• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Desain Unit Pengolahan Udang Beku dapat dilihat pada Gambar 51

3.4.3 Monitoring Hasil Perikanan

Kegiatan monitoring hasil perikanan ditargetkan untuk menghasilkan 2966 data bahan baku dan produk hasil perikanan di Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan pasar. Data hasil monitoring ini dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan/rekomendasi bagi Ditjen P2HP untuk melakukan pembinaan terhadap hasil monitoring yang memerlukan tindak lanjut, sekaligus memberi informasi bagi pelaku usaha perikanan tentang ketersediaan bahan baku di UPI dan keragaman produk perikanan yang bermutu di PPI/TPI/pasar tradisional/modern. Bidang teknis yang bertanggung jawab dalam pencapaian target ini adalah Bidang Monitoring Hasil Perikanan, dimana 1224 target data merupakan tanggung jawab Seksi Monitoring Cemaran Biologi dan 1742 target data merupakan tanggung jawab Seksi Monitoring Cemaran Kimia. Target dan capaian data secara lengkap ditampilkan pada Tabel 53.

Tabel 53. Rincian Kegiatan dalam Pencapaian Target Data Monitoring

No Kegiatan Target

6. Monitoring Produk Perikanan di Pasar Modern 585 587 100,34%

Total 2966 3025 101,99%

Bagian selanjutnya dari laporan ini akan menjelaskan lebih detail capaian masing- masing kegiatan, dimulai dengan pembahasan kegiatan nomor 1 s/d 3 yang merupakan tanggung jawab Seksi Monitoring Cemaran Biologi, dilanjutkan dengan pembahasan kegiatan nomor 4 s/d 6 yang merupakan tanggung jawab Seksi Monitoring Cemaran Kimia.

3.4.3.1 Monitoring Bahan Baku Komoditas Industrialisasi di UPI 3.4.3.1.1 Monitoring Bahan Baku UPI Bandeng dan Rumput Laut

Monitoring bahan baku di UPI bandeng dan rumput laut pada T. A. 2013 telah terlaksana di 17 lokus dengan capaian data sebanyak 616 data (102,67%) dari 600 data yang

adalah Banten, Bekasi, Brebes, Demak, Gresik, Karawang, Kendal, Pati, Pemalang, Sidoarjo, Tarakan, dan Makassar, sedangkan lokus monitoring bahan baku rumput laut adalah Brebes, Depok, Gorontalo, Kupang dan Mataram.

Dari aspek produktivitas, masih banyak kelompok pengolah/UPI/UMKM yang belum bekerja secara optimal karena belum memenuhi target kapasitas produksi terpasang yang direncanakan. Berdasarkan hasil uji Angka Lempeng Total (ALT), bahan baku bandeng yang memenuhi syarat sebanyak 90,3% dan produk olahan bandeng yang memenuhi syarat sebanyak 83,1%, sehingga perlu pembinaan terhadap proses pengolahan dan mutu bahan baku serta produk.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuisioner, bahan baku rumput laut berasal dari pembudidaya (74%), pengumpul (13%), serta dari pembudidaya dan pengumpul (13%).

Jenis rumput laut yang digunakan adalah Eucheuma cottonii (80%), Gracillaria (13%), serta Eucheuma cottonii dan Gracillaria (7%). Ketersediaan bahan baku rumput laut 100% dapat terpenuhi artinya tidak ada kendala dalam pasokan bahan baku rumput laut. Produktivitas yang masih dibawah 50% ditemukan di 5 kelompok pengolah/UPI/UMKM (33,33%). Hasil uji organoletik menunjukkan bahwa 42,85% bahan baku tidak memenuhi syarat.

Produk yang diuji secara score sheet hanya ada dua yaitu agar-agar kertas dan Semi Refined Caragenan (SRC). Hasil uji score sheet menunjukkan bahwa produk agar-agar kertas belum memenuhi syarat. Pengujian produk yang lain adalah dengan menggunakan uji deskripsi karena belum ada SNI mengenai produk tersebut. Dokumentasi kegiatan monitoring bahan baku di UPI bandeng dan rumput laut ditampilkan pada Gambar 61.

