• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi Bagan Analisis Teks dari Fairclough (1995:98)

(terjemahan dan modifikasi peneliti)

STP di Amerika Serikat STP di Indonesia

D I E Keterangan D : Deskripsi I : Interpretasi E : Eksplanasi Amerika Serikat interpretasi pembaca Amerika Serikat STP Amerika Serikat interpretasi pembaca Amerika Serikat STP

Pada tahap deskripsi, terdapat deskripsi unsur pembentuk

STP. Pada tahap interpretasi, terdapat interpretasi pembaca

berupa penyingkapan implikatur percakapan dari ujaran di dalam

STP dan pemaknaan STP secara menyeluruh. Pada tahap

eksplanasi, hasil interpretasi pembaca dianalisis berdasarkan

latar belakang sosial-budaya mereka untuk menjelaskan mengapa

mereka menghasilkan interpretasi demikian.

(2)

Teori Relevansi (TR) Sperber dan Wilson (1986;1995)

Berdasarkan teori tersebut, implikatur percakapan dari

ujaran tokoh di dalam STP diungkapkan dengan melihat relevansi

ujaran tersebut. Dalam hal ini, setiap ujaran dipandang sebagai

tindak komunikasi yang ostensif, yang di dalamnya terdapat

relevansi yang optimal. Dengan demikian, setiap tokoh

dipandang telah memberikan kontribusi yang relevan dengan

memanifestasikan relevansi optimal tersebut di dalam setiap

tindak komunikasinya.

Ujaran yang relevan mengandung efek kontekstual

yang besar. Oleh karena itu, derajad relevansinya pun besar.

Dengan demikian, pembaca dapat memproses informasi baru

yang berkaitan erat dengan informasi lama yang tersimpan

di dalam otak mereka. Dengan kata lain, usaha pemprosesan

informasi tersebut kecil. Dalam hal ini, implikatur percakapan

yang paling mudah diperoleh oleh pembaca merupakan

Di dalam penelitian ini, pemaknaan pembaca atas

ujaran di dalam STP menunjukkan implikatur percakapan yang

mereka peroleh. Dalam hal ini, penulis menganalisis pemerolehan

implikatur percakapan tersebut untuk menggambarkan bagaimana

pembaca sampai pada sebuah hasil pemaknaan ujaran.

(3)

Teori Signifikasi Kultural (TSK) Danesi dan Perron (1999)

Berdasarkan teori tersebut, hasil interpretasi STP oleh

pembaca dianalisis untuk mengetahui makna STP bagi

pembacanya, bagaimana STP mempresentasikan makna tersebut

dan mengapa pembaca memaknainya demikian. Dalam hal ini,

analisis hasil interpretasi STP dilakukan dalam dua tahap, yaitu

mirosemiotik dan makrosemiotik.

Pada tahap mikrosemiotik, hasil interpretasi setiap seri

STP berupa pengungkapan implikatur percakapan dan makna

STP bagi setiap pembaca dianalisis untuk mengetahui pandangan

pembaca tentang peristiwa budaya yang terdapat di dalam STP.

Pada

tahap

makrosemiotik,

pandangan

pembaca

tentang peristiwa budaya yang terdapat di dalam STP

dihubungkan dengan latar belakang sosial-budaya mereka

untuk mengetahui mengapa mereka berpandangan demikian.

Sebagai kesimpulan diperoleh penjelasan tentang

pengaruh latar belakang sosial-budaya seseorang pada

pandangannya tentang kebudayaan yang berbeda dengan

Berikut adalah bagan analisis mikrosemiotik dan

makrosemiotik di dalam penelitian ini, sebagai hasil modifikasi

atas bagan analisis yang terdapat di dalami Danesi dan Perron

(1999:295, 302)

Bagan 3.1.2 Modifikasi Bagan Analisis Mikrosemiotik-Makrosemiotik

dari Danesi dan Perron (1999:295 dan 302)

(terjemahan dan modifikasi oleh peneliti)

Mikrosemiotik Makrosemiotik

Keterangan

TRSW : Teori Relevansi Sperber dan Wilson (1986;1995) TSKDP : Teori Signifikasi Kultural Danesi dan Perron (1999)

Tahap Observasi Memilih enam seri STP untuk diinterpretasi oleh pembaca.

Mengelompokkan pembaca menjadi dua kelompok, berdasarkan latar belakang sosial budaya mereka Tahap Observasi

Memilih enam seri STP untuk diinterpretasi oleh pembaca.

