• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

2. Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi merupakan studi tentang hubungan antara satu variabel yang disebut variabel tak bebas atau variabel yang dijelaskan dan satu atau lebih variabel bebas atau variabel penjelas. Model regresi linier merupakan model regresi linier yang mempunyai lebih dari satu variabel penjelas (Gujarati 2006). Model regresi linier berganda faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan PTT pada usahatani merupakan model regresi yang didapat dari data sampel atau bisa disebut juga fungsi regresi sampel. Maka untuk menaksir fungsi regresi keseluruhan populasi berdasarkan fungsi regresi sampel yang ada digunakan metode kuadrat terkecil biasa atau ordinary least square (OLS). Faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat penerapan PTT pada usahatani padi adalah umur responden, lama pendidikan formal responden, jumlah tanggungan keluarga, lama pengalaman usahatani padi, keikutsertaan mengikuti sekolah lapang PTT, luas lahan garapan, pendapatan di luar usahatani padi, status penguasaan lahan dan tujuan usahatani padi. Persamaan regresi untuk faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan PTT pada usahatani padi adalah sebagai berikut:

Y = β0+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5+ β6 X6 + β7D1 + β8D2 + β9D3+ β10D4+ β11D5+ε

Keterangan :

Y = Tingkat penerapan PTT pada usahatani padi (persentase penerapan PTT pada usahatani padi)

X1 = Umur responden (Tahun)

X2 = Tingkat pendidikan formal responden (Tahun)

X3 = Jumlah tanggungan keluarga (Jiwa)

X4 = Tingkat pengalaman usahatani padi (Tahun)

X5 = Luasan lahan garapan (meter)

X6 = Pendapatan di luar usahatani padi (Rupiah/Bulan)

D1 = Dummy penguasaan lahan (1=Sewa; 0=milik)

D2 = Dummy penguasaan lahan (1=penggarap; 0=lainnya)

D3 = Dummy keikutsertaan dalam kelompok tani pada tahun 2012 (1=Ikut serta

dalam suatu kelompok tani; 0=Tidak ikut dalam kelompok tani)

D4 = Dummy tujuan usahatani padi (1=Pekerjaan utama; 0=Pekerjaan

sampingan)

D5 = Dummy pengalaman sekolah lapang PTT (1=pernah; 0=tidak pernah

mengikuti sekolah lapang PTT)

β0 = Konstanta

β1...β10 = Koefisien dugaan dari variabel independen

ε = Eror

Ketepatan model regresi hasil analisis diukur dengan nilai koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi merupakan gambaran dari proporsi keragaman (varian) total di dalam variabel tidak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (Xi) secara bersama-sama dan menunjukkan besarnya sumbangan variabel bebas (Xi) terhadap variabel tidak bebas (Y). Sedangkan keeratan hubungan linier antara

variabel tidak bebas (Y) dan semua variabel bebas (Xi) dalam model diukur dengan

Pengujian Asumsi OLS

Penaksir OLS adalah penaksir fungsi regresi tak bias linier terbaik atau best linier unbiased estimator (BLUE) karena model regresi yang dihasilkan dengan metode OLS berbentuk linier, tidak bias dan mempunyai varian terendah dalam kelompok penaksir dari sebuah model (Gujarati 2006). Untuk mengetahui sifat-sifat OLS tersebut apakah terdapat pada model yang dihasilkan maka dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

2. Uji Multikolinieritas mengukur hubungan linier antar variabel bebas di dalam model (Gujarati 2006). Bila hubungan linier antar variabel bebas tinggi maka konsekuensi yang akan dihadapi adalah:

a. Varians dan standar deviasi yang besar pada model OLS. b. Interval keyakinan yang lebih lebar,

c. Nilai R2 tinggi tapi sedikit variabel bebas yang signifikan. d. Model cenderung tidak stabil.

e. Kesalahan tanda untuk koefisien regresi

f. Kesulitan dalam menilai kontribusi individual dari variabel-variabel bebas terhadap R2.

Deteksi multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor), bila nilai VIF lebih dari 10 untuk masing-masing variabel maka terdapat multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas, heteroskedastisitas adalah kondisi adanya variasi dari varian galat dari setiap observasi. Keadaan yang dikehendaki pada model adalah homoskedastisitas atau tidak adanya variasi varian galat dari setiap observasi. Heteroskedastisitas dapat diidentifikasi melalui pengujian grafik residu. Bila titik-titik pada grafik residu membentuk pola maka terdapat heteroskedastisitas dalam data (Gujarati 2006).

4. Uji Autokolerasi, autokorelasi merupakan kondisi adanya korelasi antar variabel bebas. Autokorelasi menyebabkan model atau penaksir OLS menjadi tidak efisien karena tidak mempunyai varians terkecil dan uji signifikansi menjadi tidak andal (Gujarati 2006). Autokorelasi diidentifikasi melalui Uji Durbin- Watson. Teknis Uji Durbin-Watson adalah dengan mencocokkan nilai yang didapat dari perhitungan (d hitung) dengan aturan keputusan Uji d Durbin- Watson (Tabel 2).

