• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN

DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Matematika

Oleh :

FEBRYANA HANDITASERRA

S 850809310

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Febryana Handitaserra

NIM : S 850809310

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul :

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

MENGGUNAKAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI

SE-KABUPATEN SRAGEN DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

adalah betul – betul karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam

tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti

pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, Maret 2011 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

MOTTO

Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

(QS. Faathir : 2)

Dalam hidup ini hanya sedikit hambatan yang tak bisa diatasi Dengan tindakan positif yang gigih, tekun, konsisten dan dilakukan secara

terus menerus pasti akan meraih kesuksesan yang tahan lama. Segala sesuatu yang berharga tak bisa diraih dengan cara mudah.

Jika mudah, semua orang pasti sudah meraihnya. Sukses besar tak bisa diraih dengan inspirasi singkat. Sukses hanya bisa diraih dengan tindakan yang tekun dan gigih.

(Pesan dari Sir Winston Churchill)

Hadapi hidup dengan senyuman,

mulai dengan basmallah akhiri dengan hamdalah, tidak putus asa dari rahmat-Nya,

insya Allah akan selalu ada jalan untuk setiap kebaikan. Hidup adalah pembelajaran untuk menjadi lebih baik.

(6)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

 Kedua orang tua, atas harapan dan doa nya untuk

menuntunku menjadi orang yang bermanfaat,

 Suamiku tercinta, atas doa dan dukungannya

selama ini,

 Serta rekan seperjuangan yang senantiasa

memberi semangat dan motivasi,

 Para saudara dan sahabat dengan segala kebaikan

dan bantuan yang tulus diberikan,

(7)

commit to user KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan tesis ini dengan judul ”EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW BERBANTU MEDIA POWERPOINT PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN DITINJAU DARI

MINAT BELAJAR SISWA TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.

Tesis ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika Program pascasarjana

universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan

dari semua pihak, penulis tidak mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik, maka

pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph. D, Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan

studi di Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas

(8)

commit to user

2. Dr. Mardiyana M.Si, Ketua Progam Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan waktunya untuk bimbingan dan pengarahan kepada penulis

dalam menyusun tesis ini.

4. Drs. Sutrima, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar

memberikan saran dan masukan untuk penulis dalam menyelesaikan tesis

ini.

5. Dr. Riyadi, M.Si, Penguji tesis yang telah memberikan masukan dalam

kesempurnaan tesis.

6. Kepala SMP N 1 Tangen, SMP N 1 Mondokan, dan SMP N 5 Sragen

beserta guru yang telah memberikan ijin serta membantu penulis

mengumpulkan data penelitian.

7. Peserta didik yang telah menjawab setiap instrumen penelitian yang penulis

butuhkan dengan kesungguhan hati.

8. Teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasrjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

bantuan dan dorongan pada penulis dalam menyelesaikan studi.

9. Suami dan keluargaku tercinta, yang telah memberikan dorongan moral

dalam menyelesaikan studi di Program Studi pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan

(9)

commit to user

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya demi kesempurnaan tesis ini, penulis

mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun. Besar harapan

penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca

pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Maret 2011

(10)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK ... xx

ABSTRACT ... xxii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pemilihan Masalah ... 10

D. Pembatasan Masalah ... 10

E. Perumusan Masalah ... 11

(11)

commit to user

G. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 14

1. Prestasi Belajar Peserta Didik ... 14

a. Teori Belajar... 14

b. Prestasi Belajar Matematika ... 18

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar ... 20

2. Pembelajaran Matematika ... 22

3. Model Pembelajaran ... 27

a. Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 37

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW ... 41

4. Media Powerpoint ... 46

5. Minat Belajar Matematika ... 47

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 49

C. Kerangka Pemikiran ... 50

D. Hipotesis Penelitian... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ... 55

1. Tempat dan Subyek Penelitian ... 55

2. Waktu Penelitian ... 55

B. Jenis Penelitian... 56

C. Teknik Pengambilan Sampel, Populasi, dan Sampel ... 58

(12)

commit to user

2. Populasi ... 59

3. Sampel... 59

D. Variabel Penelitian ... 60

1. Variabel Bebas ... 60

2. Variabel Terikat ... 62

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 62

1. Metode Pengumpulan Data ... 62

2. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 64

F. Teknik Analisis Data... 71

1. Uji Prasyarat... 71

2. Uji Keseimbangan ... 74

3. Uji Hipotesis ... 76

4. Uji Komparasi Ganda ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Keseimbangan pada Kemampuan Awal ... 84

1. Uji Prasyarat ... 84

1) Uji Normalitas data kemampuan awal... 84

2) Uji Homogenitas data kemampuan awal... 85

2. Uji Keseimbangan... ... 86

B. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Butir Sol……….. ... 86

1. Uji Validitas Isi ... 86

2. Uji Reliabilitas ... 87

3. Tingkat Kesukaran ... 87

(13)

commit to user

C. Hasil Uji Coba Angket Minat Belajar……….... 88

1. Uji Validitas Isi... 88

2. Uji reliabilitas... 88

3. Uji Konsistensi Internal... 88

D. Deskripsi Data Hasil Penelitian... .. 89

1. Data Angket Minat Belajar……… 89

2. Data Prestasi Belajar……….. 90

E. Uji Persyaratan Analisis ... 91

F. Pengujian Hipotesis ... 92

1) Uji Scheffe Untuk Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ... 92

2) Uji Komparasi Ganda ... 94

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

1) Hipotesis pertama ... 97

2) Hipotesis Kedua ... 98

3) Perbedaan penggunaan model pembelajaran dengan minta belajar terhadap prestasi belajar matematika ... 100

H. Keterbatasan Penelitian... 101

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

B. Implikasi ... 105

C. Saran ... 106

(14)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw ... 45

Tabel 3. 1 Rancangan Penelitian ... 57

Tabel 3. 2 Daftar Sekolah Sampel Penelitian ... 59

Tabel 3. 3 Interpretasi Daya Beda Soal ... 69

Tabel 3. 4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 81

Tabel 4. 1 Diskripsi data untuk kemampuan awal ... 84

Tabel 4. 2 Rangkuman hasil uji Normalitas kemampuan awal ... 85

Tabel 4. 3 Rangkuman hasil Homogenitas kemampuan awal ... 85

Tabel 4. 4 Rangkuman uji keseimbangan kemampuan awal ... 86

Tabel 4. 6 Banyaknya responden untuk minat belajat matematika... 90

Tabel 4. 7 Diskripsi statistik prestasi belajar ... 90

Tabel 4. 8a Rangkuman Uji Normalitas ... 91

Tabel 4. 8b Rangkuman Uji Homogenitas ... 92

Tabel 4. 9 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 93

Tabel 4. 10 Rataan masing-masing sel dari data uji hipotesis ... 94

Tabel 4. 11 Hasil Uji Scheffe Komparasi Antar Kolom ... 95

(15)

commit to user DAFTAR DIAGRAM

Halaman

(16)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

(17)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar SMP Negeri di Kabupaten Sragen ... 115

Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen I & II ... 117

Lampiran 3 Silabus ... 122

Lampiran 4a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelompok eksperimen I ... 131

Lampiran4b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelompok eksperimen II ... 141

Lampiran 5a LKS Materi Teorema Pythagoras Kelompok eksperimen I ... 152

Lampiran5b LKS Materi Teorema Pythagoras Kelompok eksperimen II ... 156

Lampiran 5c Powerpoint Materi Teorema Pythagoras... 164

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Try Out Prestasi Belajar Matematika ... 166

Lampiran 7 Soal Try Out Prestasi Belajar Matematika ... 167

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Try Out Prestasi Belajar Matematika ... 171

Lampiran 9 Soal Penelitian Prestasi Belajar Matematika ... 172

Lampiran 10 Kunci Jawaban Soal Penelitian Prestasi Belajar Matematika ... 177

Lampiran 11a Lembar Jawab Soal Try Out Prestasi Belajar Matematika ... 178

Lampiran11b Lembar Jawab Soal Penelitian Prestasi Belajar Matematika ... 179

Lampiran 12 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 180

Lampiran13 Angket Try Out Minat Belajar Siswa ... 181

Lampiran 14 Angket Penelitian Minat Belajar Siswa ... 186

Lampiran 15 Lembar jawab angket try out Minat belajar siswa ... 190

Lampiran 16 Lembar jawab angket penelitian minat belajar siswa ... 191

(18)

commit to user

Lampiran 18 Uji Keseimbangan (Matching) ... 194

Lampiran 19a Lembar Validasi Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika ... 195

Lampiran 19b Lembar Penelaahan Instrumen Angket Minat Belajar ... 197

Lampiran 20a Uji Reliabilitas 30 Butir Tes Prestasi Belajar Matematika ... 199ª Lampiran 20b Uji Reliabilitas 25 Butir Tes Prestasi Belajar Matematika ... 200a Lampiran 21a Uji Daya Pembeda Soal Prestasi Belajar Matematika ... 201

Lampiran 21b Tingkat Kesulitan Soal Prestasi Belajar Matematika ... 203

Lampiran 22a Uji Normalitas Kemampuan Awal... 205

Lampiran 22b Uji Homogenitas Kemampuan Awal ... 207

Lampiran 23a Uji Reliabilitas 30 Butir Angket Minat Belajar Siswa... 208a Lampiran 23b Uji Reliabilitas 25 Butir Angket Minat Belajar Siswa... 209a Lampiran 24 Uji Konsistensi Internal ... 211

Lampiran 25 Data Induk Penelitian ... 214

Lampiran 26a Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Dengan Model Jigsaw ... 219

Lampiran 26b Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Dengan Model STAD ... 220

Lampiran 26c Uji Normalitas Data Prestasi Berdasarkan Minat Tinggi ... 221

Lampiran 26d Uji Normalitas Data Prestasi Berdasarkan Minat Sedang ... 222

Lampiran 26e Uji Normalitas Data Prestasi Berdasarkan Minat Rendah ... 223

Lampiran 27a Uji Homogenitas Prestasi Belajar Antara kedua kelompok ... 224

Lampiran 27b Uji Homogenitas Prestasi Belajar Dengan Jigsaw dan STAD Dibedakan Dari Kategori Minat... 225

Lampiran 28 Data Amatan Hasil Belajar ... 226

(19)

commit to user

Lampiran 30 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ... 229

Lampiran 31 Metode Scheffe Untuk Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama / Uji Komparasi Ganda ... 231

Lampiran 32 Tabel-tabel statistika ... 232

Lampiran 33 Surat ijin riset ... 240

(20)

commit to user

ABSTRAK

Febryana Handitaserra, S850809310. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dan Tipe Jigsaw Berbantu Media Powerpoint Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Sragen Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Pembimbing II: Drs. Sutrima, M.Si. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada pembelajaran dengan model STAD. (2) Apakah prestasi belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan minat belajar sedang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar rendah. (3) apakah model pembelajaran Jigsaw menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa dengan minat belajar tinggi, sedang dan rendah. (4) apakah pada model pembelajaran Jigsaw, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah. (5) apakah pada model pembelajaran STAD, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah.

(21)

commit to user

bahwa sampel berdistribusi normal, berasal dari populasi yang homogen, dan mempunyai rataan yang sama.

Pengujian hipotesis menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 0,05 yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan uji Lilliefors, dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Hasil uji prestasi belajar menunjukkan bahwa sampel berdistribusi normal, dan berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji anava menunjukkan (1) Hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar sedang dan rendah, begitu juga hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan minat belajar rendah. (3) Peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa dengan minat belajar tinggi, sedang dan rendah. (4) Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah. (5) Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran STAD, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah.

Kata kunci : Pembelajaran Matematika, Student Teams Achievement

(22)

commit to user ABSTRACT

Febryana Handitaserra, S850809310. Experimentation Mathematics Learning Using Cooperative Learning Model Type Student Teams Achievement Divisions (STAD) and Jigsaw Assist Media Type Powerpoint Pythagorean Theorem In Subject Class VIII SMP Sragen As Seen From Student Interest in Academic Year 2010/2011. Supervisor I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Supervisor II: Drs. Sutrima, M.Sc. Thesis: Mathematics Education Studies Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University, Surakarta. 2011.

This study aims to determine: (1) What type of learning with cooperative model Jigsaw give to study mathematics achievement is better than learning with STAD model. (2) Does academic achievement of mathematics students with high interest in learning better than students with medium and low interest in learning, and students with an interest in learning was better than students with low learning interest. (3) whether the learning model of learning mathematics achievement Jigsaw produce better results compared with STAD learning model on students with learning interest high, medium and low. (4) whether the Jigsaw learning model, students with high learning interest better academic achievement than students with an interest in learning medium and low, and students with an interest in learning was better achievement than students with low learning interest. (5) whether the learning model STAD, students with high learning interest better academic achievement than students with medium and low interest in learning and students with an interest in learning was better achievement than students with low learning interest.

