commit to user
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Matematika
Oleh :
FEBRYANA HANDITASERRA
S 850809310
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Febryana Handitaserra
NIM : S 850809310
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul :
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI
SE-KABUPATEN SRAGEN DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
adalah betul – betul karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam
tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti
pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.
Surakarta, Maret 2011 Yang membuat pernyataan
commit to user
MOTTO
Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
(QS. Faathir : 2)
Dalam hidup ini hanya sedikit hambatan yang tak bisa diatasi Dengan tindakan positif yang gigih, tekun, konsisten dan dilakukan secara
terus menerus pasti akan meraih kesuksesan yang tahan lama. Segala sesuatu yang berharga tak bisa diraih dengan cara mudah.
Jika mudah, semua orang pasti sudah meraihnya. Sukses besar tak bisa diraih dengan inspirasi singkat. Sukses hanya bisa diraih dengan tindakan yang tekun dan gigih.
(Pesan dari Sir Winston Churchill)
Hadapi hidup dengan senyuman,
mulai dengan basmallah akhiri dengan hamdalah, tidak putus asa dari rahmat-Nya,
insya Allah akan selalu ada jalan untuk setiap kebaikan. Hidup adalah pembelajaran untuk menjadi lebih baik.
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Kedua orang tua, atas harapan dan doa nya untuk
menuntunku menjadi orang yang bermanfaat,
Suamiku tercinta, atas doa dan dukungannya
selama ini,
Serta rekan seperjuangan yang senantiasa
memberi semangat dan motivasi,
Para saudara dan sahabat dengan segala kebaikan
dan bantuan yang tulus diberikan,
commit to user KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tesis ini dengan judul ”EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN DITINJAU DARI
MINAT BELAJAR SISWA TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.
Tesis ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika Program pascasarjana
universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan
dari semua pihak, penulis tidak mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik, maka
pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph. D, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan
studi di Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas
commit to user
2. Dr. Mardiyana M.Si, Ketua Progam Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan waktunya untuk bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam menyusun tesis ini.
4. Drs. Sutrima, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan saran dan masukan untuk penulis dalam menyelesaikan tesis
ini.
5. Dr. Riyadi, M.Si, Penguji tesis yang telah memberikan masukan dalam
kesempurnaan tesis.
6. Kepala SMP N 1 Tangen, SMP N 1 Mondokan, dan SMP N 5 Sragen
beserta guru yang telah memberikan ijin serta membantu penulis
mengumpulkan data penelitian.
7. Peserta didik yang telah menjawab setiap instrumen penelitian yang penulis
butuhkan dengan kesungguhan hati.
8. Teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasrjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bantuan dan dorongan pada penulis dalam menyelesaikan studi.
9. Suami dan keluargaku tercinta, yang telah memberikan dorongan moral
dalam menyelesaikan studi di Program Studi pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan
commit to user
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya demi kesempurnaan tesis ini, penulis
mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun. Besar harapan
penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca
pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Maret 2011
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
ABSTRAK ... xx
ABSTRACT ... xxii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pemilihan Masalah ... 10
D. Pembatasan Masalah ... 10
E. Perumusan Masalah ... 11
commit to user
G. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 14
1. Prestasi Belajar Peserta Didik ... 14
a. Teori Belajar... 14
b. Prestasi Belajar Matematika ... 18
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar ... 20
2. Pembelajaran Matematika ... 22
3. Model Pembelajaran ... 27
a. Model Pembelajaran Kooperatif ... 32
b. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 37
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW ... 41
4. Media Powerpoint ... 46
5. Minat Belajar Matematika ... 47
B. Hasil Penelitian yang Relevan... 49
C. Kerangka Pemikiran ... 50
D. Hipotesis Penelitian... 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ... 55
1. Tempat dan Subyek Penelitian ... 55
2. Waktu Penelitian ... 55
B. Jenis Penelitian... 56
C. Teknik Pengambilan Sampel, Populasi, dan Sampel ... 58
commit to user
2. Populasi ... 59
3. Sampel... 59
D. Variabel Penelitian ... 60
1. Variabel Bebas ... 60
2. Variabel Terikat ... 62
E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 62
1. Metode Pengumpulan Data ... 62
2. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 64
F. Teknik Analisis Data... 71
1. Uji Prasyarat... 71
2. Uji Keseimbangan ... 74
3. Uji Hipotesis ... 76
4. Uji Komparasi Ganda ... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Keseimbangan pada Kemampuan Awal ... 84
1. Uji Prasyarat ... 84
1) Uji Normalitas data kemampuan awal... 84
2) Uji Homogenitas data kemampuan awal... 85
2. Uji Keseimbangan... ... 86
B. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Butir Sol……….. ... 86
1. Uji Validitas Isi ... 86
2. Uji Reliabilitas ... 87
3. Tingkat Kesukaran ... 87
commit to user
C. Hasil Uji Coba Angket Minat Belajar……….... 88
1. Uji Validitas Isi... 88
2. Uji reliabilitas... 88
3. Uji Konsistensi Internal... 88
D. Deskripsi Data Hasil Penelitian... .. 89
1. Data Angket Minat Belajar……… 89
2. Data Prestasi Belajar……….. 90
E. Uji Persyaratan Analisis ... 91
F. Pengujian Hipotesis ... 92
1) Uji Scheffe Untuk Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ... 92
2) Uji Komparasi Ganda ... 94
G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97
1) Hipotesis pertama ... 97
2) Hipotesis Kedua ... 98
3) Perbedaan penggunaan model pembelajaran dengan minta belajar terhadap prestasi belajar matematika ... 100
H. Keterbatasan Penelitian... 101
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104
B. Implikasi ... 105
C. Saran ... 106
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw ... 45
Tabel 3. 1 Rancangan Penelitian ... 57
