• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A.Prestasi Belajar

C. Model pembelajaran kooperatif

1. Pengertian

“Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang denagn struktur kelompok yang bersifat

heterogen” (Rusman, 2011: 202).

“Dalam sistem pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dengan

anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membentu sesama

40 Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2011: 54-55).

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dilaksanakan melalui sharing antar teman antar kelompok, dimana guru membagi kelompok-kelompok secara heterogen.

a. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Hamruni, 2011: 2119).

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam artian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya ciri khas inilah yang menjadi ciri khas dari

41 cooperative learning. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagi berikut:

1) Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen seperti yang kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi, yaitu: 1) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan dan lain sebagainya. 2) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. 3) fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

42 3) Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasiloan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktifitas melalui kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada paham konstruktivis. Dalam pembelajaran koopeatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling membantu memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

43 b. Tujuan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran dapat menjadi salah satu metode untuk mengelola anak-anak dengan problema belajar, termasuk anak kurang berprestasi karena tujuan dari model pembelajaran ini salah satunya adalah meningkatkan prestasi akademik. Menurut Ibrahim dkk (2000: 3) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk memcapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran. Ketiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tujuan pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif juga mampu meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan nrma yang berhubungan dengan hasil belajar.

2) Penerimaan yang luas terhadap orang-orang dengan latar belakang yang berbeda, baik berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada para siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja untuk saling bergantung sama lain atas tugas-tugas bersama. Melalui

44 penggunaan struktur penghargaan kooperatif, mereka belajar untuk saling menghargai.

3) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan ini penting karena banyak orang, nbaik anak muda maupun orang dewasa yang keterampilan sosialnya masih kurang.

c. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini:

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan penyelesaian sebuah tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Karenanya, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

Agar tercipta kelompok kerja yang efektik, setiap anggota kelompok perlu membegi tugas esuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas terebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif. Artinya, tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa

45 menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari masing0masing anggota kelompok, anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama, karena keberhasilan kelompok tegantungpada tiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tangging jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu harus berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggita kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan salimg membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing anggota, dan emngisi kekurangan masing-masing.

46 4) Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi dan berkomunikasi. Kemampuan ini penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan dimasyarakat kelak, oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengar dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggota. Agar dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali kemampuan-kemampuan berkomunikasi (Hamruni, 2011: 125-127).

d. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tabel 2.1 6 fase model pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase:

Fase-Fase Prilaku Guru

Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkanpeserta

didiksiap belajar Fase 2: Present Information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

47 into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study

membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenal berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untukmengajui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini pentint untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam

48 pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bisa saja terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerjasama didalam kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada faseketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.

Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan kepada guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa peserta didik mengulangi hal yang sudah ditunjukkannya. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan melakukan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan stuktur reward yang akan diberikan kepada peserta didik. Variasi struktur reward bersifat individualistis, kompetitif, dan kooperatif. Struktur reward individualistis terjadi apabila

49 sebuah reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika peserta didik diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Stuktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing (Suprijono, 2010: 65-66).

e. Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran kooperatif 1) Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagi suatu strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata (verbal) dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c) Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, menyadari segala keterbatasannya, dan bersedia menerima segala perbedaan

d) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

50 e) Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal, keterampilan mengelola waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f) Mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahaman siswa sendiri, serta menerima unpan balik. Siswa dapat menerapkan teknik pemecahan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adlah tanggung jawab kelompoknya.

g) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak menjadi nyata(rill)

h) Meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir, dan ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

2) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Disanping keunggulan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan diantaranya:

a) Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang

51 memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. b) Ciri utama dari pembelajaran koopertaif adalah siswa saling

membelajarkan. Karena itu tanpa adanya peer teaching yang efektif, maka dibandingkan pengajaran langsung dari guru, bisa jadi cara belajar yang demikian membuat siswa tidak bisa memahami apa yang seharusnya dipahami. c) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif

didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. d) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam

mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali penerapannya.

e) Walaupun kemampuan kerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar membangun kepercayaan diri, untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran

52 kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah (Hamruni, 2011: 129-130).

Dokumen terkait