• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI HUBUNGAN ANTARA CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPRATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V MI SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI HUBUNGAN ANTARA CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPRATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V MI SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARA"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

HUBUNGAN ANTARA CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP

DENGAN LINGKUNGANNYA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPRATIF TIPE

TEAM GAMES

TOURNAMENT

(TGT) PADA SISWA KELAS V MI

SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

FITRI NUR’AINI

11510034

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)

iii

MOTTO

 Kesulitanmu itu sementara, seperti semua yang

sebelumnya pernah terjadi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

 Ayahanda tercinta Supawitno dan Ibunda tercinta Metin Triyani mereka adalah orang tua terbaik didunia, yang tidak pernah berhenti mendoakan,

terimakasih atas segala perjuangan dengan cucuran keringat, kerja keras dan

kasih sayang yang amat sangat tulus

 Saudara-saudaraku tersayang Ghamar Witiany, Anisa Nugrahaini, Muhammad Rizki Nugrohono, Abdul Latif, Iqbal Nurohim yang telah memberikan motivasi selama menimba ilmu baik dalam perkuliahan

maupun dalam penyusunan skripsi ini.

 Nenekku terbaik Sardilah yang telah memberikan dukungan kepadaku

 Sahabat-sahabatku tersayang di kampus Wahyu Istiqomah, Siti Ratnasari,

Umi Harlita, Hermiya Arita Anggraeni, Dwi Vitrotul Islami, Ika Fitriana

persahabatan yang tidak akan pernah terlupakan

 Teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2010, yang tidak bisa penulis

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulisan skripsi

ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat-sahabatnya, hingga

kepada umatnya hingga akhir zaman

Penulis menyadari bahwa dalam dalam proses penulisan skripsi ini tidak

mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Skripsi yang berjudul “ PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA

MATERI HUBUNGAN ANTARA CIRI-CIRI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPRATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA

KELAS V MI SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2014/2015” ini disusun untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana (S1)Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah pada Fakultas Tarbiyah di IAIN Salatiga, meskipun bentuknya masih

sederhana serta banyakkekurangan.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan banyak-banyak terima

(8)

v 1. Yang terhormat Dr. H. Rahamat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN

Salatiga.

2. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku Ketua program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah

3. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah

rela menyisihkan waktunya untuk membimbing dengan penuh kebijaksanaan

dan memberi petunjuk-petunjuk dan dorongan-dorongan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen yang telah mencurahkan pengetahuan dan bimbingan

selama penulis kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala sekolah MI Salafiyah Kendal Bapak Sunardi beserta guru dan

karyawan, yang berkenan memberikan izin pada penulis untuk melakukan

penelitian di MI Salafiyah Kendal

7. Siswa-siswi kelas V MI Salafiyah Kendal yang sudah berkenan menjadi

subjek penelitian dan mengikuti jalannya penelitian dengan

sungguh-sungguh.

8. Ayahanda Supawitno, Ibunda tercinta Metin Triyani, serta saudara-saudara

tercinta Ghamar Witiany, Anisa Nugrahaini, M Rizki Nugrohono, Abdul

Latif, Iqbal Nurohim yang telah mencurahkan kasih sayang, memberikan

motivasi dan tidak pernah bosan mendoakan penulis dalam menempuh studi

(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Nur’aini, Fitri. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Hubungan Antara

Ciri-Ciri Mahluk Hidup dengan Lingkungannya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Turnamen (TGT) Pada Siswa Kelas V MI Salafiyah Kendal kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M.Pd

Kata Kunci: Team Games Turnamen, Prestasi Belajar, hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui bagaiaman peningkatan prestasi belajar siswa pada materi hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V MI Salafiyah Kendal Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2014/2015?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Adapun langkah- langkah dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi

Dari penelitian ini menunjukkan hasil sebagai berikut: prestasi belajar siswa dalam materi hubungan antar ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT terjadi peningkatan. Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) matapelajaran IPA yang sudah ditetapkan di MI Al Salafiyah Kendal adalah 70. Pada siklus I dari 15 siswa kelas V setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang berhasil mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal adalah 10 siswa (66,67%). Pada siklus II mengalami peningkatan 20% dari siklus I menjadi 13 siswa (86,67%). Hasil ini diperoleh dari nilai akhir pembelajaran baik dari siklus I maupun siklus II.

(11)

viii

DAFTAR ISI

SAMPUL ...

LEMBAR BERLOGO ...

JUDUL ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN KELULUSAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar BelakangMasalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Penjelasan dan Definisi Operasional ... 6

G. Metode Penelitian... 8

H. Sistematika Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18

A. Prestasi Belajar ... 18

B. Pembelajaran IPA...24

C. Model Pembelajaran Kooperatif...40

D. Team Games Turnamen (TGT)...52

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 57

(12)

ix

B. Deskripsi Siklus I ... 59

C. Deskripsi Siklus II ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 70

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

BAB V PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan... 94

(13)

x

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 6 Fase Model Pembelajaran ... 46

