• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.7 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Menurut Sudjana (dalam Trianto, 2010: 81) Untuk melaksanakan pengembangan perangkat pembelajaran diperlukan model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Dalam pengembangan perangkat menggunakan model Kemp.

Model pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp (dalam Triato 2010: 81) pengembangan perangkat pembelajaran merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-kompenen yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul. Komponen-komponen instruksional menurut Kempt meliputi: Hasil yang ingin dicapai, analisis tes mata pelajaran, tujuan khusus belajar, aktivitas blajar, sumber belajar, layanan pendukung, evaluasi belajar, tes awal, dan karakteristik belajar.

Dalam model pengembangan menurut Kemp tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan revisi dan perangkat pembelajaran dapat dimulai dari titik manapun di dalam siklus tersebut. Kurikulum nasional berorientasi pada tujuan maka proses pengembangan perangkat pembelajaran seharusnya dimulai dari tujuan. Unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran antara lain 1)Identifikasi Masalah Pembelajaran, 2)Analisis siswa, 3)Analisis tugas, 4)Merumuskan indicator, 5)Penyusunan instrument evaluasi merupakan unsur terakhir dalam prose perancangan pmbelajaran, 6)Strategi pembelajaran, 7)Pemilihan media atau sumber pembelajaran, 8)Pelayanan pendukung, 9)Evaluasi formatif, 10)Evaluasi sumatif,11)Revisi perangkat pembelajaran.

Di bawah ini pada gambar 2.4 akan dipaparkan tahapan model pengembangan menurut Jerold E Kemp yang telah direvisi.

2.4 Gambar Model Desain Pembelajaran Kemp yang Direvisi (Morrison, dkk., 2011: 1)

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)

Pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku di lapangan, baik yang menyangkut dengan model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran. Identifikasi masalah ini digunakan agara sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 2. Analisis Siswa (Learner Characteristics)

Analisis siswa digunakan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karekteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman, baik

individu maupun kelompok. Analisis siswa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1.1 Tingkah laku awal siswa

Menurut Kardi (dalam Trianto, 2012: 83) Tingkah laku awal siswa perlu diidentifikasi keterampilan-keterampilan khusus yang harus dilakukan siswa untuk memulai pelajaran agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.

1.2 Karakteristik siswa

Analisis siswa merupakan analisis yang dilakukan diawal perencanaan dengan meperhatikan ciri, kemampuan, dan pengalaman siswa baik secara individu maupun kelompok. Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2012: 83) analisis siswa ini meliputi kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotor, kemampuan bekerjasama, dan ketrampilan sosial. Hasil dari analisis ini digunakan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran.

3. Analisis Tugas (Task Analysis)

Kemp (dalam Trianto 2010: 83) menyatakan bahwa analisis tugas merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan model pembelajaran untuk mencapai tujuan, sehingga analisis ini mencakup analisis isi pelajaran, konsep, prosedural, pemrosesan informasi yang

digunakan untuk memudahkan pemahaman atau penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dibuat ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

4. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)

Indikator merupakan tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis tujuan. Analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa didasarkan pada perumusan indikator. Tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengonversikan analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus yang lebih operasional.

5. Urutan Isi (Content Sequencing)

Menurut Morrison (2011: 16-17), langkah ini dilakukan dengan menentukan urutan isi berdasarkan tingkat kesulitan untuk membantu siswa dalam memahami pembelajaran.

6. Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)

Memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan meliputi pemilihan model, pendekatan dan metode, dan pemilihan format yang dipandang dapat memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran (Designing the Message) Menurut Morrison (2011: 16), memilih alat dan bahan yang disesuaikan dengan tujuan dapat membantu keberhasilan pelaksanaan

proses pembelajaran. Jika sumber-sumber pelajaran yang dipilih dan disiapkan dengan baik, maka dapat memenuhi tujuan pembelajaran antara lain memotivasi siswa dengan menarik dan menstimulasi perhatian pada materi pelajaran, melibatkan siswa, menjelaskan dan .menggambarkan isi materi dengan lebih jelas.

8. Pengembangan Instruksi (Development of Instruction)

Morrison (2011: 16) menjelaskan bahwa setelah melengkapi proses analisis dan mendesain media dan sumber belajar, langkah selanjutnya adalah menyiapkan semua bahan ajar seperti halaman web, bahan cetak, dan rekaman video.

9. Penyusunan Instrumen Evaluasi (Evaluation Instruments)

Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Kriteria penilaian yang dilakukan adalah penilaian acuan patokan, sehingga instrumen yang dikembangkan harus dapat mengukur ketuntasan pencapaian hasil belajar.

10. Revisi Perangkat Pembelajaran (Revision)

Revisi perangkat pembelajaran dilakukan setelah mendapatkan masukan dan penilaian yang diperoleh dari kegiatan validasi perangkat pembelajaran oleh pakar.

11. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)

Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil ujian akhir unit dan uji akhir untuk pelajaran tertentu.

12. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)

Evaluasi formatif merupakan bagian penting dari proses pengembangan yang berfungsi sebagai pemberi informasi bagi pengajar atau tim pengembang seberapa baik program yang telah berfungsi. Penilaian formatif dilaksanakan selama pengembangan dan ujicoba.

13. Evaluasi Penegasan (Confirmative Evaluation)

Morrison (2011: 18) menjelaskan bahwa proses evaluasi penegasan adalah proses untuk menentukan apakah desain yang telah dirancang tetap sesuai dari waktu ke waktu.

14. Perencanaan (Planning)

Menurut Morrison (2011: 17), proyek desain instruksional bervariasi dalam tingkat kerumitan dan jumlah perencanaan serta manajemen yang mereka butuhkan. Perencanaan sangat penting untuk mengembangkan dan mengelola jadwal dan anggaran untuk proyek.

15. Pelaksanaan (Implementation)

Morrison (2011: 18) memaparkan bahwa selain mendesain instruksi, penting juga untuk merencanakan pelaksanaan. Pelaksanaan seperti evaluasi formatif dilakukan diawal dalam proses merancang

instruksional. Perencanaan dalam pelaksanaan yang dilakukan seawal mungkin, dapat membantu memastikan kelancaran program instruksional. 16. Manajemen Proyek (Project Management)

Manajemen proyek diperlukan untuk mengelola jadwal dan anggaran untuk proyek. Upaya yang diperlukan untuk manajemen proyek ditentukan oleh lingkup proyek.

17. Pelayanan Pendukung (Support Services)

Selama pengembangan pelayanan pendukung cukup penting bagi terlaksananya pengembangan yang baik. Pelayanan pendukung yang dimaksud seperti staf tata usaha, kebijakan kepala sekolah, guru mitra dan tenaga-tenaga terkait lainnya. Selain itu, anggaran atau dana, fasilitas, bahan, perlengkapan juga merupakan salah satu pelayanan pendukung yang dapat membantu berlangsungnya pengembangan.

Unsur-unsur di atas diperlukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan identifikasi kebutuahan awal akan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan guru kelas I SD/MI. Perangkat pembelajaran yang baik tidak hanya mengacu pada unsur-unsur di atas, perlu adanya suatu instrumen untuk mengevaluasi suatu produk perangkat pembelajaran apakah layak untuk digunakan oleh siswa. Oleh sebab itu Rustaman (2013:167) mengatakan bahwa desain Kemp dirancang untuk menjawab mengenai tujuan pembelajaran, kegiatan, media dan sumber belajar serta evaluasi.

Dari pernyataan di atas pengembangan pembelajaran menurut Kemp model pembelajaran itu ibarat lingkaran yang kontinum yang memiliki unsur yang terkait dan mendukung satu sama lainnya. Peneliti memilih model pengembangan Jerold E Kemp karena menurut peneliti model pengembangan Kemp lebih lengkap dan mudah untuk dipelajari dibandingkan model – model pengembangan yang lain. Pengembangan perangkat pembelajaran yang peneliti berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik harian (RPPTH), Penilaian, Lembar kerja siswa (LKS), dan Materi ajar, dan penilaian.

Menurut Fadlillah (2014: 135) silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu muatan pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran yang diuraikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH).

Menurut Fadlilah (2014: 143) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) merupakan bentuk perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPPTH merupakan bukti kegiatan yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas dan wajib disusun

oleh guru. RPPTH merupakan rambu-rambu untuk dijadikan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan aktivitas di kelas. Dengan menyusun RPP, guru telah lebih awal memikirkan cara terbaik dan termudah untuk membangun kompetensi yang dipersyaratkan pada siswa agar siswa mencapai kompetensi tersebut. Selain itu guru sedini mungkin memperkirakan efektifitas pengelolaan kelas baik menyangkut waktu, penciptaan suasana kelas, maupun upaya-upaya pencapaian tujuan pembelajaran (Permendikbud, 2013: 12).

Materi ajar sangat berguna untuk mencapaian tujuan pembelajaran. Fadiilah (2014: 136) mengatakan bahwa materi ajar merupakan materi yang disampaikan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran. Materi ajar mengacu pada Kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Sebab, materi ajar dibuat untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Setelah membuat materi ajar maka guru membuat lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa ini harus mengacu pada Kurikulum SD 2013. Lembar kerja siswa digunakan untuk megukur kemampuan yang telah dicapai siswa setelah guru menyampaikan materi ajar. Ukuran untuk melihat kemampuan siswa menggunakan penilaian yang telah dibuat guru. Penilaian harus mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana dalam Kurikulum SD 2013 menggunakan penilaian otentik.

Menurut Triyanto (2009: 222) LKS merupakan panduan yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan

masalah. LKS berupa panduan yang digunakan untuk latihan pengembangan aspek kogntif maupun aspek lain pada pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk siswa dalam memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data dari siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan menurut Chamsiatin (dalam Trianto, 2010:

Dokumen terkait