• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Analisis Perkembangan Aktivitas Pembangunan

2.4.4 Model sistem pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan

(1) suatu kumpulan komponen fisik yang terorganisir yang saling berhubungan dan dicirikan oleh suatu kesatuan fungsi dan terbatas;

(2) suatu kumpulan materi (bahan) yang saling berinteraksi dan sekelompok proses yang secara bersama-sama membentuk beberapa kumpulan fungsi; (3) suatu proses yang kompleks dan saling terkait yang dicirikan oleh

banyaknya hubungan sebab akibat dan timbal balik.

Pada intinya, definisi sistem yang dikemukakan oleh Grant et al. (1997) tersebut adalah sama dengan para pendahulunya seperti yang telah dikutip oleh Damai (2003) yang mencakup Forrester (1968), Manessch dan Park (1979) dalam Eriyatno (1999), O’Connor dan McDermott (1997), dan juga Sushil (1993).

Sedangkan analisis sistem dapat didefinisikan secara lebih langsung sebagai penerapan dari metoda ilmiah terhadap pemecahan yang mencakup sistem yang kompleks (Grant et al. 1997). Hal ini merupakan suatu teori dan teknik untuk mempelajari, menerangkan, dan pendugaan-pendugaan tentang sistem yang kompleks, yang sering dicirikan oleh penggunaan prosedur matematika dan statistika lanjutan serta oleh penggunaan komputer.

Model, adalah suatu gambaran miniatur dari suatu realita, yang dibuat sebagai sarana/alat (tool) untuk memecahkan persoalan (Jorgensen 1988). Artinya, model merupakan abstraksi dari realitas, yaitu suatu deskripsi formal dari elemen-elemen penting pada suatu masalah. Ruth dan Hannon (1997) menambahkan bahwa model merupakan pusat pemahaman kita terhadap alam dunia, karena melalui model dapat merepresentasikan dan memanipulasi penomena nyata, kemudian mengeksplorasi hasilnya. Deskripsi tersebut dapat berupa sesuatu yang bersifat fisik, matematik, atau bahkan kata-kata. Dari beberapa literatur, Jorgensen (1988) mengelompokan model menjadi:

(1) Model fisik dan model abstrak

Model fisik umumnya merupakan replika fisik berukuran miniatur dari obyek yang sedang dipelajari, contohnya antara lain maket bangunan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu para peneliti dalam memvisualisasikan apa yang dipelajari tersebut. Tentu saja model fisik pun masih merupakan abstraksi dari realitas jika dikaitkan denga definisi awal mengenai sebuah model. Model abstrak menggunakan simbol-simbol dari alat fisik untuk menggambarkan sistem yang sedang dipelajari. Salah satu contoh model abstrak adalah model matematis yang ditulis dalam bahasa matematika.

(2) Model dinamis dan model statis

Model dapat mencerminkan suatu sistem yang tetap ataupun yang berubah menurut waktu. Sebuah model statis menerangkan suatu hubungan atau sekelompok hubungan yang tidak berubah menurut waktu. Contoh umum termasuk model-model regresi yang tidak mempunyai waktu sebagai sebuah variabel bebas. Sebuah model dinamis menerangkan suatu hubungan yang bergantung terhadap waktu, contohnya termasuk model- model simulasi serta model regresi yang memasukan waktu sebagai salah satu variabel bebasnya.

(3) Model empiris (korelatif) dan model mekanistis (penjelasan).

Model empiris atau korelatif dikembangkan terutama untuk menerangkan atau meringkas sekelompok hubungan tanpa menghiraukan gambaran

yang tepat untuk proses-proses atau mekanisme yang bekerja di dalam sistem riil pada setiap kelompoknya. Sasarannya adalah pendugaan (prediksi) dan bukan penjelasan. Contohnya adalah sebuah model yang menduga tingkat metabolisme suatu jenis hewan sebagai satu-satunya fungsi dari ukuran (berat atau panjang) tubuh. Dalam model jenis ini hanya keluaran metabolisme yang diukur, sedangkan proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh hewan tersebut tidak digambarkan. Model mekanistis atau model penjelasan dikembangkan terutama untuk menggambarkan dinamika internal dari suatu sistem yang dipalajari secara lebih tepat. Sasarannya adalah diperolehnya penjelasan melalui penggambaran mekanisme sebab akibat yang mendasari perilaku suatu sistem. Sebuah model yang mencerminkan tingkat metabolisme hewan sebagai fungsi dari ukuran tubuh, tingkat aktivitas, suhu lingkungan, angin, dan lamanya terkena oleh kondisi ambien merupakan sebuah contoh. Suatu model yang kita lihat sebagai penjelasan pada suatu tingkat detail mungkin kita lihat sebagai korelatif pada tingkat yang lebih detail lagi. Sebuah model yang menggambarkan rekruitmen populasi tahunan sebagai fungsi dari ukuran populasi terlihat sebagai model penjelasan dibandingkan dengan sebuah model yang menggambarkan rekruitmen tahunan hanya sebagai suatu konstanta yang ditentukan dengan merata- ratakan data historis. Namun demikian, model tersebut terlihat sebagai model korelatif dibandingkan dengan suatu model yang menghitung rekruitmen berdasarkan tingkat kelahiran individu pada umur tertentu di dalam populasi yang pada gilirannya didasarkan pada ranking sosial individu dan status gizi selama musim berkembangbiak.