(23)

commit to user

distribution, is derived from a homogeneous population, and have the same average.

Testing hypotheses using two-way Anova with unequal cells, the level of significance of 0.05 previously performed test that is a prerequisite test for normality with Lilliefors test, and test of homogeneity with Bartlett's test. Learning achievement test results showed that the samples with normal distribution, and derived from a homogeneous population. Anova test results showed (1) The mathematics learning with Jigsaw cooperative learning model is better than type STAD cooperative learning model. (2) The mathematics learning with a high interest in learning was better than the results of mathematics learning with medium and low interest in learning, so did the students learn mathematics with interest in learning was better than the result of learning mathematics students with low learning interest. (3) Students using the learning model of learning mathematics achievement Jigsaw has a better than using STAD learning model on students with learning interest high, medium and low. (4) Students who use Jigsaw learning model, students with high learning interest better academic achievement than students with medium and low interest in learning and students with an interest in learning was better achievement than students with low learning interest. (5) Students who use STAD learning model, students with high learning interest better academic achievement than students with medium and low interest in learning and students interest in learning was better achievement than students with low learning interest.

(24)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah dalam sistem pendidikan nasional adalah masih

rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya

pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas, 2001). Sementara dari pengamatan

penulis di lapangan, banyak dijumpai masih rendahnya mutu pendidikan nasional

kita, diantaranya: kurikulum yang sangat berlebihan muatannya, banyak guru dan

peserta didik tidak pernah memanfaatkan sarana pembelajaran sekolah, banyak

buku-buku penunjang pelajaran hanya disimpan saja di perpustakaan, dan

mungkin masih banyak lagi jenisnya. Dalam hal ini, perlu adanya

perubahan-perubahan yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar

dalam proses perubahan-perubahan yang memberi arah bahwa pendidikan

merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan.

Mengingat hal tersebut, pemerintah telah melakukan upaya

penyempurnaan sistem pendidikan. Diantara upaya tersebut, Departemen

Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan

Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004. Belum lama kurikulum ini

diperlakukan kemudian muncul lagi yang namanya Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan yang diberlakukan mulai awal tahun pelajaran 2006/2007. Kurikulum

ini diharapkan dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan

(competency) yang sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan reformasi. Sasaran

(25)

commit to user

utama pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah

membangun keterampilan individual peserta didik. Untuk itu tidak semudah

membalik tangan, guru harus memikirkan atau memilih strategi yang tepat untuk

kondisi yang berbeda-beda.

Hasil pendidikan dianggap tinggi mutunya apabila kemampuan dan sikap

para lulusannya berguna bagi perkembangan selanjutnya baik di lembaga

pendidikan yang lebih tinggi maupun di masyarakat. Pendidikan merupakan

proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang

diharapkan. Segera setelah anak dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri

anak dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan pemenuhan kebutuhannya. Pendidikan membantu agar proses itu

berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna. Membicarakan pendidikan

tidak bisa terlepas dengan masalah pengajaran atau proses belajar mengajar,

karena keduanya tidak bisa terlepas dari satu dengan yang lainnya untuk mencapai

tujuan akhir pendidikan.

Mutu pendidikan yang baik baru akan tercapai apabila proses belajar

mengajar di kelas diselenggarakan benar-benar efisien dan efektif untuk mencapai

tujuan pendidikan. Salah satu usaha pencapaian dari tujuan pendidikan adalah

melalui program pengajaran. Pendidikan dan pengajaran bukanlah dua hal yang

sama kedudukannya, pendidikan mempunyai arti yang lebih luas, yaitu pengaruh,

bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada

anak didik. Pengajaran mempunyai pengertian yang lebih sempit dari pada

(26)

commit to user

satu sama lain saling berkaitan. Seperti dikemukakan oleh Shalahudin (1990:23)

sebagai berikut: Prestasi belajar dalam hal ini output dicapai melalui proses belajar mengajar dimana proses tersebut akan bisa berjalan apabila mendapat

dukungan atau sumbangan dari berbagai faktor diantaranya peserta didik, proses

belajar mengajar, sarana dan prasarana pendidikan serta faktor-faktor lingkungan.

Seorang peserta didik dikatakan telah mengikuti kegiatan belajar

mengajar apabila telah terjadi perubahan tertentu yang berupa dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak mampu berbuat sesuatu menjadi mampu berbuat sesuatu.

Perubahan ini harus terjadi disebabkan adanya usaha yang disengaja, dan

perubahan ini berlaku dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya tujuan

yang ingin dicapai dalam proses belajar belum dapat tercapai dengan memuaskan,

khususnya untuk mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang

peranan dalam dunia modern yang berhubungan dengan perkembangan ilmu dan

teknologi. Matematika selalu berhubungan dengan mata pelajaran yang lain.

Dilain pihak, matematika dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit oleh

peserta didik SD, SMP, maupun SMA, bahkan ada peserta didik yang merasa

takut, bosan dan tidak tertarik. Berdasarkan data Hasil Ujian Nasional SMP/MTs

Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2008/2009 dan data Hasil Ujian Nasional

SMP/MTs Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 (TIM BSNP, 2010)

diperoleh gambaran bahwa prestasi belajar bidang studi matematika siswa-siswi

sekolah di Kabupaten Sragen terjadi penurunan nilai rata- rata sebesar 11% dan

(27)

commit to user

pada kurun waktu dua tahun terakhir ini. Hal tersebut terlihat dari data bahwa

rata-rata nilai UN mata pelajaran matematika siswa SMP/MTs tahun pelajaran

2008/2009 adalah 8,57 dengan nilai tertinggi adalah 10,00 dan nilai terendah

adalah 3,00 serta jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 10 siswa. Kemudian

pada tahun pelajaran 2009/2010 rata-rata nilai UN mata pelajaran matematika

menjadi 7,59 dengan nilai tertinggi adalah 10,00 dan nilai terendah adalah 2,25

serta jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 539 siswa. Perolehan hasil tersebut

mungkin dikarenakan beberapa faktor. Faktor guru dan manajemen sekolah

kemungkinan juga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran

yang dihasilkan. Selain itu yang mungkin sangat berpengaruh adalah adanya

perbedaan fasilitas yang diterima oleh siswa yang berasal dari daerah perkotaan

dan pedesaan. Dengan demikian tingkat keberhasilan pembelajaran matematika

tidak hanya dapat dilihat dari hasil akhir evaluasi belajar, misal Ujian Nasional,

tetapi dapat ditentukan oleh kualitas pengelolaan pengajaran sebagai komponen

penyelenggaraan pendidikan.

