• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh SRI ASTUTI NIM (Halaman 50-64)

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai tersebut dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan antara nilai pretest dengan nilai Post test. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t- test). Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh masing-masing variabel bebasnya (Variabel Independen) secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya (Variabel Dependen). Dengan demikian langkah-langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen One Group Pretest Posttest Design adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2015:206). Statistic deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variable penelitian yang diperoleh melalui hasil – hasil

pengukuran seperti mengukur rata – rata (mean), standar deviasi dan varian, serta mendeskripsikan data dalam bentuk table (Sugiyono, 2003:170). Adapun langkah – langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut :

a) Rata – rata (mean)

f = Frekuensi yang dicari persentasenya N = Banyaknya sampel responden

Dalam analisis ini peneliti menerapkan tingkat kemampuan siswa dalam meningkatkan penguasaan materi pelajaran sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh kurikulum 2013 yaitu :

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

0 – 59 Sangat rendah

60 – 69 Rendah

70 – 79 Sedang

80 – 89 Tinggi

90 – 100 Sangat tinggi

Tabel 3.4 Standar Ketuntasan Hasil Belajar

2. Analisis Data Statistik Inferensial

Pengguna data statistik inferensial pada peneliti menggunakan teknik statistik t (uji t). yaitu sebagai berikut :

Md = Perbedaan rata – rata pada pretest serta posttest X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan diberikan tes awal X2 = Hasil belajar sesudah diberikan perlakuan pada tes akhir d = Deviasi masing-masing subjek

∑ X 2d = Jumlah kuadrat deviasi N = Pokok pada sampel

Adapun Langkah-langkah pengujian pada hipotesis sebagai berikut:

a) Mencari harga “Md” dapat dirumuskan:

Md = Keterangan:

Md = Perbedaan rata – rata pada pretest dan posttest

= Jumlah dari gain (posttest – pretest) N = Pokok pada sampel.

b) Mencari harga “ ∑ X 2d ” dapat dirumuskan:

c) Menentukan harga t Hitung dapat dirumuskan:

t

=

√∑

Penjelasan:

Md = Rata- rata pada perbedaan pretest serta posttest X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan diberikan tes awal X2 = Hasil belajar sesudah diberikan perlakuan pada tes akhir d = Deviasi masing-masing subjek

∑ X 2d = Jumlah kuadrat deviasi N = Pokok pada sampel

d) Menetapkan aturan pengambilan keputusan serta kriteria yang relevan Kaidah pengujian relevan:

Jadi t = tHitung > tTabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, maka penggunaan model pembelajaran paired storytelling efektif digunakan pada keterampilan menyimak cerita siswa SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

e) Jadi tHitung < tTabel sehingga Ho diterima, maka penggunaan model pembelajaran paired storytelling tidak efektif untuk digunakan pada keterampilan menyimak cerita siswa SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Menetapkan harga tTabel serta Mencari tTabel memakai tabel distribusi t serta taraf signifikan a = 0,05 dan dk = n – 1.

f) Mengambil kesimpulan dimana penggunaan model pembelajaran paired storytelling efektif digunakan pada hasil keterampilan menyimak cerita siswa SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

39 A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan tentang efektifitas penggunaan model pembelajaran Paired Storytelling terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dan analisis data penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif dan inferensial. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dikelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa mulai tanggal 2 Agustus 2021 – 21 Agustus 2021, maka hasil penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1. Deskripsi Hasil Tes Awal (Pretest) Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas V SD Inpres Kayummale Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa sebelum diterapkan Model Pembelajaran Paired Storytelling

Dari hasil analisis yang menunjukkan hasil keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa sebelum menggunakan model pembelajaran Paired Storytelling. Berikut ini adalah data hasil perolehan hasil kategori aspek keterampilan menyimak cerita siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Paired Storytelling.

Tabel 4.1 Perhitungan untuk Mencari Mean (rata – rata) Nilai Tes Awal (Pretest)

X F F . X

25 1 25

40 1 40

45 4 180

50 2 100

55 4 220

Jumlah 12 560

Dari data diatas maka diketahui nilai dari ∑ = 560 sedangkan nilai pada N yaitu 12. Maka, dapat diperoleh nilai mean (rata – rata) adalah sebagai berikut :

̅ =

=

=

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh diatas maka nilai pada hasil keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa, sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling yaitu 46,67. Maka dapat dikelompokkan pada pedoman Departemen

Pendidikan sera Kebudayaan (Depdikbud), sehingga keterangan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Menyimak Pretest

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) disimpulkan bahwa pada tahap pretest hasil belajar siswa dengan menggunakan pedoman menyimak cerita anak dapat dikategorikan sangat rendah yaitu 100%. Dilihat dari hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling tergolong sangat rendah.

