• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user

4. Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Mengoptimalkan Hasil Belajar Lompat Jauh gaya Jongkok

a. Hakikat Modifikasi Alat Bantu Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Ditinjau dari aspek-aspek modifikasi Alat Bantu pembelajaran pendidikan jasmani, modofikasi alat bantu pembelajaran pendidikan jasmani merupakan modifikasi lingkungan pembelajaran. Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2007: 7) menyatakan, “Modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran meliputi:

commit to user

(1) peralatan, (2) penataan ruang gerak dalam berlatih, (3) jumlah siswa yang terlibat dan, (4) organisasi atau formasi berlatih”.

Pendapat tersebut menunjukkan, modifikasi lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani mencakup: peralatan, penataan ruang gerak dalam berlatih, jumlah siswa yang terlibat dan organisasi atau formasi berlatih. Dari modifikasi lingkungan pembelajaran guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang

digunakan untuk melakukan skill atau keterampilan yang dipelajari. Misalnya,

berat ringannya, besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya peralatan yang digunakan. Lebih lanjut Rusli Lutan dan Adang Suherman (2007: 75: menyatakan:

Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat keberhasilan. Manakala kondisi sebenarnya menjadi penghambat belajar keterampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut

tidak merusak integritas skill yang dipelajarinya.

Memodifikasi alat bantu dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada prinsipnya sebagai solusi jika dalam pembelajaran pendidikan jasmani mengalami hambatan atau kesulitan. Hal ini disebabkan karena penggunaan peralatan yang sebenarnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani siswa tidak mampu melaksanakan. Jika ditinjau dari prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan, modifikasi peralatan merupakan bentuk pembelajaran yang dilakukan dari cara yang mudah atau sederhana, yang selanjutnya secara bertahap ditingkatkan ke tingkat yang lebih sulit atau kompleks. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1996: 76) menyatakan:

Berdasarkan pertimbangan tingkat kesulitan dan tingkkat kompleksitas , penyusunan materi pembelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip: 1) Dimulai dari materi belajar yang mudah ditingkatkan secara

berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar.

2) Dimulai dari materi belajar yang sederhana dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang kompleks.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, modifikasi sarana pembelajaran pendidikan jasmani sangat penting dilakukan dalam pembelajaran

pendidikan jasmani. Jika sarana atau peralatan sebagai kendala dalam pembelajaran pendidikan jasmani, maka sarana tersebut dapat dimodifikasi dengan menggunakan alat yang lebih sederhana, sehingga siswa akan lebih mudah melaksanakannya.

Gambar 2. Skematis Tujuan Penjasorkes Sekolah Dasar (Agus Mahendra, 2004: 18)

Berdasarkan skema tujuan pendidikan jasmani sekolah dasar tersebut, maka modifikasi alat bantu akan sangat membantu untuk mencapai tujuan Penjasorkes tersebut. Untuk mencapai tujuan Penjasorkes tersebut, maka guru harus aktif menciptakan suasana belajar yang baik, sehingga tujuan kognitif dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan psikomotorik seorang guru harus inovatif menciptakan kondisi pembelajaran yang variatif agar siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang diterimanya. Dan hal yang tak kalah pentingnya bahwa, seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian tujuan pendidikan jasamni akan tercapai dengan efektif. Tercapainya tujuan pendidikan jasmani akan sangat membantu pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan.

PEMBELAJARAN PENJASORKES KOGTITIF x Konsep gerak x Arti sehat x Memacahkan masalah x Kritis, cerdas PSIKOMOTOR x Gerak dan keterampilan x Kemampuan fisik dan motorik x Perbaikan fungsi organ tubuh AFEKTIF x Menyukai kegiatan fisik x Merasa nyaman dengan diri sendiri. x Ingin terlibat dalam pergaulan sosial