Matematika diajarkan di sekolah melalui matematika sekolah.

Matematika sekolah dimaksudkan sebagai bagian matematika yang diberikan

untuk dipelajari oleh peserta didik (formal), yaitu peserta didik SD, SMP dan

SMA. Pada matematika sekolah, peserta didik mempelajari matematika yang sifat

materinya masih elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk

prasyarat konsep yang lebih tinggi dan banyak aplikasinya dalam kehidupan di

(28)

commit to user

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan

bahwa Tujuan pendidikan matematika di sekolah adalah (1) untuk mempersiapkan

anak didik agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan di dalam

kehidupan dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar

pemikiran logis dan rasional, kritis, dan cermat, objektif, kreatif, efektif dan

diperhitungkan secara analitis-sintetis, (2) Untuk mempersiapkan anak didik agar

menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di

dalam menghadapi ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu sebagai guru matematika perlu memahami dan

mengembangkan berbagai tipe pembelajaran dalam pengajaran matematika.

Dalam hal ini hendaknya guru dapat menyusun program pengajaran yang dapat

membuat peserta didik merasa terlibat langsung dan merasa memiliki

pembelajaran tersebut dalam proses belajar mengajar. Besarnya minat peserta

didik dalam belajar memiliki peranan penting untuk mencapai keberhasilan dalam

belajar atau memperoleh prestasi belajar yang baik. Minat belajar yang tinggi

akan sangat berpengaruh dengan prestasi belajar.

Sebagaimana diungkapkan oleh Soedjadi (1995: 12), betapapun tepat dan

baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya

tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut

adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik

secara optimal. Dengan demikian penghayatan terhadap matematika akan lebih

mantap dan terhindar dari anggapan peserta didik yang memandang sulit terhadap

(29)

commit to user

Selama ini, masih ada guru yang terpaku pada satu atau dua model

mengajar yang digunakan terus menerus tanpa pernah memodifikasinya atau

menggantikannya dengan model lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para peserta

didik tidak optimal. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan

menggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam

belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pengajaran matematika

hendaknya disesuaikan dengan kekhasan standar kompetensi/kompetensi dasar

dan perkembangan berpikir peserta didik.

Masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran

konvensional dalam kegiatan belajar mengajar. Model konvensional adalah model

pembelajaran yang bersifat klasikal yaitu hanya berpusat pada guru dimana guru

dalam menularkan pengetahuan pada peserta didik secara lisan atau ceramah,

diselingi dengan tanya jawab dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah. Dalam

metode ini guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, guru langsung

membuktikan dalil dan menurunkan rumus kemudian memberikan contoh soal

dan dikerjakan sendiri oleh guru. Sementara itu peserta didik hanya duduk dengan

rapi, mengikuti guru dengan teliti dan mencatat sehingga peserta didik cenderung

pasif, kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dan

inisiatif.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

(30)

commit to user

Jigsaw dan STAD, yaitu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok belajar selama satu pokok

bahasan. Proses Belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif,

membuat peserta didik dalam satu kelas mampu menguasai materi pelajaran

dalam waktu yang sama.

Menurut pendapat Slavin (2010:4) yang mengatakan ”Pembelajaran

kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa

belakangan ini, model pembelajaran kooperatif ini hanya digunakan oleh beberapa

guru untuk tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu.

Namun demikian, penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini telah

mengidentifikasikan beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat

digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan

berbagai macam mata pelajaran. Mulai dari matematika, membaca, menulis

sampai pada ilmu pengetahuan ilmiah, mulai dari kemampuan dasar sampai

pemecahan masalah-masalah yang kompleks. Lebih daripada itu, pembelajaran

kooperatif juga dapat digunakan sebagai cara utama dalam mengatur kelas untuk

pengajaran.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan prestasi

belajar peserta didik. Dengan demikian akan tercipta pembelajaran yang lebih

menekankan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran tidak

hanya sekedar menekankan pada penguasaan pengetahuan (logos), tetapi terlebih pada penekanan internalisasi tentang apa yang dipelajari, sehingga terbentuk dan

(31)

commit to user

(etos). Motivasi seperti ini akan tercipta jika guru mengkondisikan situasi pembelajaran yang tidak membosankan. Melalui kreativitasnya, guru dan siswa

mengkondisikan pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktifitas yang

menyenangkan.

Minat setiap siswa untuk menerima materi yang diberikan oleh guru

berbeda-beda, selain itu setiap siswa juga memiliki karakteristik yang berbeda.

Dengan perbedaan ini guru harus peka untuk dapat mengarahkan siswanya sesuai

dengan kemampuan, minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa sehingga potensi

yang ada dalam diri siswa dapat dikembangkan secara optimal. Apabila potensi

dalam diri siswa berkembang dengan baik maka kemampuan siswa akan

berkembang pula tidak terkecuali kemampuan pemahaman siswa. Selain itu,

seorang guru dalam menerapkan media pembelajaran, hendaknya dapat

menggunakan media dan metode yang menarik, efektif dan interaktif.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberi kesempatan pada siswa untuk bertukar pengetahuan dengan teman yang lebih banyak. Adanya kelompok

ahli dan kelompok asal mengharuskan siswa berdiskusi dengan teman yang

berbeda-beda, sehingga perbedaan pendapat dan keanekaragaman informasi lebih

sering siswa temui. Hal tersebut akan memperkaya pengetahuan siswa.

Sedangkan gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai

kemampuan yang diajarkan oleh guru. Sehingga para siswa harus mendukung

teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma

(32)

commit to user B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Menurunnya prestasi belajar matematika mungkin karena siswa kurang aktif

dalam proses pembelajaran di kelas. Terkait dengan hal tersebut apakah

terjadi peningkatan pemahaman dan prestasi belajar siswa jika model

pembelajaran diubah, sehingga perlu diadakan penelitian untuk

membandingkan efektivitas pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa

dan pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa

kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Sragen.

2. Menurunnya prestasi belajar matematika, mungkin karena siswa cenderung

beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit,

membosankan, banyak rumus dan perhitungannya, serta guru matematika

kurang kreatif mengaktifkan siswa saat pembelajaran. Kondisi tersebut

mungkin berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu

dilakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran yang lebih

efektif. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dimaksud adalah

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD.