Tabel 3. 2 Daftar Sekolah Sampel Penelitian ... 59
Tabel 3. 3 Interpretasi Daya Beda Soal ... 69
Tabel 3. 4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 81
Tabel 4. 1 Diskripsi data untuk kemampuan awal ... 84
Tabel 4. 2 Rangkuman hasil uji Normalitas kemampuan awal ... 85
Tabel 4. 3 Rangkuman hasil Homogenitas kemampuan awal ... 85
Tabel 4. 4 Rangkuman uji keseimbangan kemampuan awal ... 86
Tabel 4. 6 Banyaknya responden untuk minat belajat matematika... 90
Tabel 4. 7 Diskripsi statistik prestasi belajar ... 90
Tabel 4. 8a Rangkuman Uji Normalitas ... 91
Tabel 4. 8b Rangkuman Uji Homogenitas ... 92
Tabel 4. 9 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 93
Tabel 4. 10 Rataan masing-masing sel dari data uji hipotesis ... 94
Tabel 4. 11 Hasil Uji Scheffe Komparasi Antar Kolom ... 95
commit to user DAFTAR DIAGRAM
Halaman
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar SMP Negeri di Kabupaten Sragen ... 115
Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen I & II ... 117
Lampiran 3 Silabus ... 122
Lampiran 4a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelompok eksperimen I ... 131
Lampiran4b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelompok eksperimen II ... 141
Lampiran 5a LKS Materi Teorema Pythagoras Kelompok eksperimen I ... 152
Lampiran5b LKS Materi Teorema Pythagoras Kelompok eksperimen II ... 156
Lampiran 5c Powerpoint Materi Teorema Pythagoras... 164
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Try Out Prestasi Belajar Matematika ... 166
Lampiran 7 Soal Try Out Prestasi Belajar Matematika ... 167
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Try Out Prestasi Belajar Matematika ... 171
Lampiran 9 Soal Penelitian Prestasi Belajar Matematika ... 172
Lampiran 10 Kunci Jawaban Soal Penelitian Prestasi Belajar Matematika ... 177
Lampiran 11a Lembar Jawab Soal Try Out Prestasi Belajar Matematika ... 178
Lampiran11b Lembar Jawab Soal Penelitian Prestasi Belajar Matematika ... 179
Lampiran 12 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 180
Lampiran13 Angket Try Out Minat Belajar Siswa ... 181
Lampiran 14 Angket Penelitian Minat Belajar Siswa ... 186
Lampiran 15 Lembar jawab angket try out Minat belajar siswa ... 190
Lampiran 16 Lembar jawab angket penelitian minat belajar siswa ... 191
commit to user
Lampiran 18 Uji Keseimbangan (Matching) ... 194
Lampiran 19a Lembar Validasi Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika ... 195
Lampiran 19b Lembar Penelaahan Instrumen Angket Minat Belajar ... 197
Lampiran 20a Uji Reliabilitas 30 Butir Tes Prestasi Belajar Matematika ... 199ª Lampiran 20b Uji Reliabilitas 25 Butir Tes Prestasi Belajar Matematika ... 200a Lampiran 21a Uji Daya Pembeda Soal Prestasi Belajar Matematika ... 201
Lampiran 21b Tingkat Kesulitan Soal Prestasi Belajar Matematika ... 203
Lampiran 22a Uji Normalitas Kemampuan Awal... 205
Lampiran 22b Uji Homogenitas Kemampuan Awal ... 207
Lampiran 23a Uji Reliabilitas 30 Butir Angket Minat Belajar Siswa... 208a Lampiran 23b Uji Reliabilitas 25 Butir Angket Minat Belajar Siswa... 209a Lampiran 24 Uji Konsistensi Internal ... 211
Lampiran 25 Data Induk Penelitian ... 214
Lampiran 26a Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Dengan Model Jigsaw ... 219
Lampiran 26b Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Dengan Model STAD ... 220
Lampiran 26c Uji Normalitas Data Prestasi Berdasarkan Minat Tinggi ... 221
Lampiran 26d Uji Normalitas Data Prestasi Berdasarkan Minat Sedang ... 222
Lampiran 26e Uji Normalitas Data Prestasi Berdasarkan Minat Rendah ... 223
Lampiran 27a Uji Homogenitas Prestasi Belajar Antara kedua kelompok ... 224
Lampiran 27b Uji Homogenitas Prestasi Belajar Dengan Jigsaw dan STAD Dibedakan Dari Kategori Minat... 225
Lampiran 28 Data Amatan Hasil Belajar ... 226
commit to user
Lampiran 30 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ... 229
Lampiran 31 Metode Scheffe Untuk Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama / Uji Komparasi Ganda ... 231
Lampiran 32 Tabel-tabel statistika ... 232
Lampiran 33 Surat ijin riset ... 240
commit to user
ABSTRAK
Febryana Handitaserra, S850809310. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dan Tipe Jigsaw Berbantu Media Powerpoint Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Sragen Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Pembimbing II: Drs. Sutrima, M.Si. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada pembelajaran dengan model STAD. (2) Apakah prestasi belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan minat belajar sedang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar rendah. (3) apakah model pembelajaran Jigsaw menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa dengan minat belajar tinggi, sedang dan rendah. (4) apakah pada model pembelajaran Jigsaw, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah. (5) apakah pada model pembelajaran STAD, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah.
commit to user
bahwa sampel berdistribusi normal, berasal dari populasi yang homogen, dan mempunyai rataan yang sama.
Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 0,05 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan uji Lilliefors, dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Hasil uji prestasi belajar menunjukkan bahwa sampel berdistribusi normal, dan berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji anava menunjukkan (1) Hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar sedang dan rendah, begitu juga hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar rendah. (3) Peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa dengan minat belajar tinggi, sedang dan rendah. (4) Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah. (5) Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran STAD, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah.
Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Student Teams Achievement
commit to user ABSTRACT
Febryana Handitaserra, S850809310. Experimentation Mathematics Learning Using Cooperative Learning Model Type Student Teams Achievement Divisions (STAD) and Jigsaw Assist Media Type Powerpoint Pythagorean Theorem In Subject Class VIII SMP Sragen As Seen From Student Interest in Academic Year 2010/2011. Supervisor I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Supervisor II: Drs. Sutrima, M.Sc. Thesis: Mathematics Education Studies Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University, Surakarta. 2011.
