2
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
HUBUNGAN ANTARA CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP
DENGAN LINGKUNGANNYA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPRATIF TIPE
TEAM GAMES
TOURNAMENT
(TGT) PADA SISWA KELAS V MI
SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
FITRI NUR’AINI
11510034
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
MOTTO
Kesulitanmu itu sementara, seperti semua yang
sebelumnya pernah terjadi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Ayahanda tercinta Supawitno dan Ibunda tercinta Metin Triyani mereka adalah orang tua terbaik didunia, yang tidak pernah berhenti mendoakan,
terimakasih atas segala perjuangan dengan cucuran keringat, kerja keras dan
kasih sayang yang amat sangat tulus
Saudara-saudaraku tersayang Ghamar Witiany, Anisa Nugrahaini, Muhammad Rizki Nugrohono, Abdul Latif, Iqbal Nurohim yang telah memberikan motivasi selama menimba ilmu baik dalam perkuliahan
maupun dalam penyusunan skripsi ini.
Nenekku terbaik Sardilah yang telah memberikan dukungan kepadaku
Sahabat-sahabatku tersayang di kampus Wahyu Istiqomah, Siti Ratnasari,
Umi Harlita, Hermiya Arita Anggraeni, Dwi Vitrotul Islami, Ika Fitriana
persahabatan yang tidak akan pernah terlupakan
Teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2010, yang tidak bisa penulis
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat-sahabatnya, hingga
kepada umatnya hingga akhir zaman
Penulis menyadari bahwa dalam dalam proses penulisan skripsi ini tidak
mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Skripsi yang berjudul “ PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI HUBUNGAN ANTARA CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPRATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA
KELAS V MI SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015” ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana (S1)Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah pada Fakultas Tarbiyah di IAIN Salatiga, meskipun bentuknya masih
sederhana serta banyakkekurangan.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan banyak-banyak terima
v 1. Yang terhormat Dr. H. Rahamat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN
Salatiga.
2. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah
3. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
rela menyisihkan waktunya untuk membimbing dengan penuh kebijaksanaan
dan memberi petunjuk-petunjuk dan dorongan-dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen yang telah mencurahkan pengetahuan dan bimbingan
selama penulis kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepala sekolah MI Salafiyah Kendal Bapak Sunardi beserta guru dan
karyawan, yang berkenan memberikan izin pada penulis untuk melakukan
penelitian di MI Salafiyah Kendal
7. Siswa-siswi kelas V MI Salafiyah Kendal yang sudah berkenan menjadi
subjek penelitian dan mengikuti jalannya penelitian dengan
sungguh-sungguh.
8. Ayahanda Supawitno, Ibunda tercinta Metin Triyani, serta saudara-saudara
tercinta Ghamar Witiany, Anisa Nugrahaini, M Rizki Nugrohono, Abdul
Latif, Iqbal Nurohim yang telah mencurahkan kasih sayang, memberikan
motivasi dan tidak pernah bosan mendoakan penulis dalam menempuh studi
vii
ABSTRAK
Nur’aini, Fitri. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Hubungan Antara
Ciri-Ciri Mahluk Hidup dengan Lingkungannya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Turnamen (TGT) Pada Siswa Kelas V MI Salafiyah Kendal kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M.Pd
Kata Kunci: Team Games Turnamen, Prestasi Belajar, hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui bagaiaman peningkatan prestasi belajar siswa pada materi hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V MI Salafiyah Kendal Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2014/2015?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Adapun langkah- langkah dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
Dari penelitian ini menunjukkan hasil sebagai berikut: prestasi belajar siswa dalam materi hubungan antar ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT terjadi peningkatan. Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) matapelajaran IPA yang sudah ditetapkan di MI Al Salafiyah Kendal adalah 70. Pada siklus I dari 15 siswa kelas V setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang berhasil mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal adalah 10 siswa (66,67%). Pada siklus II mengalami peningkatan 20% dari siklus I menjadi 13 siswa (86,67%). Hasil ini diperoleh dari nilai akhir pembelajaran baik dari siklus I maupun siklus II.
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...
LEMBAR BERLOGO ...
JUDUL ...