3. Menurunnya prestasi belajar matematika dimungkinkan karena minat belajar

siswa yang rendah dalam belajar sehingga perlu mengadakan penelitian

(33)

commit to user C. Pemilihan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis melakukan

pemilihan masalah yaitu:

1. Rendahnya prestasi belajar matematika, dimungkinkan karena belum

optimalnya penerapan model pembelajaran yang kurang melibatkan siswa

dalam proses pembelajaran maka perlu diadakan penelitian penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD.

2. Rendahnya prestasi belajar matematika dimungkinkan karena minat belajar

siswa yang rendah dalam belajar sehingga perlu mengadakan penelitian

mengenai pengaruh antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.

Alasan dipilihnya permasalahan tersebut adalah karena sesuai dengan

paradigma pembelajaran dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yaitu pembelajaran yang tidak berpusat pada Guru (Teacher Centered) melainkan

berpusat pada peserta didik (Student Centered).

D. Pembatasan Masalah

Dalam pembahasan permasalahan, agar dapat lebih mendalam dan tidak

terlalu luas cakupannya, maka diperlukan adanya batasan masalah. Adapun

pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw.

2. Minat belajar peserta didik adalah petunjuk pada tingkah laku belajar yang

(34)

commit to user

dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan

rendah.

3. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah hasil belajar

matematika peserta didik pada standar kompetensi Teorema Pythagoras yang

telah dicapai pada akhir penelitian ini.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah tersebut di atas, adapun masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada tipe

STAD?

2. Apakah peserta didik yang mempunyai minat tinggi akan mempunyai prestasi

belajar lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mempunyai minat

sedang maupun rendah dan peserta didik yang mempunyai minat sedang akan

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang

mempunyai minat rendah?

3. Apakah model pembelajaran Jigsaw menghasilkan prestasi belajar matematika

yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran

STAD pada siswa dengan minat belajar tinggi, sedang dan rendah?

(35)

commit to user

rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya

daripada siswa dengan minat belajar rendah?

5. Apakah pada model pembelajaran STAD, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan minat belajar sedang dan

rendah serta siswa dengan minat belajar sedang lebih baik prestasinya

daripada siswa dengan minat belajar rendah?

F. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw memberikan prestasi belajar matematika lebih baik

daripada STAD.

2. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai minat belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan

apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai minat belajar

sedang lebih baik daripada prestasi belajar metematika siswa yang

mempunyai minat belajar rendah.

3. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Jigsaw menghasilkan prestasi

belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan

(36)

commit to user

4. Untuk mengetahui apakah pada model pembelajaran Jigsaw, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan

minat belajar sedang dan dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang

lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah.

5. Untuk mengetahui apakah pada model pembelajaran STAD, siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa dengan

minat belajar sedang dan rendah serta siswa dengan minat belajar sedang

lebih baik prestasinya daripada siswa dengan minat belajar rendah.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Memberikan masukan kepada tenaga pengajar dalam penggunaan model

pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.

2. Memberikan masukan kepada tenaga pengajar pada saat menerapkan model

pembelajaran dengan melihat minat peserta didik dalam belajar matematika.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta tambahan referensi

(37)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Peserta Didik

a. Teori Belajar

Teori merupakan seperangkat asas yang tersusun tentang

kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Secara khusus, teori

memberikan dua kelebihan daripada sumber-sumber pengetahuan yang

lain. Yang pertama bahwa teori dapat diuji. Eksperimen dapat dilakukan

untuk menentukan apakah teori itu cocok pada kenyataannya. Yang kedua

ialah, bahwa teori mengandung generalisasi tentang gejala-gejala dan

dengan demikian dapat diterapkan pada beberapa keadaan (Gredler,

1994:5).

Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,

perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar. (Dimyati

dan Mudjiono, 1999:295). Dalam belajar, individu menggunakan

ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Akibat belajar tersebut, maka

kemampuan individu dalam ketiga ranah itu makin bertambah baik.

Menurut konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), belajar

merupakan perubahan dari tidak bisa menjadi bisa melakukan (Mulyasa,

2003:53). Tujuan, sasaran dan penilaian semuanya terfokus pada

kompetensi yang dimiliki peserta didik atau pekerjaan yang mampu

(38)

commit to user

dilakukannya setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi belajar

merupakan perilaku yang kompleks. Kompleksnya perilaku belajar

tersebut menimbulkan berbagai teori belajar.

Teori-teori belajar yang dikembangkan selama abad 20

dikelompokkan menjadi dua keluarga, yaitu keluarga perilaku

(behavioristics) yang meliputi teori-teori stimulus-respons (S - R)

conditioning, dan keluarga Gestalt–field yang meliputi teori-teori perilaku berpendapat, bahwa sudah cukup bagi peserta didik untuk

mengasosiasikan stimulus-stimulus dan respons-respons yang benar. Tidak

perlu dipersoalkan apakah yang terjadi dalam pikiran peserta didik

sebelum dan sesudah respons terbentuk. Penganut teori-teori kognitif

berkeyakinan, bahwa perilaku yang tidak tampak atau yang tidak dapat

diamati adalah sangat memungkinkan untuk dipelajari secara ilmiah,

misalnya, pikiran-pikiran (thoughts) dari peserta didik.

Pengembangan dari teori perkembangan kognitif Piaget adalah

model konstruksivisme. Model konstruksivisme telah mendapatkan

perhatian yang besar dikalangan peneliti pendidikan sains pada masa

akhir-akhir ini, walaupun sebenarnya model konstruksivisme tidak hanya

cocok untuk pendidikan sains, tapi juga dapat berdaya guna dalam

pendidikan ilmu sosial. (Mulyasa, 2003:237).

Seorang guru yang menganut teori perilaku berkeinginan untuk

mengubah perilaku-perilaku peserta didiknya yang tampak secara

(39)

commit to user

berkeinginan untuk menolong para peserta didiknya mengubah

pemahaman mereka tentang masalah-masalah dan situasi-situasi secara

signifikan (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 21).

