• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengungkapan Implikatur Percakapan dari Dua Ujaran

institusi tempat mereka bekerja

ANALISIS DATA

4.1.3.4.2 Pengungkapan Implikatur Percakapan dari Dua Ujaran

di dalam Seri 4 oleh Informan 2

Hasil Wawancara dengan Informan 2 tentang Seri 4

Peneliti : “... yang ini ni Bu. Tentang ...” Informan : “Halloween ... He’em.”

Peneliti : “Kalo di Indonesia Halloween identik dengan apa Bu ? Party, party ?” Informan : “Party dan party saja.”

Peneliti : “Ya, ibu pernah menang itu ya, jadi setan terbaik.” Informan : “Iya.”

Peneliti : “Waktu itu tu Trick or Treat nggak Bu ? Waktu pas party itu ?” Informan : “Oh, tidak, Trick or Treat itu tidak membudaya ya di Indonesia.” Peneliti : “Oh, jadi kalo di Indonesia Halloween ?”

Informan : “Halloween biasanya dirayakan hanya dengan pesta kostum.” “Seperti itu saja.”

Peneliti : “Costume party.”

Informan : “Ndak ada, tidak ada Trick or Treat karena itu kan menuntut anak-anak supaya e mereka dikasih permen dari rumah ke rumah. Sementara, tidak, masyarakat luas kebanyakan tidak begitu, apa ya, tidak familiar dengan hari itu. Jadi kalo mereka anak-anak dateng, ngapain gitu mereka ?

Wong nggak dapet, tidak menyediakan permen.”

Peneliti : “Kalo dari strip ini, ibu tahunya ini e Halloween dari apakah hanya dari tanggalnya aja atau dari gambar yang ada di situ ? Karena tanggalnya kan jelas 31 Oktober.”

Informan : “Iya kalo kita liat tanggalnya sih, baru bisa tahu ya. Baru, baru sadar kalo ini ada labu gitu.”

Peneliti : “Mm pumpkin ?” Informan : “He’em.”

Peneliti : “Karena kita ini kan nggak berwarna Bu stripnya ?” Informan : “He’em. Gitu ya ...”

Peneliti : “Kalo dari empat strip ini e empat panil yang ada di sini bisa merangkum cerita tertentu nggak Bu ?”

Informan : “Sebentar kalo saya liat sih, kalo kartun atau strip yang semakin sedikit komentarnya, semakin sedikit conversation-nya itu adalah berarti semakin semakin dalam juga maknanya. Di sini si siapa Lucy ya ?”

Peneliti : “He’em.”

Informan : “Lucy dia bawa. Eh, sebentar si siapa ?” Peneliti : “Linus.”

Informan : “Linus ? He’em. Dia nungguin labu.” “Mungkin dia ini ...”

Peneliti : “Ibu tau nunggunya karena dia bertopang dagu atau ...”

Informan : “Ya, karena dia bertopang dagu jadi mungkin dia pingin merayakannya seperti background-story-nya ...”

Peneliti : “O, ya, ya, ya.” Informan : “apa itu ? Halloween ?” Peneliti : “He’e.”

Informan : “bahwa anak laki-laki yang menunggu labu. Nah kan bener juga. Akhirnya Lucy lewat dengan papan seperti itu, ‘The Great Pumpkin is a male chauvinist !’”

Peneliti : “Jadi ibu tau kalo si Lucy itu feminis ?” Informan : “Yah, keliatan sekali.”

Peneliti : “Dia pasti akan membela gendernya.”

“Dan itu dicuekin kok sama si Linus. Dia suma sigh aja menghela napas.” Informan : “Mungkin ia menghela napas karena bingung. Ya begitulah perempuan

selalu ingin dimengerti.”

Peneliti : “Tidak harus memberi komentar dia dengan protesnya si Lucy itu.” Informan : “Iya.”

Peneliti : “Kalo mengenai waktu menunggu di sini ada gambar awan tiga kemudian satu ini ...”

Informan : “He’em.”

Peneliti : “pergeseran waktunya ibu bagaimana melihatnya ?” Informan : “Setau saya ini all day gitu kali ya ?”

“Jadi dari pagi mungkin, sampe siang, sampe sore.” Peneliti : “Karena awannya ?”

Informan : “Ya, buat saya sih seperti itu.”

Peneliti : “Oh, dalam artian, semakin banyak awan berarti semakin pagi gitu ? Ini mungkin siang, ini sore ?”

Informan : “Ya. Ya ini mestinya ...”

Peneliti : “O, ibu menentukan waktunya berdasarkan awannya. Bukan gelap terangnya ?”

Informan : “Ya karena ndak berwarna ya.” Peneliti : “I see. OK.”