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN KELULUSAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK...viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar BelakangMasalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Penjelasan dan Definisi Operasional ... 6
G. Metode Penelitian... 8
H. Sistematika Penelitian ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18
A. Prestasi Belajar ... 18
B. Pembelajaran IPA...24
C. Model Pembelajaran Kooperatif...40
D. Team Games Turnamen (TGT)...52
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 57
ix
B. Deskripsi Siklus I ... 59
C. Deskripsi Siklus II ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 70
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92
BAB V PENUTUP ... 94
A. Kesimpulan... 94
x
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 6 Fase Model Pembelajaran ... 46
TABEL 3.1 Data Guru MI Salafiyah Kendal Siswa ... 57
TABEL 3.2 Data Siswa Kelas V MI Salafiyah ... 58
TABEL 4.1 Ketuntasan Nilai IPA Siswa Kelas V ... 70
TABEL 4.2 Daftar Nilai Pra Siklus ... 71
TABEL 4.3 Aturan Permainan ... 75
TABEL 4.4 Lembar Skor Permainan Siklus I ... 76
TABEL 4.5 Lembar Rangkuman TIM Siklus I ... 77
TABEL 4.6 Pengamatan Guru Siklus I ... 79
TABEL 4.7 Pengamatan Siswa Siklus I ... 80
TABEL 4.8 Daftar Nilai Siswa Siklus I ... 82
TABEL 4.9 Lembar Skor Permainan Siklus I ... 86
TABEL 4.10 Lembar Rangkuman TIM Siklus II ... 87
TABEL 4.11 Pengamatan Guru Siklus II ... 89
TABEL 4.12 Pengamatan Siswa Siklus II ... 90
TABEL 4.13 Daftar Nilai Siswa Siklus II ... 91
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) siklus I
Lampiran 2 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) siklus II
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklus I
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus II
Lampiran 5 Lembar Skor Turnamen Siklus I
Lampiran 6 Lembar Skor Turnamen Siklus II
Lampiran 7 Lembar Skor TIM Siklus I
Lampiran 8 Lembar Skor TIM Siklus II
Lampiran 9 Lembar Soal Evaluasi Siklus I
Lampiran 10 Lembar Soal Evaluasi Siklus II
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Guru siklus I
Lampiran 12 Lembar Pengamatan Guru siklus II
Lampiran 13 Lembar Pengamatan Siswa siklus I
Lampiran 14 Lembar Pengamatan Siswa siklus II
Lampiran 15 Dokumentasi
Lampiran 16 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 18 Lembar Konsultasi
Lampiran 19 Nilai SKK
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Empat Langkah Tindakan PTK
Gambar 2.1 Macam-Macam Bentuk Kaki Burung
Gambar 2.2 Macam-Macam Bentuk Paruh
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering disebut juga dengan istilah
pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata
pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada
jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang
selama ini dianggap sulit oleh peserta didik, mulai dari jenjang sekolah
dasar sampai jenjang sekolah menengah. Anggapan sebagian besar peserta
didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar terbukti
dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh
Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan. Ironisnya,
justru semakin tinggi jenjang pendidikan, maka perolehan rata-rata nilai
UAS pendidikan IPA ini menjadi semakin rendah.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah
masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para
guru disekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang
mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada
kemampuan siswa untuk menghafal informasi, pemikiran siswa dipaksa
hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya
2 Permasalahan pelaksanaan pembelajaran IPA materi hubungan
antara ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya masih sulit untuk di
pemahaman siswa. Maka oleh karena itu dilakukan observasi pada tanggal
29 Januari 2015, dengan wali kelas V, dibuktikan dengan masih
banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu 70.
Secara klasikal nilai tes formatif siswa belum memenuhi KKM,
dari 15 siswa baru 5 siswa yang memenuhi KKM atau sebesar 33,34%
sedangkan sisanya masih berada dibawah KKM, rata-rata kelas hanya
mencapai 65,34. Ini berarti masih banyak siswa yang kurang memahami
materi hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya. Hal
ini dikarenakan siswa kelas V di MI Salafiyah Kendal masih kurang
mampu memahami pelajaran IPA.
Upaya untuk mengatasi masalah yang ada di kelas diperlukan
sebuah model pembelajaran yang tepat yang dapat memberikan semangat
siswa dalam belajar IPA khususnya pada materi hubungan antara ciri-ciri
mahluk hidup dengan lingkungannya. Melalui proses belajar yang di alami
siswa sendiri maka siswa menjadi tertarik, sehingga suasana belajar yang
aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan
Model pembelajaran merupakan teknik penyajian yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif merupakan sekumpulan strategi pengajaran yang
3 Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan
pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dengan model
pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dengan teman satu tim untuk memahami materi pembelajaran,
meningkatkan hasil belajar, rasa percaya diri dan memotivasi belajar,
pembelajaran kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama
lain dan tenggang rasa serta mempunyai andil dalam keberhasilan tim.
Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang salah satunya
adalah model Team Games Tournament (TGT).
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe model
pembelajaran koopertif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas
seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktifitas belajar dengan tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar
dengan rileks disamping menumbuhkan tanggunga jawab, kerja sama,
persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Hamdani, 2010: 92).
Dari uraian latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti tentang
pembelajaran IPA dengan suatu model pembelajaran yang berjudul:
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Hubungan Antara Ciri-Ciri
Mahluk Hidup dengan Lingkungannya melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada Siswa Kelas V MI Salafiyah Kendal, Kecamatan
4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah melalui
tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
IPA materi Hubungan Antar Ciri-ciri Mahluk Hidup dengan
Lingkungannya di kelas V MI Salafiyah Kendal, Kecamatan Ampel,
Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar IPA materi hubungan antara ciri-ciri mahluk
hidup dengan lingkungannya, menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V MISalafiyah Kendal, Kecamatan
Ampel, Kabupaten Boyolali
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Arikunto, 2010: 110)
Adapun hipotesis adalah pernyataan sementara dalam suatu
penelitian. Berdasarkan rumusan masalah diatas dalam penelitian ini
adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
5 lingkungannya pada siswa kelas V MI Salafiyah Kendal, Kecamatan
Ampel, Kabupaten Boyolali.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikatakan
efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai, adapun indikator
yang dapat dituliskan oleh penulis adalah adanya peningkatan prestasi
belajar pada nilai tes siswa dan keaktivan belajar secara berkelanjutan
dari siklus I, kesiklus II, dan kesiklus III. Siklus berhenti apabila
kelulusan sudah mencapai 80%, siswa memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sebesar lebih dari 70.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat diketahui manfaat
penelitian ini yaitu :
1. Segi Teoritis, diharapkan dapat memberikan konstribusi yang berarti
untuk mengembangkan metode pembelajaran, khususnya dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang
dilakukan pada siswa MI Salafiyah Kendal, Kecamatan Ampel,
Kabupaten Boyolali
2. Segi Praktis
a. Bagi Siswa, memberikan pengalaman belajar IPA yang lebih
menyenangkan karena metode pembelajaran yang baru dan dapat
6 b. Bagi Guru, sebagai masukan dalam pengelolaan kelas serta
pembelajaran yang lebih inovatif guna meningkatkan prestasi
belajar siswa dengan tipe pembelajaran TGT
c. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini memberikan ilmu yang berati
dalam meningkatkan mutu pendidikan dan belajar mengajar bagi
MI Salafiyah Kendal, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali
d. Bagi Peneliti, mendapatkan pengalaman langsung dalam proses
belajar mengajar mata pelajaran IPA sekaligus metode
pembelajaran yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak.
