BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3. Motivasi
3.5 Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang seksama tentang upaya yang
mendorong motivasi belajar siswa, khususnya pada sekolah yang menganut
pandangan demokrasi pendidikan dan yang mengacu pad pengembangan self-
motivation. Kenneth H. Hoover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi
belajar sebagai berikut :
3.5.1 Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat
menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat
menghargai apa yang telah dilakukan.
3.5.2 Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)
yang perlu mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud
dalam bentuk yang berbeda-beda. Siswa yang dapat memenuhu
kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar
hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
Motivasi yang bersumber dari dalam diri sendiri lebih efektif dari
pada motivasi yang berasal dari luar. Motivasi dari dalam memberi
kepuasan kepada individu sesuai dengan ukuran yang ada dalam
diri siswa itu sendiri.
a. Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan)
perlu dilakukan penguatan (reinforcemant).
b. Motivasi mudah belajar kepada orang lain. Guru yang berminat
antusias pula, yang pada gilirannya akan mendorong motivasi
rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.
c. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang
motivasi belajar. Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar
dan pembelajaran yang hendak dicapainya. Maka perbuatan
belajar ke arah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya
dorongnya menjadi lebih besar.
d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan
menimbulkan minat yang besar untuk melaksanakannya dari
pada tugas-tugas yang dipaksanakan dari luar.
e. Ganjaran yang bersalah dari luar kadang-kadang diperlukan dan
cukup efektif untuk merangsang minat belajar. Dorongan berupa
pujian, penghargaan, oleh guru terhadap keahlian siswa dalam
belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih
aktif.
f. Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah
efektif untuk memelihara minat siswa. Strategi pembelajaran
yang dilaksanakan secara bervariasi dapat menciptakan suasana
yang menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih
mendorong motivasi belajar.
g. Minat khusus yang dimiliki siswa bermanfaat dalam belajar dan
untuk mempelajari bidang studi atau dihubungkan dengan
masalah tertentu dalam bidang studi.
h. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat
belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi
siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat
kemampuan.
i. Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat
membantu siswa belajar menjadi lebih baik. Keadaan emosi
yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih enegrik.
j. Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar,
akan menggangu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya
akan terarah pada hal lain.
k. Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat
menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat menyebabkan
demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar.
l. Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Ada siswa yang mengalami kegagalan
justru tumbuh semangatnya untuk belajar lebih rajin lagi, ada
pula siswa yang terlalu mengalami keberhasilan justru menjadi
cemas terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan belajar.
m.Pengaruh kelompok pada umumnya lebih efektif dalam motivasi
n. Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas.
Dengan strategi pembelajaran tertentu, motivasi belajar dapat
ditujukan kearah kegiatan-kegiatan kreatif.
3.6 Fungsi Motivasi
Dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku, motivasi
memiliki beberapa fungsi antara lain (Dermawan, 2008) :
3.6.1 Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat
Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam
kegiatannya.
3.6.2 Motivasi sebagai penentu arah perbuatan
Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang
benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya.
3.6.3 Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan
Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk
memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.
3.6.4 Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi
Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan.
3.7 Bentuk-Bentuk Motivasi
3.7.1 Memberi Angka
Angka adalah deret ukur yang bisa dijadikan motivasi belajar untuk
dapat meraihnya. Angka yang tinggi tidak bisa dijadikan patokan
dengan dengan dilaksanakannya nilai-nilai yang sesuai dengan
pencapaian angka yang tinggi tersebut.
3.7.2 Memberi Hadiah
Hadiah bisa dijadikan sebagai motivasi bagi individu untuk
melakukan suatu kegiatan. Hadiah merupakan salah satu bentuk
penguatan untuk seseorang untuk sungguh-sungguh melaksanakan
kegiatannya.
3.7.3 Menjadikan Kompetisi
Dengan adanya kompetisi peserta didik akan saling memacu diri
untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.
3.7.4 Memberi Evaluasi
Evaluasi akan memberikan gambaran sejauh mana peserta didik
mampu menerima informasi yang telah disampaikan oleh pengajar
dan merupakan satu hal yang akan memotivasi peserta didik untuk
dapat belajar.
3.7.5 Memberikan Pujian
Pujian merupakan bentuk reinforcement bagi peserta didik yang
telah berhasil melalui suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan
harus pada waktu dan kejadian yang tepat sehingga pujian akan
berdampak sebagai motivasi belajar bagi peserta didik.
3.7.6 Memberikan Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement negatif. Hukuman akan
Hukuman yang tepat akan membuat peserta didik menyadari akan
kesalahan yang telah diperbuat dan memperbaiki kesalahan
menjadi keberhasilan yang tertunda.
Menurut Haryani (2008) motivasi mahasiswa kuliah di suatu jurusan
tertentu berpengaruh terhadap hasil akhir dari pendidikan. Suatu tindakan
yang tidak didasari motivasi yang kuat akan dilakukan dengan tidak sungguh-
sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa suatu
hasil yang baik.
4. Remaja
4.1 Defenisi Remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa antara
usia 13-20 tahun (Potter 2005).
Santrock (1993) mendefenisikan remaja sebagai periode transisi
perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mencakup aspek
biologik, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara 10-19 tahun.
Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun) yang ditandai
dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan
kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari
identitas dirii, masa remaja pertengahan (15-16 tahun) yang merupakan masa
yang ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa,
remaja akhir (17-19 tahun) yang ditandai pertumbuhan biologis sudah
melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain tetapi emosi,
minat, konsentrasi, dan cara berpikir mulai stabil serta kemauan untuk
menyelesaikan masalah sudah meningkat (Sarwono, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa remaja
adalah merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa
dewasa dimulai dari usia 10-19 tahun.
4.2 Karakteristik Masa Remaja
Karakteristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam
menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara
lainmenilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan
kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :
4.2.1 Menilai rasa identitas pribadi
4.2.2 Meningkatkan minat pada lawan jenis
4.2.3 Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh
4.2.4 Memulai perumusan tujuan okupasional
4.2.5 Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga
Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja, diantaranya
adalah :
a. Masa remaja adalah masa peralihan
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan
berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi
sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk
membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan
sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi sangat pesat, perubahan
perilaku dan sikap juga berkembang. Ada 4 perubahan besar yang
terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan
minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi
ambivalen.
c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah
Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini
terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya
sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang
terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa
peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan
kebanyakan orang, dia ingin diperlihatkan dirinya sebagai individu,
sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya
terhadap kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak
menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mangawasi
kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini, akan membuat masa
peralihan remaja dewasa menjadi sulit, karena peran orang tua yang
memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan menimbulkan
pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak di
antara keluarga.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya
sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain,
mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana
yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang
berkembang berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa.
Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan
status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.
Hurlock (1999), pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang
bersifat universal, yaitu meningkatkan emosi, perubahan fisik, perubahan
terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap
ambivalen terhadap setiap perubahan.
Perbedaan karakteristik remaja perempuan dan laki-laki terletak pada
intelegensi wanita yang lebih cemerlang, namun pada intinya wanita itu hampir
laki-laki, kaum wanita lebih praktis, labih langsung, dan lebih meminati segi
kehidupan konkrit, kaum laki-laki disebut sebagai lebih egosentris atu lebih
self-oriented, dan kebanyakan wanita kurang berminat pada masalah-masalah
politik (Kartono, 1992).