberapa model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip konstruktivisme antara lain :7
1. Discovery Learning yaitu siswa didorong untuk belajar dengan diri sendiri. Siswa belajar aktif dengan konsep-konsep dan
4
Ibid., hlm. 5. 5
George R. Taylor and Loretta MacKenney, Improving Human Learning in the Classroom: Theories and Teaching Practices, (ROWMAN & LITTLEFIELD EDUCATION
Lanham • New York • Toronto • Plymouth, UK, 2008). hlm. 102. www.eBook.com 6
Yusri Panggabean, Dkk. Strategi, Model dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006,
(Bandung : Bina Media Informasi, 2007) hlm. 7. 7
prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman-pengalaman tersebut untuk memperoleh prinsip-prinsip bagi diri
sendiri. Keuntungan discovery learning antara lain siswa memiliki motivasi dari dalam diri sendiri untuk dapat menyelesaikan
pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas
problem yang dihadapi mereka. Siswa juga belajar sendiri dalam
memecahkan masalah dan memiliki keterampilan berfikir kritis,
karena mereka harus menganalisis dan mengelola informasi.
2. Assisted Learning mempunyai peran penting dalam perkembangan kognitif individu. Dalam belajar dengan bantuan atau perantara
lain, guru adalah agen budaya yang dengan bimbingan dan
pengajaran siswa dapat menginternalisasikan dan menguasai
keterampilan yang membutuhkan fungsi kognitif yang lebih tinggi,
secara teknis scaffolding dalam belajar adalah membantu siswa
pada awal pelajaran untuk mencapai pemahaman dan keterampilan
dan secara perlahan-lahan bantuan tersebut dikurangi sampai
akhirnya siswa dapat belajar sendiri.
3. Active Learning artinya pembelajaran aktif. Menurut silberman belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampai
informasi pada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental
dan tindakan sekaligus. Cara belajar dengan cara mendengarkan
akan lupa, dengan cara mendengarkan, melihat dan mendiskusikan
serta melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan,
dan cara untuk menguasai pelajaran terbaik adalah dengan cara
mengajarkan.
4. The accelerated Learning adalah pembelajaran yang dipercepat. konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu
berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan,
tentunya dengan upaya yang normal. Bobi Deporter menganggap
model ini memungkinkan siswa belajar dengan cepat yang
kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur semisal hiburan,
permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik dan
kesehatan emosional.
5. Quantum Learning mengasumsikan bahwa siswa jika mampu mengunakan potensi dasar dan emosinya secara jitu, akan mampu
membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya.
Model ini berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan
membosankan kedalam suasana belajar yang meriah dan gembira
dengan memadukan potensi fisik, psikis dan emosi siswa menjadi
satu kesatuan kekuatan yang integral.
6. Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.
3 . Model Pembelajaran Active Learning
a. Model Active Learning
Perubahan kurikulum yang saat ini tejadi dilingkungan sekolah
khususnya Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau
yang kita kenal dengan singkatan KTSP, membuat guru harus mendesain
suatu pembelajaran yang mampu merubah siswa menjadi lebih aktif yang
tentunya harus disesuaikan dengan keadaan sekolah serta kondisi dan
kebutuhan peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru
untuk dapat membangkitkan daya berfikir dan aktivitas siswa dalam
belajar adalah model active learning. Bila dikaji secara bahasa, active learning berasal dari bahasa inggris yakni active dan learning. Active
memiliki arti aktif, gesit, giat dan bersemangat.8 Sedangkan kata learning
8
yang di ambil dari kata learn memiliki arti belajar.9 Jadi bila kedua kata ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mengandung arti belajar aktif
atau pembelajaran aktif.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa active learning adalah salah
satu model pembelajaran yang berlandaskan prinsip atau teori belajar
konstuktivisme. Filsafat konstruktivisme menjadi landasan bagi banyak
strategi pembelajaran, terutama yang dikenal dengan nama student
centered learning, yang digunakan adalah pembelajaran bukan belajar mengajar. Hal ini perlu dipahami berdasarkan premis dasar
konstruktivisme yang mengutamakan keaktivan siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman
belajar yang diperoleh. Vadeboncoeur juga berpendapat bahwa
konstruktivisme adalah pendekatan yang berpusat pada anak yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, melalui kajian ilmiah, jalur alami
perkembangan kognitif.10
Adapun Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang
diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 11
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid,
kecuali hanya dengan keaktivan murid sendiri untuk menalar
3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar
proses konstruksi berjalan lancar
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan
9
Ibid., hlm.23 10
Abdal-Haqq, Ismat. Constructivism in Teacher Education: Considerations for Those Who Would Link Practice to Theory Article ERIC Identifier,(ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education Washington DC : 1998) hlm 2
11
7) mencari dan menilai pendapat siswa
8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Hakikat dari teori konstruktivisme adalah keyakinan bahwa
siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, sedang posisi guru
adalah menyediakan fasilitas, kondisi, lingkungan dan sarana agar siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya.12 Pernyataan ini sejalan
dengan apa yang diungkapkan Strommen dan Lincoln, “The
constructivists regard learning as a process of mental formation. The students learn the new information by installing them in their previous knowledge”.13