Selain itu sebagai calon guru agar lebih siap dalam melaksanakan
tugas sesuai perkembangan jaman.
F. Penjelasan dan Definisi Oprasional
Untuk menghindari kekurang jelasan atau kesalah pahaman yang
berbeda antara yang dimaksud peneliti dengan persepsi yang ditangkap
oleh pembaca, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai
berikut
1. Model Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang di rumuskan (Sanjaya, 2006: 241).
2. Team Games Tournament (TGT)
TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran koopratif
7 perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permaian dan reinforcement (Hamdani, 2010: 92).
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak
berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar(Nurkencana,1986: 62).
4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Menurut Susapti (2009: 4) ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau
disebut ilmu alamiah merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji
tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini,
sehingga terbentuk konsep dan prinsip.
Dalam penelitian ini materi IPA MI yang menjadi obyek penelitian
adalah tentang hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup dengan
lingkungannya. Adalah suatu cara bagaimana organisme mengatasi
tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang
mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk
memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan), mengatasi kondisi fisik
lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas, mempertahankan
hidup dari musuh alaminya, bereproduksi, merespon perubahan yang
terjadi di sekitarnya. Organisme yang mampu beradaptasi akan
bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan
8
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya (Suyadi, 2010:
18) menjelaskan pengertian PTK yaitu:
a. Penelitian
Kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat
tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang
diamati.
b. Tindakan
Gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana
dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal dengan
siklus-silkus kegiatan untuk peserta didik.
c. Kelas
Tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam
waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud PTK adalah pencermatan dalam bentuk tindakan
terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Sedikit berbeda dengan Arikunto, Carr dan Kemmis
9
“ action research is a form of self-refective enquiry undertaken
by participants (teacher,student, or principals, of example) in social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of their own social or educational practices, their understanding of these prastices, and the situation (and intitution) in which the practices are carried out”.
(penelitian tindakan adalah suatu bentuk penyelidikan diri
reflektif dilakukan oleh peserta (guru, siswa, atau kepala sekolah,
untuk contoh) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) dalam
rangka meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial
atau pendidikan mereka sendiri, pemahaman mereka terhadap
praktis ini, dan situasi di mana praktek-praktek yang dilakukan).
Berdasar pengertian Carr dan Kemmis, dapat di garis bawahi
beberapa hal penting mengenai PTK, yakni:
1) PTK adalah bentuk inquiry atau penyelidikan yang dilakukan
melalui refleksi diri.
2) PTK dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang
teliti, seperti guru, peserta didik, atau kepala sekolah.
3) PTK dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
4) Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktik-praktik belajar mengajar, memperbaiki
pemahaman dari praktik belajar mengajar, serta memperbaiki
situasi atau lembaga praktik tersebut dilakukan.
Dari keempat ide pokok di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK
10 didalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan
menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan
perbaikan di berbagai aspek pembelajaran.
2. Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di MI Salafiyah Kendal,
Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali
b. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah siswa
kelas V sebanyak 15 orang siswa di MI Salafiyah Kendal,
Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali
c. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama pada tanggal 30 Januari-3 Februari
2015
3. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Arikunto dalam bukunya Suyadi (2010: 50-64)
11
Gambar 1.1 Empat Langkah Penelitian dalam PTK Suyadi (2010: 50)
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan
yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi.
Rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hendaknya disusun
berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang refleksif.
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan Perencanaan
?
Refleksi RefleksiPelaksanaan Pelaksanaan
SIKLUS I
12 b. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah
direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya
perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan
rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa
Pada tahap ini, peneliti mangamati pelaksanaan proses
pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi penyesuaian mahluk
hidup dengan lingkungannya dengan menggunakan metode team
games tournament dan hasil dari pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilaksanakan tersebut pada prestasi siswa. Untuk
mendapatkan data yang benar-benar falid, pada tahap pengamatan
ini peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat.