Menurut Piaget (1977), manusia memiliki struktur pengetahuan

dalam otaknya. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia

melalui tiga cara, yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (Gredler,

1994:311). Asimilasi maksudnya, struktur kognitif baru dibuat atau

dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi

maksudnya, struktur pengetahuan yang sudah ada di modifikasi untuk

menumpang dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman dan situasi

baru. Ekuilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus menerus dilakukan

antara asimilasi dan akomodasi. Penerapan filosofi ini dalam pembelajaran

sehari-hari, yaitu ketika kita sebagai guru membuat rancangan

pembelajaran (RP) dalam bentuk peserta didik melakukan kegiatan,

praktek mengerjakan sesuatu, berlatih, mendemonstrasikan, menciptakan

ide baru dan sebagainya.

Fokus pendekatan konstruksivisme bukan pada rasionalitas, tapi

pada pemahaman. Konstruksivisme berakar pada filsafat pragmatisme

yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu. Dalam

konstruktivis “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan

seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Landasan filosofi konstruktivisme, menurut Depdiknas (2003), adalah

(40)

commit to user

menghapal, peserta didik harus mengonstruksikan pengetahuan dibenak

mereka sendiri. Pengetahuan dikonstruksi (dibangun dalam pikiran) dari

hasil interpretasi atas suatu peristiwa, sehingga pengetahuan sangat

dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut (Mulyasa, 2003:238). Jadi

esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa peserta didik harus

menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi

lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Peserta didik perlu untuk dibiasakan memecahkan masalah, menemukan

sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta

didik harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka karena

interpretasi mereka sendiri.

Strategi pokok dari model pembelajaran konstruktivisme adalah

meaningful learning (pembelajaran bermakna). Hanya meaningful learning yang sesungguhnya pembelajaran, kata Ausubel (Mulyasa, 2003:237). Dalam meaningful learning, peserta didik digalakkan untuk aktif. Setiap unsur materi pelajaran harus diolah dan diinterpretasikan

sedemikian rupa sehingga masuk akal (make senses) bagi diri peserta

didik. Dengan pendekatan pembelajaran yang seperti ini, pengetahuan

dapat diterima dan tersimpan lebih baik, karena pengetahuan tersebut

masuk otak setelah melalui proses masuk akal. Strategi seperti ini

memerlukan pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam rangka

(41)

commit to user

Dalam pendekatan kontruktivisme, pembelajaran melibatkan

negosiasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi (proses berpikir yang

singkat dan cepat yang terjadi dalam otak kita). Wacana penyesuaian

pikiran ini dapat dilakukan antara peserta didik dengan guru, atau antara

sesama peserta didik. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif

(kerjasama) adalah sangat ideal (Mulyasa, 2003:239). Dalam pendekatan

konstruktivisme harus tercipta hubungan kerjasama antara guru dengan

peserta didik, dan antara sesama peserta didik. Untuk itu guru perlu

menciptakan strategi yang tepat guna, sedemikian sehingga peserta didik

mempunyai minat yang tinggi untuk belajar. Minat ini akan tercipta jika

guru dapat meyakinkan peserta didik akan kegunaan materi pelajaran bagi

kehidupan peserta didik. Dengan demikian guru harus dapat menciptakan

situasi sehingga materi pelajaran tidak membosankan peserta didik.

b. Prestasi Belajar Matematika

Menurut Pargiyo (2000:57), prestasi belajar mempunyai

komponen-komponen yang berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian

prestasi, komponen-komponen tersebut adalah:

1) Siswa

Faktor dari siswa yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar

(42)

commit to user 2) Kurikulum

Kurikulum mencakup: landasan program dan pengembangan, GBPP,

dan pedoman GBPP berisi materi atau bahan kajian yang telah

disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.

3) Guru

Guru bertugas membimbing dan mengarhakan cara belajar siswa agar

mencapai hasil optimal.

4) Metode

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan

efisiensi proses belajar mengajar.

5) Sarana-prasarana

Yang dimaksud sarana-prasarana antara lain buku pelajaran, alat

pelajaran, alat praktek, ruang belajar, laboratorium, dan perpustakaan.

6) Lingkungan

Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, lingkungan budaya,

dan juga lingkungan alam merupakan sumber belajar.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika di atas

dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang

dicapai oleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran

(43)

commit to user

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan

cerminan kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi

prestasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran

makin baik pula. Dalam pembelajaran yang berkualitas terjadi proses

belajar yang efektif pada diri peserta didik. Seorang peserta didik yang

belajar secara efektif akan memiliki prestasi belajar yang baik. Jadi

prestasi belajar seseorang sangat tergantung pada tingkat keefektifan

proses belajar yang telah berlangsung pada dirinya.

Mulyasa (2003:53) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran harus

diorganisasi secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar,

bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu, dan

penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar

dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada

tahap berikutnya. Dick & Carey (1990:85) menyatakan bahwa

pengetahuan yang telah dikuasai seseorang sebelum proses pembelajaran

berlangsung disebut kemampuan awal atau entry behavior.

Banyak faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam mencapai

prestasi belajar, antara lain faktor dari dalam diri peserta didik (faktor

internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal). Abu Ahmadi dan Widodo

Supriyono (1991:130-131) menjelaskan tentang faktor internal dan

eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, sebagai

(44)

commit to user

1) Faktor dari dalam diri peserta didik (faktor internal)

a) Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan

sebagainya.

b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Faktor ini terdiri dari :

(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan factor

kecakapan.

(2) Faktor non intelektif, yaitu unsur – unsure kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

dan penyesuaian diri.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2) Faktor dari luar diri peserta didik (faktor eksternal)

a) Faktor sosial, terdiri dari :

(1) Lingkungan keluarga.

(2) Lingkungan sekolah.

(3) Lingkungan masyarakat.

(4) Lingkungan kelompok.

b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.

(45)

commit to user

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pretasi belajar adalah

faktor keefektifan pembelajaran (Aiken, 1997:109). Keefektifan

pembelajaran akan ditentukan oleh model pembelajaran yang digunakan

oleh guru. Apabila model pembelajaran yang dipilih tepat sesuai dengan

tujuan pembelajaran, maka pembelajaran akan menjadi efektif sehingga

prestasi belajar peserta didik diharapkan optimal.

Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu peserta didik untuk

mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Dari uraian di atas, di

antara faktor–faktor yang berpengaruh dalam menentukan tinggi

rendahnya prestasi belajar peserta didik adalah faktor minat belajar yang

dimiliki peserta didik dan faktor model pembelajaran.