TABEL 3.1 Data Guru MI Salafiyah Kendal Siswa ... 57

TABEL 3.2 Data Siswa Kelas V MI Salafiyah ... 58

TABEL 4.1 Ketuntasan Nilai IPA Siswa Kelas V ... 70

TABEL 4.2 Daftar Nilai Pra Siklus ... 71

TABEL 4.3 Aturan Permainan ... 75

TABEL 4.4 Lembar Skor Permainan Siklus I ... 76

TABEL 4.5 Lembar Rangkuman TIM Siklus I ... 77

TABEL 4.6 Pengamatan Guru Siklus I ... 79

TABEL 4.7 Pengamatan Siswa Siklus I ... 80

TABEL 4.8 Daftar Nilai Siswa Siklus I ... 82

TABEL 4.9 Lembar Skor Permainan Siklus I ... 86

TABEL 4.10 Lembar Rangkuman TIM Siklus II ... 87

TABEL 4.11 Pengamatan Guru Siklus II ... 89

TABEL 4.12 Pengamatan Siswa Siklus II ... 90

TABEL 4.13 Daftar Nilai Siswa Siklus II ... 91

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) siklus I

Lampiran 2 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) siklus II

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklus I

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus II

Lampiran 5 Lembar Skor Turnamen Siklus I

Lampiran 6 Lembar Skor Turnamen Siklus II

Lampiran 7 Lembar Skor TIM Siklus I

Lampiran 8 Lembar Skor TIM Siklus II

Lampiran 9 Lembar Soal Evaluasi Siklus I

Lampiran 10 Lembar Soal Evaluasi Siklus II

Lampiran 11 Lembar Pengamatan Guru siklus I

Lampiran 12 Lembar Pengamatan Guru siklus II

Lampiran 13 Lembar Pengamatan Siswa siklus I

Lampiran 14 Lembar Pengamatan Siswa siklus II

Lampiran 15 Dokumentasi

Lampiran 16 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 18 Lembar Konsultasi

Lampiran 19 Nilai SKK

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Empat Langkah Tindakan PTK

Gambar 2.1 Macam-Macam Bentuk Kaki Burung

Gambar 2.2 Macam-Macam Bentuk Paruh

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering disebut juga dengan istilah

pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata

pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada

jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang

selama ini dianggap sulit oleh peserta didik, mulai dari jenjang sekolah

dasar sampai jenjang sekolah menengah. Anggapan sebagian besar peserta

didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar terbukti

dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh

Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan. Ironisnya,

justru semakin tinggi jenjang pendidikan, maka perolehan rata-rata nilai

UAS pendidikan IPA ini menjadi semakin rendah.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah

masalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para

guru disekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang

mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan

proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada

kemampuan siswa untuk menghafal informasi, pemikiran siswa dipaksa

hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya

(17)

2 Permasalahan pelaksanaan pembelajaran IPA materi hubungan

antara ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya masih sulit untuk di

pemahaman siswa. Maka oleh karena itu dilakukan observasi pada tanggal

29 Januari 2015, dengan wali kelas V, dibuktikan dengan masih

banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu 70.

Secara klasikal nilai tes formatif siswa belum memenuhi KKM,

dari 15 siswa baru 5 siswa yang memenuhi KKM atau sebesar 33,34%

sedangkan sisanya masih berada dibawah KKM, rata-rata kelas hanya

mencapai 65,34. Ini berarti masih banyak siswa yang kurang memahami

materi hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup dengan lingkungannya. Hal

ini dikarenakan siswa kelas V di MI Salafiyah Kendal masih kurang

mampu memahami pelajaran IPA.

Upaya untuk mengatasi masalah yang ada di kelas diperlukan

sebuah model pembelajaran yang tepat yang dapat memberikan semangat

siswa dalam belajar IPA khususnya pada materi hubungan antara ciri-ciri

mahluk hidup dengan lingkungannya. Melalui proses belajar yang di alami

siswa sendiri maka siswa menjadi tertarik, sehingga suasana belajar yang

aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan

Model pembelajaran merupakan teknik penyajian yang digunakan

guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Model

pembelajaran kooperatif merupakan sekumpulan strategi pengajaran yang

(18)

3 Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan

pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dengan model

pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk

berinteraksi dengan teman satu tim untuk memahami materi pembelajaran,

meningkatkan hasil belajar, rasa percaya diri dan memotivasi belajar,

pembelajaran kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama

lain dan tenggang rasa serta mempunyai andil dalam keberhasilan tim.

Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang salah satunya

adalah model Team Games Tournament (TGT).

Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe model

pembelajaran koopertif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas

seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktifitas belajar dengan tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar

dengan rileks disamping menumbuhkan tanggunga jawab, kerja sama,

persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (Hamdani, 2010: 92).

Dari uraian latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti tentang

pembelajaran IPA dengan suatu model pembelajaran yang berjudul:

Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Hubungan Antara Ciri-Ciri

Mahluk Hidup dengan Lingkungannya melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pada Siswa Kelas V MI Salafiyah Kendal, Kecamatan

(19)

4

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah melalui

tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

IPA materi Hubungan Antar Ciri-ciri Mahluk Hidup dengan

Lingkungannya di kelas V MI Salafiyah Kendal, Kecamatan Ampel,

Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar IPA materi hubungan antara ciri-ciri mahluk

hidup dengan lingkungannya, menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V MISalafiyah Kendal, Kecamatan

Ampel, Kabupaten Boyolali

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul (Arikunto, 2010: 110)

Adapun hipotesis adalah pernyataan sementara dalam suatu

penelitian. Berdasarkan rumusan masalah diatas dalam penelitian ini

adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat

meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

(20)

5 lingkungannya pada siswa kelas V MI Salafiyah Kendal, Kecamatan

Ampel, Kabupaten Boyolali.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikatakan

efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai, adapun indikator

yang dapat dituliskan oleh penulis adalah adanya peningkatan prestasi

belajar pada nilai tes siswa dan keaktivan belajar secara berkelanjutan

dari siklus I, kesiklus II, dan kesiklus III. Siklus berhenti apabila

kelulusan sudah mencapai 80%, siswa memenuhi Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) sebesar lebih dari 70.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat diketahui manfaat

penelitian ini yaitu :

1. Segi Teoritis, diharapkan dapat memberikan konstribusi yang berarti

untuk mengembangkan metode pembelajaran, khususnya dalam

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang

dilakukan pada siswa MI Salafiyah Kendal, Kecamatan Ampel,

Kabupaten Boyolali

2. Segi Praktis

a. Bagi Siswa, memberikan pengalaman belajar IPA yang lebih

menyenangkan karena metode pembelajaran yang baru dan dapat

(21)

6 b. Bagi Guru, sebagai masukan dalam pengelolaan kelas serta

pembelajaran yang lebih inovatif guna meningkatkan prestasi

belajar siswa dengan tipe pembelajaran TGT

c. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini memberikan ilmu yang berati

dalam meningkatkan mutu pendidikan dan belajar mengajar bagi

MI Salafiyah Kendal, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali

d. Bagi Peneliti, mendapatkan pengalaman langsung dalam proses

belajar mengajar mata pelajaran IPA sekaligus metode

pembelajaran yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak.