c. Pengamatan
Menurut Prof. Supardi dalam bukunya Suyadi (2010: 63)
menyatakan bahwa observasi yang dimaksud adalah pengumpulan
data dengan kata lain observasi adalah alat untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang telah dilakukan. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa
dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan
13 4. Instrumen Penelitian
Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah:
a. Pedoman atau lembar pengamatan (observasi bagi siswa digunakan
untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam
proses pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TGT
b. Soal tes/evaluasi teks/soal, digunakan sebagai materi kegiatan
siswa untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa, terkait
materi penyesuaian mahluk hidup dengan lingkungannya
c. Pedoman dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan gambaran
kegiatan dalam proses pembelajaran melalui metode team games
tournament
d. Pedoman wawancara, digunakan untuk mengetahui mendapatkan
keterangan yang relevan mengenai data yang diperlukan.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini cara peneliti mengumpulkan data yaitu
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data
dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi
penelitian. Tehnik ini digunakan untuk mengamati dari dekat
14 secara langsung dan mendalam terhadap subjek dan objek yang
diteliti (Paizaluddin, 2013: 113).
Model ini peneliti gunakan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Soal Tes/Evaluasi Tes
Tes formatif yang peneliti gunakan berupa tes tertulis
berkaitan dengan materi ajar. Tes ini diberikan pada akhir
pembelajaran. Teknik ini peneliti gunakan untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan
siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan apabila
telah memperoleh minimal 80% dari target pembelajaran.
c. Dokumentasi
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber
data dapat dimanfaatka untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan.” Data yang diperoleh dari dokumen ini bisa
digunakan untuk melengkapi bahkan memperkuat data dari
hasil wawancara dan observasi, dan kemudia dianalisa dan
ditafsirkan (Lexy J. Moleong, 2001: 161).
Dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan
menggali informasi tentang pemahaman siswa yang
15 d. Interview / Wawancara
Menurut James dan Dean dalam bukunya Paizaluddin
(2013: 1130) ”wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi
verbal dengan tujuan mendapatkan gambaran yang
menyeluruh, juga akan mendapatkan informasi yang penting”.
Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan keterangan
yang relevan mengenai data yang diperlukan terutama
berkaitan dengan pemahaman siswa tentang materi
penyesuaian mahluk hidup dengan lingkungannya, dan
pendapat menurut pilihan jawaban yang telah disediakan
dengan keinginan mereka.
6. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yng telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian
untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85).
Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan
16
𝑃 = 𝑓
𝑁 × 100%
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = jumlah seluruh siswa
H. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis
menyusun dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal meliputi : Halaman sampul, lembar logo, halaman judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan, deklarasi, motto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar dan daftar lampiran
2. Bagian inti meliputi :
BAB I :
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis penelitian, manfaat penelitian, devinisi oprasional,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi
BAB II :
Kajian pustaka menjelaskan tentang, model pembelajaran team games
17 BAB III :
Pelaksanaan tindakan, terdiri dari subjek penelitian, karakteristik siswa
dan pelaksanaan penelitian.
BAB IV:
Hasil penelitian dan pembahasan meliputi diskripsi hasil penelitian per
siklus dan pembahasan per siklus
BAB V :
Penutup, meliputi kesimpulan dan saran
3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
prestasi belajar adalah isi dan kapasitas seseorang. Maksudnya
adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan
ataupun pelatihan tertentu. Ini bisa ditentukan dengan memberikan tes
pada akhir pendidikan itu (Pasaribu, 1983: 91).
2. Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2).
a. Tujuan belajar
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi.
Tujuan belajar yag eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan
tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang
biasa berbentuk ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sementara,
tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar
instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa,
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan
19 merupakan konsekuensi logis dari peserta didik ”menghidupi” (live
in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.
b. Prinsip belajar
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
menangkap pengertianya.
3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi
yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
4) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap
perkembangannya.
5) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, ekplorasi dan
discovery.
6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instrukional yang harus dicapainya.
7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
8) Belajar perlu dilingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan belajar
dengan efektif.
20 10)Belajar adalah proses kontigutas (hubungan antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan
menimbulkan respon yang diharapkan.
11)Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa
(Slameto, 1991: 29).
Jadi pada prinsipnya belajar itu harus memiliki tujuan yang
dapat merubah perilaku menjadi lebih baik, apa yang dipelajari
harus benar-benar dimengerti dan akan berhasil apabila ada
kemauan untuk belajar terus menerus.
c. Jenis-jenis evaluasi belajar
Jenis evaluasi belajar dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1) Penilaian formatif (formative assessment)
Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan
belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk
memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan program
pembelajara, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
yang memerlukan perbaika, sehingga hasil belajar peserta didik
dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik.
Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk memperbaiki
proses pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat
21 merupakan penilaian acuan patokan (criterion-referenced
assessment).
2) Penilaian sumatif (summative assessment)
Istilah “sumatif “ berasal dari kata “sum” yang berarti “total
obtained by adding together items, numbers or amounts”.
Penilaian sumatif berarti penilaian yang dilakukan jika satuan
pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran dianggap
telah selesai. Dengan demikian, ujian akhir semester dan ujian
nasioanal termasuk penilaian sumatif. Penilaian sumatif
diberikan dengan maksud untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah dapat menguasai standart kompetensi yang telah
ditetapkan atau belum.
Tujuan penilaian sumatif adalah untuk menentukan nilai
(angka) berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta didik yang
selanjutnya dipakai sebagai angka rapor.
