BAB II KAJIAN PUSTAKA
4. Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu strategi
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin untuk membantu siswa
mereview dan menguasai materi pelajaran. Slavin menemukan bahwa TGT berhasil
meningkatkan skil-skil dasar, pencapaian, interaksi positif antarsiswa, dan
sikap-sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini merupakan salah satu model
pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement (penguatan).
Dalam TGT siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
tiga sampai lima siswa yang heterogen, baik dalam prestasi akademik, jenis
kelamin, ras maupun etnis. Parker (Huda, 2015: 29) mendefinisikan kelompok kecil
kooperatif sebagai suasana pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi
mencapai tujuan bersama. Tugas tersebut dijadikan sebagai turnamen akademik,
dan menggunakan kuis-kuis dan sistem kemajuan skor individu, dimana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik
24
Menurut saco (Rusman 2010: 224), dalam TGT siswa memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain utuk memperoleh skor bagi tim mereka
masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang diselingi juga
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu-kartu yang
diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dan semua tingkat
kmampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya.
Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang
kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan
memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen
ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review
pembelajaran.
Menurut Slavin pembelajaran tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan,
yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams),
permainan (games), pertandingan (tournaments), dan penghargaan kelompok (team
recognition). Lebih lanjut Isjoni (2009: 84-86) menjelaskan ke-lima langkah
tahapan pembelajaran TGT sebagai berikut
25
pada awal pembelajaran guru menyajikan materi penyajian kelas, tujuan
pemebelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan
kepada kelompok.
b. belajar dalam kelompok (teams)
Siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan
dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota
kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memeberikan jawaban atau
menjelaskanya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
c. permainan (games)
Akhirnya untuk memastikam bahwa seluruh anggota kelompok menguasai
pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam
permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja turnamen. Dalam setiap meja
permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang
sama. Siswa dikelompokan dalam satu meja, turnamen secara homogen dari segi
kemampuan akademik.
Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat
pre test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada
lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor
26
kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan
tim.
Dalam permianan ini setiap yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan
dalam meja-meja turnament dan diusahakan agar tidak ada peserta dari kelompok
yang sama. Permainan ini dimulai dengan memberitahukan aturan permainan.
Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu soal untuk bermain (kartu
soal dan kunci diletakan terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
d. pertandingan (tournaments)
Permainan pada setiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai
berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal
dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang
undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada
pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian
yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain
dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah
waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil
pekerjaanya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu
pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya akan diberikan kepada
pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan
27
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dimana posisi pemainan diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu
meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang. Disini
permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus
mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan
membuka buku kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan
jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain
dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa
poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap
pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yan diperoleh
berdasarkan tabel yang telah disediakan. Ketua kelompok memasukan poin yang
diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan. Kemudian
menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
e. Penghargaan kelompok (team recognition).
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan
kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan
Tahapan-tahapan cooperative learning tipe TGT dapat dimodifikasi dan
disesuikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa pada saat proses pembelajaran
28
pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Dengan
demikian, berdasarkan pendapat yang dikemukaan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model cooperative learning tipe TGT ini diharapkan dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, di samping siswa termotivasi
untuk menginput materi yang mereka terima.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
(TGT) mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu:
a. Kelebihan pembelajaran TGT yaitu:
1.) Dapat menumbuhkan kemampuan bekerja sama;
2.) Dapat menerima orang lain yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin yang
berbeda;
3.) Meningkatkan kemampuan percaya diri;
4.) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas;
5.) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan;
6.) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam;
7.) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keefektifan siswa
8.) Mendidik siswa untuk bersosialisasi dengan orang lain;
9.) Motivasi belajar siswa tinggi;
10.)Hasil belajar lebih baik; dan
11.)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
b. Kekurangan pembelajaran TGT yaitu:
29
a.) Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari
segi akademis. Kelemahan ini dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai
pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian kelompok.
b.) Waktu yang dibutuhkan untuk diskusi siswa cukup banyak sehingga melewati
waktu yang sudah ditetapkan . kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu
menguasai kelas secara menyeluruh.
2.) Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi yang kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,
tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuanya kepada siswa
lainnya.