Selain itu sebagai calon guru agar lebih siap dalam melaksanakan

tugas sesuai perkembangan jaman.

F. Penjelasan dan Definisi Oprasional

Untuk menghindari kekurang jelasan atau kesalah pahaman yang

berbeda antara yang dimaksud peneliti dengan persepsi yang ditangkap

oleh pembaca, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai

berikut

1. Model Pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar

siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang di rumuskan (Sanjaya, 2006: 241).

2. Team Games Tournament (TGT)

TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran koopratif

(22)

7 perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permaian dan reinforcement (Hamdani, 2010: 92).

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak

berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar(Nurkencana,1986: 62).

4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Susapti (2009: 4) ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau

disebut ilmu alamiah merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji

tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini,

sehingga terbentuk konsep dan prinsip.

Dalam penelitian ini materi IPA MI yang menjadi obyek penelitian

adalah tentang hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup dengan

lingkungannya. Adalah suatu cara bagaimana organisme mengatasi

tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang

mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk

memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan), mengatasi kondisi fisik

lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas, mempertahankan

hidup dari musuh alaminya, bereproduksi, merespon perubahan yang

terjadi di sekitarnya. Organisme yang mampu beradaptasi akan

bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan

(23)

8

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya (Suyadi, 2010:

18) menjelaskan pengertian PTK yaitu:

a. Penelitian

Kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara

dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat

tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang

diamati.

b. Tindakan

Gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana

dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal dengan

siklus-silkus kegiatan untuk peserta didik.

c. Kelas

Tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam

waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.

Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud PTK adalah pencermatan dalam bentuk tindakan

terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Sedikit berbeda dengan Arikunto, Carr dan Kemmis

(24)

9

“ action research is a form of self-refective enquiry undertaken

by participants (teacher,student, or principals, of example) in social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of their own social or educational practices, their understanding of these prastices, and the situation (and intitution) in which the practices are carried out”.

(penelitian tindakan adalah suatu bentuk penyelidikan diri

reflektif dilakukan oleh peserta (guru, siswa, atau kepala sekolah,

untuk contoh) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) dalam

rangka meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial

atau pendidikan mereka sendiri, pemahaman mereka terhadap

praktis ini, dan situasi di mana praktek-praktek yang dilakukan).

Berdasar pengertian Carr dan Kemmis, dapat di garis bawahi

beberapa hal penting mengenai PTK, yakni:

1) PTK adalah bentuk inquiry atau penyelidikan yang dilakukan

melalui refleksi diri.

2) PTK dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang

teliti, seperti guru, peserta didik, atau kepala sekolah.

3) PTK dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi

pendidikan.

4) Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dasar pemikiran dan

kepantasan dari praktik-praktik belajar mengajar, memperbaiki

pemahaman dari praktik belajar mengajar, serta memperbaiki

situasi atau lembaga praktik tersebut dilakukan.

Dari keempat ide pokok di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK

(25)

10 didalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan

menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan

perbaikan di berbagai aspek pembelajaran.

2. Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di MI Salafiyah Kendal,

Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali

b. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah siswa

kelas V sebanyak 15 orang siswa di MI Salafiyah Kendal,

Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali

c. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama pada tanggal 30 Januari-3 Februari

2015

3. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Arikunto dalam bukunya Suyadi (2010: 50-64)

(26)

11

Gambar 1.1 Empat Langkah Penelitian dalam PTK Suyadi (2010: 50)

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan

yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi.

Rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hendaknya disusun

berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang refleksif.

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan Perencanaan

?

Refleksi Refleksi

Pelaksanaan Pelaksanaan

SIKLUS I

(27)

12 b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah

direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya

perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan

rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa

Pada tahap ini, peneliti mangamati pelaksanaan proses

pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi penyesuaian mahluk

hidup dengan lingkungannya dengan menggunakan metode team

games tournament dan hasil dari pelaksanaan pembelajaran yang

telah dilaksanakan tersebut pada prestasi siswa. Untuk

mendapatkan data yang benar-benar falid, pada tahap pengamatan

ini peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat.

c. Pengamatan

Menurut Prof. Supardi dalam bukunya Suyadi (2010: 63)

menyatakan bahwa observasi yang dimaksud adalah pengumpulan

data dengan kata lain observasi adalah alat untuk memotret

seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang telah dilakukan. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa

dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan

(28)

13 4. Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah:

a. Pedoman atau lembar pengamatan (observasi bagi siswa digunakan

untuk mengamati secara langsung kegiatan siswa dan guru dalam

proses pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif

tipe TGT

b. Soal tes/evaluasi teks/soal, digunakan sebagai materi kegiatan

siswa untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa, terkait

materi penyesuaian mahluk hidup dengan lingkungannya

c. Pedoman dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan gambaran

kegiatan dalam proses pembelajaran melalui metode team games

tournament

d. Pedoman wawancara, digunakan untuk mengetahui mendapatkan

keterangan yang relevan mengenai data yang diperlukan.

5. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini cara peneliti mengumpulkan data yaitu

menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi (Pengamatan)

Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data

dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi

penelitian. Tehnik ini digunakan untuk mengamati dari dekat

(29)

14 secara langsung dan mendalam terhadap subjek dan objek yang

diteliti (Paizaluddin, 2013: 113).