This study aims to determine: (1) What type of learning with cooperative model Jigsaw give to study mathematics achievement is better than learning with STAD model. (2) Does academic achievement of mathematics students with high interest in learning better than students with medium and low interest in learning, and students with an interest in learning was better than students with low learning interest. (3) whether the learning model of learning mathematics achievement Jigsaw produce better results compared with STAD learning model on students with learning interest high, medium and low. (4) whether the Jigsaw learning model, students with high learning interest better academic achievement than students with an interest in learning medium and low, and students with an interest in learning was better achievement than students with low learning interest. (5) whether the learning model STAD, students with high learning interest better academic achievement than students with medium and low interest in learning and students with an interest in learning was better achievement than students with low learning interest.
commit to user
distribution, is derived from a homogeneous population, and have the same average.
Testing hypotheses using two-way Anova with unequal cells, the level of significance of 0.05 previously performed test that is a prerequisite test for normality with Lilliefors test, and test of homogeneity with Bartlett's test. Learning achievement test results showed that the samples with normal distribution, and derived from a homogeneous population. Anova test results showed (1) The mathematics learning with Jigsaw cooperative learning model is better than type STAD cooperative learning model. (2) The mathematics learning with a high interest in learning was better than the results of mathematics learning with medium and low interest in learning, so did the students learn mathematics with interest in learning was better than the result of learning mathematics students with low learning interest. (3) Students using the learning model of learning mathematics achievement Jigsaw has a better than using STAD learning model on students with learning interest high, medium and low. (4) Students who use Jigsaw learning model, students with high learning interest better academic achievement than students with medium and low interest in learning and students with an interest in learning was better achievement than students with low learning interest. (5) Students who use STAD learning model, students with high learning interest better academic achievement than students with medium and low interest in learning and students interest in learning was better achievement than students with low learning interest.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah dalam sistem pendidikan nasional adalah masih
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas, 2001). Sementara dari pengamatan
penulis di lapangan, banyak dijumpai masih rendahnya mutu pendidikan nasional
kita, diantaranya: kurikulum yang sangat berlebihan muatannya, banyak guru dan
peserta didik tidak pernah memanfaatkan sarana pembelajaran sekolah, banyak
buku-buku penunjang pelajaran hanya disimpan saja di perpustakaan, dan
mungkin masih banyak lagi jenisnya. Dalam hal ini, perlu adanya
perubahan-perubahan yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar
dalam proses perubahan-perubahan yang memberi arah bahwa pendidikan
merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan.
Mengingat hal tersebut, pemerintah telah melakukan upaya
penyempurnaan sistem pendidikan. Diantara upaya tersebut, Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan
Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004. Belum lama kurikulum ini
diperlakukan kemudian muncul lagi yang namanya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang diberlakukan mulai awal tahun pelajaran 2006/2007. Kurikulum
ini diharapkan dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan
(competency) yang sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan reformasi. Sasaran
commit to user
utama pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah
membangun keterampilan individual peserta didik. Untuk itu tidak semudah
membalik tangan, guru harus memikirkan atau memilih strategi yang tepat untuk
kondisi yang berbeda-beda.
Hasil pendidikan dianggap tinggi mutunya apabila kemampuan dan sikap
para lulusannya berguna bagi perkembangan selanjutnya baik di lembaga
pendidikan yang lebih tinggi maupun di masyarakat. Pendidikan merupakan
proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Segera setelah anak dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri
anak dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan pemenuhan kebutuhannya. Pendidikan membantu agar proses itu
berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna. Membicarakan pendidikan
tidak bisa terlepas dengan masalah pengajaran atau proses belajar mengajar,
karena keduanya tidak bisa terlepas dari satu dengan yang lainnya untuk mencapai
tujuan akhir pendidikan.
Mutu pendidikan yang baik baru akan tercapai apabila proses belajar
mengajar di kelas diselenggarakan benar-benar efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan pendidikan. Salah satu usaha pencapaian dari tujuan pendidikan adalah
melalui program pengajaran. Pendidikan dan pengajaran bukanlah dua hal yang
sama kedudukannya, pendidikan mempunyai arti yang lebih luas, yaitu pengaruh,
bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada
anak didik. Pengajaran mempunyai pengertian yang lebih sempit dari pada
commit to user
satu sama lain saling berkaitan. Seperti dikemukakan oleh Shalahudin (1990:23)
sebagai berikut: Prestasi belajar dalam hal ini output dicapai melalui proses belajar mengajar dimana proses tersebut akan bisa berjalan apabila mendapat
dukungan atau sumbangan dari berbagai faktor diantaranya peserta didik, proses
belajar mengajar, sarana dan prasarana pendidikan serta faktor-faktor lingkungan.
Seorang peserta didik dikatakan telah mengikuti kegiatan belajar
mengajar apabila telah terjadi perubahan tertentu yang berupa dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mampu berbuat sesuatu menjadi mampu berbuat sesuatu.
Perubahan ini harus terjadi disebabkan adanya usaha yang disengaja, dan
perubahan ini berlaku dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya tujuan
yang ingin dicapai dalam proses belajar belum dapat tercapai dengan memuaskan,
khususnya untuk mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang
peranan dalam dunia modern yang berhubungan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi. Matematika selalu berhubungan dengan mata pelajaran yang lain.
