• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Paired Storytelling dalam

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh SRI ASTUTI NIM (Halaman 37-0)

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

8. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Paired Storytelling dalam

Model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling mengajak siswa untuk meningkatkan daya konsentrasi serta merangsang untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berimajinasi titik model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling efektif diterapkan di semua jenjang pendidikan serta dalam mata pelajaran apapun. Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling dapat terlihat dari peningkatan keterampilan menyimak cerita dan partisipasi aktif siswa selama kegiatan pembelajaran. Peningkatan keterampilan menyimak cerita dapat terlihat dari hasil penulisan kata kunci yang sesuai dengan bahan simakan, sedangkan versi karangan yang dihasilkan tidak harus sama

dengan bahan cerita sebenarnya namun harus sesuai dengan alur cerita.

Partisipasi aktif siswa selama kegiatan pembelajaran melalui hasil unjuk kerja menjadi indikator bahwa model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling dapat mengaktifkan peran serta dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran. Melalui model pembelajaran ini mampu memberikan pengalaman kepada siswa untuk meningkatkan keterampilannya dan menyimak cerita maupun berbagai informasi dalam kegiatan pembelajaran.

9. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Paired Storytelling

a. Kelebihan

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan membaca, berbicara, bercerita, bertanya dan membahas suatu masalah.

2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan megajarkan keterampilan berdiskusi.

3. Para siswa lebih efektif bergabung dalam pelajaran mereka dan berpartisipasi dalam berdiskusi.

4. Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain dan saling membantu dalam usahanya mencapai tujuan.

b. Kekurangan

1. Menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda – beda dan gaya mengajar yang berbeda – beda pula.

2. Keberhasilan strategi kerja kelompok/bercerita berpasangan ini bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

B. Kerangka Pikir

Berangkat dari kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia di SD memiliki empat keterampilan, yaitu keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampialan membaca dan keterampilan menulis. Dimana peneliti dalam penelitian ini mengambil penelitian keterampilan menyimak cerita siswa, pertama peneliti memberikan sebuah cerita kepada siswa kemudian siswa menyimak cerita tersebut, dalam cerita tersebut siswa memperhatikan tema, tokoh, latar dan amanat (pretest) tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai.

Selanjutnya peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling (posttest) tes yang dilakukan diawal pembelajaran. Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling peneliti kemudian menganalisis dan selanjutnya peneliti sudah menemukan hasil apakah model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling efektif atau tidak efektif.

Maka melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat dan efektif diharapkan terjadi perubahan sikap dan hasil belajar siswa serta peningkatan kualitas kualitas pembelajaran dengan menggunakan model paired storytelling.

Terhadap menyimak cerita pada siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

Berikut alur kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Bagan 2.1 Alur Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Keterampilan

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah pernyataan yang dapat diuji mengenai hubungan antar variabel. Pernyataan tersebut bersifat sementara atas pertanyaan pada perumusan masalah (Noor 2015:81). Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir dapat dituliskan hipotesis sebagai berikut.

Hipotesis (H0) : “Tidak efektif antara penerapan model pembelajaran paired storytelling terhadap keterampilan menyimak cerita siswa SD kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa”.

Hipotesis (H1) : “Efektif antara penerapan model paired storytelling terhadap keterampilan menyimak cerita siswa SD kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa”.

26 A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yang mengacu pada jenis pendekatan penelitian eksperimen yaitu jenis pre – experimental design yang bertujuan untuk menguji tingkat keefektifan suatu perlakukan terhadap sampel penelitian. Penelitian kuantitatif menurut (Sugiyono 2015:13) adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Design ini belum merupakan eksperimen sungguh – sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata – mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. (Sugiyono, 2013: 108).

2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu jenis One – Group – pretest – Posttest design. Dalam penelitian ini, hasil perlakuan

dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan (treatment). Adapun design penelitian ini sebagai berikut:

O1 = Tes awal sebelum diberikan perlakuan (pretest) O2 = Tes akhir setelah diberikan perlakuan (posstest)

X = Perlakuan yang diberikan dengan menggunakan model Paired Storytelling terhadap keteramplan menyimak cerita.

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu dimensi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Sugiyono, 2014).

Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya maka penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), sesuai dengan judul penelitian penulis pengelompokkan variabel – variabel dalam judul tersebut sebagai berikut :

1. Variable Bebas/Independent Variabel

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2011:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling.

2. Variabel Terikat/Dependent Variabel

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2011:39).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Keefektifan model pembelajaran paired storytelling dalam penelitian ini mengacu pada adanya peningkatan kemampuan siswa terhadap menyimak informasi berupa cerita fabel yang didengarkan secara lisan.

Peningkatan kemampuan menyimak cerita siswa tersebut diukur dengan menggunakan instrumen penelitian sebagai hasil dari unjuk kerja.