3) Penilaian penempatan
Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai prates
(pretest). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahuan apakaha
peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan
sejauh mana peserta didik telah mengetahuan kompetensi dasar
sebagaimana yang tercantum dalam silabus dan Rencana
22 masalahnya berkaitan dengan peserta didik menghadapi
program baru, sedangkan untuk tujuan yang kedua berkaitan
dengan kesesuaian program pembelajaran dengan kemampuan
peserta didik.
4) Penilaian diagnostik (diagnostic assessment)
Penilaian diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui
kesulitan belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian
formatif sebelumnya. Penilaian diagnotik memerlukan
sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan
kesulitan bagi peserta didik soal-soal tersebut bervariasi dan
difokuskan pada kesulitan. Penilaian diagnostik biasanya
dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya
adalah untuk menjajagi pengetahuan dan keterampilan yang
telah dikuasahi oleh peserta didik. Dengan kata lain, apakah
peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan
tertentu untuk dapat mengiuti materi pelajaran lain. Penilaian
diagostik semacam ini disebut juga test of entering behavior.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan
23 sekali artinya dalam membantu murid dalam mencapai prestasi belajar
yang sebaik-baiknya.
Yang tergolong faktor internal adalah:
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini
misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan
sebagainya.
2) Faktor psikologis baik bersifat bawaan maupun yang
diperoleh terdiri atas:
a) Faktor intelektif yang meliputi:
(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan nyatayaitu prestasi yang telah
dimiliki.
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi, penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal ialah:
1) Faktor sosial yangterdiri atas:
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
24 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas
belajar, iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan (Ahmadi,
2004: 138)
4. Fungsi prestasi belajar
Beberapa fungsi utama prestasi belajar:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,
termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program
pendidikan.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik (Arifin,2009: 12-13)
B. IPA
1. Pengertian IPA
H.W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan
25 didasarkan atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes
didalamnya “Science in Education” menyatakan bahwa IPA adalah
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus
Pendapat diatas sebenarnya tidak berbeda memang benar bahwa IPA
merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas
pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat
dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil
pengamatan/observasi (Ahmadi, 2008: 1)
2. Fungsi mata pelajaran IPA
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk:
a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai
lingkungan alam dan lingkungan buatan.
b. Mengembangkan keterampilan proses.
c. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi
siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadarantentang adanya hubungan keterkaitan
yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi
dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari.
e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang
26 3. Tujuan pembelajaran IPA
Pengajaran IPA bertujuan agar siswa:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadarannya
tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP (Susanto,
2014: 171).
4. Ruang lingkup IPA
27 a. Mahluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya.
b. Materi, sifat-sifat, dan kegunaanya meliputi: udara, air, tanah, dan
batuan.
c. Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana,
cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainnya.
d. Kesehatan, makanan, penyakit, dan pencegahannya.
e. Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya
(Garnida, 2002: 254)
5. Materi hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup denganLlingkungannya.
a. Penyesuaian Hewan dengan Lingkungannya
1) Hewan Menyesuaikan Diri untuk Memperoleh Makanan
Bentuk penyesuaian diri mahluk hidup dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:
a) Penyesuaian Morfologis, adalah proses yang didasari pada
metabolisme tubuh atau aktivitas alat tubuh. Misalnya
hewan karbohidrat memiliki anzim amilase
b) Penyesuaian fisiologis, adalah penyesuaian bentuk tubuh
terhadap lingkungannya. Misalnya bentuk paruh, bentuk
kaki, bentuk mulut, dan bentuk tubuh.
c) Penyesuaian Perilaku, adalah adaptasi dalam bentuk
tingkah laku, misalnya rayap menjilati dubur induknya
28 kerbau berkubang bila suhu udara panas, serta ikan paus
muncul ke permukaan untuk meghirup udara
Mahluk hidup memiliki beberapa keistimewaan
agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dengan keistimewaan secara alami yang dimiliki oleh
masing-masing mahluk hidup menyebabkan mereka dapat
bertahan hidup
Banyak mahluk hidup yang menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya dengan cara menyesuikan bentuk
tubuhnya terhadap lingkungan atau menyesuaikan diri
dengan fungsinya. Penyesuaian bentuk tubuh ini bertujuan
untuk memperoleh makanan maupun untuk melindungi diri
dari musuhnya. Berikut ini beberapa contoh hewan yang
menyesuaikan bentuk tubuhnya terhadap lingkunganya.
a) Burung
Burung memiliki bentuk kaki yang berbeda-beda
disesuaikan dengan tempat hidupnya dan jenis mangsa
yang dimakannya. Berdasarkan lingkungan dan jenis
makanannya yang dimakan, bentuk kaki burung
29
Gambar 2.1 Macam-Macam Bentuk Kaki Burung
Setiap jenis burung hanya memakan jenis makanan
tertentu, sehingga bentuk paruh burung yang memakan
jenis makanan yang sama akan serupa. Beberapa bentuk
paruh burung antara lain:
(1) Burung pemakan biji-bijian yang keras memiliki
bentuk paruh yang tebal, pendek, dan kuat untuk
memecah biji-bijian yang keras. Contohnya burung
kaka tua.
(2) Itik memiliki paruh yang pipih untuk memudahkan
mencari makan didalam air.
(3) Burung pemakan daging memiliki bentuk paruh
mencabik-30 cabik mangsa. Contohnya adalah burung elang dan
burung hantu.