Dilain pihak, matematika dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit oleh
peserta didik SD, SMP, maupun SMA, bahkan ada peserta didik yang merasa
takut, bosan dan tidak tertarik. Berdasarkan data Hasil Ujian Nasional SMP/MTs
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2008/2009 dan data Hasil Ujian Nasional
SMP/MTs Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 (TIM BSNP, 2010)
diperoleh gambaran bahwa prestasi belajar bidang studi matematika siswa-siswi
sekolah di Kabupaten Sragen terjadi penurunan nilai rata- rata sebesar 11% dan
commit to user
pada kurun waktu dua tahun terakhir ini. Hal tersebut terlihat dari data bahwa
rata-rata nilai UN mata pelajaran matematika siswa SMP/MTs tahun pelajaran
2008/2009 adalah 8,57 dengan nilai tertinggi adalah 10,00 dan nilai terendah
adalah 3,00 serta jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 10 siswa. Kemudian
pada tahun pelajaran 2009/2010 rata-rata nilai UN mata pelajaran matematika
menjadi 7,59 dengan nilai tertinggi adalah 10,00 dan nilai terendah adalah 2,25
serta jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 539 siswa. Perolehan hasil tersebut
mungkin dikarenakan beberapa faktor. Faktor guru dan manajemen sekolah
kemungkinan juga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran
yang dihasilkan. Selain itu yang mungkin sangat berpengaruh adalah adanya
perbedaan fasilitas yang diterima oleh siswa yang berasal dari daerah perkotaan
dan pedesaan. Dengan demikian tingkat keberhasilan pembelajaran matematika
tidak hanya dapat dilihat dari hasil akhir evaluasi belajar, misal Ujian Nasional,
tetapi dapat ditentukan oleh kualitas pengelolaan pengajaran sebagai komponen
penyelenggaraan pendidikan.
Matematika diajarkan di sekolah melalui matematika sekolah.
Matematika sekolah dimaksudkan sebagai bagian matematika yang diberikan
untuk dipelajari oleh peserta didik (formal), yaitu peserta didik SD, SMP dan
SMA. Pada matematika sekolah, peserta didik mempelajari matematika yang sifat
materinya masih elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk
prasyarat konsep yang lebih tinggi dan banyak aplikasinya dalam kehidupan di
commit to user
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan
bahwa Tujuan pendidikan matematika di sekolah adalah (1) untuk mempersiapkan
anak didik agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan di dalam
kehidupan dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar
pemikiran logis dan rasional, kritis, dan cermat, objektif, kreatif, efektif dan
diperhitungkan secara analitis-sintetis, (2) Untuk mempersiapkan anak didik agar
menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di
dalam menghadapi ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu sebagai guru matematika perlu memahami dan
mengembangkan berbagai tipe pembelajaran dalam pengajaran matematika.
Dalam hal ini hendaknya guru dapat menyusun program pengajaran yang dapat
membuat peserta didik merasa terlibat langsung dan merasa memiliki
pembelajaran tersebut dalam proses belajar mengajar. Besarnya minat peserta
didik dalam belajar memiliki peranan penting untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar atau memperoleh prestasi belajar yang baik. Minat belajar yang tinggi
akan sangat berpengaruh dengan prestasi belajar.
Sebagaimana diungkapkan oleh Soedjadi (1995: 12), betapapun tepat dan
baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya
tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut
adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik
secara optimal. Dengan demikian penghayatan terhadap matematika akan lebih
mantap dan terhindar dari anggapan peserta didik yang memandang sulit terhadap
commit to user
Selama ini, masih ada guru yang terpaku pada satu atau dua model
mengajar yang digunakan terus menerus tanpa pernah memodifikasinya atau
menggantikannya dengan model lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para peserta
didik tidak optimal. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pengajaran matematika
hendaknya disesuaikan dengan kekhasan standar kompetensi/kompetensi dasar
dan perkembangan berpikir peserta didik.
Masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran
konvensional dalam kegiatan belajar mengajar. Model konvensional adalah model
pembelajaran yang bersifat klasikal yaitu hanya berpusat pada guru dimana guru
dalam menularkan pengetahuan pada peserta didik secara lisan atau ceramah,
diselingi dengan tanya jawab dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah. Dalam
metode ini guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, guru langsung
membuktikan dalil dan menurunkan rumus kemudian memberikan contoh soal
dan dikerjakan sendiri oleh guru. Sementara itu peserta didik hanya duduk dengan
rapi, mengikuti guru dengan teliti dan mencatat sehingga peserta didik cenderung
pasif, kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dan
inisiatif.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
commit to user
Jigsaw dan STAD, yaitu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok belajar selama satu pokok
bahasan. Proses Belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif,
membuat peserta didik dalam satu kelas mampu menguasai materi pelajaran
dalam waktu yang sama.
Menurut pendapat Slavin (2010:4) yang mengatakan ”Pembelajaran
kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa
belakangan ini, model pembelajaran kooperatif ini hanya digunakan oleh beberapa
guru untuk tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu.
Namun demikian, penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini telah
mengidentifikasikan beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan
berbagai macam mata pelajaran. Mulai dari matematika, membaca, menulis
sampai pada ilmu pengetahuan ilmiah, mulai dari kemampuan dasar sampai
pemecahan masalah-masalah yang kompleks. Lebih daripada itu, pembelajaran
kooperatif juga dapat digunakan sebagai cara utama dalam mengatur kelas untuk
pengajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Dengan demikian akan tercipta pembelajaran yang lebih
menekankan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran tidak
hanya sekedar menekankan pada penguasaan pengetahuan (logos), tetapi terlebih pada penekanan internalisasi tentang apa yang dipelajari, sehingga terbentuk dan
commit to user
(etos). Motivasi seperti ini akan tercipta jika guru mengkondisikan situasi pembelajaran yang tidak membosankan. Melalui kreativitasnya, guru dan siswa
mengkondisikan pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktifitas yang
menyenangkan.
Minat setiap siswa untuk menerima materi yang diberikan oleh guru
berbeda-beda, selain itu setiap siswa juga memiliki karakteristik yang berbeda.
Dengan perbedaan ini guru harus peka untuk dapat mengarahkan siswanya sesuai
dengan kemampuan, minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa sehingga potensi
yang ada dalam diri siswa dapat dikembangkan secara optimal. Apabila potensi
dalam diri siswa berkembang dengan baik maka kemampuan siswa akan
berkembang pula tidak terkecuali kemampuan pemahaman siswa. Selain itu,
seorang guru dalam menerapkan media pembelajaran, hendaknya dapat
menggunakan media dan metode yang menarik, efektif dan interaktif.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberi kesempatan pada siswa untuk bertukar pengetahuan dengan teman yang lebih banyak. Adanya kelompok
ahli dan kelompok asal mengharuskan siswa berdiskusi dengan teman yang
berbeda-beda, sehingga perbedaan pendapat dan keanekaragaman informasi lebih
sering siswa temui. Hal tersebut akan memperkaya pengetahuan siswa.
