• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3. Model Pembelajaran

Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran adalah upaya pengetahuan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya.

Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Joyce, dan Weil (1992:10) model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya sebagai pembelajaran. Peserta didik tidak hanya menguasai materi materi perihal pengetahuan dan keterampilan melainkan juga harus memperoleh peningkatan kemampuan untuk menghadapi tugas-tugas di masa

commit to user

depan dan untuk keperluan belajar mandiri. Dick dan Carey (1990:1) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai isi pelajaran atau mencapai tujuan pembelajaran yaitu : (1) kegiatan pra instruksional, (2) penyajian informasi, (3) mendorong partisipasi peserta didik, (4) menyelenggarakan tes, dan (5) tindak lanjut. Agar sedikit berbeda, Nana Sudjana (1996:53) mendefinisikan pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan rencana pembelajaran. Dalam melaksanakan rencana pembelajaran guru mengoptimalkan pengkombinasian beberapa variabel pengajaran (tujuan,bahan, model dan alat, serta evaluasi) agar dapat membantu peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, model pembelajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu yang dianggap paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah taktik atau strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran di kelas. Model tersebut hendaknya mencerminkan langkah-langkah secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung pengertian bahwa setiap komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama lain sehingga terorganisasi secara terpadu dalam mencapai tujuan. Sistematik mengandung pengertian, bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru pada waktu pembelajaran berurutan secara rapi dan logis sehingga mendukung tercapainya tujuan. Menurut Borich dan Houston dalam Toeti Soekamto dan

commit to user

Udin Saripudin Winataputra (1997:151) istilah model digunakan dalam pengertian yang sama untuk menggambarkan keseluruhan prosedur yang sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan skema pengorganisasian utama dalam pengajaran di kelas, dan bukan hanya untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Menurut Atwi Suparman (1996:157), model pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian berbagai unsur yang meliputi : materi pelajaran, peserta didik, peralatan, bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran yang harus dimiliki seorang guru adalah dapat memilih berbagai model pembelajaran dan menggunakan model tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan dan materi tersebut. Model pembelajaran mengandung kegiatan-kegiatan peserta didik dalam proses belajar dan kegiatan guru yang mengelola pembelajaran.

Pendapat lain dikemukakan oleh Garlach dan Ely seperti dikutip Sri Anitah dan Noorhadi (1989:1) yang menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Model pembelajaran meliputi : sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik. Model yang dipilih guru dalam proses pembelajaran harus

commit to user

dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Gagne (2000:114-115) peristiwa pembelajaran mencakup sembilan tahapan, yaitu : (1) Membangkitkan perhatian; (2) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik; (3) Membangkitkan ingatan dari pemahaman awal (hasil belajar terdahulu); (4) Menyajikan rangsangan; (5) Menyediakan arahan belajar; (6) Memancing tampilan peserta didik; (7) Memberikan balikan; (8) Menilai hasil belajar peserta didik; (9) Meningkatkan perolehan hasil belajar (retensi) dan transfer. Sembilan tahapan peristiwa belajar tersebut dapat menunjang/mendukung proses internal dari belajar (proses internal sendiri tidak dapat diamati); keberadaan setiap tahapan peristiwa belajar tersebut menambah kemungkinan keberhasilan capaian belajar.

Pertimbangan tentang memudahkan peserta didik dalam belajar haruslah diperhatikan oleh guru dalam mengambil keputusan mengenai model tertentu yang hendak dipakai. Tidak ada model pembelajaran yang paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling penting adalah perlunya guru mampu memilih model dengan tepat disesuaikan dengan materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur peserta didik dan alat pelajaran yang tersedia.

Untuk menentukan atau memilih model, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan,

commit to user

kemudian model pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif dipilih. Jadi, pemilihan model pembelajaran ini harus memenuhi kriteria efisiensi dan keefektifan. Kriteria yang lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik; dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dituntut tingkat keterlibatan yang optimal.

Jocye dan Weil (1992:16-18) mengemukakan bahwa tiap model pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama guru dengan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran. Gaya mengajar yang dimiliki guru banyak dipengaruhi oleh situasi, kondisi, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang hendak dicapai. Penerapan model pembelajaran didasari kepada asumsi bahwa model pembelajaran sebagai sarana membimbing peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran agar lebih produktif. Agar peserta didik lebih produktif dalam belajar, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan gaya sendiri sehingga pemilihan model mengajar juga harus mengikuti kebutuhan atau kondisi peserta didik.