Analisis Peneliti atas Hasil Pengungkapan Implikatur Percakapan dari

Ujaran 17 – 18 oleh Informan 2

(17) The Great Pumpkin is a male chauvinist !

Seperti halnya informan 1, selain menganalisis unsur verbal berupa ujaran (tulisan di dalam papan protes yang dibawa Lucy van Pelt), informan 2 juga menganalisis unsur visual berupa gambar buah labu (pumpkin) sebagai simbol perayaan Helloween dan gambar awan sebagai penanda waktu yang menunjukkan rentang waktu selama

Linus van Pelt menunggu kehadiran The Great Pumpkin.

Menurut informan 2, implikatur percakapan dari ujaran 17 adalah kalimat “The Great Pumpkin is a male chauvinist” yang ditunjukkan Lucy van Pelt di dalam papan protesnya kepada Linus van Pelt, yang sedang merayakan Helloween dengan menunggui buah labu agar mendapatkan hadiah dari The Great Pumpkin, ditujukan untuk memprotes keberpihakan The Great Pumpkin kepada kaum pria (Linus van Pelt, adiknya) di dalam perayaan Helloween.

Implikatur percakapan tersebut diperoleh informan 2 berdasarkan pengetahuannya tentang peristiwa budaya Amerika berupa Helloween dan tokoh The Great Pumpkin yang diperoleh dari seri STP yang bertema Helloween, di mana pada malam Halloween The Great Pumpkin terbang melintasi kebun labu dengan membawa sekarung mainan yang akan dihadiahkannya kepada anak yang setia

menunggui buah labunya. Karena pada umumnya hanya anak laki-laki yang diijinkan berada di luar rumah hingga larut malam, maka mereka lah yang akan mendapatkan mainan dari The Great Pumpkin sebagai hadiah atas kesetiaan mereka menunggui buah labunya.

Hal tersebut juga diperoleh informan 2 berdasarkan

pengetahuannya tentang makna istilah male chauvinist, di mana The Great Pumpkin lebih memihak kaum pria daripada kaum wanita, serta pengetahuannya tentang karakter Lucy van Pelt di dalam STP yang dikenal sebagai seorang feminis.

Ujaran 17 relevan dengan situasi percakapan di dalam seri tersebut karena dikemukakan oleh Lucy van Pelt yang dikenal sebagai seorang feminis untuk menghujat ketidaksetaraan gender

di dalam perayaan Helloween. Kesimpulan tersebut diperoleh dari dialog berikut.

Informan : “Linus ? He’em. Dia nungguin labu.”

Peneliti : “Ibu tau nunggunya karena dia bertopang dagu atau ...”

Informan : “Ya, karena dia bertopang dagu jadi mungkin dia pingin merayakannya seperti background-story-nya ...”

Peneliti : “O, ya, ya, ya.” Informan : “apa itu ? Halloween ?” Peneliti : “He’e.”

Informan : “bahwa anak laki-laki yang menunggu labu. Nah kan bener juga. Akhirnya Lucy lewat dengan papan seperti itu, ‘The Great Pumpkin is a male chauvinist !’”

Peneliti : “Jadi ibu tau kalo si Lucy itu feminis ?” Informan : “Yah, keliatan sekali.”

Peneliti : “Dia pasti akan membela gendernya.”

(18) (onomatope) *Sigh*

Menurut informan 2, implikasi dari onomatope berupa helaan napas dari Linus van Pelt adalah Linus van Pelt bingung

(tidak mengerti) atas sikap Lucy van Pelt, sebagai seorang perempuan, yang selalu ingin dimengerti.

Hal tersebut diperoleh informan 2 berdasarkan pengetahuannya tentang helaan napas yang menunjukkan kebingungan Linus van Pelt.

Onomatope tersebut relevan dengan sikap Linus van Pelt

yang tidak ingin menanggapi protes Lucy van Pelt. Kesimpulan tersebut diperoleh dari dialog berikut.

Peneliti : “Dan itu dicuekin kok sama si Linus. Dia suma sigh aja menghela napas.” Informan : “Mungkin ia menghela napas karena bingung. Ya begitulah perempuan

selalu ingin dimengerti.”

Peneliti : “Tidak harus memberi komentar dia dengan protesnya si Lucy itu.” Informan : “Iya.”

4.1.3.4.3 Pengungkapan Implikatur Percakapan dari Dua Ujaran

di dalam Seri 4 oleh Informan 3

Hasil Wawancara dengan Informan 3 tentang Seri 4

Peneliti : “... Ini tanggalnya bisa dilihat, kira-kira tentang apa ?” Informan : “O, Halloween. Pumpkin.”

Peneliti : “O, tau dari mana itu Halloween ?” Informan : “Pumpkin.”

Peneliti : “Ada pumpkin-nya ? Misalnya itu warnanya ijo masa itu pumpkin ?” Informan : “Tentu saja pumpkin.”