Sedangkan gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai
kemampuan yang diajarkan oleh guru. Sehingga para siswa harus mendukung
teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma
commit to user B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Menurunnya prestasi belajar matematika mungkin karena siswa kurang aktif
dalam proses pembelajaran di kelas. Terkait dengan hal tersebut apakah
terjadi peningkatan pemahaman dan prestasi belajar siswa jika model
pembelajaran diubah, sehingga perlu diadakan penelitian untuk
membandingkan efektivitas pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa
dan pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Sragen.
2. Menurunnya prestasi belajar matematika, mungkin karena siswa cenderung
beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit,
membosankan, banyak rumus dan perhitungannya, serta guru matematika
kurang kreatif mengaktifkan siswa saat pembelajaran. Kondisi tersebut
mungkin berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu
dilakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran yang lebih
efektif. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dimaksud adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD.
3. Menurunnya prestasi belajar matematika dimungkinkan karena minat belajar
siswa yang rendah dalam belajar sehingga perlu mengadakan penelitian
commit to user C. Pemilihan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis melakukan
pemilihan masalah yaitu:
1. Rendahnya prestasi belajar matematika, dimungkinkan karena belum
optimalnya penerapan model pembelajaran yang kurang melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran maka perlu diadakan penelitian penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD.
2. Rendahnya prestasi belajar matematika dimungkinkan karena minat belajar
siswa yang rendah dalam belajar sehingga perlu mengadakan penelitian
mengenai pengaruh antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
Alasan dipilihnya permasalahan tersebut adalah karena sesuai dengan
paradigma pembelajaran dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yaitu pembelajaran yang tidak berpusat pada Guru (Teacher Centered) melainkan
berpusat pada peserta didik (Student Centered).
D. Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan permasalahan, agar dapat lebih mendalam dan tidak
terlalu luas cakupannya, maka diperlukan adanya batasan masalah. Adapun
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw.
2. Minat belajar peserta didik adalah petunjuk pada tingkah laku belajar yang
commit to user
dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan
rendah.
3. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah hasil belajar
matematika peserta didik pada standar kompetensi Teorema Pythagoras yang
telah dicapai pada akhir penelitian ini.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah tersebut di atas, adapun masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada tipe
STAD?
2. Apakah peserta didik yang mempunyai minat tinggi akan mempunyai prestasi
belajar lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mempunyai minat
sedang maupun rendah dan peserta didik yang mempunyai minat sedang akan
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang
mempunyai minat rendah?
3. Apakah model pembelajaran Jigsaw menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran
STAD pada siswa dengan minat belajar tinggi, sedang dan rendah?
commit to user
rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya
daripada siswa dengan minat belajar rendah?
5. Apakah pada model pembelajaran STAD, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan
rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya
daripada siswa dengan minat belajar rendah?
F. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika lebih baik
daripada STAD.
2. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan
apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar
sedang lebih baik daripada prestasi belajar metematika siswa yang
mempunyai minat belajar rendah.
3. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Jigsaw menghasilkan prestasi
belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
commit to user
4. Untuk mengetahui apakah pada model pembelajaran Jigsaw, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan
minat belajar sedang dan dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang
lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah.
5. Untuk mengetahui apakah pada model pembelajaran STAD, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan
minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang
lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Memberikan masukan kepada tenaga pengajar dalam penggunaan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.
2. Memberikan masukan kepada tenaga pengajar pada saat menerapkan model
pembelajaran dengan melihat minat peserta didik dalam belajar matematika.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta tambahan referensi
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Peserta Didik
a. Teori Belajar
Teori merupakan seperangkat asas yang tersusun tentang
kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Secara khusus, teori
memberikan dua kelebihan daripada sumber-sumber pengetahuan yang
lain. Yang pertama bahwa teori dapat diuji. Eksperimen dapat dilakukan
untuk menentukan apakah teori itu cocok pada kenyataannya. Yang kedua
ialah, bahwa teori mengandung generalisasi tentang gejala-gejala dan
dengan demikian dapat diterapkan pada beberapa keadaan (Gredler,
1994:5).
Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,
perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar. (Dimyati
dan Mudjiono, 1999:295). Dalam belajar, individu menggunakan
ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Akibat belajar tersebut, maka
kemampuan individu dalam ketiga ranah itu makin bertambah baik.
Menurut konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), belajar
merupakan perubahan dari tidak bisa menjadi bisa melakukan (Mulyasa,
2003:53). Tujuan, sasaran dan penilaian semuanya terfokus pada
kompetensi yang dimiliki peserta didik atau pekerjaan yang mampu
commit to user
dilakukannya setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi belajar
merupakan perilaku yang kompleks. Kompleksnya perilaku belajar
tersebut menimbulkan berbagai teori belajar.
Teori-teori belajar yang dikembangkan selama abad 20
dikelompokkan menjadi dua keluarga, yaitu keluarga perilaku
(behavioristics) yang meliputi teori-teori stimulus-respons (S - R)
conditioning, dan keluarga Gestalt–field yang meliputi teori-teori perilaku berpendapat, bahwa sudah cukup bagi peserta didik untuk
mengasosiasikan stimulus-stimulus dan respons-respons yang benar. Tidak
perlu dipersoalkan apakah yang terjadi dalam pikiran peserta didik
sebelum dan sesudah respons terbentuk. Penganut teori-teori kognitif
berkeyakinan, bahwa perilaku yang tidak tampak atau yang tidak dapat
diamati adalah sangat memungkinkan untuk dipelajari secara ilmiah,
misalnya, pikiran-pikiran (thoughts) dari peserta didik.
Pengembangan dari teori perkembangan kognitif Piaget adalah
model konstruksivisme. Model konstruksivisme telah mendapatkan
perhatian yang besar dikalangan peneliti pendidikan sains pada masa
akhir-akhir ini, walaupun sebenarnya model konstruksivisme tidak hanya
cocok untuk pendidikan sains, tapi juga dapat berdaya guna dalam
pendidikan ilmu sosial. (Mulyasa, 2003:237).