2. Paired storytelling memiliki tahap operasional dan proseduy yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran sehingga pada saat penelitian

ini teknik yang dapat didefinisikan suatu model pembelajaran yang kooperatif. Kegiatan pembelajaran menyimak sebuah cerita dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling dalam penelitian ini bertujuan membantu siswa dalam mengaktifkan sekemata agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan berimajinasi.

3. Dalam penelitian ini keterampilan menyimak yang akan diteliti berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami dan menangkap isi dari bahan simakan yang telah diperdengarkan secara lisan oleh peneliti dan selanjutnya dapat dituliskan kebeberapa kata kunci yang dapat mewakili ini dari bahan simakan tersebut, menuliskan kembali isi dari bahan simakan tersebut secara terartur berdasarkan kata kunci dalam cerita dan mengidentifikasi unsur – unsur dari bahan simakan tersebut. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu nilai yang didapat oleh siswa pada tes awal (pretest) tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai dan nilai yang didapat siswa pada saat tes akhir (posttest) test yang dilakukan diakhir pembelajaran.

4. Cerita merupakan karangan sastra dengan bahasa biasa yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang ataupun sebagainya, bukan puisi yang terdiri dari kalimat – kalimat yang jelas runtutan pemikirannya, ditulis satu kalimat yang lainnya, dalam

kelompok yang merupakan alinea-alinea (Faisal 2007:7-16). Cerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerita fabel. Fabel merupakan cerita dongeng yang meceritakan kehidupan hewan yang berperilaku menyerupai manusia.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono:

2013). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

No Kelas Jumlas Siswa

Tabel 3.2 Jumlah siswa SD Inpres Kayumalle

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah populasi yang digunakan) (Arikunto 2010:174).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan sedemikian rupa dengan pertimbangan tertentu sehingga sampel yang digunakan benar-benar dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenar-benarnya. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan atau tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri atau sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek tidak didasarkan atas strata, random, atau daerah akan tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto 2010:183). Adapun sampel dalam penelitian ini

No Kelas Jenis Kelamin Sampel

Menurut Arikunto (2010:203) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam instrument tersebut

dapat diketahui bahwa instumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat.

1. Tes Hasil Belajar

Menurut Zainun dan Nasoetion (1997:28-31) mengemukakan tes merupakan salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menemukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk keberhasilan suatu program pendidikan.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dilakukan sebelum treatment, pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh murid sebelum digunakan medel pembelajaran. paired storytelling terhadap menyimak cerita.

2. Lembar Observasi Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktifitas siswa dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran paired storytelling. Lembar observasi merupakan keseluruhan aspek yang berhubungan dengan kurikulum yang menjadi pedoman dalam pembelajaran.

Lembar oservasi ini berisi item yang akan diamati pada saat terjadi proses pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir, adapun langkah – langkah pengumpulan data yang akan dilakukan sebagai berikut :

1. Tes Awal (pretest)

Tes awal dilakukan sebelum treatment, pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh murid sebelum digunakan model pembelajaran paired storytelling.

2. Tes

Dalam hal ini peneliti menggunakan model pembelajaran paired storytelling pada pembelajaran bahasa Indonesia. Langkah – langkah model pembelajaran paired storytelling sebagai berikut :

a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

b. guru membagi bahan cerita menjadi dua bagian, kemudian siswa dibagi secara berpasangan dan bahan cerita dibagikan kesiswa sesuai dengan bagiannya masing – masing. Cerita pertama diperuntukkan untuk siswa pertama dan cerita kedua untuk siswa kedua.

c. Selanjutnya siswa diminta untuk menyimak cerita bagiannya masing – masing. Sambil menyimak cerita siswa mecatat beberapa kata kunci yang ada dalam bagiannya masing – masing.

d. Setelah selesai menyimak siswa saling menukarkan daftar kata kunci dengan pasangannya sambil mengingat bagian yang telah disimak.

Masing – masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum disimak berdasarkan kata kunci dari pasangannya.

e. Setelah selesai menulis siswa diberikan kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.