Peneliti : “OK. Sekarang pada panil ... O kalo misalnya tradisi Halloween di sana selain Trick or Treat ?”

Informan : “Ya pumpkin.” Peneliti : “Pumpkin diapain ?” Informan : “Digambar apa ya ...”

“Dipasang di depan rumah dikasih lilin di dalemnya.”

Peneliti : “Kalo sejarahnya Halloween sebelum adanya Trick or Treat ?” Informan : “Katanya dulu tu buat ngusir yang jahat. Setan.”

Peneliti : “O, gitu. O, gitu ya ? E karena saya e dapet informasi juga tentang adanya

The Great Pumpkin.”

Informan : “Ya. The Great Pumpkin itu katanya sebuah monster yang e berupa pumpkin

yang, apa, labu yang besar sekali yang bisa memakan anak-anak gitu. Katanya.”

Peneliti : “Ya, itu, makanya saya heran. Karena e, e yang dari informasi yang saya dapatkan bahwa sebelum adanya Trick or Treat itu dulu ceritanya

The Great Pumpkin itu akan terbang melintasi e ladang labu dengan membawa e mainan.”

Informan : “O ...”

Informan : “Akan dapet mainan.”

Peneliti : “Akan dapet mainan. Nunggunya itu mungkin kalo anda liat dari panil satu, dua hingga tiga itu bisa sampe malem itu karena diliat dari ...”

Informan : “E si Lucy bilang, ‘The Great Pumpkin is a male chauvinist.’ Karena dia pasti nggak dapet, nggak bakal dapet.”

Peneliti : “Nggak bakal dapet karena nggak boleh keluar malem.” Informan : “Iya.”

Peneliti : “Dan ini kemudian pada panil yang keempat si e Linus cuman bisa menghela napas. Dalam arti, tidak ada yang bisa dia lakukan, gitu. Karena memang begitulah adanya ?”

“Kalo misalnya diliat dari strip komik itu apakah bisa dikatakan bahwa e pria dalam hal ini sebagai orang yang apa keberpihakannya lebih tinggi ?” Informan : “Eh em.”

Peneliti : “Artinya dibela oleh The Great Pumpkin ?” Informan : “Eh em.”

Peneliti : “Karena memang menghela napas dan tidak berbuat apa-apa karena memang menikmati priviledge-nya ?”

Informan : “Ah, enggak. Ya bukan menikmati priviledge-nya. Mau apa lagi itu perempuan ?”

Peneliti : “Mau apa lagi gitu ya ? Jadi yang ditanyakan gitu ? Mau apa lagi gitu ?”

“Enggak, tapi kalo dihubungkan dengan strip komik ini gitu. Apakah e itu yang dikemukakan oleh si Linus, gitu. Dalam artian. memang Lucy kan feminis ...“

Informan : “Ya.”

Peneliti : “dan memang sangat, sangat bahwa saya seorang feminis gitu. Kalo kemudian Linus ...”

Informan : “Nggak kalo menurut saya tu ...” Peneliti : “Udah biasa ?”

Informan : “Si Linus ini, ya udahlah ngapain sih di, diangkat-angkat ...” Peneliti : “Dipermasalahkan lagi ?”

Informan : “Dipermasalahkan lagi.”

Peneliti : “I see. Dia udah biasa soalnya punya kakak si Lucy ?”

Informan : “Iya, karena dia kan kakaknya kan. Dia kan o ngapain diomongin lagi. Ya udahlah. Itu aja, gitu. Bukannya dia merasa. ‘O, aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi,’ tapi ya itu ...”

Peneliti : “Karena selama ini dia selalu kalah sama Lucy ?”

Informan : “Ya siapa sih yang nggak pernah kalah sama Lucy ?! Semua juga kalah sama Lucy.”

“Jadi ... Dalam hal ini ya kenapa sih diprotes, gitu lho. Kalau menurut saya bukan dia ingin berbuat apa lagi. Nggak. Tapi ya sudahlah, gitu.”

Analisis Peneliti atas Hasil Pengungkapan Implikatur Percakapan dari

Ujaran 17 – 18 oleh Informan 3

(17) The Great Pumpkin is a male chauvinist !

Seperti halnya informan 1, informan 3 juga meminta bantuan peneliti untuk menjelaskan peristiwa budaya Amerika berupa Helloween dan tokoh The Great Pumpkin.

Seperti halnya informan 1 dan 2, selain menganalisis unsur verbal berupa ujaran (tulisan di dalam papan protes yang dibawa Lucy van Pelt),

informan 2 juga menganalisis unsur visual berupa gambar buah labu (pumpkin) sebagai simbol perayaan Helloween dan gambar awan sebagai penanda waktu yang menunjukkan rentang waktu selama Linus van Pelt menunggu kehadiran The Great Pumpkin.