Seorang guru yang menganut teori perilaku berkeinginan untuk
mengubah perilaku-perilaku peserta didiknya yang tampak secara
commit to user
berkeinginan untuk menolong para peserta didiknya mengubah
pemahaman mereka tentang masalah-masalah dan situasi-situasi secara
signifikan (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 21).
Menurut Piaget (1977), manusia memiliki struktur pengetahuan
dalam otaknya. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia
melalui tiga cara, yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (Gredler,
1994:311). Asimilasi maksudnya, struktur kognitif baru dibuat atau
dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi
maksudnya, struktur pengetahuan yang sudah ada di modifikasi untuk
menumpang dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman dan situasi
baru. Ekuilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus menerus dilakukan
antara asimilasi dan akomodasi. Penerapan filosofi ini dalam pembelajaran
sehari-hari, yaitu ketika kita sebagai guru membuat rancangan
pembelajaran (RP) dalam bentuk peserta didik melakukan kegiatan,
praktek mengerjakan sesuatu, berlatih, mendemonstrasikan, menciptakan
ide baru dan sebagainya.
Fokus pendekatan konstruksivisme bukan pada rasionalitas, tapi
pada pemahaman. Konstruksivisme berakar pada filsafat pragmatisme
yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu. Dalam
konstruktivis “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Landasan filosofi konstruktivisme, menurut Depdiknas (2003), adalah
commit to user
menghapal, peserta didik harus mengonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri. Pengetahuan dikonstruksi (dibangun dalam pikiran) dari
hasil interpretasi atas suatu peristiwa, sehingga pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut (Mulyasa, 2003:238). Jadi
esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa peserta didik harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Peserta didik perlu untuk dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta
didik harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka karena
interpretasi mereka sendiri.
Strategi pokok dari model pembelajaran konstruktivisme adalah
meaningful learning (pembelajaran bermakna). Hanya meaningful learning yang sesungguhnya pembelajaran, kata Ausubel (Mulyasa, 2003:237). Dalam meaningful learning, peserta didik digalakkan untuk aktif. Setiap unsur materi pelajaran harus diolah dan diinterpretasikan
sedemikian rupa sehingga masuk akal (make senses) bagi diri peserta
didik. Dengan pendekatan pembelajaran yang seperti ini, pengetahuan
dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut
masuk otak setelah melalui proses masuk akal. Strategi seperti ini
memerlukan pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam rangka
commit to user
Dalam pendekatan kontruktivisme, pembelajaran melibatkan
negosiasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi (proses berpikir yang
singkat dan cepat yang terjadi dalam otak kita). Wacana penyesuaian
pikiran ini dapat dilakukan antara peserta didik dengan guru, atau antara
sesama peserta didik. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif
(kerjasama) adalah sangat ideal (Mulyasa, 2003:239). Dalam pendekatan
konstruktivisme harus tercipta hubungan kerjasama antara guru dengan
peserta didik, dan antara sesama peserta didik. Untuk itu guru perlu
menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian sehingga peserta didik
mempunyai minat yang tinggi untuk belajar. Minat ini akan tercipta jika
guru dapat meyakinkan peserta didik akan kegunaan materi pelajaran bagi
kehidupan peserta didik. Dengan demikian guru harus dapat menciptakan
situasi sehingga materi pelajaran tidak membosankan peserta didik.
b. Prestasi Belajar Matematika
Menurut Pargiyo (2000:57), prestasi belajar mempunyai
komponen-komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian
prestasi, komponen-komponen tersebut adalah:
1) Siswa
Faktor dari siswa yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar
commit to user 2) Kurikulum
Kurikulum mencakup: landasan program dan pengembangan, GBPP,
dan pedoman GBPP berisi materi atau bahan kajian yang telah
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.
3) Guru
Guru bertugas membimbing dan mengarhakan cara belajar siswa agar
mencapai hasil optimal.
4) Metode
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan
efisiensi proses belajar mengajar.
5) Sarana-prasarana
Yang dimaksud sarana-prasarana antara lain buku pelajaran, alat
pelajaran, alat praktek, ruang belajar, laboratorium, dan perpustakaan.
6) Lingkungan
Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, lingkungan budaya,
dan juga lingkungan alam merupakan sumber belajar.
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika di atas
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang
dicapai oleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran
commit to user
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan
cerminan kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi
prestasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran
makin baik pula. Dalam pembelajaran yang berkualitas terjadi proses
belajar yang efektif pada diri peserta didik. Seorang peserta didik yang
belajar secara efektif akan memiliki prestasi belajar yang baik. Jadi
prestasi belajar seseorang sangat tergantung pada tingkat keefektifan
proses belajar yang telah berlangsung pada dirinya.
Mulyasa (2003:53) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran harus
diorganisasi secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar,
bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu, dan
penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar
dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada
tahap berikutnya. Dick & Carey (1990:85) menyatakan bahwa
pengetahuan yang telah dikuasai seseorang sebelum proses pembelajaran
berlangsung disebut kemampuan awal atau entry behavior.
Banyak faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam mencapai
prestasi belajar, antara lain faktor dari dalam diri peserta didik (faktor
internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal). Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono (1991:130-131) menjelaskan tentang faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, sebagai
commit to user
1) Faktor dari dalam diri peserta didik (faktor internal)
a) Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan
sebagainya.
b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Faktor ini terdiri dari :
(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan factor
kecakapan.
(2) Faktor non intelektif, yaitu unsur – unsure kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
dan penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor dari luar diri peserta didik (faktor eksternal)
a) Faktor sosial, terdiri dari :
(1) Lingkungan keluarga.
(2) Lingkungan sekolah.
(3) Lingkungan masyarakat.