3. Tes akhir (posttest)

Setelah treatment, tindakan selanjutnya adalah posttest untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran paired stoeytelling.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai tersebut dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan antara nilai pretest dengan nilai Post test. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t- test). Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh masing-masing variabel bebasnya (Variabel Independen) secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya (Variabel Dependen). Dengan demikian langkah-langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen One Group Pretest Posttest Design adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2015:206). Statistic deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variable penelitian yang diperoleh melalui hasil – hasil

pengukuran seperti mengukur rata – rata (mean), standar deviasi dan varian, serta mendeskripsikan data dalam bentuk table (Sugiyono, 2003:170). Adapun langkah – langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut :

a) Rata – rata (mean)

f = Frekuensi yang dicari persentasenya N = Banyaknya sampel responden

Dalam analisis ini peneliti menerapkan tingkat kemampuan siswa dalam meningkatkan penguasaan materi pelajaran sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh kurikulum 2013 yaitu :

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

0 – 59 Sangat rendah

60 – 69 Rendah

70 – 79 Sedang

80 – 89 Tinggi

90 – 100 Sangat tinggi

Tabel 3.4 Standar Ketuntasan Hasil Belajar

2. Analisis Data Statistik Inferensial

Pengguna data statistik inferensial pada peneliti menggunakan teknik statistik t (uji t). yaitu sebagai berikut :

Md = Perbedaan rata – rata pada pretest serta posttest X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan diberikan tes awal X2 = Hasil belajar sesudah diberikan perlakuan pada tes akhir d = Deviasi masing-masing subjek

∑ X 2d = Jumlah kuadrat deviasi N = Pokok pada sampel

Adapun Langkah-langkah pengujian pada hipotesis sebagai berikut:

a) Mencari harga “Md” dapat dirumuskan:

Md = Keterangan:

Md = Perbedaan rata – rata pada pretest dan posttest

= Jumlah dari gain (posttest – pretest) N = Pokok pada sampel.

b) Mencari harga “ ∑ X 2d ” dapat dirumuskan:

c) Menentukan harga t Hitung dapat dirumuskan:

t

=

√∑

Penjelasan:

Md = Rata- rata pada perbedaan pretest serta posttest X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan diberikan tes awal X2 = Hasil belajar sesudah diberikan perlakuan pada tes akhir d = Deviasi masing-masing subjek

∑ X 2d = Jumlah kuadrat deviasi N = Pokok pada sampel

d) Menetapkan aturan pengambilan keputusan serta kriteria yang relevan Kaidah pengujian relevan:

Jadi t = tHitung > tTabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, maka penggunaan model pembelajaran paired storytelling efektif digunakan pada keterampilan menyimak cerita siswa SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

e) Jadi tHitung < tTabel sehingga Ho diterima, maka penggunaan model pembelajaran paired storytelling tidak efektif untuk digunakan pada keterampilan menyimak cerita siswa SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Menetapkan harga tTabel serta Mencari tTabel memakai tabel distribusi t serta taraf signifikan a = 0,05 dan dk = n – 1.

f) Mengambil kesimpulan dimana penggunaan model pembelajaran paired storytelling efektif digunakan pada hasil keterampilan menyimak cerita siswa SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

39 A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan tentang efektifitas penggunaan model pembelajaran Paired Storytelling terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dan analisis data penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif dan inferensial. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dikelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa mulai tanggal 2 Agustus 2021 – 21 Agustus 2021, maka hasil penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1. Deskripsi Hasil Tes Awal (Pretest) Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V SD Inpres Kayummale Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa sebelum diterapkan Model Pembelajaran Paired Storytelling

Dari hasil analisis yang menunjukkan hasil keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa sebelum menggunakan model pembelajaran Paired Storytelling. Berikut ini adalah data hasil perolehan hasil kategori aspek keterampilan menyimak cerita siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Paired Storytelling.

Tabel 4.1 Perhitungan untuk Mencari Mean (rata – rata) Nilai Tes Awal (Pretest)

X F F . X

25 1 25

40 1 40

45 4 180

50 2 100

55 4 220

Jumlah 12 560

Dari data diatas maka diketahui nilai dari ∑ = 560 sedangkan nilai pada N yaitu 12. Maka, dapat diperoleh nilai mean (rata – rata) adalah sebagai berikut :

̅ =

=

=

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh diatas maka nilai pada hasil keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa, sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling yaitu 46,67. Maka dapat dikelompokkan pada pedoman Departemen

Pendidikan sera Kebudayaan (Depdikbud), sehingga keterangan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Menyimak Pretest

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) disimpulkan bahwa pada tahap pretest hasil belajar siswa dengan menggunakan pedoman menyimak cerita anak dapat dikategorikan sangat rendah yaitu 100%. Dilihat dari hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling tergolong sangat rendah.

Tabel 4.3 Deskripsi Kemampuan Menyimak Pretest

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 ≤ × ≤ 70 Tidak tuntas 12 100%

70 ≤ × ≤ 100 Tuntas - -

Jumlah 12 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disamakan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar siswa yang peneliti temukan adalah apabila jumlah siswa yang memenuhi atau melebihi nilai KKM (70) maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyimak siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa belum mencapai ktiteria ketuntasan hasil belajar secara keseluruhan karena siswa yang tuntas tidak ada atau 0%.

2. Deskripsi Hasil Belajar (Posttest) Keterampilan Menyimak Cerita

Siswa Kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa setelah diterapkan Model Pembelajaran Paired Storytelling

Selama penelitian, kelas berubah setelah menerima perawatan.