Model ini peneliti gunakan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Soal Tes/Evaluasi Tes

Tes formatif yang peneliti gunakan berupa tes tertulis

berkaitan dengan materi ajar. Tes ini diberikan pada akhir

pembelajaran. Teknik ini peneliti gunakan untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan

siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan apabila

telah memperoleh minimal 80% dari target pembelajaran.

c. Dokumentasi

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai

sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber

data dapat dimanfaatka untuk menguji, menafsirkan, bahkan

untuk meramalkan.” Data yang diperoleh dari dokumen ini bisa

digunakan untuk melengkapi bahkan memperkuat data dari

hasil wawancara dan observasi, dan kemudia dianalisa dan

ditafsirkan (Lexy J. Moleong, 2001: 161).

Dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan

menggali informasi tentang pemahaman siswa yang

(30)

15 d. Interview / Wawancara

Menurut James dan Dean dalam bukunya Paizaluddin

(2013: 1130) ”wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi

verbal dengan tujuan mendapatkan gambaran yang

menyeluruh, juga akan mendapatkan informasi yang penting”.

Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan keterangan

yang relevan mengenai data yang diperlukan terutama

berkaitan dengan pemahaman siswa tentang materi

penyesuaian mahluk hidup dengan lingkungannya, dan

pendapat menurut pilihan jawaban yang telah disediakan

dengan keinginan mereka.

6. Analisis Data

Analisis data adalah analisis data yng telah terkumpul guna

mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian

untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85).

Dalam membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan

(31)

16

𝑃 = 𝑓

𝑁 × 100%

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi

N = jumlah seluruh siswa

H. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis

menyusun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bagian awal meliputi : Halaman sampul, lembar logo, halaman judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan, deklarasi, motto dan

persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar

gambar dan daftar lampiran

2. Bagian inti meliputi :

BAB I :

meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

hipotesis penelitian, manfaat penelitian, devinisi oprasional,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi

BAB II :

Kajian pustaka menjelaskan tentang, model pembelajaran team games

(32)

17 BAB III :

Pelaksanaan tindakan, terdiri dari subjek penelitian, karakteristik siswa

dan pelaksanaan penelitian.

BAB IV:

Hasil penelitian dan pembahasan meliputi diskripsi hasil penelitian per

siklus dan pembahasan per siklus

BAB V :

Penutup, meliputi kesimpulan dan saran

3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat

(33)

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

prestasi belajar adalah isi dan kapasitas seseorang. Maksudnya

adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidikan

ataupun pelatihan tertentu. Ini bisa ditentukan dengan memberikan tes

pada akhir pendidikan itu (Pasaribu, 1983: 91).

2. Pengertian Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2).

a. Tujuan belajar

Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi.

Tujuan belajar yag eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan

tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang

biasa berbentuk ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sementara,

tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar

instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa,

kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan

(34)

19 merupakan konsekuensi logis dari peserta didik ”menghidupi” (live

in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

b. Prinsip belajar

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional.

2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki

struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah

menangkap pengertianya.

3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi

yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

4) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap

perkembangannya.

5) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, ekplorasi dan

discovery.

6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

sesuai dengan tujuan instrukional yang harus dicapainya.

7) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat

belajar dengan tenang.

8) Belajar perlu dilingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan belajar

dengan efektif.

(35)

20 10)Belajar adalah proses kontigutas (hubungan antara pengertian

yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan

pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan

menimbulkan respon yang diharapkan.

11)Repetisi dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa

(Slameto, 1991: 29).

Jadi pada prinsipnya belajar itu harus memiliki tujuan yang

dapat merubah perilaku menjadi lebih baik, apa yang dipelajari

harus benar-benar dimengerti dan akan berhasil apabila ada

kemauan untuk belajar terus menerus.

c. Jenis-jenis evaluasi belajar

Jenis evaluasi belajar dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

1) Penilaian formatif (formative assessment)

Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan

belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk

memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan program

pembelajara, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan

yang memerlukan perbaika, sehingga hasil belajar peserta didik

dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik.

Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk memperbaiki

proses pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat

(36)

21 merupakan penilaian acuan patokan (criterion-referenced

assessment).

2) Penilaian sumatif (summative assessment)

Istilah “sumatif “ berasal dari kata “sum” yang berarti “total

obtained by adding together items, numbers or amounts”.

Penilaian sumatif berarti penilaian yang dilakukan jika satuan

pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran dianggap

telah selesai. Dengan demikian, ujian akhir semester dan ujian

nasioanal termasuk penilaian sumatif. Penilaian sumatif

diberikan dengan maksud untuk mengetahui apakah peserta

didik sudah dapat menguasai standart kompetensi yang telah

ditetapkan atau belum.

Tujuan penilaian sumatif adalah untuk menentukan nilai

(angka) berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta didik yang

selanjutnya dipakai sebagai angka rapor.

3) Penilaian penempatan

Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai prates

(pretest). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahuan apakaha

peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang

diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan

sejauh mana peserta didik telah mengetahuan kompetensi dasar

sebagaimana yang tercantum dalam silabus dan Rencana

(37)

22 masalahnya berkaitan dengan peserta didik menghadapi

program baru, sedangkan untuk tujuan yang kedua berkaitan

dengan kesesuaian program pembelajaran dengan kemampuan

peserta didik.

4) Penilaian diagnostik (diagnostic assessment)

Penilaian diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui

kesulitan belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian

formatif sebelumnya. Penilaian diagnotik memerlukan

sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan

kesulitan bagi peserta didik soal-soal tersebut bervariasi dan

difokuskan pada kesulitan. Penilaian diagnostik biasanya

dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya

adalah untuk menjajagi pengetahuan dan keterampilan yang

telah dikuasahi oleh peserta didik. Dengan kata lain, apakah

peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan

tertentu untuk dapat mengiuti materi pelajaran lain. Penilaian

diagostik semacam ini disebut juga test of entering behavior.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor

internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan

(38)

23 sekali artinya dalam membantu murid dalam mencapai prestasi belajar

yang sebaik-baiknya.