Dari beberapa pernyataan tentang teori kontruktivisme, ada satu
prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa. siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Artinya belajar konstruktivisme
lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan
pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa
yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan
mereka melalui asimilasi dan akomodasi.14 hal itu juga sejalan dengan
apa yang diungkap oleh Jhon Dewey dalam bukunya demokrasi dan
pendidikan.sebagai berikut :
Defined education as a process to restructure the individual experience by reflective thinking through expanding one’s present experience. Individual experience is the core of knowledge, not knowledge offered by others. Thus, continuous development of the child must be stimulated through his interaction to his environment to create meaningful knowledge. 15
12
Panggabean. Strategi, Model dan Evaluasi hlm. 73. 13
Mustafa Dooru and Suna Kalender, Applying the Subject “Cell” Through Constructivist Approach during Science Lessons and the Teacher’s View,(International Journal of Environmental & Science Education, 2007, 2 (1), 3 – 13)
14
Abrar, Adzka. “Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”. Artikel di http//www.google.com.
15
Bahwa Pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses untuk
merestrukturisasi pengalaman individu dengan berpikir reflektif melalui
pengalaman ini memperluas seseorang Individu. pengalaman Individual
adalah inti dari pengetahuan, bukan pengetahuan yang ditawarkan oleh
orang lain. Dengan demikian, pengembangan yang berkesinambungan
anak harus dirangsang melalui interaksinya dengan lingkungan untuk
menciptakan pengetahuan yang bermakna.
Paham active learning ini pada awalnya diperkenalkan oleh
confusius sekitar 2400 tahun yang lalu. dia mengatakan bahwa : “what I
hear, I forgot ; what I see, I remember ; what I do, I understand. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya liat, saya ingat. Apa yang
saya kerjakan, saya pahami”.16 Tiga pernyataan sederhana ini banyak
bicara tentang perlunya belajar aktif.
Kata-kata bijak Confusius diatas kemudian dimodifikasi,
diperluas dan dikembangkan oleh Silberman menjadi apa yang dia
sebut belajar aktif. “What I hear, I forgot ; what I hear and see, I
remember a little ; what I hear, see and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand ; what I hear, see, discuss and do, I acquire knowledge and skill ; what I teach to another, I master. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau
diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang saya
dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya
menguasainya.”17
Dua pernyataan diatas diperkuat dengan beberapa penelitian
yang membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan
Korea : 2005) , journal Asia Pacific Education Review Copyright 2005 by Education Research Institute Vol. 6, No. 1, 7-19. hlm 8
16
Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi pembelajaran aktif terj. Sarjuli dkk (Yogyakarta; Yapendis, 2002 ) hlm.1
17
dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukkan bahwa siswa
dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari
waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie
menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa
dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu
20 menit terakhir.18
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang
sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya
terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan
anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera
pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di
kelas tersebut cenderung untuk dilupakan.
Ada beberapa alasan penyebab mengapa kebanyakan orang
cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban
yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara
guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang
disampaikan guru. karena siswa mendengarkan pembicaraan guru
sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder
yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan
waktu yang sama dengan waktu pengucapan.
Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang
masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia
terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara
menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat
diingat dengan baik. Dengan penambahan visual di samping auditori
dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin
kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya
menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena
fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa
18
yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat
dikuatkan oleh audio (pendengaran).
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan
kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan
kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan
kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja
10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan
mengarahkan seluruh proses otak kanan.19
Sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman
atau pemikiran sadar seseorang. Strategi pembelajaran konvensional
pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak
sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada
pembelajaran dengan active learning (pembelajaran aktif)
pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :20
a. Law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
b. Law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons
akan menjadi lancar
c. Law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang
menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Active learning (pembelajaran aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik
dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang
menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.
