• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3. Model Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dengan asumsi pembelajaran mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007 : 11).

Menurut Sumantri dan Permana (2001: 114) model merupakan cara-cara yang di tempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Model pembelajaran terbentuk dari satu kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran (Sudrajat, (http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Sanjaya, 2007: 125). Dilihat dari sudut pandang pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered

approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada

guru (teacher centered approach).

Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Kemp (dalam Sanjaya, 2007: 124)

commit to user

mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara baik dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, Sanjaya (2007: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Sanjaya, 2007: 125). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Gulo, 2004: 3). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah; demonstrasi; diskusi; simulasi; laboratorium; pengalaman lapangan; brainstorming; debat, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik (Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong

commit to user

aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual (Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, ada dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor, sementara yang satunya lagi kurang diselingi humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan dari setiap guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu model pembelajaran, metode, dan teknik pembelajaran.

Menurut Joyce dan Weil (dalam Sumaatmadja, 2001: 101) model pembelajaran adalah:

A model teaching is a plan or pattern that can be use to shape curriculum

(longterm courses of studies), to design instructional materials, and to guide

instruction in the classroom and other settings.”

Berdasarkan konsep tersebut, model pembelajaran dapat digunakan untuk menyusun kurikulum, merancang bahan pelajaran dan menuntun pelajaran di dalam kelas atau pada kondisi lainnya. Model pembelajaran ini merupakan suatu pola yang disusun bagi kepentingan pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tujuan yang harus dicapai serta disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, sehingga model pembelajaran harus memenuhi persyaratan yang berkenaan dengan pengorganisasian tujuan, materi pelajaran, pengalaman belajar, dan evaluasinya. Aspek-aspek tersebut yang memberikan ciri terhadap jenis atau bentuk model pengajaran yang akan dikembangkan (Sumaatmadja, 2001: 101).

commit to user

Model pembelajaran yang paling banyak digunakan guru adalah model pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada keaktifan guru dan belum banyak juga guru yang menggunakan model pembelajaran quantum

learning yang lebih menekankan pada keaktifan siswa. Kedua model

pembelajaran akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Model Quantum Learning

Belajar memerlukan model yang tepat. Model belajar yang tepat memungkinkan siswa lebih baik dan efisien. Model belajar disesuaikan dengan materi pelajaran yang dipelajari dan juga disesuaikan dengan kondisi siswa. Berbagai model pembelajaran banyak dikembangkan salah satunya adalah model quantum learning yang lebih menekankan pada keaktifan siswa.

Menurut DePorter dan Henarcki (2008 : 16) quantum learning ialah

interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dengan kata lain

quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar

yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Metode quantum

learning termasuk metode belajar yang terbukti baik untuk semua umur.

Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik

berkebangsaan Bulgaria dengan melakukan eksperimen yang disebutnya

suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan

pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugesti bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang baik

commit to user

diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program

neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling baik. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (DePorter dan Hernacki, 2008).

Otak manusia dibagi menjadi dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Berdasarkan eksperimen dua belahan otak menunjukkan bahwa masing-masing otak bertangung jawab atas cara berpikir yang berbeda-beda dan mengkhususkan diri pada kemampuan-kemampuan tertentu. Walaupun penyilangan memang terjadi. Otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional, sehingga sisi ini sangat teratur, walaupun berdasarkan realitas otak kiri mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis seperti eksperi verbal, menulis, membaca dan simbolisme. Berbeda dengan otak kiri, otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan kemampuan nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk, pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.

Otak manusia mempunyai jutaan sel saraf yang disebut dengan neuron, yang dapat berinteraksi dengan sel-sel lain disepanjang cabang yang disebut dendrit. Penghubung antar dendrit disebut dengan mielin. Mielin adalah protein lemak yang dikeluarkan oleh otak untuk melapisi hubungan antara dendrit ketika kita mempelajari suatu informasi baru. Berdasarkan sel-sel saraf otak yang dimiliki manusia, pengulangan informasi akan memudahkan otak menyerap lebih banyak informasi dan lebih mudah dalam mengingat informasi karena sel-sel saraf menjadi terhubung. Tanpa pengulangan

commit to user

berkala, mielin akan hilang (DePorter dan Hernacki, 2008). Menurut Confucious (dalam Beaulieu, 2008) “Apa yang kudengar aku lupa. Apa yang kulihat aku ingat. Apa yang kulakukan aku paham”. Beberapa peryataan inilah yang mendasari model quantum learning memasukkan tahap pengulangan pada berlangsungnya proses pembelajaran.