Yang tergolong faktor internal adalah:

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan

maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini

misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan

sebagainya.

2) Faktor psikologis baik bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

a) Faktor intelektif yang meliputi:

(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

(2) Faktor kecakapan nyatayaitu prestasi yang telah

dimiliki.

b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Yang tergolong faktor eksternal ialah:

1) Faktor sosial yangterdiri atas:

a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan sekolah

c) Lingkungan masyarakat

(39)

24 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas

belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan (Ahmadi,

2004: 138)

4. Fungsi prestasi belajar

Beberapa fungsi utama prestasi belajar:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,

termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program

pendidikan.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik (Arifin,2009: 12-13)

B. IPA

1. Pengertian IPA

H.W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan

(40)

25 didasarkan atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes

didalamnya “Science in Education” menyatakan bahwa IPA adalah

pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus

Pendapat diatas sebenarnya tidak berbeda memang benar bahwa IPA

merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas

pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Betapapun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat

dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil

pengamatan/observasi (Ahmadi, 2008: 1)

2. Fungsi mata pelajaran IPA

Mata pelajaran IPA berfungsi untuk:

a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai

lingkungan alam dan lingkungan buatan.

b. Mengembangkan keterampilan proses.

c. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi

siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

d. Mengembangkan kesadarantentang adanya hubungan keterkaitan

yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi

dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan

sehari-hari.

e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang

(41)

26 3. Tujuan pembelajaran IPA

Pengajaran IPA bertujuan agar siswa:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadarannya

tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP (Susanto,

2014: 171).

4. Ruang lingkup IPA

(42)

27 a. Mahluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya.

b. Materi, sifat-sifat, dan kegunaanya meliputi: udara, air, tanah, dan

batuan.

c. Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana,

cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainnya.

d. Kesehatan, makanan, penyakit, dan pencegahannya.

e. Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya

(Garnida, 2002: 254)

5. Materi hubungan antara ciri-ciri mahluk hidup denganLlingkungannya.

a. Penyesuaian Hewan dengan Lingkungannya

1) Hewan Menyesuaikan Diri untuk Memperoleh Makanan

Bentuk penyesuaian diri mahluk hidup dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu:

a) Penyesuaian Morfologis, adalah proses yang didasari pada

metabolisme tubuh atau aktivitas alat tubuh. Misalnya

hewan karbohidrat memiliki anzim amilase

b) Penyesuaian fisiologis, adalah penyesuaian bentuk tubuh

terhadap lingkungannya. Misalnya bentuk paruh, bentuk

kaki, bentuk mulut, dan bentuk tubuh.

c) Penyesuaian Perilaku, adalah adaptasi dalam bentuk

tingkah laku, misalnya rayap menjilati dubur induknya

(43)

28 kerbau berkubang bila suhu udara panas, serta ikan paus

muncul ke permukaan untuk meghirup udara

Mahluk hidup memiliki beberapa keistimewaan

agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dengan keistimewaan secara alami yang dimiliki oleh

masing-masing mahluk hidup menyebabkan mereka dapat

bertahan hidup

Banyak mahluk hidup yang menyesuaikan diri

terhadap lingkungannya dengan cara menyesuikan bentuk

tubuhnya terhadap lingkungan atau menyesuaikan diri

dengan fungsinya. Penyesuaian bentuk tubuh ini bertujuan

untuk memperoleh makanan maupun untuk melindungi diri

dari musuhnya. Berikut ini beberapa contoh hewan yang

menyesuaikan bentuk tubuhnya terhadap lingkunganya.

a) Burung

Burung memiliki bentuk kaki yang berbeda-beda

disesuaikan dengan tempat hidupnya dan jenis mangsa

yang dimakannya. Berdasarkan lingkungan dan jenis

makanannya yang dimakan, bentuk kaki burung

(44)

29

Gambar 2.1 Macam-Macam Bentuk Kaki Burung

Setiap jenis burung hanya memakan jenis makanan

tertentu, sehingga bentuk paruh burung yang memakan

jenis makanan yang sama akan serupa. Beberapa bentuk

paruh burung antara lain:

(1) Burung pemakan biji-bijian yang keras memiliki

bentuk paruh yang tebal, pendek, dan kuat untuk

memecah biji-bijian yang keras. Contohnya burung

kaka tua.

(2) Itik memiliki paruh yang pipih untuk memudahkan

mencari makan didalam air.

(3) Burung pemakan daging memiliki bentuk paruh

(45)

mencabik-30 cabik mangsa. Contohnya adalah burung elang dan

burung hantu.

(4) Burung pelatuk memiliki paruh panjang, runcing,

dan kokoh berfungsi untuk mematuk pohon yang

lapuk

(5) Burung pemakan ikan seperti burung bangau

memiliki bentuk paruh berkantong untuk menciduk

ikan dari dalam air.

(6) Burung penghisap nektar seperti burung kolibri

memiliki bentuk paruh panjang, runcing, dan

melengkung.

Gambar 2.2 Macam-Macam Bentuk Paruh

b) Serangga

Salah satu bentuk penyesuaian diri pada serangga

(46)

31 jenis makanannya. Berdasakan jenis makanan yang

dimakannya, jenis mulut serangga dibedakan mejadi

empat, yaitu:

(1) Makanan kupu-kupu adalah nektar. Nektar adalah

cairan manis sebagai bahan untuk membuat madu.