Wawancara dengan Bapak Dedy pemilik UMKM Bandeng

Kendal

Proses pencetakan kerupuk dengan menggunakan alas gelas

secara manual

Produk akhir jus dan kemasan produk kelompok Winner Gambar 61. Dokumentasi Kegiatan Monitoring Bahan Baku di UPI Bandeng dan

Rumput Laut

3.4.3.1.2 Monitoring Bahan Baku UPI Patin dan Tuna Tongkol Cakalang (TTC)

Kegiatan monitoring bahan baku UPI patin dan TTC yang dilaksanakan di 11 lokus menghasilkan 305 data (115,53%), melebihi target 264 data yang direncanakan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di 7 lokus patin yaitu Batanghari, Kampar, Jambi, Kuantansingingi, Muaro Jambi, Palembang, Pelalawan dan 4 lokus TTC yaitu Ambon, Bitung, DKI Jakarta dan Palabuhanratu.

Pengelompokan dan analisis data dilakukan berdasarkan parameter yang telah ditetapkan guna mengetahui ketersediaan bahan baku UPI Patin dan TTC serta mutunya.

Parameter kegiatan meliputi bahan baku (asal pasokan, jenis, ukuran dan harga), volume (kebutuhan bahan baku, volume pasokan, kapasitas terpasang, kapasitas produksi), produk akhir (jenis produk, volume penjualan, harga penjualan dan omzet), kemasan (asal kemasan, harga kemasan, bahan kemasan) dan label (harga, barcode, AKG, kode produksi, kadaluarsa, P.IRT, BPOM, Depkes, Halal MUI, netto, komposisi dan produsen), sarana prasarana, dan hasil uji ALT (bahan baku dan produk).

Hasil monitoring menunjukkan bahwa 23 kelompok pengolah/UPI/UMKM Patin tidak mengalami kekurangan bahan baku. Lima kelompok pengolah/UPI/UMKM (21,74%) yang produktivitasnya optimal yaitu Poklah Dua Sepakat, Wanita Karya dan Cahaya yang berasal dari Kuantansingingi dan Poklah Tunas Baru dan Padik Lestari yang berasal dari Muarajambi.

Delapan belas Poklah/UPI/UMKM (78,26%) produktivitasnya belum optimal.

Hasil monitoring bahan baku UPI TTC menunjukkan bahwa terdapat 3 UPI (20%) skala industri yang kekurangan bahan baku dari 15 Poklah/UPI/UMKM yang dimonitoring yaitu PT. Nusantara Alam Bahari (produktivitas 55%), PT. Graha Insan Sejahtera (produktivitas 40%) dan PT. Gabungan Era Mandiri (produktivitas 33%). Poklah/UPI/UMKM TTC yang produktivitasnya belum optimal sejumlah 8 Poklah/UPI/UMKM (53,33%).

Produktivitas Poklah/UPI/UMKM yang produktivitasnya masih belum optimal umumnya disebabkan oleh kurangnya modal, keterampilan SDM, serta sarana dan prasarana.

Berdasarkan hasil uji ALT bahan baku patin yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 9 contoh (39,13%), dan produk olahan patin yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 contoh (8,33%) sehingga perlu pembinaan terhadap proses pengolahan dan mutu bahan baku serta produk.

Dokumentasi kegiatan monitoring dapat dilihat pada Gambar 62.

Proses penyiangan bahan baku ikan patin dari UPI Putra Niaga

dilakukan di atas meja

Pengambilan Contoh Patin di Karamba Milik Ibu Merianti, di

Sungai Batanghari

Wawancara dan pengisian kuisioner dengan Bapak Supandi UMKM Slamet Mandiri Gambar 62. Dokumentasi Kegiatan Monitoring Bahan Baku di UPI Patin dan Tuna

Tongkol Cakalang (TTC)

3.4.3.1.3 Monitoring Bahan Baku UPI Pindang

Kegiatan monitoring bahan baku UPI pindang dilaksanakan di masing-masing 5 UPI/UMKM pada 8 lokus yaitu Medan, Bogor, Palabuhanratu, Rembang, Kendal, Pati, Trenggalek dan Klungkung. Wawancara, pengisian kuesioner dan pengambilan contoh yang dilaksanakan di pengolah pindang/UMKM di 8 lokus tersebut menghasilkan 360 data (100%).