2. Pembelajaran Matematika

Hakikat pembelajaran adalah pengaturan kondisi eksternal untuk

mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Fokus utama

setiap program pendidikan atau pembelajaran adalah untuk mendorong

terjadinya proses belajar (Gagne dan Driscoll, 1989: v & 1). Oleh karenanya,

menyelenggarakan pembelajaran termasuk pembelajaran matematika harus

mendasarkan diri pada paradigma belajar sesuai hakikat pembelajaran serta

maksud dari program pendidikan tersebut yakni mendorong terjadinya proses

belajar pada diri peserta didik. Program pembelajaran matematika harus

(46)

commit to user

pembelajaran yang efektif adalah keberhasilannya dalam menciptakan

suasana belajar pada diri peserta didik bukan semata-mata telah dilakukannya

kegiatan mengajar oleh guru. Biggs dalam Goldman (2002) menyatakan

bahwa:

Learning is a way of interacting with the world. As we learn, conception of phenomena change, and we see the world differently. The acquisition of information in it self does not bring about such a change, but the way we structure that information and think with it does. Thus education is about conceptual change, not just the acquisition of information”. Pembelajaran adalah suatu cara saling berinteraksi dengan dunia. Ketika kita belajar, konsepsi kita tentang suatu fenomena berubah, dan kita akan melihat dunia yang berbeda. Perolehan informasi tidak dengan sendirinya membawa perubahan, tetapi dengan jalan kita menyusun informasi tersebut dan memikirkan apa yang bisa kita lakukan dengannya. Jadi pendidikan adalah tentang perubahan konsep, bukan hanya perolehan informasi.

Hakikat belajar itu sendiri adalah terjadinya perubahan dalam

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap akibat dari terjadinya interaksi

aktif dengan lingkungan (Winkel, 1996:53). Oleh karenanya, guru sebagai

penyelenggara proses pembelajaran harus mampu mengatur lingkungan

sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya perubahan pada diri

peserta didik sebagai bukti bahwa para peserta didik sudah melakukan proses

belajar.

Menurut Nana Sudjana dan Daeng Arifin (1987:20), agar dalam

proses pembelajaran tercipta perubahan perilaku pada diri peserta didik

sebagai hasil belajar, maka peran guru bukan semata-mata sebagai pengajar,

melainkan sebagai pembimbing belajar, atau pemimpin belajar atau fasilitator

(47)

commit to user

guru memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka itu sendiri yang

melakukan kegiatan belajar. Dikatakan sebagai pemimpin belajar karena guru

menentukan ke mana kegiatan belajar peserta didik akan diarahkan; dan

dikatakan sebagai fasilitator belajar karena guru harus menyediakan fasilitas

setidak-tidaknya menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber

pendorong bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.

Dalam pembelajaran matematika dengan paradigma belajar, guru

harus mampu bertindak sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator

belajar bagi para peserta didik. Dalam hal ini guru harus melakukan pilihan

pendekatan atau model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

dapat terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam proses belajar.

Mata pelajaran matematika selama ini dianggap oleh sebagian

peserta didik sebagai mata pelajaran yang menakutkan, baik di jenjang

pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Bahkan ada peserta didik

yang merasa bosan, tidak tertarik, bahkan tidak suka pada mata pelajaran ini.

Hal ini biasanya disebabkan karena matematika diajarkan dengan strategi atau

model pembelajaran yang kurang tepat.

Kekurangtepatan pemilihan model atau strategi pembelajaran

matematika bersumber dari masih kuatnya pengaruh paradigma lama dalam

pembelajaran. Anita Lie (2002:2-6) menyatakan bahwa dalam dunia

pendidikan, paradigma lama pembelajaran bersumber pada teori tabula rasa John Locke yang mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah seperti

(48)

commit to user

Berdasarkan teori ini, paradigma lama pembelajaran adalah paradigma

mengajar yang diibaratkan seperti mengisi kertas kosong dengan

coretan-coretan. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Paradigma

lama yang tidak mendorong keaktifan peserta didik dalam belajar tidak dapat

dipertahankan lagi.

Dalam proses pembelajaran, yang harus aktif adalah peserta didik

karena merekalah yang paling bertanggungjawab atas kegiatan pembelajaran

dan yang akan menerima akibat langsung dari proses pembelajaran.

Paradigma baru pembelajaran adalah paradigma belajar. Dengan paradigma

baru tersebut pendidik perlu menyusun kegiatan pembelajaran berdasarkan

beberapa pokok pikiran, yaitu:

a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh peserta didik;

guru harus menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan peserta

didik membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses

belajar untuk disimpan dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses

dan dikembangkan lebih lanjut.

b. Peserta didik membangun pengetahuan secara aktif melalui suatu proses

belajar yang mereka lakukan sendiri bukan sesuatu yang dilakukan oleh

guru terhadap peserta didik. Peserta didik tidak menerima pengetahuan

secara pasif dari guru. Peserta didik mengaktifkan struktur kognitif mereka

dan membangun struktur baru untuk mengakomodasikan masukan

(49)

commit to user

c. Guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan peserta

didik. Kegiatan pembelajaran harus lebih menekankan pada proses dari

pada hasil. Setiap peserta didik memiliki potensi dan kompetensi yang

dapat ditingkatkan melalui usaha pembelajaran. Tujuan pendidikan adalah

mengembangkan potensi sampai setinggi yang mampu diraih peserta

didik.

d. Pendidikan merupakan interaksi pribadi di antara para peserta didik dan

antara guru dengan peserta didik. Kegiatan pendidikan merupakan proses

sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, mereka

membangun pengertian dan pengetahuan bersama.

Frans Susilo (1998:235) mengemukakan bahwa sesungguhnya

matematika dapat diapresiasi secara baik oleh para peserta didik apabila

matematika dipelajari secara manusiawi. Cara yang dimaksudkan adalah

dengan membangun sendiri pemahaman mereka akan unsur-unsur

matematika. Pemahaman harus dapat diperoleh bukan dengan cara menghafal

rumus-rumus atau langkah-langkah yang diberikan guru, melainkan dibentuk

dengan membangun makna dari apa yang dipelajari, misalnya dengan

memberikan interpretasi terhadap apa yang sedang dipelajari dengan

mempergunakan informasi baru yang mereka peroleh yang akan mereka

gunakan untuk mengubah, melengkapi atau menyempurnakan pemahaman

yang telah tertanam sebelumnya. Hal ini akan dapat terwujud apabila para

peserta didik diberi keleluasaan untuk melakukan eksperimen termasuk

(50)

commit to user

Proses pembelajaran seperti itu dikenal dengan proses belajar melalui

tahap-tahap asimilasi dan akomodasi, dengan proses seperti itu pemahaman akan

terjadi secara mengakar dan para peserta didik akan belajar untuk menghargai

dan mencintai matematika karena pada diri mereka akan tumbuh keyakinan

tentang bagaimana caranya merumuskan dan menggunakan matematika

manakala diperlukan.