Nektar terletak dibagian dasar bunga. Kupu-kupu

mengambil nektar di dasar bunga dengan

menggunakan alat penghisap. Alat penghisap ini

disebut probosis. Mulut penghisap pada serangga

bentuknya seperti belalai yang dapat digulung dan

dijulurkan

(2) Mulut penjilat pada serangga memiliki ciri

terdapatnya lidah yang panjang dan berguna untuk

menjilat makanan berupa nektar dari bunga, contoh

erangga yang memiliki mulut penjilat adalah lebah.

(3) Mulut penyerap pada serangga memiliki ciri

terdapatnya alat penyerap yang mirip spons (gabus).

Alat ini digunakan untuk menyerap makanan

terutama yang berbentuk cair. Contoh serangga

yang memiliki alat penyerap adalah lalat.

(4) Mulut penusuk dan penghisap pada serangga

memiliki ciri bentuk yang tajam dan panjang.

(47)

32 penghisap adalah nyamuk. Nyamuk menggunakan

mulutnya untuk menusuk kulit manusia kemudian

menghisap darah, jadi selain mulutnya berfungsi

sebagi penusuk juga berfungsi debagi penghisap.

c) Unta

Unta hidup di daerah padang pasir yang kering dan

gersang. Bentuk tubuhnya disesuaikan dengan keadaan

lingkungan padang pasir. Bentuk penyesuaian diri pada

unta adalah adanya tempat penyimpanan air di dalam

tubuhnya dan memiliki punuk sebagai penyimpanan

lemak. Hal ini yag menyebabkan unta dapat bertahan

hidup tanpa minum air dalam waktu yang lama.

Bulu mata unta yang panjang dapat melindungi

matanya dari pasir yang berterbangan. Unta juga

memiliki kaki tebal untuk berjalan dipasir yang panas

dan lubang hidung yang dapat ditutup pada saat badai

pasir.

2) Penyesuaian Tingkah Laku terhadap Lingkungannya

Beberapa jenis hewan ada yang menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara mengubah tingkah laku. Cara ini selain

untuk mendapatkan makanan juga untuk melindungi diri dari

(48)

33 a) Bunglon

Bunglon dapat murubah warna kulitnya sesuai

dengan warna tempat ia berada. Ketika berada dipohon

yang berwarna coklat maka tubuh bunglon akan berwarna

coklat. Begitu juga ketika ia berada dipoh yang berwarna

hijau maka tubuhnya akan berwarna hijau. Perubahan tubuh

pada bunglon merupakan bentuk penyesuaian diri agar ia

terlindung dari musuhnya. Perubahan warna bunglon ini

disebut mimikri.

b) Kalajengking

Kalajengking melindungi dirinya dari musuh

dengan menggunakan sengatnya. Sengatnya mengandung

racun yang dapat membunuh musuhnya. Hewan lain yang

menggunakan zat beracun untuk melindungi dirinya dari

serangan musuh adalah kelabang, lebah, dan ular.

c) Cumi-cumi

Cumi-cumi melindungi diri dari musuhnya dengan

cara menyemburkan cairan seperti tinta kedalam air. Tinta

hitam itu akan dikeluarkan cumi-cumi ketika dirinya

terancam bahaya. Cumi-cumi dengan segera akan

mengeluarkan tinta untuk mengaburkan pandangan

(49)

34 d) Siput

Siput memiliki pelindung tubuh yang keras dan kuat

yang disebut cangkang. Hewan jenis ini melindungi diri

dari musuhnya denga cara memasukkan tubuhnya kedalam

cangkang. Kura-kura dan penyu juga memiliki cangkang

yang digunakan untuk melindungi diri dari musuhnya.

e) Walang Sangit

Walang sangit dikenal sebagai hama padi. Hewan

ini melindungi diri dari musuhnya dengan cara

mengeluarkan bau yang sangat menyengat sehingga musuh

menjauhinya.

f) Walang Daun

Walang daun hidup pada tumbuhan yang

mempunyai bentuk dan warna tubuh yang menyerupai

daun. Keadaan tubuh yang seperti ini sangat

menguntungkan walang daun

g) Harimau, Anjing, dan Singa

Binatang ini mempunyai kuku dan gigi yang tajam.

Kuku dan gigi yang tajam digunakan untuk melindungi

dirinya, jika ada musuh yang datang, mereka akan

(50)

35 h) Sapi, Kambing, Kerbau, dan Kijang

Hewan tersebut mempunyai tanduk yang runcing.

Hewan-hewan tersebut menggunakan tanduknya pada saat

bertarung dengan musuhnya.

i) Ular

Ada dua jenis ular, yaitu ular berbisa dan ular tidak

berbisa. Ular berbisa adalah ular yang mempunyai zat

beracun bagi musuh. Zat itu disebut bisa, yang dihasilkan

oleh suatu kelenjar misalnya ular kobra. Ular yang tidak

bebisa melindungi dirinya dengan cara membelitkan

tubuhnya ke tubuh musuh. Belitan ular yang sangat kuat

juga dapat mengakibatkan kematian bagi musuhnya.

Misalnya ular piton

j) Cicak

Cicak melindungi diri dari serangan musuhnya

dengan cara memutuskan ekornya. Hal itu disebut

autotomi. Bagian ekor yang putus ini dapat bergerak-gerak

sehingga mengalihkan perhatian musuhnya. Saat itulah ia

pergi melarikan diri. Di bagian tubuh yang putus itu akan

tumbuh bagian ekor yang baru. Tumbuh ekor yang telah

(51)

36 k) Musang dan kumbang

Musang dan kumbang berpura-pura mati ketika

diserang musuh. Jika musuh sudah pergi, mereka segera

pergi ketempat lain.

b. Penyesuaian Diri Tumbuhan Terhadap Lingkungan

1) Berdasarkan Tempat Hidupnya

Tumbuhan juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tumbuhan bisa hidup di air dan daratan. Bagaimana tumbuhan

menyesuaikan diri dengan lingkungannya? Marilah kita bahas

uraian berikut.

a) Tumbuhan hidup di air

Tumbuhan yang hidup di air contohnya teratai,

enceng gondok, kangkung, dan genjer. Tanaman ini,

mempunyai daun yang lebar. Mempunyai rongga udara

pada batangnya untuk membantu penguapan. Akar yang

kuat menancap di dasar untuk keseimbangan daun.