Dengan memberikan model active learning (pembelajaran aktif) pada
anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka
19
Ibid., hlm 5 20
dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini
kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam model active learning (pembelajaran aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru
disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar
murid dapat belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang
tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar.
Active learning juga berarti belajar kebermaknaan, mengarah pada pentingnya melibatkan dan partisipasi siswa secara aktif dalam
proses belajar, merupakan pendekaan dari berbagai macam model, dan
siswa sebagai obyeknya. Sejalan dengan yang diungkapakan silberman
bahwa pembelajaran aktif merupakan kesatuan sumber, kumpulan
strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif.
Dapat dikatakan bahwa active learning lebih memfokuskan
kepada keaktifan siswa, yang ditandai dengan siswa sebagai subyek
belajar, siswa beraktivitas, bergerak dan melakukan sesuatu dengan
aktif, baik aktif secara fisik maupun aktif menggunakan otaknya. Serta
dalam kegiatan pembelajaran diterapkan berbagai model, strategi dan
berbagai macam sumber belajar. Dalam active learning pun dijelaskan
perlunya penerapkan-penerapan strategi dalam membuka, membangun
tim dan menutup sebuah pembelajaran.
Pada intinya penerapan strategi yang telah disebutkan diatas
bertujuan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Dimana keaktifan siswa akan membuat siswa melatih kemampuan
berfikirnya, semakin dipacu siswa untuk berpikir semakin lama siswa
mampu memikirkan hal-hal yang absrtak dan luas dehingga mampu
Dari pemaparan tentang active learning, maka dapat
disimpulkan bahwa active learning adalah pembelajaran yang di desain
untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yang berisi penerapan berbagai
model, strategi, media dan sumber belajar.
b. Keunggulan Active Learning
Hartono menjelaskan, active learning atau pembelajaran aktif
pada dasarnya “berusaha untuk membantu memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran sehingga
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi
hal yang membosankan bagi mereka”.21 Dengan diterapkan model
active learning pada siswa dapat membantu ingatan (memori) mereka sehingga mereka dapat diarahkan pada tujuan pendidikan yang sukses
hal tesebut sesuai dengan apa yang dikatakan Bruner. 1961 “The
overarching concept behind active learning is the assumption that learners, who actively engage with the material will find it easier to recall information” Konsep menyeluruh di belakang pembelajaran aktif adalah asumsi bahwa peserta didik, yang secara aktif terlibat dengan
materi akan lebih mudah untuk mengingat informasi.22
Berbeda dalam pembelajaran konvensional
fenomena-fenomena yang sama dengan pembelajaran aktif Sangat kurang
diperhatikan. Berikut ini adalah tabel beberapa perbedaan dan
keunggulan active learning dibandingakan dengan pembelajaran
konvensional.23
21
Ibid., hlm 12 22
Peter Klappa. 2009, Promoting active learning through ‘pub quizzes’ — a case study at the University of Kent, www.bioscience.heacademy.ac.uk/journal/vol14/des 2009
23
Pembelajaran Active Learning Pembelajaran konvensional
1. Berpusat pada siswa
2. Sangat menyenangkan
3. Memberdayakan semua indra
dan potensi anak didik
4. Menggunakan banyak metode
5. Menggunakan banyak media
6. Disesuaikan dengan
pengetahuan yang sudah ada
1.Berpusat pada guru
2.Kurang menyenangkan
3.Kurang memberdayakan
semua indera dan potensi anak didik
4.Mengunakan metode yang
monoton
5.Sedikit media yang
digunakan
[image:37.595.111.515.108.556.2]6.Tidak perlu disesuaikan denga pengetahuan yang sudah ada
Table. 2.1 Keunggulan model Active Learning
Perbandingan kedua model pembelajaran tersebut dapat
dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan model
active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Selain itu
sebagai bahan pertimbangan bahwa active learning juga ada tanggung
jawab dimana suatu proses belajar yang memberi wewenang pada
siswa, mendorong siswa untuk kritis, giru lebih banyak mendengarkan
dari pada berbicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan dan
kesempatan pada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
Beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak
didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka
perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggota
kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting
adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu
pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir
yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan
mengevaluasi. Dalam arti kata menggunakan active learning (belajar
aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang
c. Prosedur Pelaksanaan Active Learning
Penerapan pembelajaran aktif atau active learning oleh peneliti pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang di desain dengan lebih
mengaktifkan siswa dalam proses belajar dikelas. Mel Silberman
memaparkan bahwa hendaknya guru atau pengajar perlu mengetahuai
inti dan kerangka belajar aktif atau active learning sebagai berikut :24
1. Sepuluh rancangan tata ruang kelas
2. Sepuluh metode untuk memperoleh partisipasi siswa setiap saat
3. Sepuluh tugas untuk memberi partner belajar
4. Sepuluh Pertanyaan untuk menggali harapan-harapan siswa
5. Sepuluh cara untuk memperbaiki ceramah
6. Sepuluh stategi untuk membentuk kelompok-kelompok belajar
7. Sepuluh alternatif dalam memilih ketua kelompok dan mengisi
tugas-tugas lain
8. Sepuluh petunjuk untuk memfasilitasi diskusi
9. Sepuluh langkah ketika memfasilitasi aktivitas pengalaman
10.Sepuluh Pilihan untuk bermain peran
11.Sepuluh cara menghemat waktu ketika belajar aktif
Beberapa petunjuk perlu diketahui oleh seorang pengajar atau
guru dalam menerapkan active learning. Dengan tujuan demi
membantu guru mengidentifikasi dan memfasilitasi belajar aktif
menjadi lebih mudah. Dalam penelitian ini untuk mempermudah
pelaksanaan active learning. Peneliti menyusun tahapan-tahapan
seperti dibawah ini :
1. Terlebih dahulu mencari model pembelajaran yang mampu
menyelesaikan masalah pembelajar
2. Menetapkan konsep materi yang akan diterapkan
3. Menentukan strategi yang tepat untuk konsep yang dipilih
4. Mendesain pembelajaran yang berisi :
24
a. Penerapan strategi
b. Penerapan berbagai metode
c. Penerapan berbagai sumber belajar
d. Penerapan berbagai media
5. Melakukan evaluasi pembelajaran
Adapun tahapan–tahapan tersebut dapat digambarkan pada
diagram sebagai berikut :
Model pembelajaran
Pokok Bahasan
Penetapan strategi
Desain Pembelajaran
Strategi Pembuka
Berbagai Metode
Berbagai Media
Berbagai Sumber belajar
[image:39.595.112.511.106.522.2]Evaluasi Pembelajaran
Gambar. 2.2 Tahapan Pembelajaran Active Learning
Dalam penelitian eksperimen penerapan model pembelajaran
aktif (active learning) kali ini, peneliti menetapkan strategi resume
kelompok (group resume) sebagai proses kegiatan siswa dikelas dalam
rangka mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
d. Active Learning dengan strategi Group Resume
Banyak riset yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional (pembelajaran satu arah), pembelajaran aktif
ini memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menyerap lebih banyak
materi pelajaran, mengingat dan memahami lebih lama, dan yang
terpenting adalah menyukai aktivitas belajar itu sendiri. Fink
menyarankan bahwa siswa harus melakukan hal yang lebih daripada
siswa tidak belajar sendiri tetapi mereka dapat belajar dengan
pendampingan guru selaku instruktur atau teman sekelasnya.25
Dialog dengan diri sendiri adalah proses dimana anak didik
atau siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang
dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa
yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka
rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat
meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan
meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka
belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka. Dialog
dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial
sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog
yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok
kecil tentang topik yang dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa
memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan
sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah
itu guru atau teman mereka sendiri. Doing atau berbuat merupakan
aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu
eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain
sebagainya.
Ada banyak strategi atau metode yang dapat digunakan dalam
menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di
sekolah. Mel Silberman mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran aktif.26 Strategi ini sejalan dengan apa
disampaikan oleh Hisam Zaini dkk. Bahwasanya ada 12 strategi
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, diantaranya:27
25
Neila Ramdhani. Active learning and soft skill, artikel diakses 29 januari 2010 di http://www.google.com.