(4) Model deterministik dan model stokastik

Sebuah model disebut deterministik jika tidak mengandung variabel acak. Pendugaan model deterministik dibawah suatu kondisi khusus selalu persis sama hasilnya. Contoh model deterministik antara lain adalah suatu model sederhana yang dikembangkan untuk menggambarkan hubungan antara

kebutuhan energi suatu individu (Y, kkal/hari) terhadap suhu ambien (X,

o

C), yang ditulis sebagai berikut:

Y = 100 – 2X

Sebuah model disebut stokastik jika mengandung satu atau lebih variabel acak. Pendugaan model stokastik dibawah kondisi tertentu tidak selalu menghasilkan nilai dugaan yang persis sama, karena variabel acak di dalam model secara potensial dapat memberikan nilai yang berbeda setiap kali model dipecahkan. Bentuk umum dari model kebutuhan energi deterministik adalah sebagai berikut:

Y = a-bX

Dimana a dan b adalah konstanta. Model tersebut dapat diubah menjadi sebuah model stokastik dengan menggambarkan a atau b sebagai variabel acak. Andaikata b dinyatakan sebagai variabel acak yang mempunyai nilai 2,0 atau 2,5 dengan probabilitas yang sama, maka setiap dilakukan penghitungan pendugaan, harus dipilih secara acak suatu nilai untuk b dari distribusi nilai b yang ditentukan.

Pemilihan model mana yang akan digunakan, apakah model deterministik atau stokastik tergantung pada tujuan khusus pembuatan model tersebut. Model deterministik umumnya lebih mudah untuk dibuat karena hanya memerlukan estimasi dari nilai-nilai konstanta; sedangkan model stokastik memerlukan persyaratan suatu distribusi lengkap dari variabel acak. Model deterministik juga lebih mudah digunakan karena pendugaan pada situasi yang diberikan hanya perlu dibuat sekali (karena selalu sama), sementara pada pendugaan model stokastik perlu dilakukan pengulangan secukupnya untuk memperoleh respon rata-rata dari situasi yang diberikan. Selain itu, model stokastik juga digunakan pada pekerjaan yang memerlukan penggambaran keragaman secara eksplisit (baik keragaman yang terkait dengan pendugaan parameter sistem ataupun keragaman yang melekat pada sistem itu sendiri); serta juga pada pekerjaan yang

menginginkan pembandingan secara statistik dari pendugaan model untuk berbagai situasi yang berbeda.

(5) Model simulasi dan model analitik

Model-model yang dapat diselesaikan secara matematis dalam bentuk yang tertutup disebut model analitik. Model regresi, model teori baku (sebaran) statistik, dan beberapa model persamaan diferensial sederhana adalah merupakan contoh model analitik.. untuk model seperti itu, satu penyelesaian umum dapat diperoleh yang berlaku untuk semua situasi dimana model tersebut mewakili. Suatu model analitik sederhana tentang tingkat pertumbuhan populasi dalam lingkungan yang tidak terbatas (tingkat pertumbuhan eksponensial) dapat digambarkan sebagai berikut:

Nt = Noert Dimana:

Nt = ukuran populasi pada waktu t No = ukuran populasi awal

r = tingkat intrinsik dari penambahan populasi t = waktu

model-model yang tidak mempunyai penyelesaian analitik umum harus dipecahkan secara numerik dengan menggunakan satu perhitungan khusus untuk setiap kondisi tertentu. Inilah yang disebut sebagai model simulasi, sebagaimana yang digambarkan dalam adalah model-model ekologis. Sebagai contoh, suatu model yang menggambarkan dinamika populasi karena pengaruh ketergantungan densitas, hubungan kompetisi, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan, dapat disimpulkan dengan menggunakan rumus umum berikut:

Nt+1 = f (Nt, Et) Dimana:

f (Nt, Et) = fungsi kompleks dari ukuran populasi dan kondisi

lingkungan pada waktu t.