Mengelompokkan pembaca menjadi dua kelompok, berdasarkan latar belakang sosial budaya mereka

Tahap Analisis Menganalisis hasil interpretasi semua STP oleh semua pembaca menggunakan TSKDP untuk mengetahui makna STP bagi pembaca

Tahap Analisis Menganalisis hasil pengungkapan implikatur percakapan atas setiap ujaran dari setiap STP oleh setiap pembaca menggunakan TRSW untuk mengetahui makna ujaran bagi pembaca

Tahap Sintesis Menghubungkan hasil interpretasi pembaca dengan latar belakang sosial-budaya mereka untuk

menjelaskan mengapa hasil interpretasi pembaca demikian

Kesimpulan

Pandangan orang Indonesia atas STP sebagai produk budaya Amerika Serikat Tahap Sintesis

Menghubungkan hasil pengungkapan implikatur percakapan pembaca dengan latar belakang sosial-budaya mereka untuk menjelaskan mengapa hasil pengungkapan implikatur percakapan pembaca demikian

(4)

Konsep Konotasi, Mitos, dan Ideologi Barthes (1957,1972)

Konotasi, mitos, dan ideologi yang diperoleh seseorang

sebagai hasil interaksinya dengan kebudayaan tempat ia berada,

sangat berpengaruh pada pandangannya terhadap pelbagai tanda

yang dimaknainya.

Dalam hal ini, konotasi, mitos, dan ideologi adalah

makna yang tersembunyi di balik sebuah tanda, di luar

makna denotatifnya, yang disepakati oleh komunitas tertentu.

Oleh karena itu, hanya anggota komunitas itulah yang dapat

memahami makna yang bersifat implisit tersebut.

Ketiga konsep tersebut dapat berubah seiring dengan

perubahan jaman (Barthes 1972:109). Perubahan tersebut

dapat menggeser (mengubah) keanggotaan sebuah komunitas,

seperti yang diungkapkan oleh McHoul (1995:153) tentang

pergeseran keanggotaan penggemar komik akibat perubahan

komik tersebut.

Di dalam penelitian ini, kajian Barthes (1957,1972)

tersebut digunakan untuk melihat sejauh mana konotasi, mitos,

dan ideologi tentang Amerika Serikat, yang berkembang di benak

orang Indonesia, berpengaruh pada pandangan mereka tentang

peristiwa budaya yang terdapat di dalam STP. Sejauh mana

naturalness dan historyness menghasilkan konotasi, mitos, dan

ideologi yang berada di balik sebuah wacana sehingga

--disadari atau tidak--- maknanya menjadi “goes without saying.”

3.2 Metodologi Penelitian

3.2.1 Ancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan ancangan kualitatif dan

berada di dalam wilayah kajian pragmatik dan semiotik. Menurut

(Strauss dan Corbin 1990:19), ancangan kualitatif ditujukan untuk

memahami makna di balik fenomena. Di dalam penelitian ini,

ancangan tersebut digunakan untuk memahami makna di balik tanda,

yaitu strip komik Peanuts bagi para informan sebagai pemakna tanda.

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Data primer pertama diperoleh dengan menggandakan

STP dari surat kabar yang memuatnya. Sementara itu data primer kedua

diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang menganalisis

data primer pertama di dalam tahap wawancara.

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari surat kabar harian berbahasa Inggris

The Jakarta Post selama satu tahun, yaitu dari tanggal 1 Juli 2004

hingga tanggal 30 Juni 2005, dengan cara digandakan sehingga

diperoleh 311 seri.

Angka tersebut diperoleh dari jumlah hari di dalam

satu tahun (365) dikurangi jumlah hari Minggu dalam satu tahun (52)

--karena STP tidak dimuat pada hari Minggu-- dan dikurangi dua hari

libur internasional yang diterapkan oleh The Jakarta Post, yaitu Natal

Dari

311

seri,

dipilih

seri

yang

mengangkat

peristiwa budaya berupa peringatan atau perayaan yang dijadikan topik

di dalam STP sehingga diperoleh sepuluh seri. Dari sepuluh seri

dipilih enam seri yang peristiwa budaya di dalamnya dikenal

oleh informan Indonesia dalam bentuk yang berbeda dengan

peristiwa budaya aslinya yang terdapat di Amerika Serikat, yaitu

April Fool, Independence Day, The First Day of School, Halloween,

Veterans Day, dan Christmukkah.

Seri tersebut diajukan kepada dua kelompok informan,

yaitu dua orang Indonesia yang pernah mengikuti peristiwa budaya

Amerika di Amerika Serikat dua orang Indonesia yang mengikuti

peristiwa budaya Amerika di Indonesia untuk diinterpretasikan di dalam

tahap wawancara berdasarkan pertanyaan arahan dari peneliti.

3.2.4 Prosedur Pengumpulan Data

Enam seri STP disusun secara berurutan sesuai dengan

urutan tanggal pemuatan masing-masing seri. Dalam hal ini,

tanggal pemuatan dicantumkan di atas data untuk memudahkan

informan menghubungkan tanggal pemuatan dengan peristiwa budaya

yang terjadi pada saat itu.

Pada

tahap

wawancara,

peneliti

mengajukan

pertanyaan arahan di dalam sebuah situasi percakapan informal

agar informan dapat menganalisis data yang diajukan dengan nyaman.