Model quantum learning berpijak pada cara belajar yang nyaman dan menyenangkan dengan asas utamanya “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa prinsip menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru membangun jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan atau membuat rencana pengajaran yang dapat menyeberang ke dunia anak dengan cara mengerti minat, hasrat dan pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa sepenuhnya ke dalam proses pembelajaran (Pupuh dan Sutikno, 2007: 106).

Dalam model pembelajaran quantum learning, siswa dituntut untuk aktif dan lebih mengerti manfaat apa yang akan diperoleh pada saat mereka mempelajari sesuatu hal yang biasa disingkat dengan “AMBAK” (Apa Manfaatnya Bagiku) karena dengan begitu siswa akan lebih termotivasi untuk melakukannya dan mempelajarinya lebih dalam sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Untuk dapat memunculkan motivasi maka perlu dilakukan penciptaan minat terlebih dahulu. Menciptakan minat hanya bisa dilakukan oleh pribadi yang bersangkutan sehingga dalam suatu proses pembelajaran bagaimana cara untuk menumbuhkan minat siswa, guru perlu melakukan inovasi pembelajaran lebih menarik lagi dari sebelumnya. Setelah tujuan tercapai berdasarkan “AMBAK” yang diperoleh, maka perlu dilakukan perayaan. Perayaan bertujuan untuk menumbuhkan percaya diri dan memotivasi diri untuk pekerjaan berikutnya agar lebih sempurna. Perayaan bisa dilakukan dengan cara pesta, namun dalam proses belajar mengajar perayaan cukup dilakukan dengan bertepuk tangan, mengucapkan wow, hore dan yes serta kata-kata motivasi yang lain.

commit to user

Untuk lebih mendukung tercipta dan tercapainya suatu tujuan pembelajaran, perlu dilakukan penataan pentas atau lingkungan belajar yang tepat. Dalam model quantum learning, penataan ruang kelas dibuat dengan suasana yang santai dan senyaman mungkin dengan cara memutar musik supaya terasa santai, terjaga dan siap untuk berkonsentrasi.

Alasan penggunaan iringan musik sangat penting karena sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa. Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat, gelombang-gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi tegang. Namun, dengan iringan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi dan denyut nandi dan tekanan darah menjadi menurun, gelombang otak melambat serta otot-otot relaks. Selain itu, pemutaran musik yang lembut sebagai “latar belakang” pada saat siswa memasuki kelas dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya dan dapat meningkatkan tingkat energi fisik sehingga musik berfungsi sebagai penata hati siswa, pengubah keadaan mental siswa, dan pendukung lingkungan belajar siswa pada saat siswa memiliki banyak pikiran sehingga musik akan membantu siswa fokus pada pelajaran, bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak (Susilowati, 2009: 71-73)

1) Metode Quantum Learning

Ada dua metode dalam model pembelajaran quntum learning yang cukup baik dalam membantu siswa lebih memahami dan mengingat, yaitu kerangka konsep dan catatan TS (Tulis Susun).

a) Kerangka konsep

Menurut Atmojo (dalam http://www.susilochem04.co.cc) Mind map atau pemetaan pikiran merupakan satu bentuk metode belajar yang baik untuk memahami kerangka konsep materi pelajaran. Namun, dalam penelitian ini istilah peta pikiran diubah menjadi kerangka konsep yang diambil dari pengertian peta pikiran menurut Atmojo karena istilah peta dalam peta pikiran berbeda dengan istilah peta dalam konsep Geografi yang artinya suatu gambaran dari

commit to user

permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui suatu system proyeksi (Sinaga, 1995:1).

Kerangka konsep dapat diartikan abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasi suatu pengertian yang tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur secara langsung sehingga agar dapat diamati harus dijabarkan dalam variabel-variabel yang berupa bagan atau kerangka yang sistematis. (Suparyanto dalam http://dr-suparyanto.blogspot.com).

