(terjemahan dan modifikasi peneliti)
STP di Amerika Serikat STP di Indonesia
D I E Keterangan D : Deskripsi I : Interpretasi E : Eksplanasi Amerika Serikat interpretasi pembaca Amerika Serikat STP Amerika Serikat interpretasi pembaca Amerika Serikat STP
Pada tahap deskripsi, terdapat deskripsi unsur pembentuk
STP. Pada tahap interpretasi, terdapat interpretasi pembaca
berupa penyingkapan implikatur percakapan dari ujaran di dalam
STP dan pemaknaan STP secara menyeluruh. Pada tahap
eksplanasi, hasil interpretasi pembaca dianalisis berdasarkan
latar belakang sosial-budaya mereka untuk menjelaskan mengapa
mereka menghasilkan interpretasi demikian.
(2)
Teori Relevansi (TR) Sperber dan Wilson (1986;1995)
Berdasarkan teori tersebut, implikatur percakapan dari
ujaran tokoh di dalam STP diungkapkan dengan melihat relevansi
ujaran tersebut. Dalam hal ini, setiap ujaran dipandang sebagai
tindak komunikasi yang ostensif, yang di dalamnya terdapat
relevansi yang optimal. Dengan demikian, setiap tokoh
dipandang telah memberikan kontribusi yang relevan dengan
memanifestasikan relevansi optimal tersebut di dalam setiap
tindak komunikasinya.
Ujaran yang relevan mengandung efek kontekstual
yang besar. Oleh karena itu, derajad relevansinya pun besar.
Dengan demikian, pembaca dapat memproses informasi baru
yang berkaitan erat dengan informasi lama yang tersimpan
di dalam otak mereka. Dengan kata lain, usaha pemprosesan
informasi tersebut kecil. Dalam hal ini, implikatur percakapan
yang paling mudah diperoleh oleh pembaca merupakan
Di dalam penelitian ini, pemaknaan pembaca atas
ujaran di dalam STP menunjukkan implikatur percakapan yang
mereka peroleh. Dalam hal ini, penulis menganalisis pemerolehan
implikatur percakapan tersebut untuk menggambarkan bagaimana
pembaca sampai pada sebuah hasil pemaknaan ujaran.
(3)
Teori Signifikasi Kultural (TSK) Danesi dan Perron (1999)
Berdasarkan teori tersebut, hasil interpretasi STP oleh
pembaca dianalisis untuk mengetahui makna STP bagi
pembacanya, bagaimana STP mempresentasikan makna tersebut
dan mengapa pembaca memaknainya demikian. Dalam hal ini,
analisis hasil interpretasi STP dilakukan dalam dua tahap, yaitu
mirosemiotik dan makrosemiotik.
Pada tahap mikrosemiotik, hasil interpretasi setiap seri
STP berupa pengungkapan implikatur percakapan dan makna
STP bagi setiap pembaca dianalisis untuk mengetahui pandangan
pembaca tentang peristiwa budaya yang terdapat di dalam STP.
Pada
tahap
makrosemiotik,
pandangan
pembaca
tentang peristiwa budaya yang terdapat di dalam STP
dihubungkan dengan latar belakang sosial-budaya mereka
untuk mengetahui mengapa mereka berpandangan demikian.
Sebagai kesimpulan diperoleh penjelasan tentang
pengaruh latar belakang sosial-budaya seseorang pada
pandangannya tentang kebudayaan yang berbeda dengan
Berikut adalah bagan analisis mikrosemiotik dan
makrosemiotik di dalam penelitian ini, sebagai hasil modifikasi
atas bagan analisis yang terdapat di dalami Danesi dan Perron
(1999:295, 302)
Bagan 3.1.2 Modifikasi Bagan Analisis Mikrosemiotik-Makrosemiotik
dari Danesi dan Perron (1999:295 dan 302)
(terjemahan dan modifikasi oleh peneliti)
Mikrosemiotik Makrosemiotik
Keterangan
TRSW : Teori Relevansi Sperber dan Wilson (1986;1995) TSKDP : Teori Signifikasi Kultural Danesi dan Perron (1999)
Tahap Observasi Memilih enam seri STP untuk diinterpretasi oleh pembaca.
