• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010:37), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Sedangkan menurut Slavin (Isjoni dan Ismail, 2008:150) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil sehingga tujuan belajar dapat tercapai karena kondisi belajar dapat maksimal.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima prinsip utama dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yaitu sebagai berikut (Anita Lie, 2010:31-37):

a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu

dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu

melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil

kerja kelompok mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Rusman, 2010:208):

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.

Menurut Daryanto dan Muljo (2012:242), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa dalam berkelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing- masing individu.

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2011:212), prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Penjelasan materi, tahapan ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pembelajaran.

b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006:247). d. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling

menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7):

a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.

c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

6. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Setiap model pembelajaran pasti memiliki keunggulan serta kelemahan.

a. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif (Wina Sanjaya, 2006:247) 1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi

dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.

2) Dapat mengembangkan kemampuan mengembangkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain.

3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

5) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

6) Interaksi selama kooperatif berlangsung, dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

b. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif (Wina Sanjaya, 2006:248) 1) Untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajaran

kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.

2) Ciri utama dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran

langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan berdasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari , bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4) Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak dapat mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.

5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.

7. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suyatno (2009:52), model-model pembelajaran kooperatif sangat beragam, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) b. Tipe Numbering Head Together (NHT)

c. Tipe Jigsaw

d. Tipe Think Pairs and Share (TPS) e. Tipe Teams Games Tournament (TGT)

f. Tipe Role Playing

g. Tipe Course Review Horay (CRH) h. Tipe Make a Match

i. Tipe Mind Maping

j. Tipe Examples Non Examples

k. Tipe Take and Give

Dokumen terkait