Tabel 2 Uji dDurbin-Watson: Aturan Keputusan

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL

Tidak ada autokorelasi positif Tak ada keputusan 0 ≤ ddU

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4- dL < d< 4

Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4- dU < d < 4- dL

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Jangan tolak dU < d < 4- dU

Pengujian Hipotesis Gabungan dan Parsial

Pengujian hipotesis gabungan atau secara keseluruhan dilakukan untuk mengetahui berpengaruh nyata atau tidak nyata secara simultan seluruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (Gujarati 2006). Hipotesis ujinya dinyatakan sebagai berikut:

H0: β1 = β2 = ...= β9 = 0

H1: paling sedikit ada satu βi≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji nilai P dengan kriteria sebagai jika P- value<α, maka tolak H0. Jika P-value<α (tolak H0), maka variabel bebas yang diuji

secara bersama-sama (seluruh faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan PTT pada usahatani padi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (tingkat penerapan PTT pada usahatani padi). Sedangkan bila P-value>α (terima H0), maka variabel bebas yang

diuji secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

Pengujian hipotesis parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh nyata atau tidaknya masing-masing koefisien variabel bebas (Xi) terhadap variabel tidak bebas (Y)

(Gujarati 2006). Hipotesisnya dinyatakan sebagai berikut: H0: βi = 0

H0: βi ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji nilai P dengan kriteria sebagai jika P- value<α, maka tolak H0. Jika P-value<α (tolak H0), maka variabel bebas yang diuji

(faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan PTT pada usahatani padi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (tingkat penerapan PTT pada usahatani padi). Sedangkan bila P-value>α (terima H0), maka variabel bebas yang diuji tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

Hipotesis Variabel Penjelas

Analisis regresi logistik dan regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani menerapkan PTT pada usahatani padi. Adapun variabel-variabel yang digunakan pada analisis ini berasal dari penelitian terdahulu dan pemikiran dari peneliti. Variabel tersebut adalah pendidikan petani, umur petani, tanggungan keluarga, anggota kelompok tani desa, pendapatan di luar usahatani padi, luas lahan garapan usahatani padi, status kepemilikan lahan, tujuan usahatani padi dan tingkat pengalaman usahatani. Pada model regresi linier berganda ditambahkan variabel independen yaitu pengalaman sekolah lapang PTT.

a) Lama Pendidikan (tahun)

Lama pendidikan diartikan sebagai berapa tahun petani tersebut mendapat pengetahuan di sekolah atau pendidikan formal. Variabel ini diharapkan berkorelasi positif terhadap peluang petani untuk memutuskan menerapkan PTT pada usahatani padi. Hipotesis awal yang dibangun dalam penelitian ini semakin lama petani mendapat pendidikan, maka petani tersebut mengetahui bahaya pengunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan dan adanya upaya memaksimalkan keuntungan dengan peningkatan produktivitas sehingga petani akan cenderung memilih menerapkan PTT pada usahatani padi.

b) Umur (tahun)

Umur merupakan angka yang menunjukkan usia petani responden sejak dilahirkan hingga tahun dilaksanakannya penelitian, satuan yang digunakan adalah tahun.

Hipotesis awal dari variabel umur adalah berbanding terbalik dengan keinginan petani untuk menerapkan PTT. Artinya jika umur petani semakin tua maka semangat untuk ingin tahu apa yang petani belum tahu semakin rendah sehingga peluang petani ingin menerapkan PTT dalam usahatani padi juga semakin kecil. Hal ini juga dikaitkan dengan semakin menurunnya kesehatan dan tenaga petani dengan semakin bertambahnya umur petani.

c) Tanggungan keluarga (jiwa)

Tanggungan keluarga merupakan jumlah orang/jiwa yang menjadi tanggung jawab petani dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.Tanggungan keluarga bisa berarti anak, istri dan kerabat dekat yang tinggal di rumah petani tersebut. Hipotesis awal dari variabel tanggungan keluarga adalah bahwa semakin besar tanggungan keluarga yang ada, petani berkecenderungan memilih menerapkan PTT pada usahatani padi. Semakin banyak tanggungan keluarga, tentunya kebutuhan petani juga akan semakin besar, sehingga dengan melihat pengunaan input lebih kecil dan produktivitas padi akan lebih besar jika menerapkan PTT dibandingkan dengan usahatani konvensional menyebabkan petani cenderung memilih menerapkan PTT pada usahatani padi.

