• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah perbatasan setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan zonasi wilayah pengembangan sehingga pengembangan wilayah perbatasan lebih tepat sasaran dan dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Kawasan perbatasan sebagai kawasan yang unik karena kebijakan pembangunan suatu negara juga

akan berpengaruh terhadap negara lain yang berbatasan terutama negara-negara yang memiliki perbatasan darat. Pengembangan kawasan perbatasan selain mempertimbangkan aspek hukum, politik, keamanan juga selayaknya memperhatikan aspek sosial, budaya dan ekonomi kawasan perbatasan. Kompleksitas permasalahan wilayah perbatasan tersebut membutuhkan perencanaan pengembangan wilayah perbatasan yang komprehensif. Sebagaimana dikatakan Rustiadi et al. (2007) bahwa perencanaan pengembangan wilayah tidak hanya bersifat administratif tetapi juga memperhatikan tipologi wilayah yang lainnya misalnya aspek homogenitas dan heterogenitas, aspek keterkaitan antar wilayah, sistem ekonomi, wilayah sistem sosial. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Berbagai konsep wilayah beserta tujuan dan contoh penggunaan

No Wilayah Tujuan Contoh

1 Homogen Penyederhanaan dan pendeskripsian wilayah, zonasi kawasan fungsional

Pola penggunaan lahan, pewilayahan komoditas 2 Nodal Deskripsi hubungan nodalitas, identifikasi

daerah pelayanan, penyusunan hierarki pelayanan

Keterkaitan CBD dan daerah pelayanannya, central place dan periphery, sistem/ordo 3 Sistem ekologi Pengelolaan wilayah sumber daya

berkelanjutan, identifikasi carrying capacity kawasan, siklus alam aliran sumber daya, biomasa energi, limbah,dll

Pengelolaan DAS, cagar alam, ekosistem

mangrove 4 Sistem ekonomi Percepatan pertumbuhan wilayah,

produktifitas dan mobilisasi sumber daya, efisiensi Wilayah pembangunan, kawasan andalan, KAPET, kawasan agropolitan, kawasan cepat tumbuh 5 Sistem sosial Pewilayahan menurut sistem budaya,

optimalisasi interaksi sosial, community development, keberimbangan, pemerataan dan keadilan, distribusi penguasaan sumber daya, pengelolaan konflik

Kawasan adat,

perlindungan / pelestarian budaya, pengelolaan kawasan publik kota 6 Politik Menjaga keutuhan dan integritas wilayah

teritorial, menjaga pengaruh / kekuasaan teritorial, menjaga pemerataan(equity) antar sub wilayah

negara, provinsi, kabupaten, desa

7 Administratif Optimalisasi fungsi-fungsi administrasi dan pelayanan publik pemerintahan

negara, provinsi, kabupaten, desa Sumber : Rustiadi et al. (2007)

Oleh karena itu, Hamid dan Alkadri (2003) menawarkan beberapa model pengembangan ekonomi wilayah perbatasan, tentunya dengan penekanan yang berbeda pada aspek tertentu dari setiap wilayah perbatasan. Model-model pengembangan ekonomi wilayah perbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

1). Kawasan Cepat Tumbuh

Kawasan cepat tumbuh merupakan salah satu bentuk kawasan tertentu sebagaimana tertuang dalam RTRWN. Suatu wilayah dikatakan sebagai kawasan cepat tumbuh karena wilayah tersebut merupakan kawasan budidaya yang di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan produksi, jasa, dan permukiman yang keberadaannya memberikan kontribusi penting bagi pengembangan ekonomi nasional dan daerah. Selanjutnya dikatakan bahwa kawasan cepat tumbuh memiliki ciri: (a) sebagai kawasan dimana terjadi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi sehingga menjadi motor penggerak bagi kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, misalnya kawasan industri dan kawasan perdagangan bebas; (b) perekonomian wilayah menunjukkan prospek yang baik; (c) kapasitas sumberdaya alam mencukupi; (d) tersedianya ruang, infrastruktur dan daya dukung lingkungan; (e) kapasitas sumberdaya manusia mencukupi; (f) kapasitas kelembagaan dan regulasi cukup kondusif.

Keterbatasan sumberdaya wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi bukanlah merupakan penghalang untuk dijadikan sebagai kawasan cepat tumbuh karena memiliki ruang cukup luas yang belum dimanfaatkan sehingga penataan wilayah perbatasan dengan model kawasan cepat tumbuh dapat dilakukan dengan baik. Kelembagaan dan regulasi juga dapat disesuaikan sehingga dapat menarik minat investor untuk melakukan investasi di wilayah perbatasan dengan memperhatikan posisi strategis wilayah perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi yang berada tepat di pusat Pulau Timor dan berada di seberang Kabupaten Alor, Lembata dan Flores, Wetar (Maluku) sehingga memudahkan akses terhadap sumberdaya lainnya maupun akses terhadap pasar.