Tanaman air kebalikan dari tanaman di daerah kering.

Tanaman ini berusaha melepas uap air sebanyak-banyaknya

ke udara. Rongga udara berguna agar dapat mengapung.

b) Tumbuhan yang hidup di dua musim

Tumbuhan ada yang hidup di dua musim. Artinya

tumbuhan mengalami musim penghujan dan kemarau. Pada

(52)

37 musim kemarau air sangat sulit diperoleh. Tumbuhan yang

hidup pada dua musim memiliki ciri-ciri yaitu:

(1) dapat menggugurkan daunnya pada musim kemarau

(meranggas), dan

(2) dapat melebarkan daunnya pada musim penghujan.

Contoh tanamannya, antara lain pohon jati dan mahoni.

Pada musim kemarau pohon ini akan mengurangi daun.

Pengurangan daun untuk mengurangi penguapan. Cemara

mempunyai daun lembut dan meruncing. Sedangkan

rumput akan menghabiskan daunnya, tetapi umbinya tetap

hidup di dalam tanah.

c) Tumbuhan di daerah kering/gurun

Daerah gurun sangat jarang terjadi hujan. Sepanjang

hari daerah ini disinari matahari yang terik. Tumbuhan pada

daerah kering memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Berdaun tebal dengan lapisan lilin (untuk mengurangi

penguapan)

(2) Batangnya lebar menggembung (untuk menyimpan

cadangan air)

(3) Daunnya berupa duri

(4) Akar menghujam jauh ke dalam tanah dan bercabang

(53)

38 Contoh tumbuhan gurun adalah kaktus. Pada saat

kering kaktus akan menggunakan cadangan makanan,

cadangan makanan tersimpan di batang. Bila cadangan

makanan digunakan, batangnya mengerut. Tetapi saat hujan

tiba batang kaktus mengembung lagi

2) Berdasarkan Cara Melindungi Diri

Hewan bisa berlari, untuk melepaskan diri. Tetapi

tumbuhan memiliki cara tersendiri melindungi diri. Tumbuhan

mempunyai bagian tubuh untuk melindungi diri. Bagian mana

sajakah tumbuhan bisa menjaga diri? Marilah kita pelajari

bersama. Berikut adalah tumbuhan yang dikelompokkan

berdasarkan cara melindungi dirinya.

a) Menggunakan duri

Duri tumbuh pada batangnya. Amatilah bunga

mawar yang ada di tamanmu! Indah dan wangi ya, tapi

hati-hati kalau kurang hati-hati terkena durinya. Contoh

tumbuhan yang lain yaitu pohon salak, jeruk, dan

bougenvil.

b) Menggunakan getah

Pohon memiliki getah yang sangat lengket. Getah

akan keluar jika kulit pohon tergores atau rantingnya patah.

Contohnya, pohon sawo, nangka, jambu mete, dan pohon

(54)

39 c) Menggunakan bulu yang tajam

Ada tumbuhan tertentu yang melindungi diri dengan

bulu yang tajam. Bulu yang tajam terdapat pada bagian

batang. Bulu yang tajam dapat melekat kuat serta

menyebabkan gatal-gatal. Contohnya bulu pada pohon

bambu dan tebu.

d) Mengandung racun

Daun singkong sangat berbahaya jika dimakan

mentah. Maka saat akan memakan daun singkong, harus

direbusnya terlebih dahulu. Sehingga dapat menghilangkan

racunnya. Daun ini aman dari hewan pemangsanya. Karena

dapat menjadi racun bagi hewan-hewan tersebut

C. Model pembelajaran kooperatif

1. Pengertian

“Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri

dari empat sampai enam orang denagn struktur kelompok yang bersifat

heterogen” (Rusman, 2011: 202).

“Dalam sistem pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama dengan

anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab,

yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membentu sesama

(55)

40 Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan

oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan

serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk

membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru

biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas

(Suprijono, 2011: 54-55).

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.

Dilaksanakan melalui sharing antar teman antar kelompok, dimana

guru membagi kelompok-kelompok secara heterogen.

a. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar

yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

(Hamruni, 2011: 2119).

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi

pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari

proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses

kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

kemampuan akademik dalam artian penguasaan materi pelajaran,

tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi

(56)

41 cooperative learning. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran

kooperatif dapat dijelaskan sebagi berikut:

1) Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan

secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan.

Oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa

belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen seperti yang kita pelajari pada bab sebelumnya

mempunyai tiga fungsi, yaitu: 1) fungsi manajemen sebagai

perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran

kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan

langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara

mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai

tujuan dan lain sebagainya. 2) fungsi manajemen sebagai

organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

memerlukan perencanaan yang matang agar proses

pembelajaran berjalan dengan efektif. 3) fungsi manajemen

sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui

(57)

42 3) Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh

keberhasiloan secara kelompok, oleh karenanya prinsip

kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam

pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik,

pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang

optimal.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktifitas

melalui kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan

demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup untuk

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan pada paham konstruktivis.

Dalam pembelajaran koopeatif diterapkan strategi belajar

dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang

tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling membantu

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok

(58)

43 b. Tujuan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran dapat menjadi salah satu metode untuk

mengelola anak-anak dengan problema belajar, termasuk anak

kurang berprestasi karena tujuan dari model pembelajaran ini salah

satunya adalah meningkatkan prestasi akademik. Menurut Ibrahim

dkk (2000: 3) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

memcapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran. Ketiga tujuan

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tujuan pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam

tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat

bahwa model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa

memahami konsep-konsep yang sulit. Model struktur

penghargaan kooperatif juga mampu meningkatkan penilaian

siswa pada belajar akademik dan perubahan nrma yang

berhubungan dengan hasil belajar.