Perubahan tersebut diwujudkan dalam perubahan kemampuan menyimak, yaitu data yang diperoleh setelah posttest. Perubahan tersebut dapat dilihat data data berikut ini :

Data hasil perolehan skor kemampuan menyimak kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling dengan cara mencari nilai mean (rata – rata) posttest melalui tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Perhitungan untuk Mencari Mean (rata – rata) nilai

Pada data hasil posttest diatas maka dapat diketahui bahwa nilai pada ∑ = 855 serta nilai dari N sendiri adalah 12. Maka dapat diperoleh nilai mean (rata – rata) sebagai berikut :

̅ =

=

=

71,25

Berdasarkan hasil perghitungan diatas maka dapat diperoleh nilai rata – rata dari hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa, setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling yaitu 71,25 berdasarkan skor ideal 100. Maka dikategorikan pada pedoman

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), sehingga keterangan siswa dapat dilihat berdasarkan tabel dibawa ini.

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Menyimak Posttest

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0 – 59 Sangat rendah 1 8 %

Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap posttest dengan menggunakan pedoman menyimak cerita anak dapat dikelompokkan menjadi sangat tinggi 17%, tinggi 8%, sedang 33%, rendah 33% serta sangat rendah terdapat pada persentase 8%. Berdasarkan pada hasil persentase yang ada maka dapat dinyatakan bahwa tingkat kemampuan menyimak siswa menigkat setelah diterapkannya model pembelajaran paired storytelling.

Tabel 4.6 Deskripsi Kemampuan Menyimak Posttest

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 ≤ × ≤ 70 Tidak tuntas 5 42 %

70 ≤ × ≤ 100 Tuntas 7 58 %

Jumlah 12 100 %

Jika tabel 4.6 disamakan dengan indikator kriteria kemampuan menyimak cerita anak maka siswa yang dipilih oleh peneliti yaitu total siswa yang memenuhi nilai KKM (70) maka dapat simpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa sudah memenuhi syarat ketuntasan kemampuan menyimak cerita secara keseluruhan karena siswa yang tuntas adalah 58%.

3. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Paired Storytelling terhadap Keterampila Menyimak Cerita Siswa

Kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa

Sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu “Aapakah Model Pembelajaran Paired Storytelling Efektif terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa kelas V SD Inpres kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa”. Sehingga teknik yang dipakai dalam menguji hipotesis itu sendiri adalah teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji – t.

Tabel 4.7 Analisis Skor Pretest dan Posttest No X1 (Pretest) X2 (Posttest) d = X2 – X1 d2

1 45 75 30 900

2 45 60 14 225

3 25 70 45 2025

4 55 60 5 25

5 50 75 25 625

6 45 65 20 400

7 40 50 10 100

8 55 80 25 625

9 55 75 20 400

10 50 90 40 1600

11 55 90 35 1225

12 45 65 20 400

560 885 290 8550

Langkah – langkah untuk menguji hipotesis yaitu sebagai berikut : 1. Mencari harga “Md” menggunakan rumus :

=

= 24,17

2. Untuk mencari harga “∑ menggunakan rumus :

∑ = ∑

= 8550 – 7008

= 1542

3. Menentukan harga thitung

t =

t =

t =

t =

t =

t =

10,41

4. Menemukan harga ttabel

Untuk mencari ttabel peneliti menggunakan tabel tabel distribusi t dengan taraf signifikan α = 0,05 dan d . b = N – 1 = 12 – 1 = 11 maka diperoleh t0,05 = 1,796.

Setelah diperoleh tHitung = 10,41 dan tTabel = 1,796 sehingga diperoleh t Hitung ˃ t Tabel atau 10,41 ˃ 1,796. Maka dapat disimulkan bila H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dari penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran paired storytelling efektif terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu kabupaten Gowa.

B. Pembahasan

1. Gambaran Implementasi Model Pembelajaran Paired Storytelling terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa

Model pembelajaran paired storytelling merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada kegiatan bekerjasama antara siswa yang satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan pelaksanaan dilaksanakan dengan pembentukan kelompok kecil sehingga siswa akan salin bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Berdasarkan hasil pretest, nilai rata – rata hasil belajar siswa 46,67 dengan kategori yakni sangat rendah 100%, rendah 0%, sedang 0%, tinggi 0% dan sangat tinggi 0%. Melihat dari hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa kemampuan menyimak siswa tergolong sangat rendah sebelum diterapkan model pembelajaran paired storytelling.

Dengan demikian paired storytelling dalam kaitannya dalam

Dengan demikian paired storytelling dalam kaitannya dalam

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh SRI ASTUTI NIM (Halaman 37-0)

Dokumen terkait