Menurut informan 3, implikatur percakapan dari ujaran 17 adalah Lucy van Pelt memprotes keberpihakan The Great Pumpkin kepada kaum pria (Linus van Pelt, adiknya) di dalam perayaan

Helloween.

Implikatur percakapan tersebut diperoleh informan 3 berdasarkan pengetahuannya tentang peristiwa budaya Amerika berupa Helloween dan tokoh The Great Pumpkin yang dijelaskan oleh peneliti, di mana pada malam HalloweenThe Great Pumpkin terbang melintasi kebun labu dengan membawa sekarung mainan yang akan dihadiahkannya kepada anak yang setia menunggui buah labunya. Karena pada umumnya hanya anak laki-laki yang diijinkan berada di luar rumah hingga

larut malam, maka mereka lah yang akan mendapatkan mainan dari The Great Pumpkin sebagai hadiah atas kesetiaan mereka menunggui buah labunya.

Hal tersebut juga diperoleh informan 2 berdasarkan

pengetahuannya tentang makna istilah male chauvinist, di mana The Great Pumpkin lebih memihak kaum pria daripada kaum wanita, serta pengetahuannya tentang karakter Lucy van Pelt di dalam STP yang dikenal sebagai seorang feminis.

Ujaran 17 relevan dengan situasi percakapan di dalam seri tersebut karena dikemukakan oleh Lucy van Pelt yang dikenal sebagai seorang feminis untuk menghujat ketidaksetaraan gender

di dalam perayaan Helloween. Kesimpulan tersebut diperoleh dari dialog berikut. Kesimpulan tersebut diperoleh dari dialog berikut.

Informan : “E si Lucy bilang, ‘The Great Pumpkin is a male chauvinist.’ Karena dia pasti nggak dapet, nggak bakal dapet.”

Peneliti : “Kalo misalnya diliat dari strip komik itu apakah bisa dikatakan bahwa e pria dalam hal ini sebagai orang yang, apa, keberpihakannya lebih tinggi ?” Informan : “Eh em.”

Peneliti : “Artinya dibela oleh The Great Pumpkin ?” Informan : “Eh em.”

Peneliti : “... kalo dihubungkan dengan strip komik ini. Apakah e itu yang dikemukakan oleh si Linus, gitu. Dalam artian. memang Lucy kan feminis ...“

Informan : “Ya.”

(18) (onomatope) *Sigh*

Menurut informan 3, implikasi dari onomatope berupa

helaan napas dari Linus van Pelt adalah Linus van Pelt tidak tahu lagi apa yang diinginkan Lucy van Pelt yang selalu mengalahkannya itu.

Hal tersebut diperoleh informan 2 berdasarkan pengetahuannya tentang helaan napas yang menunjukkan ketidaktahuan Linus van Pelt.

Onomatope tersebut relevan dengan sikap Linus van Pelt yang tidak ingin mempermasalahkan protes Lucy van Pelt tersebut. Kesimpulan tersebut diperoleh dari dialog berikut.

Peneliti : “Dan ini kemudian pada panil yang keempat si e Linus cuman bisa menghela napas. Dalam arti, tidak ada yang bisa dia lakukan, gitu. Karena memang begitulah adanya ?”

“Karena memang menghela napas dan tidak berbuat apa-apa karena memang menikmati priviledge-nya ?”

Informan : “Ah, enggak. Ya bukan menikmati priviledge-nya. Mau apa lagi itu perempuan ?”

Peneliti : “Mau apa lagi gitu ya ? Jadi yang ditanyakan gitu ? Mau apa lagi gitu ?” Informan : “Nggak kalo menurut saya tu ...”

“Si Linus ini, ya udahlah ngapain sih di, diangkat-angkat ...” Peneliti : “Dipermasalahkan lagi ?”

Informan : “Dipermasalahkan lagi.”

Peneliti : “I see. Dia udah biasa soalnya punya kakak si Lucy ?”

Informan : “Iya, karena dia kan kakaknya kan. Dia kan, ‘O, ngapain diomongin lagi. Ya udahlah.’ Itu aja, gitu. Bukannya dia merasa. ‘O, aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi,’ tapi ya itu ...”

Peneliti : “Karena selama ini dia selalu kalah sama Lucy ?”

Informan : “Ya siapa sih yang nggak pernah kalah sama Lucy ?! Semua juga kalah sama Lucy.”

“Jadi ... Dalam hal ini ya kenapa sih diprotes, gitu lho. Kalau menurut saya bukan dia ingin berbuat apa lagi. Nggak. Tapi ya sudahlah, gitu.”

4.1.3.4.4 Pengungkapan Implikatur Percakapan dari Dua Ujaran