26
Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 11 27
1. Critical Insident (pengalaman penting) 2. Prediction Guide (tebak pelajaran) 3. Group Resume (resume kelompok) 4. Assesmen search (menilai kelas )
5. Question student have (pertanyaan siswa)
6. Active knowledge sharing (saling tukar pengetahuan)
7. Listening team ( tim pendengar)
8. Synergetic Teaching (pengajaran sinergis) 9. Active Debate (debat aktif)
10.Card Sort (memilah dan memilih kartu) 11.Jigsaw learning (belajar model jigsaw)
12.Everyone is Teacher (setiap orang adalah guru)
Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas,
sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai
oleh anak didik. Menurut Silberman ada tiga tujuan penting yang harus
dicapai dalam pembelajaran aktif antara lain : (a) Pembentukan tim,
Membantu siswa untuk mengenal satu sama lain dan menciptakan
semangat kerja sama. (b) Penilaian sederhana, pelajari sikap,
pengetahuan dan pengalaman siswa. (c) keterlibatan belajar langsung,
ciptakan minat awal pada pelajaran.
Salah satu strategi yang disarankan oleh Mel Silbermen dalam
rangka meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa di kelas adalah
strategi group resume.28 Hisyam Zaini memaparkan bahwa Teknik
resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan
pencapaian individual. Sedangkan resume kelompok (group resume)
merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa lebih
mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah
kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain.29
Tim akan bekerja sama dalam kelompok untuk membuat
resume yang telah ditentukan oleh guru. Melalui kelompok ini diharapkan diperoleh hasil yang optimal. Di samping itu juga akan
memupuk sikap gotong royong, toleransi, demokrasi, dan memupuk
28
Mel Silberman. Active Learning ; 101 strategi hlm. 69. 29
keterampilan mengadakan interaksi sosial. Lebih dari itu kegiatan ini
akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa sehingga
siswa akan lebih senang dalam belajar.
Dalam meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran kimia melalui strategi group resume, dimana dengan
strategi group resume ini siswa akan diaktifkan dengan kegiatan
membaca, memahami, mendiskusikan, menuliskan dan menyampaikan
apa yang telah mereka pahami pada teman sekelasnya. Jelasnya
kegiatan siswa tersebut dirangkai dalam langkah-langkah atau prosedur
strategi group resume sebagai beriku: 30
1) Bagilah siswa kedalam beberapa kelompok (tim) setiap
kelompok terdiri antara 3 sampai 6 siswa
2) Beritahukan kepada siswa bahwa kelas memiliki kesatuan
bakat dan pengalaman yang sangat hebat.
3) Sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan
menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat
resum kelompok (anda mungkin ingin menyarankan suatu
indakan atau kontak imajiner yang bisa diusahakan untuk
diperoleh)
4) Berikan kelompok – kelompok tersebut contoh berarti dan
penilaian untuk menunjukan resume mereka. Resume tersebut
harus memasukan informasi yang bisa mengenalkan kelompok
tersebut secara keseluruhan.
5) Ajaklah masing-masing kelompok menyampaikan ringkasan
dan merayakan semua sumber yang ada dalam seluruh
kelompok tersebut.
4. Hakikat Belajar Kimia
Belajar adalah suatu proses, maka belajar disini adalah merupakan
proses aktif siswa untuk menpelajari dan memahami konsep-konsep yang
30
dikembangkan dalam proses belajar mengajar, baik individual maupun
kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.31
Pernyataan tentang belajar tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip
belajar yang dikemukakan oleh Jacques Delosr sebagai ketua Komisi
Internasional tentang pendidikan untuk abad XXI, dalam laporannya yang
berjudul "Learning: The Treasure Within" (Belajar: Harta Karun di Dalamnya) sebagi berikut:32 Empat sokoguru atau pilar belajar yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya, saling terkait, saling berpengaruh
dan saling mengisi dan melegkapi.
a. Belajar untuk mengetahui (Learning to know)
b. Belajar untuk berbuat (Learningh to do),
c. Belajar untuk hidup bersama, hidup dengan orang-orang lain
(Learning to live together, learning to live with others)
d. Belajar untuk menjadi seseorang (Learning to be)
Kimia adalah mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
pendidikan menengah, baik menengah pertama maupun menengah atas.
Sebagai perluasan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
a. Pengertian Ilmu Kimia
Ilmu kimia adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan pada eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa dan
bagaimana gejala-gejala alam. Khususnya yang berkaitan dengan
komposisi, stuktur, sifat, transformasi, dinamika dan energi zat.33
Pelajaran kimia difokuskan pada pemberian pengalaman langsung
menerapkan konsep, prinsif, fakta sains, temuan sains. Dalam hal ini
peserta didik perlu dibantu untuk dapat mengembangkan keterampilan
ilmiah untuk memahami perilaku dan gejala alam. Keterampilan yang
dimaksud adalah keterampilan mengamati dengan semua indra,
31
Mulyati, Arifin. Dkk. Strategi Belar Mengajar Kimia, Prinsif Dan Aflikasinya Menuju Pembelajaran Yang Efektif, ( Bandung : UN Yogyakarta, 2000) hlm, 8.