(4) Burung pelatuk memiliki paruh panjang, runcing,
dan kokoh berfungsi untuk mematuk pohon yang
lapuk
(5) Burung pemakan ikan seperti burung bangau
memiliki bentuk paruh berkantong untuk menciduk
ikan dari dalam air.
(6) Burung penghisap nektar seperti burung kolibri
memiliki bentuk paruh panjang, runcing, dan
melengkung.
Gambar 2.2 Macam-Macam Bentuk Paruh
b) Serangga
Salah satu bentuk penyesuaian diri pada serangga
31 jenis makanannya. Berdasakan jenis makanan yang
dimakannya, jenis mulut serangga dibedakan mejadi
empat, yaitu:
(1) Makanan kupu-kupu adalah nektar. Nektar adalah
cairan manis sebagai bahan untuk membuat madu.
Nektar terletak dibagian dasar bunga. Kupu-kupu
mengambil nektar di dasar bunga dengan
menggunakan alat penghisap. Alat penghisap ini
disebut probosis. Mulut penghisap pada serangga
bentuknya seperti belalai yang dapat digulung dan
dijulurkan
(2) Mulut penjilat pada serangga memiliki ciri
terdapatnya lidah yang panjang dan berguna untuk
menjilat makanan berupa nektar dari bunga, contoh
erangga yang memiliki mulut penjilat adalah lebah.
(3) Mulut penyerap pada serangga memiliki ciri
terdapatnya alat penyerap yang mirip spons (gabus).
Alat ini digunakan untuk menyerap makanan
terutama yang berbentuk cair. Contoh serangga
yang memiliki alat penyerap adalah lalat.
(4) Mulut penusuk dan penghisap pada serangga
memiliki ciri bentuk yang tajam dan panjang.
32 penghisap adalah nyamuk. Nyamuk menggunakan
mulutnya untuk menusuk kulit manusia kemudian
menghisap darah, jadi selain mulutnya berfungsi
sebagi penusuk juga berfungsi debagi penghisap.
c) Unta
Unta hidup di daerah padang pasir yang kering dan
gersang. Bentuk tubuhnya disesuaikan dengan keadaan
lingkungan padang pasir. Bentuk penyesuaian diri pada
unta adalah adanya tempat penyimpanan air di dalam
tubuhnya dan memiliki punuk sebagai penyimpanan
lemak. Hal ini yag menyebabkan unta dapat bertahan
hidup tanpa minum air dalam waktu yang lama.
Bulu mata unta yang panjang dapat melindungi
matanya dari pasir yang berterbangan. Unta juga
memiliki kaki tebal untuk berjalan dipasir yang panas
dan lubang hidung yang dapat ditutup pada saat badai
pasir.
2) Penyesuaian Tingkah Laku terhadap Lingkungannya
Beberapa jenis hewan ada yang menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara mengubah tingkah laku. Cara ini selain
untuk mendapatkan makanan juga untuk melindungi diri dari
33 a) Bunglon
Bunglon dapat murubah warna kulitnya sesuai
dengan warna tempat ia berada. Ketika berada dipohon
yang berwarna coklat maka tubuh bunglon akan berwarna
coklat. Begitu juga ketika ia berada dipoh yang berwarna
hijau maka tubuhnya akan berwarna hijau. Perubahan tubuh
pada bunglon merupakan bentuk penyesuaian diri agar ia
terlindung dari musuhnya. Perubahan warna bunglon ini
disebut mimikri.
b) Kalajengking
Kalajengking melindungi dirinya dari musuh
dengan menggunakan sengatnya. Sengatnya mengandung
racun yang dapat membunuh musuhnya. Hewan lain yang
menggunakan zat beracun untuk melindungi dirinya dari
serangan musuh adalah kelabang, lebah, dan ular.
c) Cumi-cumi
Cumi-cumi melindungi diri dari musuhnya dengan
cara menyemburkan cairan seperti tinta kedalam air. Tinta
hitam itu akan dikeluarkan cumi-cumi ketika dirinya
terancam bahaya. Cumi-cumi dengan segera akan
mengeluarkan tinta untuk mengaburkan pandangan
34 d) Siput
Siput memiliki pelindung tubuh yang keras dan kuat
yang disebut cangkang. Hewan jenis ini melindungi diri
dari musuhnya denga cara memasukkan tubuhnya kedalam
cangkang. Kura-kura dan penyu juga memiliki cangkang
yang digunakan untuk melindungi diri dari musuhnya.
e) Walang Sangit
Walang sangit dikenal sebagai hama padi. Hewan
ini melindungi diri dari musuhnya dengan cara
mengeluarkan bau yang sangat menyengat sehingga musuh
menjauhinya.
f) Walang Daun
Walang daun hidup pada tumbuhan yang
mempunyai bentuk dan warna tubuh yang menyerupai
daun. Keadaan tubuh yang seperti ini sangat
menguntungkan walang daun
g) Harimau, Anjing, dan Singa
Binatang ini mempunyai kuku dan gigi yang tajam.
Kuku dan gigi yang tajam digunakan untuk melindungi
dirinya, jika ada musuh yang datang, mereka akan
35 h) Sapi, Kambing, Kerbau, dan Kijang
Hewan tersebut mempunyai tanduk yang runcing.