2) Penerimaan yang luas terhadap orang-orang dengan latar

belakang yang berbeda, baik berdasarkan ras, budaya, kelas

sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran

kooperatif memberikan peluang kepada para siswa yang

berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja untuk saling

(59)

44 penggunaan struktur penghargaan kooperatif, mereka belajar

untuk saling menghargai.

3) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan

kolaborasi. Keterampilan-keterampilan ini penting karena

banyak orang, nbaik anak muda maupun orang dewasa yang

keterampilan sosialnya masih kurang.

c. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti

dijelaskan di bawah ini:

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan penyelesaian

sebuah tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan

setiap anggota kelompoknya. Karenanya, perlu disadari oleh

setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian

tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing

anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok

akan merasa saling ketergantungan.

Agar tercipta kelompok kerja yang efektik, setiap anggota

kelompok perlu membegi tugas esuai dengan tujuan

kelompoknya. Tugas terebut tentu saja disesuaikan dengan

kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat

ketergantungan positif. Artinya, tugas kelompok tidak mungkin

(60)

45 menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama

yang baik dari masing0masing anggota kelompok, anggota

kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau

dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan

tugasnya.

2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama,

karena keberhasilan kelompok tegantungpada tiap anggotanya,

maka setiap anggota kelompok harus memiliki tangging jawab

sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan

yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk

mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian

terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu harus

berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan

yang luas kepada setiap anggita kelompok untuk bertatap muka

saling memberikan informasi dan salimg membelajarkan.

Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang

berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama,

menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan

masing anggota, dan emngisi kekurangan

(61)

46 4) Partisipasi dan komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu

berpartisipasi dan berkomunikasi. Kemampuan ini penting

sebagai bekal mereka dalam kehidupan dimasyarakat kelak,

oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu

membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya

kemampuan mendengar dan kemampuan berbicara, padahal

keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap

anggota. Agar dapat melakukan partisipasi dan komunikasi,

siswa perlu dibekali kemampuan-kemampuan berkomunikasi

(Hamruni, 2011: 125-127).

d. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tabel 2.1 6 fase model pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase:

Fase-Fase Prilaku Guru

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan

pembelajaran dan

mempersiapkanpeserta

didiksiap belajar

Fase 2: Present Information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi

kepada peserta didik secara

verbal

(62)

47 into learning teams

Mengorganisir peserta didik

ke dalam tim-tim belajar

kepada peserta didik tentang

tata cara pembentukan tim

belajar dan membantu

kelompok melakukan transisi

yang efisien

Fase 4: Assist team work and

study

membantu kerja tim dan

belajar

Membantu tim-tim belajar

selama peserta didik

mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta

didik mengenal berbagai

materi pembelajaran atau

kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil

kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Mempersiapkan cara

untukmengajui usaha dan

prestasi individu maupun

kelompok

Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran

kooperatif. Hal ini pentint untuk dilakukan karena peserta didik

(63)

48 pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi,

sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga,

kekacauan bisa saja terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi

pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus

diorkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen perlu

dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru

harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling

bekerjasama didalam kelompok. Tiap anggota kelompok

memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung

tercapainya tujuan kelompok. Pada faseketiga ini terpenting

jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya

menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.

Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar,

mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta

didik dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang

diberikan kepada guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau

meminta beberapa peserta didik mengulangi hal yang sudah

ditunjukkannya. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan

melakukan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan

pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan stuktur

reward yang akan diberikan kepada peserta didik. Variasi

struktur reward bersifat individualistis, kompetitif, dan

(64)

49 sebuah reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang

dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika

peserta didik diakui usaha individualnya berdasarkan

perbandingan dengan orang lain. Stuktur reward kooperatif

diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling

bersaing (Suprijono, 2010: 65-66).

e. Keunggulan dan Kelemahan pembelajaran kooperatif

1) Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagi suatu strategi

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar

dari siswa yang lain.

b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata (verbal) dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

c) Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, menyadari

segala keterbatasannya, dan bersedia menerima segala

perbedaan

d) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

Gambar

Gambar 1.1 Empat Langkah Penelitian dalam PTK Suyadi (2010: 50)
Gambar 2.1 Macam-Macam Bentuk Kaki Burung
Gambar 2.2 Macam-Macam Bentuk Paruh
Tabel 2.1 6 fase model pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mengenai Pemberian Cairan Rehidrasi Oral pada Bayi yang Terkena Diare di Beberapa Rumah

Oleh karena angka kesakitan jiwa semakin tahun semakin meningkat seperti kelainan pada anak yang makan makanan yang tidak lazim seperti makan pasir, makan paku dll, serta

Jika persegi panjang ABCD sebangun dengan persegi panjang KLMN yang sisi terpanjangnya memiliki ukuran 24 cm, maka ukuran lebar dari persegi panjang KLMN adalah ......

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Pada hari ini, Senin tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua Ribu Lima Belas, kami Kelompok Kerja (Pokja) Pekerjaan Konstruksi Dana Alokasi Khusus (DAK) Dinas Pekerjaan Umum,

Banyak penonton sepak bola di stadion pada hari Sabtu adalah 2.678 orang, sedangkan pada hari Minggu sebanyak 4.795 orang.. Berapa orang jumlah penonton dalam dua

Visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2014 membutuhkan dukungan pemangku kepentingan terkait, termasuk Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana

meganalisis harga saham.. peneliti menggunakan analisis fundamental. 392) dalam Alifa Widiastuti Nugroho (2016) mengungkapkan bahwa informasi yang dipublikasikan