(4) Lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.
commit to user
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pretasi belajar adalah
faktor keefektifan pembelajaran (Aiken, 1997:109). Keefektifan
pembelajaran akan ditentukan oleh model pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Apabila model pembelajaran yang dipilih tepat sesuai dengan
tujuan pembelajaran, maka pembelajaran akan menjadi efektif sehingga
prestasi belajar peserta didik diharapkan optimal.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu peserta didik untuk
mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Dari uraian di atas, di
antara faktor–faktor yang berpengaruh dalam menentukan tinggi
rendahnya prestasi belajar peserta didik adalah faktor minat belajar yang
dimiliki peserta didik dan faktor model pembelajaran.
2. Pembelajaran Matematika
Hakikat pembelajaran adalah pengaturan kondisi eksternal untuk
mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Fokus utama
setiap program pendidikan atau pembelajaran adalah untuk mendorong
terjadinya proses belajar (Gagne dan Driscoll, 1989: v & 1). Oleh karenanya,
menyelenggarakan pembelajaran termasuk pembelajaran matematika harus
mendasarkan diri pada paradigma belajar sesuai hakikat pembelajaran serta
maksud dari program pendidikan tersebut yakni mendorong terjadinya proses
belajar pada diri peserta didik. Program pembelajaran matematika harus
commit to user
pembelajaran yang efektif adalah keberhasilannya dalam menciptakan
suasana belajar pada diri peserta didik bukan semata-mata telah dilakukannya
kegiatan mengajar oleh guru. Biggs dalam Goldman (2002) menyatakan
bahwa:
“Learning is a way of interacting with the world. As we learn, conception of phenomena change, and we see the world differently. The acquisition of information in it self does not bring about such a change, but the way we structure that information and think with it does. Thus education is about conceptual change, not just the acquisition of information”. Pembelajaran adalah suatu cara saling berinteraksi dengan dunia. Ketika kita belajar, konsepsi kita tentang suatu fenomena berubah, dan kita akan melihat dunia yang berbeda. Perolehan informasi tidak dengan sendirinya membawa perubahan, tetapi dengan jalan kita menyusun informasi tersebut dan memikirkan apa yang bisa kita lakukan dengannya. Jadi pendidikan adalah tentang perubahan konsep, bukan hanya perolehan informasi.
Hakikat belajar itu sendiri adalah terjadinya perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap akibat dari terjadinya interaksi
aktif dengan lingkungan (Winkel, 1996:53). Oleh karenanya, guru sebagai
penyelenggara proses pembelajaran harus mampu mengatur lingkungan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya perubahan pada diri
peserta didik sebagai bukti bahwa para peserta didik sudah melakukan proses
belajar.
Menurut Nana Sudjana dan Daeng Arifin (1987:20), agar dalam
proses pembelajaran tercipta perubahan perilaku pada diri peserta didik
sebagai hasil belajar, maka peran guru bukan semata-mata sebagai pengajar,
melainkan sebagai pembimbing belajar, atau pemimpin belajar atau fasilitator
commit to user
guru memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka itu sendiri yang
melakukan kegiatan belajar. Dikatakan sebagai pemimpin belajar karena guru
menentukan ke mana kegiatan belajar peserta didik akan diarahkan; dan
dikatakan sebagai fasilitator belajar karena guru harus menyediakan fasilitas
setidak-tidaknya menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber
pendorong bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam pembelajaran matematika dengan paradigma belajar, guru
harus mampu bertindak sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator
belajar bagi para peserta didik. Dalam hal ini guru harus melakukan pilihan
pendekatan atau model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam proses belajar.
Mata pelajaran matematika selama ini dianggap oleh sebagian
peserta didik sebagai mata pelajaran yang menakutkan, baik di jenjang
pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Bahkan ada peserta didik
yang merasa bosan, tidak tertarik, bahkan tidak suka pada mata pelajaran ini.
Hal ini biasanya disebabkan karena matematika diajarkan dengan strategi atau
model pembelajaran yang kurang tepat.
Kekurangtepatan pemilihan model atau strategi pembelajaran
matematika bersumber dari masih kuatnya pengaruh paradigma lama dalam
pembelajaran. Anita Lie (2002:2-6) menyatakan bahwa dalam dunia
pendidikan, paradigma lama pembelajaran bersumber pada teori tabula rasa John Locke yang mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah seperti
commit to user
Berdasarkan teori ini, paradigma lama pembelajaran adalah paradigma
mengajar yang diibaratkan seperti mengisi kertas kosong dengan
coretan-coretan. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Paradigma
lama yang tidak mendorong keaktifan peserta didik dalam belajar tidak dapat
dipertahankan lagi.
Dalam proses pembelajaran, yang harus aktif adalah peserta didik
karena merekalah yang paling bertanggungjawab atas kegiatan pembelajaran
dan yang akan menerima akibat langsung dari proses pembelajaran.
Paradigma baru pembelajaran adalah paradigma belajar. Dengan paradigma
baru tersebut pendidik perlu menyusun kegiatan pembelajaran berdasarkan
beberapa pokok pikiran, yaitu:
a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh peserta didik;
guru harus menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan peserta
didik membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses
belajar untuk disimpan dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses
dan dikembangkan lebih lanjut.
b. Peserta didik membangun pengetahuan secara aktif melalui suatu proses
belajar yang mereka lakukan sendiri bukan sesuatu yang dilakukan oleh
guru terhadap peserta didik. Peserta didik tidak menerima pengetahuan
secara pasif dari guru. Peserta didik mengaktifkan struktur kognitif mereka
dan membangun struktur baru untuk mengakomodasikan masukan
commit to user
c. Guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan peserta
didik. Kegiatan pembelajaran harus lebih menekankan pada proses dari
pada hasil. Setiap peserta didik memiliki potensi dan kompetensi yang
dapat ditingkatkan melalui usaha pembelajaran. Tujuan pendidikan adalah
mengembangkan potensi sampai setinggi yang mampu diraih peserta
didik.
d. Pendidikan merupakan interaksi pribadi di antara para peserta didik dan
antara guru dengan peserta didik. Kegiatan pendidikan merupakan proses
sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, mereka
membangun pengertian dan pengetahuan bersama.