Mengelompokkan pembaca menjadi dua kelompok, berdasarkan latar belakang sosial budaya mereka Tahap Observasi
Memilih enam seri STP untuk diinterpretasi oleh pembaca.
Mengelompokkan pembaca menjadi dua kelompok, berdasarkan latar belakang sosial budaya mereka
Tahap Analisis Menganalisis hasil interpretasi semua STP oleh semua pembaca menggunakan TSKDP untuk mengetahui makna STP bagi pembaca
Tahap Analisis Menganalisis hasil pengungkapan implikatur percakapan atas setiap ujaran dari setiap STP oleh setiap pembaca menggunakan TRSW untuk mengetahui makna ujaran bagi pembaca
Tahap Sintesis Menghubungkan hasil interpretasi pembaca dengan latar belakang sosial-budaya mereka untuk
menjelaskan mengapa hasil interpretasi pembaca demikian
Kesimpulan
Pandangan orang Indonesia atas STP sebagai produk budaya Amerika Serikat Tahap Sintesis
Menghubungkan hasil pengungkapan implikatur percakapan pembaca dengan latar belakang sosial-budaya mereka untuk menjelaskan mengapa hasil pengungkapan implikatur percakapan pembaca demikian
(4)
Konsep Konotasi, Mitos, dan Ideologi Barthes (1957,1972)
Konotasi, mitos, dan ideologi yang diperoleh seseorang
sebagai hasil interaksinya dengan kebudayaan tempat ia berada,
sangat berpengaruh pada pandangannya terhadap pelbagai tanda
yang dimaknainya.
Dalam hal ini, konotasi, mitos, dan ideologi adalah
makna yang tersembunyi di balik sebuah tanda, di luar
makna denotatifnya, yang disepakati oleh komunitas tertentu.
Oleh karena itu, hanya anggota komunitas itulah yang dapat
memahami makna yang bersifat implisit tersebut.
Ketiga konsep tersebut dapat berubah seiring dengan
perubahan jaman (Barthes 1972:109). Perubahan tersebut
dapat menggeser (mengubah) keanggotaan sebuah komunitas,
seperti yang diungkapkan oleh McHoul (1995:153) tentang
pergeseran keanggotaan penggemar komik akibat perubahan
komik tersebut.
Di dalam penelitian ini, kajian Barthes (1957,1972)
tersebut digunakan untuk melihat sejauh mana konotasi, mitos,
dan ideologi tentang Amerika Serikat, yang berkembang di benak
orang Indonesia, berpengaruh pada pandangan mereka tentang
peristiwa budaya yang terdapat di dalam STP. Sejauh mana
naturalness dan historyness menghasilkan konotasi, mitos, dan
ideologi yang berada di balik sebuah wacana sehingga
--disadari atau tidak--- maknanya menjadi “goes without saying.”
3.2 Metodologi Penelitian
3.2.1 Ancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan ancangan kualitatif dan
berada di dalam wilayah kajian pragmatik dan semiotik. Menurut
(Strauss dan Corbin 1990:19), ancangan kualitatif ditujukan untuk
memahami makna di balik fenomena. Di dalam penelitian ini,
ancangan tersebut digunakan untuk memahami makna di balik tanda,
yaitu strip komik Peanuts bagi para informan sebagai pemakna tanda.
3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Data primer pertama diperoleh dengan menggandakan
STP dari surat kabar yang memuatnya. Sementara itu data primer kedua
diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang menganalisis
data primer pertama di dalam tahap wawancara.
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari surat kabar harian berbahasa Inggris
The Jakarta Post selama satu tahun, yaitu dari tanggal 1 Juli 2004
hingga tanggal 30 Juni 2005, dengan cara digandakan sehingga
diperoleh 311 seri.