Tabel 4.3 Deskripsi Kemampuan Menyimak Pretest

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 ≤ × ≤ 70 Tidak tuntas 12 100%

70 ≤ × ≤ 100 Tuntas - -

Jumlah 12 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disamakan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil belajar siswa yang peneliti temukan adalah apabila jumlah siswa yang memenuhi atau melebihi nilai KKM (70) maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyimak siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa belum mencapai ktiteria ketuntasan hasil belajar secara keseluruhan karena siswa yang tuntas tidak ada atau 0%.

2. Deskripsi Hasil Belajar (Posttest) Keterampilan Menyimak Cerita

Siswa Kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa setelah diterapkan Model Pembelajaran Paired Storytelling

Selama penelitian, kelas berubah setelah menerima perawatan.

Perubahan tersebut diwujudkan dalam perubahan kemampuan menyimak, yaitu data yang diperoleh setelah posttest. Perubahan tersebut dapat dilihat data data berikut ini :

Data hasil perolehan skor kemampuan menyimak kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling dengan cara mencari nilai mean (rata – rata) posttest melalui tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Perhitungan untuk Mencari Mean (rata – rata) nilai

Pada data hasil posttest diatas maka dapat diketahui bahwa nilai pada ∑ = 855 serta nilai dari N sendiri adalah 12. Maka dapat diperoleh nilai mean (rata – rata) sebagai berikut :

̅ =

=

=

71,25

Berdasarkan hasil perghitungan diatas maka dapat diperoleh nilai rata – rata dari hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa, setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe paired storytelling yaitu 71,25 berdasarkan skor ideal 100. Maka dikategorikan pada pedoman

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), sehingga keterangan siswa dapat dilihat berdasarkan tabel dibawa ini.

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Menyimak Posttest

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 0 – 59 Sangat rendah 1 8 %

Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap posttest dengan menggunakan pedoman menyimak cerita anak dapat dikelompokkan menjadi sangat tinggi 17%, tinggi 8%, sedang 33%, rendah 33% serta sangat rendah terdapat pada persentase 8%. Berdasarkan pada hasil persentase yang ada maka dapat dinyatakan bahwa tingkat kemampuan menyimak siswa menigkat setelah diterapkannya model pembelajaran paired storytelling.

Tabel 4.6 Deskripsi Kemampuan Menyimak Posttest

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 ≤ × ≤ 70 Tidak tuntas 5 42 %

70 ≤ × ≤ 100 Tuntas 7 58 %

Jumlah 12 100 %

Jika tabel 4.6 disamakan dengan indikator kriteria kemampuan menyimak cerita anak maka siswa yang dipilih oleh peneliti yaitu total siswa yang memenuhi nilai KKM (70) maka dapat simpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa sudah memenuhi syarat ketuntasan kemampuan menyimak cerita secara keseluruhan karena siswa yang tuntas adalah 58%.

3. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Paired Storytelling terhadap Keterampila Menyimak Cerita Siswa

Kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa

Sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu “Aapakah Model Pembelajaran Paired Storytelling Efektif terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Siswa kelas V SD Inpres kayumalle Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa”. Sehingga teknik yang dipakai dalam menguji hipotesis itu sendiri adalah teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji – t.

Tabel 4.7 Analisis Skor Pretest dan Posttest No X1 (Pretest) X2 (Posttest) d = X2 – X1 d2

1 45 75 30 900

2 45 60 14 225

3 25 70 45 2025

4 55 60 5 25

5 50 75 25 625

6 45 65 20 400

7 40 50 10 100

8 55 80 25 625

9 55 75 20 400

10 50 90 40 1600

11 55 90 35 1225

12 45 65 20 400

560 885 290 8550

Langkah – langkah untuk menguji hipotesis yaitu sebagai berikut : 1. Mencari harga “Md” menggunakan rumus :

=

= 24,17

2. Untuk mencari harga “∑ menggunakan rumus :

∑ = ∑

= 8550 – 7008

= 1542

3. Menentukan harga thitung

t =

t =

t =

t =

t =

t =

10,41

4. Menemukan harga ttabel

Untuk mencari ttabel peneliti menggunakan tabel tabel distribusi t dengan taraf signifikan α = 0,05 dan d . b = N – 1 = 12 – 1 = 11 maka diperoleh t0,05 = 1,796.

Setelah diperoleh tHitung = 10,41 dan tTabel = 1,796 sehingga diperoleh t Hitung ˃ t Tabel atau 10,41 ˃ 1,796. Maka dapat disimulkan bila H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dari penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran paired storytelling efektif terhadap keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SD Inpres Kayumalle Kecamatan Tompobulu kabupaten Gowa.

Dalam dokumen SKRIPSI. Oleh SRI ASTUTI NIM (Halaman 50-64)

Dokumen terkait