Hasil wawancara tersebut ditranskripsi untuk dianalisis oleh peneliti

3.2.5 Metode Analisis Data

Pada tahap mikrosemiotik, berdasarkan Teori Relevansi

Sperber dan Wilson (1986;1995), pengungkapan implikatur percakapan

dianalisis untuk mengetahui bagaimana informan mengungkapkan

implikatur percakapan dan mengapa hasilnya demikian.

Analisis tersebut dilakukan dengan mengikuti contoh

dari Renkema (2004:21) tentang pengungkapan implikatur percakapan

berdasarkan relevansi ujaran penutur, di mana implikatur percakapan

diperoleh dengan mengetahui konteks ujaran yang diujarkan.

Contoh :

A : “Di mana sekotak coklat milikku ?”

B : a. “Ke mana perginya salju di musim dingin tahun lalu ?” b. “Aku lapar.”

c. “Aku ketinggalan kereta !” d. “Kau tidak diet ?”

e. “Tadi pagi anak-anak masuk ke kamarmu.”

Ujaran B nampak tidak relevan dengan jawaban

yang seharunya diberikan atas pertanyaan A. Ujaran yang terlihat

tidak relevan dapat menjadi relevan jika A memandang ujaran B

sesuai dengan konteks percakapan tersebut. Dengan demikian,

implikatur percakapan di dalam ujaran B dapat diperoleh oleh A.

Contoh :

a. ujaran B relevan karena B merujuk pada salju di musim dingin tahun lalu yang telah mencair (tidak ada lagi). Implikatur percakapan dari ujaran B adalah coklat A telah mencair (tidak ada lagi). Dengan demikian, B tidak tahu kemana hilangnya coklat A itu.

b. ujaran B relevan jika ia lapar kemudian memakan coklat A. Implikatur percakapan dari ujaran B adalah coklat A hilang (habis) karena B telah memakannya.

c. ujaran B relevan jika ia sedang terburu-buru karena kereta yang akan dinaikinya akan segera berangkat. Implikatur percakapan dari ujaran B adalah B tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaan A, apalagi mencari tahu dimana hilangnya coklat itu.

d. ujaran B relevan jika A kelebihan berat badan dan sedang diet sehingga tidak seharusnya ia makan coklat. Implikatur percakapan dari ujaran B adalah B mengingatkan A bahwa A sedang berdiet. Dengan demikian, tidak seharusnya A memikirkan tentang coklatnya, apalagi jika A memang mencari coklatnya untuk dimakan.

e. ujaran B relevan jika anak-anak masuk ke kamar a dan memakan coklat A. Implikatur percakapan dari ujaran B adalah colat A hilang karena anak-anak telah memakannya.

Dalam hal ini, hasil pengungkapan implikatur percakapan

dianalisis demikian untuk mengetahui proses dan hasil pengungkapan

implikatur percakapan dan mengapa hasilnya demikian.

Pada tahap makrosemiotik, berdasarkan Teori Signifkasi

Kultural dari Danesi dan Perron (1999), hasil interpretasi STP dianalisis

dengan menghubungkan hasil tersebut dengan latar belakang

sosial-budaya informan untuk menjelaskan mengapa hasilnya

demikian.

Sebagai kesimpulan, berdasarkan Konsep Konotasi,

Mitos, dan Ideologi dari Barthes (1957;1972) diperoleh penjelasan

tentang konotasi, mitos, dan ideologi yang berkembang di Indonesia

3.3 Model Konseptual

Di dalam penelitian ini, data dianalisis di dalam

tahap mikrosemiotik dan makrosemiotik. Pada tahap satu, pengungkapan

implikatur percakapan di dalam setiap seri STP oleh setiap informan

dianalisis menggunakan Teori Relevansi dari Sperber dan Wilson

(1986;1995)

untuk

mengetahui

pemerolehan

dan

perolehan

implikatur percakapan tersebut serta penjelasan mengapa perolehannya

demikian.

Pada tahap dua, interpretasi informan atas enam seri STP

dianalisis menggunakan Teori Signifikasi dari Danesi dan Perron (1999)

berdasarkan latar belakang sosial-budaya informan untuk mengetahui

bagaimana proses interpretasi STP, apa hasilnya, dan mengapa hasilnya

demikian. Penelitian ini dilakukan dengan cara memilah dan memilih

data, mengajukan data kepada informan untuk diinterpretasi,

menganalisis hasil interpretasi informan, dan menarik kesimpulan.

Pemilahan data dilakukan karena STP menggunakan

bahasa Inggris dengan kosakata yang cukup rumit sehingga layak untuk

dikaji di dalam penelitian linguistik oleh peneliti yang berlatar belakang

pendidikan bahasa Inggris. Pemilihan data dilakukan karena enam seri

STP memaparkan peristiwa budaya Amerika yang di Indonesia dirayakan

dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, hasil interpretasi informan

yang mengalami peristiwa budaya Amerika di Amerika Serikat

dan di Indonesia akan berbeda. Interpretasi informan yang dilakukan

di dalam tahap wawancara dianalisis oleh peneliti untuk disimpulkan.

Bagan 3.3.1 Model Konseptual