Secara filosofis, pemilihan antara model simulasi dan analitik melibatkan keputusan apakah kita mengorbankan realitas ekologi untuk memperoleh suatu model analitik atau mengorbankan kekuatan matematis untuk memasukkannya kedalam realitas ekologi yang lebih tinggi. Dari sudut aplikasi praktis, pertimbangan ini kurang menarik dan dipengaruhi terutama oleh tujuan dari pembuatan model tersebut. Jika tingkat ketelitian dimana sistem yang dipelajari untuk memenuhi tujuan tertentu memungkinkan digunakannya suatu model analitik, maka memang seharusnya digunakan model analitik. Tetapi jika tingkat ketelitian yang mencukupi terlalu kompleks untuk dapat disajikan dalam bentuk analitik, maka kita harus menggunakan model simulasi. Dalam hampir semua kasus manajemen sumberdaya alam dan lingkungan, penggambaran dengan model analitik tidak akan cukup, oleh karenanya perlu digunakan suatu model simuasi.

Menurut Eriyatno (1999), model dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok kajian, atau derajat keabstrakannya. Dengan menggunakan istilah-istilah yang senada, suatu model dikelompokkannya menjadi tiga, yaitu:

1) Model ikonik (model fisik), merupakan perwakilan fisik dari beberapa hal, baik dalam bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik dapat berdimensi dua seperti peta, atau berdimensi tiga seperti prototipe. Dalam hal model berdimensi lebih dari tiga, maka tidak dapat lagi dikonstruksi secara fisik sehingga diperlukan kategori model simbolik 2) Model analog (model diagramatik), menyajikan transformasi sifat menjadi

analognya kemudian mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang dikaji. Model ini bersifat sederhana namun efektif dalam menggambarkan situasi yang khas. Contoh dari model ini adalah kurva permintaan, kurva distribusi frekuensi pada statistik, dan diagram alir suatu proses.

3) Model simbolik (model matematik), menyajikan format dalam bentuk angka, simbol, dan rumus. Pada dasarnya ilmu sistem lebih terpusat pada penggunaan model simbolik, dengan jenis yang umum dipakai adalah persamaan matematis. Contoh dari model matematis adalah persamaan antara arus dan tegangan listrik, posisi sebuah mobil pada suatu aliran transportasi, serta aliran bahan dan pelayanan pada suatu struktur ekonomi.

Menurut Fauzi (2000), secara umum yang dikatakan model adalah suatu re- presentasi dari realitas dunia nyata yang tampil melalui persepsi indera, sebagaimana dicantumkan dalam Gambar 2.14.

tampil melalui persepsi indera (sense)

Penampilan kembali realitas sebagai hasil dari proses berfikir Gambar 2.14. Model sebagai re-presentasi realitas dunia nyata (Fauzi 2000).

Secara ringkas, Fauzi (2000) menyatakan bahwa prinsip-prinsip model dan pemodelan adalah:

(1) Model adalah jembatan antara dunia nyata (real world) dan dunia berfikir (thinking) untuk memecahkan masalah;

(2) Masalah (problem) ada yang bersifat “thinkable” dan ada yang “unthinkable”;

(3) Pemodelan (modelling) adalah berfikir (thinking) mengikuti sekuen logis; Berfikir merupakan suatu hal yang harus dipelajari.

Dua katagori model yang paling umum digunakan (Fauzi 2000) yaitu: Dunia luar

Model dari realitas

Pemikir (thinker)

(1) Bahasa: bahasa adalah suatu model yang terdiri dari urutan (sekuen) metafor-metafor untuk menyapaikan perasaan, keinginan, dlsb. Kepada orang lain. Dengan demikian bahasa merupakan suatu sistem penyandian (encoding) pemikiran-pemikiran.

(2) Agama: agama juga merupakan model untuk pertanyaan-pertanyaan, misalnya kenapa kita hidup, mengapa kita hidup, dlsb.

Dengan demikian permodelan merupakan proses menyerap, memformulasikan, memproses, dan menampilkan kembali. Hasil dari proses berstruktur ini kita sebut sebagai model.

Salah satu tool yang dapat digunakan untuk menggambarkan model adalah stella. Secara formal, model konseptual digambarkan dengan diagram kotak dan panah. Diagram model seperti ini sangat penting perannya untuk memvisualisasikan gambaran sebenarnya serta dengan memfasilitasi komunikasi antara berbagai orang yang berbeda yang tertarik dengan sistem khusus (Grant et al. 1997).

2.5 Beberapa Hasil Penelitian yang Terkait dengan Pengelolaan Wilayah