commit to user

b. Macam-Macam Pembelajaran Lompat dengan Modifikasi Alat Bantu

Lompat jauh merupakan suatu keterampilan yang memilikli unsur gerakan cukup kompleks. Oleh karena itu, dalam membelajarkan lompat jauh gaya jongkok harus disesuaikan dengan karaktersitik peserta didik. Karena siswa sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak yang memiliki sifat bermain, maka pembelajaran lompat jauh harus bersifat menyenangkan. Agus Mahendra (2004: 7-8) menyatakan, “Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri”. Sedangkan Yudha M. Saputra (2001: 6) berpendapat, “Kegiatan bermain sangat disukai oleh siswa. Bermain yang dilakukan secara tertata mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan siswa. Bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga bagi siswa. Pengalaman itu bisa membina hubungan dengan sesama teman dan menyalurkan perasaan tertekan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam pembelajaran pendidikan jasmani termasuk pembelajaran lompat jauh harus menggembirakan dengan bentuk bermain atau permainan. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan modifikasi alat bantu yaitu, pembelajaran lompat dengan bermain. Mochamad A. Djumidar A. Widya (2004: 65) menyatakan:

Tujuan pembelajaran melompat adalah untuk meningkatkan kemampuan fisik atau meningkatkan suatu kondisi yang optimal, seperti meningkatkan kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan dan ketangkasan. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam pembelajaran melompat antara lain: 1) Menggunakan tali

2) Menggunakan balok-balok 3) Menggunakan simpai rotan 4) Menggunakan kotak/box 5) Menggunakan bangku Swedia 6) Ban bekas kendaraan roda empat

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran lompat dengan modifikasi alat bantu dapat menggunakan berbagai macam peralatan

seperti tali, balok, kotak, simpai, bangku Swedia, matras dan ban bekas mobil. Dari alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran lompat tersebut dikonsep dalam bentuk permainan yang mengarah pada karakteristik gerakan lompat jauh. Mochamad Djumidar A. Widya (2004: 66-72) memberikan contoh pembelajaran melompat sebagai berikut:

1) Lompat menggunakan tanda dan tali

Siswa belajar lompat tanpa menentukan tempat tumpuan, namun bidang pendaratan diberi tanda agar siswa dapat menjadikan tanda tersebut menjadi suatu tingkat keberhasilan dalam lompatan. Pelaksanaan sebagai berikut :

a) Siswa dibagi menjadi dua kelompok

b) Masing-masing kelompok barisan paling depan bersiap-siap berlari menuju bak lompat menunggu aba-aba peluit.

Gambar 3. Pembelajaran Lompat Menggunakan Tanda dan Tali (Mochamad A. Djumidar A Widya, 2004: 66) 2) Lompat menggunakan tali dengan diatur ketinggiannya

Pada pembelajaran ini siswa dirangsang untuk melakukan lompatan agar badan terangkat ke atas depan dengan cara melewati tali yang dibentangkan dengan ketinggian 30 cm, 40 cm, 50 cm diatur ketinggiannya. Pelaksanaan sebagai berikut :

a) Siswa dibagi menjadi dua kelompok

b) Masing-masing kelompok barisan paling depan bersiap-siap berlari menuju bak lompat menunggu aba-aba peluit.

Gambar 4. Pembelajaran Lompat dengan Melewati Ketinggian Tali (Mochamad A. Djumidar A Widya, 2004: 67)

commit to user

3) Lompat dengan mendarat di dalam lingkaran

Alat yang digunakan ban bekas Tujuannya untuk memberikan kemampuan menerka tingkat keterampilan yang dimiliki siswa. Pelaksanaan sebagai berikut :

a) Siswa dibagi mejadi dua kelompok

b) Para siswa disuruh melakukan lompatan dan mendarat pada lingkaran yang dimaksud

Gambar 5. Pembelajaran Lompat dengan Mendarat di Dalam Lingkaran (Mochamad A. Djumidar A Widya, 2004: 67)

4) Lompat melewati kotak mendarat dalam lingkaran

Kotak ditata dengan ketinggian tertentu di dalam bak pasir dan di depan kotak diletakkan lingkaran untuk pendaratan. Pelaksanaan sebagai berikut :

a) Siswa dibagi menjadi dua kelompok.

b) Siswa melakukan awalan secukupnya dan berusaha melompat setinggi mungkin melewati kotak dan mendarat di dalam lingkaran.

Gambar 6. Pembelajaran Lompat dengan Melewati Kotak (Mochamad A. Djumidar A Widya, 2004: 68)

Dokumen terkait