32
Napitupulu, Untuk Apa Belajar?, ( Jakarta: Universitas Satya Negara Indonesia, 1998) hlm, 4.
33
mengunakan alat dan bahan, mengajukan pertanyaan, merencanakan
eksperimen, merumuskan hipotesa, melakukan percobaan, menyimpulkan
dan mengkomunikasikan temuan.
Hakikat belajar kimia adalah pengembangan komponen adaftif
yang berhubungan dengan perubahan kondisi saat ini dengan kondisi yang
akan datang. Kemampuan ini terbingkai dalam kerja ilmiah yang meliputi
kemampuan merencanakan dan melakukakan percobaan, memilih,
memilah, dan menata informasi, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan
menyempurnakan temuan.
b. Fungsi dan Tujuan Pelajaran Kimia.34
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME, berdasarkan
keindakan yang terkandung dalam alam ciptaan-Nya
2) Memupuk sikap ilmiah yang mencakup :
a) Sikap jujur dan obyektif terhadap data
b) Sikap Terbuka, yakni sikap menerima pendapat orang lain,
serta lapang dada
c) Ulet dan tidak cepat putus asa
d) Kritis terhadap pernyataan ilmiah, tidak mudah percaya tanpa
ada dukungan hasil observasi empiris
e) Dapat bekerjasama dengan orang lain
3) Memperoleh pengalaman melalui percobaan atau eksperimen
dalam penerapan metode ilmiah. Dimana siswa melakukan
pengujian hipotesis dengan merancang eksperimen melalui
pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi
data serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan
maupun tulisan.
4) Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat
bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan
lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
34
5) Memahami konsep-konsep kimia serta keterkaitannya dengan
penerapannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan teknologi
6) Pembentukan sikap yang positif terhadap kimia, yaitu merasa
tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan
keindahan dalam keteraturan prilaku alam serta kemampuan kimia
dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapannya
dalam teknologi.
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaraan Kimia
Materi kimia di SMA dan MA diorganisasikan dalam 5 lingkup,
yaitu:35
1) Melakukan kerja ilmiah
2) Struktur dan sifat
3) Dinamika
4) Energetika Zat
5) Kimia Terapan
Lingkup bahan kajian kimia di SMA dan MA kelas X pada
semester ganjil meliputi : seputar ilmu kimia, materi dan perubahannya,
sitem periodik unsur dan struktur atom, ikatan kimia. pada penelitian ini
peneliti mengunakan konsep senyawa karbon yang temasuk lingkup ajar
dengan melakukan pembelajaran active learning dengan strategi group
resume.
Untuk dapat memahami konsep-konsep kimia sesuai tujuan
kurikulum, pembelajaran kimia harus mampu mengembangkan
keterampilan berpikir siswa. Berpikir merupakan keaktifan pribadi
manusia yang mengakibatkan penemuan (pengetahuan) yang terarah pada
satu tujuan.36 Dalam proses berfikir terjadi manipulasi keaktifan karena
adanya rangsangan dari luar untuk membentuk pemikiran, penalaran,
35
Ibid., hlm, 460 36
keputusan serta mengembangkan aturan yang sudah ada untuk
memecahkan masalah.
Pemecahan masalah keterampilam berpikir dapat dibedakan
menjadi keterampilan berpikir Induktif, Deduktif dan Analogis. Proses
berpikir induktif ialah proses berpikir yang berlangsung dari hal yang
khusus menuju kepada yang umun, dan proses berpikir deduktif adalah
prosesnya berlangsung dari yang umum menuju pada yang khusus,
aktivitas yang termasuk keterampilan berpikir tersebut adalah, menghafal,
membayangkan, mengelompokan, menggeneralisasikan, mengevaluasi,
menganalisis, mendeduksi dan menyimpulkan. Sedang proses berpikir
analogis adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau
memperbandidingkan fenomena-fenomena yang biasa atau pernah
terjadi.37
Dalam menumbuhkan proses berpikir dan kaitannya dalam
kehidupan masyarakat guru memiliki peranan yang sangat penting, karena