• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Definisi Operasional

1. Montessori

BAB II

KAJIAN TEORI

Bab II membahas tentang kajian pustaka, penetiian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian teori membahas tentang Montessori, alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka, matematika, alat peraga, dan tingkat kepuasan.

1. Montessori

Sub bab ini membahas mengenai riwayat Montessori, metode Montessori, dan karakteristik alat peraga Montessori.

a. Riwayat Montessori

Pendidikan Montessori merupakan karya dari Maria Montessori. Maria Montessori lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 di kota Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia Utara. Pada tahun 1896, Maria Montessori memperoleh gelar dokter Doctor of Medicine di Italia dan menjadikan dia sebagai wanita pertama dalam sejarah Italia yang mendapatkan gelar doktor. Montessori bekerja di klinik psikiatrik Universtas Roma yang pekerjaannya berhubungan dengan masalah anak-anak yang terbelakang mental. Montessori terkesan dengan program yang menginstitusionalisasikan anak-anak terbelakang mental yang lapar akan pengalaman, dia merasa bahwa mereka mampu diajarkan selayaknya anak-anak

normal (Crain, 2007: 97). Pengalaman tersebut membangkitkan Montessori menjalani hidup untuk mempelajari ilmu pendidikan.

Pada tahun 1907, Montessori mendirikan sebuah sekolah di Roma yang diberi nama “Casa dei Bambini” artinya Rumah Anak (Montessori, Metode Montessori, terjemahan Ahmad Lintang, 2013: 22). Montessori memulai ekperimennya selama 2 tahun di Casa dei Bambini yang diterapkan untuk anak usia 3 sampai 6 tahun. Casa dei Bambini didirikan untuk memberikan pengasuhan bagi anak yang orang tuanya bekerja dan tidak dapat mengasuh anak-anaknya (Magini, 2013: 47).

Casa dei Bambini memiliki seorang direktris, dokter dan pengasuh (Montessori, Metode Montessori, terjemahan Ahmad Lintang, 2013: 163). Direktris adalah seorang guru yang bertugas mendidik anak-anak di Casa dei Bambini. Anak-anak yang dulu sangat liar dan pemberontak ternyata memiliki ketertarikan yang sangat besar pada alat peraga Montessori (Magini, 2013: 48). Anak-anak secara sepontan ingin bermain dengan alat peraga Montessori. Alat peraga membuat anak-anak menjadi lebih komunikatif, dapat bersosialisasi, dan terlihat lebih bahagia.

Montessori (2002: 108) menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran di Casa dei Bambini adalah singkat, sederhana dan objektif. Singkat berarti pelajaran yang diberikan harus singkat. Pendidik harus mempertimbangkan bobot kata-kata yang akan diucapkan untuk menilai perlu tidaknya kata-kata tersebut. Sederhana berarti kata-kata yang digunakan harus sederhana dan mengacu pada kebernaran.

Objektif berarti guru tidak boleh menarik perhatian anak kepada dirinya melainkan hanya kepada objek yang ingin terangkan.

Tahun 1913 ide-ide Montessori mulai berkembangan dan mengubah arah pendidikan di seluruh dunia sehingga menjadi salah satu wanita terkenal. Lima tahun berikutnya dia mulai dilupakan karena ide-idenya terlalu ekstrem bagi arus utama paham pendidikan. Tahun 1960-an, karya Montessori di bidang pendidikan sekali lagi menarik perhatian para psikolog, pendidik dan masyarakat umum (Lillard dalam Crain, 2007: 99). Montessori meninggal di Belanda tahun 1952 pada umur 81 tahun.

b. Metode Montessori

Metode pembelajaran Montessori adalah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Maria Montessori. Crain (2007: 99) menyatakan bahwa metode Montessori mengajarkan anak untuk belajar dengan cara mereka sendiri berdasarkan dorongan dari kedewasaan diri mereka. Metode Montessori merupakan sebuah pemikiran mengoptimalkan panca indera anak.

Metode Montessori menekankan pada lingkungan pembelajaran yang disusun sesuai dengan minat dan keinginan anak. Lingkungan yang dipersiapkan memberikan kebebasan untuk memilih mengerjakan tugas sesuai dengan keinginannya. Tugas yang dipilih akan memenuhi kebutuhan batiniah mereka dan mengaktifkan fungsi dari panca indera untuk mempelajari suatu hal dengan menggunakan alat peraga yang sudah disediakan. Kegiatan belajar mengajar memanfaatkan berbagai alat peraga (Magini, 2013: 50). Alat peraga tersebut dirancang untuk melatih kepekaan indera dan keterampilan fisik siswa.