Hewan-hewan tersebut menggunakan tanduknya pada saat
bertarung dengan musuhnya.
i) Ular
Ada dua jenis ular, yaitu ular berbisa dan ular tidak
berbisa. Ular berbisa adalah ular yang mempunyai zat
beracun bagi musuh. Zat itu disebut bisa, yang dihasilkan
oleh suatu kelenjar misalnya ular kobra. Ular yang tidak
bebisa melindungi dirinya dengan cara membelitkan
tubuhnya ke tubuh musuh. Belitan ular yang sangat kuat
juga dapat mengakibatkan kematian bagi musuhnya.
Misalnya ular piton
j) Cicak
Cicak melindungi diri dari serangan musuhnya
dengan cara memutuskan ekornya. Hal itu disebut
autotomi. Bagian ekor yang putus ini dapat bergerak-gerak
sehingga mengalihkan perhatian musuhnya. Saat itulah ia
pergi melarikan diri. Di bagian tubuh yang putus itu akan
tumbuh bagian ekor yang baru. Tumbuh ekor yang telah
36 k) Musang dan kumbang
Musang dan kumbang berpura-pura mati ketika
diserang musuh. Jika musuh sudah pergi, mereka segera
pergi ketempat lain.
b. Penyesuaian Diri Tumbuhan Terhadap Lingkungan
1) Berdasarkan Tempat Hidupnya
Tumbuhan juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Tumbuhan bisa hidup di air dan daratan. Bagaimana tumbuhan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya? Marilah kita bahas
uraian berikut.
a) Tumbuhan hidup di air
Tumbuhan yang hidup di air contohnya teratai,
enceng gondok, kangkung, dan genjer. Tanaman ini,
mempunyai daun yang lebar. Mempunyai rongga udara
pada batangnya untuk membantu penguapan. Akar yang
kuat menancap di dasar untuk keseimbangan daun.
Tanaman air kebalikan dari tanaman di daerah kering.
Tanaman ini berusaha melepas uap air sebanyak-banyaknya
ke udara. Rongga udara berguna agar dapat mengapung.
b) Tumbuhan yang hidup di dua musim
Tumbuhan ada yang hidup di dua musim. Artinya
tumbuhan mengalami musim penghujan dan kemarau. Pada
37 musim kemarau air sangat sulit diperoleh. Tumbuhan yang
hidup pada dua musim memiliki ciri-ciri yaitu:
(1) dapat menggugurkan daunnya pada musim kemarau
(meranggas), dan
(2) dapat melebarkan daunnya pada musim penghujan.
Contoh tanamannya, antara lain pohon jati dan mahoni.
Pada musim kemarau pohon ini akan mengurangi daun.
Pengurangan daun untuk mengurangi penguapan. Cemara
mempunyai daun lembut dan meruncing. Sedangkan
rumput akan menghabiskan daunnya, tetapi umbinya tetap
hidup di dalam tanah.
c) Tumbuhan di daerah kering/gurun
Daerah gurun sangat jarang terjadi hujan. Sepanjang
hari daerah ini disinari matahari yang terik. Tumbuhan pada
daerah kering memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Berdaun tebal dengan lapisan lilin (untuk mengurangi
penguapan)
(2) Batangnya lebar menggembung (untuk menyimpan
cadangan air)
(3) Daunnya berupa duri
(4) Akar menghujam jauh ke dalam tanah dan bercabang
38 Contoh tumbuhan gurun adalah kaktus. Pada saat
kering kaktus akan menggunakan cadangan makanan,
cadangan makanan tersimpan di batang. Bila cadangan
makanan digunakan, batangnya mengerut. Tetapi saat hujan
tiba batang kaktus mengembung lagi
2) Berdasarkan Cara Melindungi Diri
Hewan bisa berlari, untuk melepaskan diri. Tetapi
tumbuhan memiliki cara tersendiri melindungi diri. Tumbuhan
mempunyai bagian tubuh untuk melindungi diri. Bagian mana
sajakah tumbuhan bisa menjaga diri? Marilah kita pelajari
bersama. Berikut adalah tumbuhan yang dikelompokkan
berdasarkan cara melindungi dirinya.
a) Menggunakan duri
Duri tumbuh pada batangnya. Amatilah bunga
mawar yang ada di tamanmu! Indah dan wangi ya, tapi
hati-hati kalau kurang hati-hati terkena durinya. Contoh
tumbuhan yang lain yaitu pohon salak, jeruk, dan
bougenvil.
b) Menggunakan getah
Pohon memiliki getah yang sangat lengket. Getah
akan keluar jika kulit pohon tergores atau rantingnya patah.
Contohnya, pohon sawo, nangka, jambu mete, dan pohon
39 c) Menggunakan bulu yang tajam
Ada tumbuhan tertentu yang melindungi diri dengan
bulu yang tajam. Bulu yang tajam terdapat pada bagian
batang. Bulu yang tajam dapat melekat kuat serta
menyebabkan gatal-gatal. Contohnya bulu pada pohon
bambu dan tebu.
d) Mengandung racun
Daun singkong sangat berbahaya jika dimakan
mentah. Maka saat akan memakan daun singkong, harus
direbusnya terlebih dahulu. Sehingga dapat menghilangkan
racunnya. Daun ini aman dari hewan pemangsanya. Karena
dapat menjadi racun bagi hewan-hewan tersebut
C. Model pembelajaran kooperatif
1. Pengertian
“Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang denagn struktur kelompok yang bersifat
heterogen” (Rusman, 2011: 202).