Angka tersebut diperoleh dari jumlah hari di dalam
satu tahun (365) dikurangi jumlah hari Minggu dalam satu tahun (52)
--karena STP tidak dimuat pada hari Minggu-- dan dikurangi dua hari
libur internasional yang diterapkan oleh The Jakarta Post, yaitu Natal
Dari
311
seri,
dipilih
seri
yang
mengangkat
peristiwa budaya berupa peringatan atau perayaan yang dijadikan topik
di dalam STP sehingga diperoleh sepuluh seri. Dari sepuluh seri
dipilih enam seri yang peristiwa budaya di dalamnya dikenal
oleh informan Indonesia dalam bentuk yang berbeda dengan
peristiwa budaya aslinya yang terdapat di Amerika Serikat, yaitu
April Fool, Independence Day, The First Day of School, Halloween,
Veterans Day, dan Christmukkah.
Seri tersebut diajukan kepada dua kelompok informan,
yaitu dua orang Indonesia yang pernah mengikuti peristiwa budaya
Amerika di Amerika Serikat dua orang Indonesia yang mengikuti
peristiwa budaya Amerika di Indonesia untuk diinterpretasikan di dalam
tahap wawancara berdasarkan pertanyaan arahan dari peneliti.
3.2.4 Prosedur Pengumpulan Data
Enam seri STP disusun secara berurutan sesuai dengan
urutan tanggal pemuatan masing-masing seri. Dalam hal ini,
tanggal pemuatan dicantumkan di atas data untuk memudahkan
informan menghubungkan tanggal pemuatan dengan peristiwa budaya
yang terjadi pada saat itu.
Pada
tahap
wawancara,
peneliti
mengajukan
pertanyaan arahan di dalam sebuah situasi percakapan informal
agar informan dapat menganalisis data yang diajukan dengan nyaman.
Hasil wawancara tersebut ditranskripsi untuk dianalisis oleh peneliti
3.2.5 Metode Analisis Data
Pada tahap mikrosemiotik, berdasarkan Teori Relevansi
Sperber dan Wilson (1986;1995), pengungkapan implikatur percakapan
dianalisis untuk mengetahui bagaimana informan mengungkapkan
implikatur percakapan dan mengapa hasilnya demikian.
Analisis tersebut dilakukan dengan mengikuti contoh
dari Renkema (2004:21) tentang pengungkapan implikatur percakapan
berdasarkan relevansi ujaran penutur, di mana implikatur percakapan
diperoleh dengan mengetahui konteks ujaran yang diujarkan.
Contoh :
A : “Di mana sekotak coklat milikku ?”
B : a. “Ke mana perginya salju di musim dingin tahun lalu ?” b. “Aku lapar.”
c. “Aku ketinggalan kereta !” d. “Kau tidak diet ?”
e. “Tadi pagi anak-anak masuk ke kamarmu.”
Ujaran B nampak tidak relevan dengan jawaban
yang seharunya diberikan atas pertanyaan A. Ujaran yang terlihat
tidak relevan dapat menjadi relevan jika A memandang ujaran B
sesuai dengan konteks percakapan tersebut. Dengan demikian,
implikatur percakapan di dalam ujaran B dapat diperoleh oleh A.
Contoh :
a. ujaran B relevan karena B merujuk pada salju di musim dingin tahun lalu yang telah mencair (tidak ada lagi). Implikatur percakapan dari ujaran B adalah coklat A telah mencair (tidak ada lagi). Dengan demikian, B tidak tahu kemana hilangnya coklat A itu.
b. ujaran B relevan jika ia lapar kemudian memakan coklat A. Implikatur percakapan dari ujaran B adalah coklat A hilang (habis) karena B telah memakannya.
c. ujaran B relevan jika ia sedang terburu-buru karena kereta yang akan dinaikinya akan segera berangkat. Implikatur percakapan dari ujaran B adalah B tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaan A, apalagi mencari tahu dimana hilangnya coklat itu.
d. ujaran B relevan jika A kelebihan berat badan dan sedang diet sehingga tidak seharusnya ia makan coklat. Implikatur percakapan dari ujaran B adalah B mengingatkan A bahwa A sedang berdiet. Dengan demikian, tidak seharusnya A memikirkan tentang coklatnya, apalagi jika A memang mencari coklatnya untuk dimakan.
e. ujaran B relevan jika anak-anak masuk ke kamar a dan memakan coklat A. Implikatur percakapan dari ujaran B adalah colat A hilang karena anak-anak telah memakannya.