d) Anggota kelompok tani desa

Kelompok tani adalah suatu wadah bagi para petani berkumpul guna bertukar pikiran untuk mengatasi masalah yang petani hadapi dalam usahatani. Petani yang ikut dalam kelompok tani akan memiliki banyak pengetahuan karena adanya proses tukar pikiran antar petani sehingga lebih mudah menerapkan teknologi baru karena petani telah terbiasa untuk menerima hal-hal baru selama menjadi anggota kelompok tani. Anggota kelompok tani desa merupakan nilai yang menunjukkan keikutsertaan dalam kelompok tani (1= ikut menjadi anggota kelompok tani, 0= tidak ikut menjadi anggota kelompok tani). Hipotesis awal untuk variabel anggota kelompok tani adalah jika petani anggota kelompok tani, maka peluang petani menerapkan PTT pada usahatani padi lebih besar dari petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani.

e) Pendapatan di luar usahatani padi (rupiah/per bulan)

Pendapatan di luar usahatani adalah jumlah pendapatan yang diperoleh petani dalam satu bulan baik dari usahatani non padi dan non usahatani. Pendapatan petani menjadi modal bagi petani untuk mencoba suatu inovasi atau teknologi baru sehingga jika pendapatan petani tinggi maka petani dengan cepat menerapkan teknologi baru sehingga mengakibatkan pendapatan petani menjadi tinggi. Hipotesis awal variabel pendapatan di luar usahatani adalah semakin rendah pendapatan petani maka kemauan petani untuk menerapkan PTT semakin rendah.

f) Luas lahan (meter)

Luas lahan diartikan sebagai areal yang ditanami padi. Hipotesis awal mengenai variabel ini adalah bahwa semakin luas lahan yang digunakan untuk usahatani padi maka peluang petani akan menerapkan PTT semakin besar. Hal ini dikarenakan penerapan teknologi menuntut skala yang lebih besar, sehingga lahan sebagai media usahatani juga dituntut luas.

g) Status penguasaan lahan

Penguasaan lahan merupakan nilai dummy yang menunjukkan penguasaan lahan padi yang petani kelola. Pemilik tanah dapat membuat keputusan untuk menerapkan teknologi sesuai dengan keinginanya tetapi penyewa atau penggarap harus memperoleh izin dari pemilik tanah ketika akan menerapkan teknologi. Hipotesis awal untuk variabel status kepemilikan lahan adalah jika petani adalah petani milik maka peluang penerapan PTT pada usahatani padi lebih besar dari petani sewa ataupun petani penggarap.

h) Tujuan usahatani padi

Tujuan usahatani padi merupakan nilai dummy yang menunjukkan tujuan usahatani padi (1=pekerjaan utama, 0=pekerjaan sampingan). Petani yang melakukan usahatani padi sebagai pekerjaan utama maka akan mengupayakan segala cara agar usahatani padi menghasilkan keuntungan yang tinggi. Hipotesis awal untuk variabel tujuan usahatani adalah jika usahatani padi adalah pekerjaan utama maka kemauan petani menerapkan PTT lebih tinggi dari pada petani yang melakukan usahatani padi dengan tujuan pekerjaan sampingan.

i) Pengalanan usahatani padi (tahun)

Pengalaman usahatani padi adalah suatu variabel yang mengukur pengalaman yang dimiliki oleh petani dalam menjalankan usahatani padi. Petani yang memiliki pengalaman tinggi diperkirakan tidak mau merubah pola pertaniannya. Hal ini disebabkan karena petani tersebut telah terbiasa dengan pola pertanian yang dimilikinya. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin besar nilai variabel pengalaman usahatani padi, semakin rendah kecenderungan petani untuk menerapkan PTT pada usahatani padi.

j) Tingkat pengalaman mengikuti program sekolah lapang PTT padi

Tingkat pengalaman mengikuti program sekolah lapang PTT merupakan nilai dummy yang menunjukkan “1” untuk petani yang mengikuti sekolah lapang PTT dan “0” untuk petani yang tidak mengikuti sekolah lapang PTT. Keikutsertaan petani dalam program sekolah lapang PTT padi dapat dikatakan bahwa petani tersebut masuk dalam kelompok formal karena menjadi peserta sekolah lapang Sekolah Lapang PTT mempunyai peraturan yang tertulis dan diawasi oleh Badan Penyuluh. Petani yang mengikuti sekolah lapang PTT, secara tertulis harus mengikuti seluruh peraturan yang telah ditetapkan terkait penerapan PTT. Pengalaman sekolah lapang juga akan memberikan pengaruh pada pemahaman petani terhadap PTT sehingga dengan pemahaman yang cukup serta telah merasakan manfaat PTT pada lahan percontohan menjadikan peluang penerapan PTT menjadi lebih besar. Hipotesis awal untuk variabel tingkat pengalaman mengikuti sekolah lapang PTT padi adalah semakin banyak pengalaman petani mengikuti program sekolah lapang PTT maka kemauan petani untuk menerapkan PTT semakin tinggi.

Dokumen terkait