Kerangka konsep merupakan salah satu metode belajar yang dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an yang didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode karena kerangka konsep ini berupa urutan langkah-langkah yang sistematis. Otak mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita pelajari sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk kerangka konsep. Kerangka konsep dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah karena dapat mengaktifkan kedua belah otak sehingga pikiran tidak akan menjadi mandeg.

Kerangka konsep adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. Kerangka konsep menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut (Michael Michalko dalam Buzan, 2007: 2). Senada dengan pendapat tersebut, Buzan (2007: 103) mengungkapkan bahwa kerangka konsep adalah alat berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak. Kerangka konsep memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang seperti yang secara internal selalu digunakan otak.

commit to user

Kerangka konsep (kerangka konsep), yaitu cara yang paling mudah untuk memasukan dan mengambil informasi dari otak. Kerangka konsep merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemkiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal.

Untuk dapat membuat kerangka konsep maka harus diperhatikan langkah-langkah dalam mempraktekkan kerangka konsep. Namun sebelum membuat sebuah kerangka konsep diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak serta imajinasi. Buzan (2007: 15) mengemukakan tujuh langkah untuk membuat kerangka konsep. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. (2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena

sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu otak menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

(3) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat kerangka konsep lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan.

(4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal

commit to user

sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.

(5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti Cabang-cabang-Cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

(6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada kerangka konsep.

(7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.

commit to user Berikut ada beberapa contoh kerangka konsep.

mbar 2.1. Contoh Kerangka Konsep 1 (Buzan, 2007: 131)

Gambar 2.1. Contoh Kerangka Konsep 1 (Buzan, 2007: 131)

commit to user

Gambar 2.2. Contoh Kerangka Konsep 2 (Buzan, 2007: 35)

commit to user b) Catatan TS (Tulis Susun)

Catatan TS merupakan singakatan dari Catatan Tulis dan Susun. Tulis dan susun maksudnya adalah mendengarkan apa yang dibicarakan oleh guru seraya menuliskan poin-poin utamanya. Salah satu ciri dari catatan TS ini adalah memudahkan dalam mencatat pemikiran dan kesimpulan dari infromasi yang diterima. Dalam hal ini, catatan TS mengkoordinasikan kedua aktivitas mental untuk mencapai hasil yang lebih baik. Langkah-langkah dalam membuat catatan TS sebagai berikut.

(1) Gunakan selembar kertas bisa bergaris atau tidak bergaris dan gambarlah garis secara vertikal, kira-kira sepertiga bagian dari tepi kanan. Sisi iri kertas untuk menuliskan catatan sedangkan sisi kanan untuk menyususn catatan.

(2) Di sisi kiri tulis apa yang dikatakan pembicara yang berupa point-point penting, istilah, diagram, dan bagan-bagan, sedangkan di sisi kanan, catat pikiran, perasaan, reaksi, pertanyaan-pertanyaan apapun yang muncul. Dalam menyusun catatan TS boleh menggunakan simbol-simbol.

Menulis pikiran dengan cara ini membantu memusatkan konsentrasi dan mengalihkan kembali pikiran atau pusat perhatian kepada pembicara atau guru.

Berdasarkan kedua metode di atas, dapat membantu siswa menciptakan minat dan motivasi dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga siswa lebih mengerti dan memahami pokok bahasan yang dismapiakan.

2) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum

Learning

Setiap model pembelajaran pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahannya. Demikian halnya dengan model pembelajaran quantum

commit to user

dan Hernacki, 2008: 14; dan Djoko Saryono (dalam http://pkab.wordpress.com /2008/04/02/pembelajaran-quantum/), model pembelajaran quantum leraning memiliki keunggulan yang menjadi karakteristik umum model pembelajaran ini. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk quantum learning sebagai berikut.

(1) Quantum learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.

(2) Quantum learning lebih bersifat humanistis, bukan

positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis.

(3) Quantum learning lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan

positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Quantum learning lebih menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang baik dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.

(4) Quantum learning berupaya memadukan, menyinergikan, dan

mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.

commit to user

Dalam pandangan quantum learning, lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.

(5) Quantum learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu

dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam

quantum learning. Karena itu, quantum learning memberikan tekanan

pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam quantum learning.

(6) Quantum learning sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala

Dokumen terkait