Pengelompokan dan analisis data dilakukan berdasarkan parameter yang telah ditetapkan guna mengetahui ketersediaan bahan baku UPI pindang serta mutunya.

Pengelompokan data terdiri dari 9 parameter antara lain (1) bahan baku, meliputi asal, jenis, ukuran dan harga; (2) volume, meliputi kebutuhan bahan baku, volume pasokan, kapasitas terpasang dan kapasitas produksi; (3) pemasaran, meliputi tujuan pemasaran, volume penjualan, harga jual dan omzet; (4) kemasan dan label, meliputi bahan, asal, harga beli dan informasi label (harga, barcode, AKG, kode produksi, kadaluarsa, P.IRT, BPOM, Depkes, halal MUI, netto, komposisi dan produsen); (5) sarana dan prasarana; (6) sanitasi dan hygiene; (7) data mutu, meliputi hasil uji ALT bahan baku; (8) data mutu, meliputi hasil uji ALT produk;

(9) data mutu, meliputi hasil uji formalin bahan baku.

Hasil monitoring bahan baku UPI pindang menunjukkan bahwa 4 UPI/UMKM (10%) dari 40 UPI/UMKM mengalami kekurangan bahan baku: UMKM Bahari Hasta Asih-Rembang (kekurangan bahan baku 1 ton/hari), UMKM Dadi Mulyo (kekurangan bahan baku 1-2 ton/hari), Pengolah Pindang Yudi Prihandoko-Pati (kekurangan bahan baku 3 ton/hari) dan UMKM UD. Puspitasari-Pati (kekurangan bahan baku 17,5 ton/hari).

Daerah dengan kapasitas produksi pindang tertinggi adalah Pati dengan kapasitas produksi rata-rata 6760 kg/hari. Produktivitas pengolah pindang di 8 lokus umumnya (pada 28 UMKM dari 40 UMKM) lebih dari 50%. Produktivitas tertinggi adalah pada daerah Kendal (100%).

Hasil pengujian formalin terhadap bahan baku menunjukkan 21 contoh positif mengandung formalin (53%) dari 40 contoh bahan baku yang diambil di 8 lokus. Hasil pengujian ALT bahan baku tidak ada yang melebihi batas maksimal yang dipersyaratkan oleh SNI pindang 2717.1:2009, sedangkan hasil pengujian ALT produk menunjukkan 1 contoh (2%) yang melebihi batas maksimal yaitu pindang layang yang diambil dari UMKM UD. Sinar Laut-Bogor dengan nilai ALT >500.000 koloni/gram.

Sarana dan prasarana serta sanitasi dan hygiene keseluruhan aspek produksi 40 pengolah pindang di 8 lokus tergolong masih kurang baik sehingga diperlukan bantuan dan pembinaan guna peningkatan kualitas dan pertumbuhan industri pengolahan pemindangan.

Dokumentasi kegiatan monitoring bahan baku UPI pindang dapat dilihat pada Gambar 63.

Ruang Proses Pemindangan Bahan baku yang didapat dari TTPI Tasik Agung, diolah di UPI

Lovy Putra

Pindang yang telah selesai direbus milik pengolah Ibu

Astuti Gambar 63. Dokumentasi Kegiatan Monitoring Bahan Baku UPI Pindang

3.4.3.2 Monitoring Bahan Baku dan Produk di Pasar

3.4.3.2.1 Monitoring Produk Perikanan di Pasar Tradisional

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan monitoring dan pendataan terhadap produk perikanan di pasar tradisional berdasarkan parameter jenis/jumlah produk, volume pasokan/volume penjualan, jenis bahan kemasan dan sarana dan prasarana, termasuk melakukan monitoring terhadap mutu produk perikanan melalui uji formalin dan organoleptik.

Monitoring produk perikanan di pasar tradisional dilaksanakan di 11 lokus untuk mendapatkan 605 data dengan rincian: 220 data pasar dan 385 data mutu produk perikanan di pasar tradisional. Jumlah pasar tradisional yang disurvey dari 11 lokus yang meliputi Bandung, Palangkaraya, Pekanbaru, Medan, Mataram, Semarang, Jakarta, Surabaya, Palembang, Balikpapan dan Makassar masing-masing berjumlah 5 pasar.

Dokumen terkait