“Seorang anak menjadi bebas kecuali telah mandiri” (Montessori, Metode Montessori, terjemahan Ahmad Lintang, 2013: 181). Seorang anak diberikan kebebasan melakukan aktivitas sesuai dengan kebutuhan batiniah sehingga menjadi pribadi yang mandiri dan disiplin. Kedisiplinan muncul melalui kemerdekaan atau kebebasan, jika disiplin dilandaskan pada kemerdekaan atau kebebasan maka disiplin harus bersifat aktif. Anak yang disiplin dapat menguasai diri dan mampu mengatur perilakunya ketika diperlukan untuk mengikuti sejumlah peraturan dalam kehidupan (Montessori, Metode Montessori, terjemahan Ahmad Lintang, 2013: 173).

Seorang guru memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan kegiatan sesuai dengan minatnya tetapi walaupun demikian guru tetap memperhatikan kondisi belajar anak tersebut. Lingkungan yang dirancang dengan minat siswa mampu memberikan kepuasan batin bagi anak. Anak memandang lingkungan sebagai tempat yang nyaman bagi mereka. Lingkungan yang rapi mampu menunjukkan perubahan sikap dalam diri seorang anak.

c. Karakteristik Alat Peraga Montessori

Montessori menjelaskan alat peraga memiliki karateristik yaitu menarik, bergradasi, auto-corretion, dan auto-education (Montessori, 2002 : 170-176). Alat peraga yang menarik merupakan alat peraga yang mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Alat peraga dibuat lembut dan warna yang ditampilkan cerah (Montessori, 2002: 174). Siswa dapat belajar dengan menyentuh, meraba, memegang, dan merasakan.

Alat peraga Montessori memiliki rangsangan dengan gradasi yang rasional (Montessori, 2002: 175). Magini (2013: 49) mengutarakan seorang gadis kecil yang berusia tiga tahun mengambil balok silinder dan mencoba memasangkannya secara bergradasi dan membongkar pasangan balok silinder sebanyak empat puluh dua kali. Alat peraga balok silinder memiliki ukuran yang berbeda-beda. Anak akan belajar memasangkan balok silinder kedalam lubang-lubang kayu sampai memperoleh bentuk yang pas.

Auto-corretion merupakan alat peraga yang mempunyai pengendali kesalahan. Anak mampu mengetahui kesalahannya sendiri tanpa diberitahukan orang lain. Hal yang sama dengan alat peraga balok silinder, siswa akan menggunakan alat tersebut sampai memperoleh bentuk dan ukuran yang pas. Siswa akan melakukan secara berulang-ulang sampai dia berhasil. Selain alat peraga, lingkungan setempat dalam pembelajaran Montessori dipersiapkan dengan memiliki pengendali kesalahan misalnya kursi, dan meja yang digunakan oleh anak-anak (Montessori, 2002: 83).

Karakteristik alat peraga Montessori yang terakhir adalah auto-education. Alat peraga yang diciptakan memungkinkan anak belajar mandiri dan berkembang dalam kegiatan pembelajaran tanpa campur tangan orang dewasa (Montessori, 2002: 172). Guru sebagai pengamat, memperhatikan belajar anak-anak dan memperkirakan kebutuhan khusus dengan melihat kondisi kesiapan siswa (Crain, 2007: 100).

Peneliti bersama kelompok studi menambahkan satu karaterstik Montessori yaitu kontekstual. Webster’s New World Distionary (dalam Johnson, Contextual

Teaching & Learning, terjemahan Ibnu, 2010: 83) menyebutkan “konteks” berasal dari kata kerja latin contexere yang berarti “keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri dan terjalin bersama. Pada awalnya, alat peraga Montessori disesuaikan dengan lingkungan di Roma, Italia. Karakteristik kontekstual ditambahkan dalam penelitian ini bahwa alat peraga diciptakan dengan menyesuaikan bahan-bahan di lingkungan sekitar. Konteks lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Bahan dasar dari pembuatan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka adalah kayu yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik alat peraga Montessori hasil modifikasi memiliki karakteristik yaitu

auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction dan kontekstual.

Dokumen terkait