Model pembelajaran yang dipilih oleh guru harus mengarahkan pembelajaran menjadi efektif. Pembelajaran yang efektif menurut Dunne dan Wragg (1996:12-14) mempunyai dua karakteristik. Pertama, pembelajaran

commit to user

efektif memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat meliputi fakta, keterampilan, nilai-nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua, pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang diakui keandalanya oleh mereka yang berkompeten memberikan penilaian seperti guru-guru, pengawas, tutor, dan juga peserta didik. Keterandalan itu sendiri antara lain adalah dapat diterapkannya keterampilan penggunaan model pembelajaran secara konsisten pada tempat dan waktu yang berbeda. Senada dengan pendapat para pakar di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran cara yang diterapkan peserta didik dalam menguasai suatu materi pelajaran agar lebih mudah dengan efektif dan efisien.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman, 2003:260). Terkait dengan tujuan dan proses pembelajaran kooperatif, Ozkan (2010) menyatakan bahwa:

“The main aim of cooperative learning is to increase both their own and their friends' learning to the top level. It should be organized in such a way that every member in the group should know that the other members of the group can't learn before s/he does. Every member of the group should help all the other members to learn. In order to carry out cooperative learning successfully, me group must have a purpose, and all die students in the group should undertake responsibility to achieve the aim of the group and try to get the group reward. In this approach, students should combine their own efforts with those of their friends in the group because the essence of Uns approach is "either we swim together or we sink together". No matter what his/her success level is, every student should believe that s/he does what s/he can to

commit to user

contribute to the success of the group. Every group member should be aware of concepts of commitment of aim and commitment of success. In this method, the group members should be in face-to-face interaction. This interaction is obtained by helping each other, giving feedback, relying on each omer, discussing, encouraging, etc”. Artinya bahwa tujuan utama dari pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan pembelajaran dirinya (siswa) dan teman-temannya kepada prestasi tertinggi. Pembelajaran kooperatif harus diorganisasikan dengan jalan setiap anggota kelompok harus memahami bahwa anggota yang lain tidak dapat belajar sebelum dia (siswa tersebut) melakukan (belajar). Setiap anggota kelompok harus membantu anggota yang lain untuk belajar. Untuk membuat pembelajaran kooperatif berhasil, setiap kelompok harus mempunyai tujuan, dan semua siswa dalam kelompok harus mengambil tanggung jawab untuk mencapai tujuan kelompok dan mencoba untuk memperoleh penghargaan kelompok. Dalam pendekatan ini, siswa harus menggabungkan usahanya dengan teman-temannya yang lain

dalam kelompok, sebagaimana pepatah “berenang bersama atau tenggelam bersama”. Setiap siswa harus percaya bahwa dia dapat

memberikan kontribusi untuk kesuksesan kelompok. Setiap anggota kelompok harus sadar dan berkomitmen terhadap tujuan dan berkomitmen untuk sukses. Dalam metode ini, setiap anggota kelompok harus berinteraksi langsung. Interaksi ini dicapai dengan saling membantu, memberi umpan balik, saling ketergantungan, diskusi, saling memberikan semangat dan lain-lain.

Menurut Anita Lie (2002:28), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama atau gotong royong. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Doymus (2007:1857-1860), menyatakan bahwa:

the results indicate that the instruction based on cooperative learning yielded significantly better achievement in terms of the Chemistry Achievement Test (CAT) and Phase Achievement Test (PAT) scores compared to the test scores of the control group, which was taught with traditionally designed chemistry instruction” ini berarti bahwa pembelajaran yang didasarkan pada pembelajaran kooperatif secara signifikan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada menggunakan pembelajaran tradisional.

commit to user

Tiga konsep utama pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2010:10): 1) Penghargaan pada kelompok.

Suatu tim akan mendapatkan penghargaan bila tim tersebut berhasil melampaui nilai tertentu yang ditetapkan.

2) Tanggung jawab individu.

Kesuksesan tim tergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggungjawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap anggota tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu tim.

3) Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk sukses Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota tim ada nilainya.

Beberapa keuntungan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif, diantaranya:

1) Melatih perilaku positif dalam kelompok.