3. Model Pembelajaran

Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan

utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran

adalah upaya pengetahuan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk

memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan

pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan serta informasi dalam

proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau

mendesainnya.

Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses

pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Joyce,

dan Weil (1992:10) model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara

atau pola yang digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan

potensi dirinya sebagai pembelajaran. Peserta didik tidak hanya menguasai

materi materi perihal pengetahuan dan keterampilan melainkan juga harus

(51)

commit to user

depan dan untuk keperluan belajar mandiri. Dick dan Carey (1990:1)

menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam

mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik

dapat menguasai isi pelajaran atau mencapai tujuan pembelajaran yaitu : (1)

kegiatan pra instruksional, (2) penyajian informasi, (3) mendorong partisipasi

peserta didik, (4) menyelenggarakan tes, dan (5) tindak lanjut. Agar sedikit

berbeda, Nana Sudjana (1996:53) mendefinisikan pembelajaran adalah

tindakan guru melaksanakan rencana pembelajaran. Dalam melaksanakan

rencana pembelajaran guru mengoptimalkan pengkombinasian beberapa

variabel pengajaran (tujuan,bahan, model dan alat, serta evaluasi) agar dapat

membantu peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, model pembelajaran pada dasarnya adalah

tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran dengan cara

tertentu yang dianggap paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Model pembelajaran adalah taktik atau strategi yang digunakan

guru dalam pembelajaran di kelas. Model tersebut hendaknya mencerminkan

langkah-langkah secara sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung

pengertian bahwa setiap komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama

lain sehingga terorganisasi secara terpadu dalam mencapai tujuan. Sistematik

mengandung pengertian, bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru pada

waktu pembelajaran berurutan secara rapi dan logis sehingga mendukung

(52)

commit to user

Udin Saripudin Winataputra (1997:151) istilah model digunakan dalam

pengertian yang sama untuk menggambarkan keseluruhan prosedur yang

sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan skema pengorganisasian utama

dalam pengajaran di kelas, dan bukan hanya untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

Menurut Atwi Suparman (1996:157), model pembelajaran merupakan

perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian berbagai unsur

yang meliputi : materi pelajaran, peserta didik, peralatan, bahan, serta waktu

yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran yang harus dimiliki

seorang guru adalah dapat memilih berbagai model pembelajaran dan

menggunakan model tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil

yang baik tanpa memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan

dan materi tersebut. Model pembelajaran mengandung kegiatan-kegiatan

peserta didik dalam proses belajar dan kegiatan guru yang mengelola

pembelajaran.

Pendapat lain dikemukakan oleh Garlach dan Ely seperti dikutip Sri

Anitah dan Noorhadi (1989:1) yang menyatakan bahwa model pembelajaran

merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran

dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Model pembelajaran meliputi : sifat,

lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar

(53)

commit to user

dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Gagne (2000:114-115) peristiwa pembelajaran mencakup

sembilan tahapan, yaitu : (1) Membangkitkan perhatian; (2) Menyampaikan

tujuan pembelajaran kepada peserta didik; (3) Membangkitkan ingatan dari

pemahaman awal (hasil belajar terdahulu); (4) Menyajikan rangsangan; (5)

Menyediakan arahan belajar; (6) Memancing tampilan peserta didik; (7)

Memberikan balikan; (8) Menilai hasil belajar peserta didik; (9)

Meningkatkan perolehan hasil belajar (retensi) dan transfer. Sembilan tahapan

peristiwa belajar tersebut dapat menunjang/mendukung proses internal dari

belajar (proses internal sendiri tidak dapat diamati); keberadaan setiap

tahapan peristiwa belajar tersebut menambah kemungkinan keberhasilan

capaian belajar.

Pertimbangan tentang memudahkan peserta didik dalam belajar

haruslah diperhatikan oleh guru dalam mengambil keputusan mengenai

model tertentu yang hendak dipakai. Tidak ada model pembelajaran yang

paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua model pembelajaran

mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling penting adalah

perlunya guru mampu memilih model dengan tepat disesuaikan dengan

materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur peserta

didik dan alat pelajaran yang tersedia.

Untuk menentukan atau memilih model, hendaknya berangkat dari

(54)

commit to user

kemudian model pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif dipilih.

Jadi, pemilihan model pembelajaran ini harus memenuhi kriteria efisiensi dan

keefektifan. Kriteria yang lain dalam memilih model pembelajaran adalah

tingkat keterlibatan peserta didik; dalam kegiatan pembelajaran peserta didik

dituntut tingkat keterlibatan yang optimal.

Jocye dan Weil (1992:16-18) mengemukakan bahwa tiap model

pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang

sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama

guru dengan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model

pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah

pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam mempelajari

materi pelajaran. Gaya mengajar yang dimiliki guru banyak dipengaruhi oleh

situasi, kondisi, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang hendak dicapai.

Penerapan model pembelajaran didasari kepada asumsi bahwa model

pembelajaran sebagai sar

Gambar

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ................................................
Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ditinjau dari fungsi beton pada balok beton bertulang, dikatakan bahwa pada daerah tarik ditahan oleh tulangan baja dan daerah tekan ditahan oleh beton,pada balok yang sudah

Dari hasil penelitian terhadap minyak lengkuas dalam sediaan salep meliputi daya anti jamur secara In-vitro dan stabilitas fisik salep (daya lekat dan daya sebar)

Sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh, bahwa motivasi belajar siswa setelah menggunakan Model Pembelajaran kooperatif STAD dalam proses belajar mengalami

2.923.043,- (74,65 %) dari total pendapatan petani di Kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2008; 2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan petani dari usaha

Sesuai dengan definisi partisipasi tersebut, anggota bank sampah ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah Bantul karena

Dilakukan rapat mediasi pada tanggal 25 Januari 2016 di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo dengan hasil:.. Bahwa semua permintaan warga disekitar rencana

Syarat agar suatu rangka batang bersifat statis tertentu adalah bahwa jumlah gaya yang tidak diketahui sekurang-kurangnya tiga dan jumlah batang di dalam rangka batang tersebut