2). Kawasan Agropolitan

Kawasan agropolitan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah kawasan pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada sektor pertanian, baik tanaman pangan, palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan maupun kehutanan. Agropolitan sendiri

pertama kali diperkenalkan oleh Mc Douglass dan Friedman pada tahun 1974 (Rustiadi dan Pribadi, 2007) sebagai upaya pengembangan terhadap kawasan perdesaan. Konsep agropolitan tersebut dilengkapi oleh Soenarso dalam Rustiadi et al.(2006) bahwa sistem fungsional desa-desa dengan hierarki keruangan desa yakni adanya pusat pertumbuhan agropolitan dan desa-desa di sekitarnya dengan ciri berjalannya sistem dan usaha agropolitan yang melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian agribisnis di sekitarnya. Strategi pengembangan agropolitan dilakukan dengan (a) menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai pusat pertumbuhan agroindustri; (b) melakukan zonasi komoditas dan menetapkan wilayah pengembangan lain yang berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan satelit atau pusat pertumbuhan agribisnis; (c) mengembangkan infrastruktur pendukung seperti transportasi, komunikasi, air bersih dan energi bagi pengembangan kawasan agropolitan maupun pengembangan agribisnis di wilayah hinterland. Selanjutnya dikatakan bahwa model pengembangan agropolitan dapat dikembangkan melalui kawasan sentra produksi dan kawasan agribisnis. Kawasan sentra produksi sebagai kawasan budidaya yang potensial dan prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sebaran pengembangan kegiatan produksi pertanian. Sedangkan kawasan agribisnis meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam manufaktur dan distribusi input produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran komoditas pertanian dan jasa-jasa penunjang lainnya yang terkait.

Kawasan perbatasan Kabupaten TTU dengan district enclave Oekusi umumnya adalah wilayah perdesaan dengan aktivitas utama masyarakatnya pada sektor pertanian, walaupun demikian terdapat lahan tidur seluas 37.344,5 ha yang belum diolah. Pemanfaatan lahan-lahan tidur tersebut menjadi lahan produktif yang ditunjang dengan pengolahan hasil-hasil pertanian akan meningkatkan nilai tambah produk bagi masyarakat perdesaan di wilayah perbatasan. Selain itu, penguatan lembaga keuangan mikro perdesaan yang ditunjang dengan pembangunan infrastruktur akan memacu perekonomian perdesaan di wilayah perbatasan untuk berkembang.

3) Kawasan Transito

Kawasan transito diartikan sebagai suatu kawasan yang memiliki fungsi menetap sementara karena kawasan tersebut merupakan wilayah yang menghubungkan suatu wilayah tertentu dengan wilayah lainnya. Pengembangan wilayah Kabupaten TTU

sebagai kawasan transito sangat dimungkinkan karena Kabupaten TTU merupakan wilayah yang dilintasi oleh diplomat asing maupun masyarakat TL yang ingin bepergian ke wilayah district Oekusi yang enclave atau sebaliknya. Pengembangan kawasan transito dilakukan dengan meningkatkan sumberdaya manusia, menyiapkan infrastruktur transito seperti perhotelan dan restoran baik internasional maupun lokal yang menyediakan komoditas-komoditas unggulan lokal yang dapat diandalkan serta kawasan tertentu untuk dijadikan tempat wisata.

4) Kawasan Wisata

Kebijakan pariwisata di Indonesia adalah menjaga Indonesia sebagai tujuan wisata domestik dan mancanegara untuk berbagai tujuan. Pembangunan wisata dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pembangunan dan memperkaya keragaman budaya nasional. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat membangun wilayah- wilayah yang unik dan indah di Indonesia yang tidak memiliki sumberdaya lainnya. Model pengembangan wisata dimaksudkan untuk (a) mengintegrasikan wisata dengan konservasi; (b) model untuk menekan biaya pembangunan; (c) sarana pendidikan bagi masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan dan budaya; (d) pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.

Kabupaten TTU memiliki beberapa potensi ekowisata seperti kawasan wisata Tunbaba raya (Miomafo Timur), Mutis-Timau (Miomafo Barat), kawasan wisata bahari seperti Tanjung Bastian (Insana Utara), dan kawasan wisata budaya seperti rumah adat Nilulat (Miomafo Timur) dan Mumi Tola (Miomafo Barat) serta kawasan wisata lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten TTU sejumlah 22 daerah tujuan wisata. Kawasan-kawasan wisata tersebut bila diberi sentuhan teknis dan manajemen yang profesional akan menjadikan Kabupaten TTU sebagai daerah tujuan wisata yang cukup menjanjikan dan akan menarik serta mendorong usaha-usaha ekonomi produktif lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan PAD.

Dokumen terkait