Frans Susilo (1998:235) mengemukakan bahwa sesungguhnya
matematika dapat diapresiasi secara baik oleh para peserta didik apabila
matematika dipelajari secara manusiawi. Cara yang dimaksudkan adalah
dengan membangun sendiri pemahaman mereka akan unsur-unsur
matematika. Pemahaman harus dapat diperoleh bukan dengan cara menghafal
rumus-rumus atau langkah-langkah yang diberikan guru, melainkan dibentuk
dengan membangun makna dari apa yang dipelajari, misalnya dengan
memberikan interpretasi terhadap apa yang sedang dipelajari dengan
mempergunakan informasi baru yang mereka peroleh yang akan mereka
gunakan untuk mengubah, melengkapi atau menyempurnakan pemahaman
yang telah tertanam sebelumnya. Hal ini akan dapat terwujud apabila para
peserta didik diberi keleluasaan untuk melakukan eksperimen termasuk
commit to user
Proses pembelajaran seperti itu dikenal dengan proses belajar melalui
tahap-tahap asimilasi dan akomodasi, dengan proses seperti itu pemahaman akan
terjadi secara mengakar dan para peserta didik akan belajar untuk menghargai
dan mencintai matematika karena pada diri mereka akan tumbuh keyakinan
tentang bagaimana caranya merumuskan dan menggunakan matematika
manakala diperlukan.
3. Model Pembelajaran
Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan
utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran
adalah upaya pengetahuan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk
memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan
pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan serta informasi dalam
proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau
mendesainnya.
Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses
pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Joyce,
dan Weil (1992:10) model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara
atau pola yang digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan
potensi dirinya sebagai pembelajaran. Peserta didik tidak hanya menguasai
materi materi perihal pengetahuan dan keterampilan melainkan juga harus
commit to user
depan dan untuk keperluan belajar mandiri. Dick dan Carey (1990:1)
menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam
mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik
dapat menguasai isi pelajaran atau mencapai tujuan pembelajaran yaitu : (1)
kegiatan pra instruksional, (2) penyajian informasi, (3) mendorong partisipasi
peserta didik, (4) menyelenggarakan tes, dan (5) tindak lanjut. Agar sedikit
berbeda, Nana Sudjana (1996:53) mendefinisikan pembelajaran adalah
tindakan guru melaksanakan rencana pembelajaran. Dalam melaksanakan
rencana pembelajaran guru mengoptimalkan pengkombinasian beberapa
variabel pengajaran (tujuan,bahan, model dan alat, serta evaluasi) agar dapat
membantu peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, model pembelajaran pada dasarnya adalah
tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran dengan cara
tertentu yang dianggap paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran adalah taktik atau strategi yang digunakan
guru dalam pembelajaran di kelas. Model tersebut hendaknya mencerminkan
langkah-langkah secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung
pengertian bahwa setiap komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama
lain sehingga terorganisasi secara terpadu dalam mencapai tujuan. Sistematik
mengandung pengertian, bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru pada
waktu pembelajaran berurutan secara rapi dan logis sehingga mendukung
commit to user
Udin Saripudin Winataputra (1997:151) istilah model digunakan dalam
pengertian yang sama untuk menggambarkan keseluruhan prosedur yang
sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan skema pengorganisasian utama
dalam pengajaran di kelas, dan bukan hanya untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Menurut Atwi Suparman (1996:157), model pembelajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian berbagai unsur
yang meliputi : materi pelajaran, peserta didik, peralatan, bahan, serta waktu
yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran yang harus dimiliki
seorang guru adalah dapat memilih berbagai model pembelajaran dan
menggunakan model tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil
yang baik tanpa memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan
dan materi tersebut. Model pembelajaran mengandung kegiatan-kegiatan
peserta didik dalam proses belajar dan kegiatan guru yang mengelola
pembelajaran.
Pendapat lain dikemukakan oleh Garlach dan Ely seperti dikutip Sri
Anitah dan Noorhadi (1989:1) yang menyatakan bahwa model pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Model pembelajaran meliputi : sifat,
lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar
commit to user
dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Gagne (2000:114-115) peristiwa pembelajaran mencakup
sembilan tahapan, yaitu : (1) Membangkitkan perhatian; (2) Menyampaikan
tujuan pembelajaran kepada peserta didik; (3) Membangkitkan ingatan dari
pemahaman awal (hasil belajar terdahulu); (4) Menyajikan rangsangan; (5)
Menyediakan arahan belajar; (6) Memancing tampilan peserta didik; (7)
Memberikan balikan; (8) Menilai hasil belajar peserta didik; (9)
Meningkatkan perolehan hasil belajar (retensi) dan transfer. Sembilan tahapan
peristiwa belajar tersebut dapat menunjang/mendukung proses internal dari
belajar (proses internal sendiri tidak dapat diamati); keberadaan setiap
tahapan peristiwa belajar tersebut menambah kemungkinan keberhasilan
capaian belajar.
Pertimbangan tentang memudahkan peserta didik dalam belajar
haruslah diperhatikan oleh guru dalam mengambil keputusan mengenai
model tertentu yang hendak dipakai. Tidak ada model pembelajaran yang
paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua model pembelajaran
mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling penting adalah
perlunya guru mampu memilih model dengan tepat disesuaikan dengan
materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur peserta
didik dan alat pelajaran yang tersedia.
Untuk menentukan atau memilih model, hendaknya berangkat dari
commit to user
kemudian model pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif dipilih.
Jadi, pemilihan model pembelajaran ini harus memenuhi kriteria efisiensi dan
keefektifan. Kriteria yang lain dalam memilih model pembelajaran adalah
tingkat keterlibatan peserta didik; dalam kegiatan pembelajaran peserta didik
dituntut tingkat keterlibatan yang optimal.
Jocye dan Weil (1992:16-18) mengemukakan bahwa tiap model
pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang
sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama
guru dengan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model
pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah
pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam mempelajari
materi pelajaran. Gaya mengajar yang dimiliki guru banyak dipengaruhi oleh
situasi, kondisi, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang hendak dicapai.
Penerapan model pembelajaran didasari kepada asumsi bahwa model
pembelajaran sebagai sar