2) Meningkatkan relasi di antara siswa, saling membantu dan terbuka. 3) Meningkatkan motivasi siswa dan saling menghargai satu sama lain. 4) Mengembangkan kemampuan individu dan merupakan strategi untuk

commit to user

5) Meningkatkan kemampuan untuk memberi opini, argumentasi dan melatih mendengarkan pendapat orang lain, serta menerima pendapat. 6) Mengembangkan kemampuan dalam menyampaikan pendapat. 7) Mendidik siswa bertanggung jawab.

Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal adanya belajar kelompok, tetapi ada perbedaan antara belajar kelompok kooperatif dengan belajar kelompok tradisional.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ballantine dan Larres (2007:126-137) menyatakan bahwa “students found the cooperative learning approach beneficial in developing their generic skills”. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan umum para siswa.

Dyson dan Rubin (dalam Constantinou, 2010) menyatakan bahwa:

“pointed out that cooperative learning has many benefits. It can help students to improve motor skills, develop social skills, work together as a team, take control of their learning process, give and receive feedback, and become responsible individuals”. artinya adalah bahwa pembelajaran kooperatif memiliki beberapa manfaat. Pembelajaran kooperatif mampu membantu siswa untuk: mengembangkan kemampuan motorik, mengembangkan kemampuan sosial, bekerja sama sebagai satu tim, mengawasi proses pembelajaran mereka sendiri, memberi dan menerima umpan balik dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Keunggulan model pembelajaran kooperatif menurut Martinis Yamin dan Bansu Ansari (2008 : 79) adalah :

commit to user

1) Mengajarkan peserta didik menjadi percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari peserta didik lain.

2) Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya.

3) Membantu peserta didik menghormati peserta didik yang lebih pintar dan peserta didik yang lebih lemah mau menerima perbedaan ini. 4) Merupakan strategi efektif bagi peserta didik untuk mencapai hasil

akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan antarpersonal positif antar peserta didik, meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah. 5) Banyak menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk

membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban tersebut. 6) Merupakan strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan

orang lain seperti pemecahan masalah.

7) Mendorong peserta didik yang lemah untuk tetap berbuat dan membantu peserta didik yang pintar mengidentifikasikan celah-celah dalam pemahamannya.

8) Membantu memotivasi peserta didik dan memdorong pemikirannya. 9) Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar

keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.

10)Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan diskusi.

11)Memudahkan peserta didik melakukan interaksi sosial. 12)Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik.

commit to user 13)Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model pembelajaran yang telah dikembangkan, antara lain STAD (Student Team Achievement Division) dan Jigsaw.

Hakekat belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yaitu : menitik beratkan pada pencapaian kemampuan penguasaan materi pelajaran secara bersama, sedangkan Jigsaw selain menitik beratkan pada kebersamaan juga pada keterampilan antarpersonal dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pengembangan tipe pembelajaran kooperatif STAD, menekankan pada struktur tutorial teman sebaya. Semua peserta didik dalam kelompok saling membantu. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan penekanan pada peran masing-masing peserta didik dalam kelompoknya (kelompok asal) dan saling bertukar pengetahuan. Pada tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw antar peserta didik dalam kelompok memiliki ketergantungan yang sangat besar, karena masing-masing peserta didik dalam kelompok mendapatkan bagian tugas yang berlainan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Team Achievement Division), merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (2008) di Universitas John Hopkins, AS. STAD terbentuk dari empat fase, yaitu :

commit to user 1) Presentasi Kelas.

Pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan konsep-konsep, keterampilan-keterampilan dengan menggunakan buku siswa, buku guru, bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu mendesain materi pembelajaran untuk model pembelajaran kooperatif STAD yang berbeda ketika guru mengajar dengan menggunakan pembelajaran tradisional yaitu dengan membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk masing-masing sub kompetensi dasar.

2) Kelompok belajar

Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan jumlah anggota 4–5 orang peserta didik. Pada pembentukan kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosial, etnik, serta tingkat kemampuan akademik peserta didik dalam keanggotaan kelompok. Dalam hal kemampuan akademik, tiap kelompok terdiri dari satu peserta didik berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu atau dua orang berkemampuan rendah. Fungsi utama kelompok belajar ini adalah peserta didik belajar dalam kelompoknya serta mempersiapkan anggotanya untuk belajar dengan baik dalam menghadapi tes individu. Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan

commit to user

mengoreksi jika ditemukan salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain.

Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang sangat penting dalam model pembelajaran kooperatif STAD. Keberhasilan pembelajaran sangat ditekankan pada para anggota kelompok untuk melakukan hal terbaik untuk kelompoknya, seperti saling memberikan semangat, dukungan, perhatian dan penghargaan diri untuk keberhasilan belajar.

3) Evaluasi belajar

Setelah satu pokok bahasan guru mempresentasikan materi pelajaran, maka kemudian dilakukan evaluasi perorangan dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh selama KBM.

4) Skor/nilai peningkatan perorangan

Pemberian evaluasi secara individu mempunyai tujuan untuk membandingkan skor/ nilai yang diperoleh pada tes dengan skor dasar/ awal yang dimiliki peserta didik sebelumnya.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Sugiyanto (2007 : 14) :

1) Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4–5 orang peserta didik. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuan akademik (tinggi, sedang, rendah).

commit to user

2) Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

3) Secara individual atau kelompok, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

4) Tiap peserta didik dan tiap kelompok dievaliasi dan diberi skor atas penguasaanya terhadap bahan ajar dan kepada peserta didik secara individu atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua kelompok memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau standar tertentu.

Dengan mengadopsi model pembelajaran STAD untuk mengajarkan suatu mata pelajaran pada siswa, maka tahapan pembelajaran STAD pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dengan berbantu Media Powerpoint, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerjasama antar siswa dalam suatu kelompok.

2) Guru menjelaskan materi secara singkat dengan menggunakan Media Powerpoint dan Guru mendesain materi pembelajaran untuk model

commit to user

pembelajaran kooperatif STAD yaitu dengan membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk masing-masing sub kompetensi dasar.

3) Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kepandaian yang heterogen .

4) Guru memberikan tugas kelompok dengan bahan yang telah disiapkan yaitu LKS siswa. Dengan buku paket dan LKS, melalui kerja kelompok, siswa mengisi LKS.

5) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

6) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan pertama kali oleh Aronson tahun 1971. Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw, setiap peserta didik menjadi anggota kelompok asal (home group) dan juga sebagai kelompok ahli (expert group). Peserta didik dalam kelompok ahli bertanggung jawab terhadap penguasaan materi yang menjadi bagian yang dipelajari dan berkewajiban mengajarkan kepada peserta didik lain dalam kelompoknya (Arend, 1997). Seperti pada tipe pembelajaran kooperatif STAD, pada tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw peserta didik dalam satu kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok heterogen dengan anggota 4-5 orang peserta

commit to user

didik. Pada tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw setiap peserta didik dalam satu kelompok asal akan menerima LKS yang berbeda. Setiap peserta didik bertanggung jawab terhadap penguasaan LKS yang menjadi bagian tugasnya.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dengan berbantu Media Powerpoint, sebagai suatu variasi model pembelajaran.

2) Guru menjelaskan materi secara singkat dengan menggunakan Media Powerpoint dan Guru mendesain materi pembelajaran untuk model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan menyajikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

3) Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4–5 orang peserta didik dengan karakteristik heterogen dan disebut kelompok asal.

4) Setiap peserta didik pada kelompok asal memperoleh LKS yang berbeda.

5) Peserta didik yang memperoleh LKS yang sama berkumpul membentuk kelompok ahli untuk mendiskusikan LKS dan kemudian menjadi ahli pada tugasnya. Tunjuklah seorang pemimpin diskusi pencatat, pembeca materi dan pengoreksi.

commit to user

6) Masing-masing peserta didik dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan LKS yang menjadi tugasnya ke anggota kelompoknya secara bergantian dan berbagi informasi. Tekankan pada masing-masing peserta didik bahwa setiap peserta didik mempunyai tanggung jawab pada kelompok asal dan menjadi tutor yang baik sebagaimana halnya dia menjadi pendengar yang baik. Para peserta didik harus dapat meyakinkan bahwa mereka telah memahami seluruh pokok bahasan dan siap untuk mengikuti tes perseorangan.

7) Pada akhir pelajaran, para peserta didik diberikan tes perseorangan yang mencakup semua kompetensi dasar yang telah dipelajari dan diberi skor seperti pada tipe STAD.

Pada pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw pada

Dokumen terkait