“Dalam sistem pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dengan
anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab,
yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membentu sesama
40 Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan
oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk
membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas
(Suprijono, 2011: 54-55).
Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Dilaksanakan melalui sharing antar teman antar kelompok, dimana
guru membagi kelompok-kelompok secara heterogen.
a. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
(Hamruni, 2011: 2119).
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi
pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses
kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
kemampuan akademik dalam artian penguasaan materi pelajaran,
tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi
41 cooperative learning. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran
kooperatif dapat dijelaskan sebagi berikut:
1) Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan
secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa
belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Manajemen seperti yang kita pelajari pada bab sebelumnya
mempunyai tiga fungsi, yaitu: 1) fungsi manajemen sebagai
perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai
tujuan dan lain sebagainya. 2) fungsi manajemen sebagai
organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif. 3) fungsi manajemen
sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui
42 3) Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasiloan secara kelompok, oleh karenanya prinsip
kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam
pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik,
pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang
optimal.
4) Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktifitas
melalui kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan
demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan pada paham konstruktivis.
Dalam pembelajaran koopeatif diterapkan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling membantu
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok
43 b. Tujuan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran dapat menjadi salah satu metode untuk
mengelola anak-anak dengan problema belajar, termasuk anak
kurang berprestasi karena tujuan dari model pembelajaran ini salah
satunya adalah meningkatkan prestasi akademik. Menurut Ibrahim
dkk (2000: 3) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
memcapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran. Ketiga tujuan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tujuan pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam
tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur
penghargaan kooperatif juga mampu meningkatkan penilaian
siswa pada belajar akademik dan perubahan nrma yang
berhubungan dengan hasil belajar.
2) Penerimaan yang luas terhadap orang-orang dengan latar
belakang yang berbeda, baik berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang kepada para siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja untuk saling
44 penggunaan struktur penghargaan kooperatif, mereka belajar
untuk saling menghargai.
3) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan ini penting karena
banyak orang, nbaik anak muda maupun orang dewasa yang
keterampilan sosialnya masih kurang.
c. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti
dijelaskan di bawah ini:
1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan penyelesaian
sebuah tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan
setiap anggota kelompoknya. Karenanya, perlu disadari oleh
setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian
tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok
akan merasa saling ketergantungan.
Agar tercipta kelompok kerja yang efektik, setiap anggota
kelompok perlu membegi tugas esuai dengan tujuan
kelompoknya. Tugas terebut tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat
ketergantungan positif. Artinya, tugas kelompok tidak mungkin
45 menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama
yang baik dari masing0masing anggota kelompok, anggota
kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau
dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya.
2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama,
karena keberhasilan kelompok tegantungpada tiap anggotanya,
maka setiap anggota kelompok harus memiliki tangging jawab
sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan
yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk
mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian
terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu harus
berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan
yang luas kepada setiap anggita kelompok untuk bertatap muka
saling memberikan informasi dan salimg membelajarkan.
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama,
menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan
masing anggota, dan emngisi kekurangan
46 4) Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu
berpartisipasi dan berkomunikasi. Kemampuan ini penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan dimasyarakat kelak,
oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu
membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya
kemampuan mendengar dan kemampuan berbicara, padahal
keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap
anggota. Agar dapat melakukan partisipasi dan komunikasi,
siswa perlu dibekali kemampuan-kemampuan berkomunikasi
(Hamruni, 2011: 125-127).
d. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Tabel 2.1 6 fase model pembelajaran
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase:
Fase-Fase Prilaku Guru
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
mempersiapkanpeserta
didiksiap belajar
Fase 2: Present Information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara
verbal
47 into learning teams
Mengorganisir peserta didik
ke dalam tim-tim belajar
kepada peserta didik tentang
tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu
kelompok melakukan transisi
yang efisien
Fase 4: Assist team work and
study
membantu kerja tim dan
belajar
Membantu tim-tim belajar
selama peserta didik
mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta
didik mengenal berbagai
materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara
untukmengajui usaha dan
prestasi individu maupun
kelompok
Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran
kooperatif. Hal ini pentint untuk dilakukan karena peserta didik
48 pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi,
sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga,
kekacauan bisa saja terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi
pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus
diorkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen perlu
dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru
harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling
bekerjasama didalam kelompok. Tiap anggota kelompok
memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung
tercapainya tujuan kelompok. Pada faseketiga ini terpenting
jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya
menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.
Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar,
mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta
didik dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang
diberikan kepada guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau
meminta beberapa peserta didik mengulangi hal yang sudah
ditunjukkannya. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan
melakukan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan
pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan stuktur
reward yang akan diberikan kepada peserta didik. Variasi
struktur reward bersifat individualistis, kompetitif, dan
49 sebuah reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang
dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika
peserta didik diakui usaha individualnya berdasarkan
perbandingan dengan orang lain. Stuktur reward kooperatif
diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling
bersaing (Suprijono, 2010: 65-66).
e. Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran kooperatif
1) Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagi suatu strategi
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar
dari siswa yang lain.
b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata (verbal) dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
c) Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, menyadari
segala keterbatasannya, dan bersedia menerima segala
perbedaan
d) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih