• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Minat dan Motivasi Remaja dalam Melanjutkan Pendidikan di Bidang Kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Minat dan Motivasi Remaja dalam Melanjutkan Pendidikan di Bidang Kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN MINAT DAN MOTIVASI REMAJA DALAM

MELANJUTKAN PENDIDIKAN DI BIDANG KESEHATAN

DI SMA NEGERI KOTA TEBING TINGGI

Skripsi

Oleh

Hanna Sefriza Nasution 111121031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

Judul : Gambaran Minat dan Motivasi Remaja dalam Melanjutkan Pendidikan di Bidang Kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi

Nama : Hanna Sefriza Nasution

Nim : 11121031

Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi

Tahun Akademik : 2011/2013

ABSTRAK

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang dalam menentukan pilihannya sedangkan motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku pada pilihannya. Penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode desktiptif, teknik pengambilan sampel dengan Stratified random sampling pada 120 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa remaja SMA Negeri Kota Tebing Tinggi memiliki minat dengan perolehan sebanyak 62 orang (51,7%) dan memiliki motivasi sedang dengan perolehan sebanyak 100 orang (83,3%) dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan. Bagi pendidikan keperawatan menanamkan dan mengasah minat remaja untuk melanjutkan pendidikannya sangat diperlukan terutama di bidang kesehatan sehingga ilmu yang didapat di Perguruan Tinggi sesuai dengan pilihan atau minat dalam diri.

(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi”.

Shalawat beriring salam tidak lupa pula penulis panjatkan kepada Nabi

Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke

alam yang berilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat

sekarang ini.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan mata kuliah skipsi II. Dalam penyusunan skripsi ini penulis

banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya

bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi

penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Mahnum Lailan Nst, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang banyak

(5)

4. Ibu Siti Zahara Nst, S.Kp, MNS selaku penguji 1dan Ibu Roxsana D.T, S.Kep,

Ns, MNurs (MntlHlth) selaku penguji 2 skripsi.

5. Dewan Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

6. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda serta anggota keluarga lainnya yang

telah banyak memberikan dp’a, nasehat, materi dan dorongan moril sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Buat kakak, adik dan semua keluarga serta teman terdekat Dedi Yariski Sbl

yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Teman-teman sejawat angkatan 2011 yang selalu memberikan bantuan,

motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan

datang.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu

dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis

berharap mudah-mudahan proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan penulis khususnya.

Medan, Februari 2013

(6)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pendidikan ... 6

1.1Defenisi Pendidikan ... 6

1.2Tujuan Pendidikan ... 7

1.3Klasifikasi Pendidikan ... 7

1.4Pendidikan di Bidang Kesehatan ... 8

2. Minat ... 12

2.1Defenisi Minat ... 12

2.2Kriteria Minat ... 12

2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi minat... 13

2.4Pentingnya minat ... 15

2.5Macam Minat pada Remaja ... 16

3. Motivasi ... 20

3.1Defenisi Motivasi ... 20

3.2Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ... 20

3.3Teori-teori Motivasi ... 22

(7)

3.5Motivasi Belajar ... 26

3.6Fungsi Motivasi ... 29

3.7Bentuk-bentuk motivasi ... 29

4. Remaja ... 31

4.1Defenisi Remaja ... 31

4.2Karakteristik Remaja ... 32

4.3Tugas Perkembangan Remaja ... 35

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka konseptual ... 36

2. Defenisi operasional ... 37

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN 1. Desain penelitian ... 39

2. Populasi dan sampel ... 39

2.1Populasi ... 39

2.2Sampel ... 39

3. Lokasi dan waktu penelitian... 40

4. Pertimbangan etik ... 41

5. Instrumen penelitian ... 42

6. Uji validitas dan reliabilitas ... 44

7. Pengumpulan data ... 45

8. Analisa data ... 46

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian ... 47

1.1Data demografi responden ... 47

1.2Gambaran minat remaja melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan ... 49

1.3Gambaran motivasi remaja melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan ... 49

2. Pembahasan ... 50

(8)

2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Lembar PersetujuanMenjadi Responden

2. Petunjuk Pengisian Kuesioner (Informen Consent) 3. Kuesioner Penelitian

4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi 6. Surat Izin Penelitian dari SMA Negeri 3

7. Surat Izin Penelitian dari SMA Negeri 4 8. Surat Balasan Penelitian dari SMA Negeri 3 9. Surat Balasan Penelitian dari SMA Negeri 4 10.Surat Validitas

11.Hasil Reliabilitas

12.Hasil Tabulasi Data Hasil Penelitian 13.Jadwal Penelitian

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi siswa SMA Negeri Kota Tebing Tinggi berdasarkan data demografi responden... 48

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi minat remaja untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan... 49 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi motivasi remaja untuk melanjutkan pendidikan

(11)

Judul : Gambaran Minat dan Motivasi Remaja dalam Melanjutkan Pendidikan di Bidang Kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi

Nama : Hanna Sefriza Nasution

Nim : 11121031

Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi

Tahun Akademik : 2011/2013

ABSTRAK

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang dalam menentukan pilihannya sedangkan motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku pada pilihannya. Penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode desktiptif, teknik pengambilan sampel dengan Stratified random sampling pada 120 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa remaja SMA Negeri Kota Tebing Tinggi memiliki minat dengan perolehan sebanyak 62 orang (51,7%) dan memiliki motivasi sedang dengan perolehan sebanyak 100 orang (83,3%) dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan. Bagi pendidikan keperawatan menanamkan dan mengasah minat remaja untuk melanjutkan pendidikannya sangat diperlukan terutama di bidang kesehatan sehingga ilmu yang didapat di Perguruan Tinggi sesuai dengan pilihan atau minat dalam diri.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan masyarakat Indonesia berjalan semakin hari semakin cepat

searah dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,

negara kita memerlukan adanya tenaga yang terampil dan ahli dalam bidangnya

masing-masing untuk membangun negara yang maju. Penguasaan ilmu

pengetahuan, teknologi, sikap mental dan jiwa salah satunya dapat diperoleh

melalui jalur pendidikan. Bidang pendidikan merupakan prioritas utama yang

mempunyai peranan yang penting bagi perkembangan dan kemajuan bangsa

(Anggaraeni, 2010).

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis bagi perkembangan dan

perwujudan dari individu, pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan pada

hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala kondisi dan

sepanjang hidupnya (Suparman, 2010).

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya yang

akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi

secara adekuat dalam kehidupan masyarakat mulai dari sekolah dasar hingga

(13)

Pertimbangan yang sangat penting dalam melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi yaitu pemilihan jurusan yang tepat. Dalam memilih jurusan perlu

memperhitungkan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, motivasi, bakat,

kepribadian dan lain-lain (Ravenska, 2010).

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk

melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock,

2004). Sedangkan motivasi menurut Greenberg dalam Djaali (2008) adalah proses

membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan.

Motivasi merupakan hal yang melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai

tujuan tertentu.

Pada remaja yang berusia 12 -19 tahun minat dan motivasi merupakan hal

yang mendasari terwujudnya cita-cita. Karakteristik perkembangan normal yang

terjadi pada remaja yaitu dalam menjalankan tugas perkembangannya dalam

mencapai identitas diri dengan menilai diri secara objektif dan merencanakan

sesuatu untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Salah satu tugas

perkembangan pada masa remaja ini adalah meningkatkan minat guna

mempersiapkan jenjang karir (Hurlock, 1999). Motivasi yang kuat mendorong

remaja mencapai tujuan yang telah ditetapkan seperti misalnya menentukan

sekolah/perguruan tinggi yang diinginkan sehingga mereka dapat mengarahkan

tindakan ke arah yang jelas. Perencanaan yang terarah seperti memilih

sekolah/perguruan tinggi yang ingin ditempuh, memiliki metode belajar yang

efektif dan pengaturan waktu yang teratur dalam belajar akan membantu untuk

(14)

pada perencanaan yang telah dibuat agar dapat diterima di sekolah yang sesuai

dengan minat dan kemampuan. Remaja yang telah mampu menetapkan tujuan dan

mempunyai persiapan dan perencanaan dalam bidang pendidikan seperti misalnya

sudah memiliki keputusan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus sekolah menunjukkan remaja tersebut

telah mempunyai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang jelas.

Orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas ditandai dengan minat dan

motivasi kuat (Anggaraeni, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Hafiar (2006) di SMUN 1 Cikeruh Sumedang,

mengenai minat siswa untuk melanjutkan studi didapatkan hasil sebanyak 87,96%

menyatakan berminat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan

persentase paling banyak dari siswa SMUN I Cikeruh yang menjadi responden

dalam penelitian ini berminat melanjutkan studi ke Jurusan Sastra yaitu sebanyak

18,7% dari total 63 responden. Sementara Jurusan Farmasi berada di tempat kedua

sebanyak 9,52%.

Pendidikan di bidang kesehatan juga menarik minat remaja untuk

melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi khususnya di bidang kesehatan.

Salah satunya pendidikan kedokteran, keperawatan, kesehatan masyarakat,

kebidanan, psikologi, farmasi, kedokteran gigi dan ilmu gizi.

Berdasarkan data passing grade tahun 2012 jumlah peminat yang ingin

melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di USU sekitar 3891 orang memilih

(15)

farmasi, 1459 orang memilih ilmu keperawatan, 1139 orang memilih psikologi

dan 3359 orang memilih ilmu kesehatan masyarakat (Junianto, 2012)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa siswa SMA

kelas XII di Kota Tebing Tinggi beberapa diantaranya berminat melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan. Alasan mereka memilih pendidikan di bidang

kesehatan selain dianggap menjamin dalam kemudahan mendapatkan pekerjaan,

keinginan tersebut merupakan cita-cita dan harapan orangtua mereka.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi”.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat dibuat

rumusan masalah.

2.1Bagaimanakah minat remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang

kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

2.2Bagaimanakah motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang

kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

3. Tujuan Penelitian

3.1Tujuan Umum

Mengidentifikasi gambaran minat dan motivasi remaja dalam

melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing

(16)

3.2Tujuan Khusus

3.2.1 Mengidentifikasi gambaran minat remaja dalam melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan.

3.2.2 Mengidentifikasi gambaran motivasi remaja dalam melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Praktek Keperawatan

Agar dapat dikembangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan

minat dan motivasi dalam melanjutkan pendidikan di bidang keperawatan

serta tersaringnya mahasiswa yang sesuai dengan minat dan motivasinya

dalam melanjutkan pendidikan di bidang keperawatan.

4.2 Pendidikan Keperawatan

Dapat menghasilkan individu yang menjalani pendidikan secara

kooperatif dalam menerima dan menyerap ilmu sehingga pendidikan dalam

bidang ilmu keperawatan akan semakin berkembang.

4.3 Penelitian Keperawatan

Perlu digali faktor-faktor lain yang dapat menghambat minat dan

(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

1. Pendidikan

1.1 Defenisi Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan

memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal

agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab (Indrayanto, 2011).

Pendidikan yaitu usaha sadar, terencana, sistematis, berlangsung

terus-menerus, dan menuju kedewasaan (Hartoto, 2009).

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dinyatakan sangat penting

oleh pemerintah, hal tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 dan

berhak untuk diikuti oleh setiap warga negara sesuai ketentuan yang berlaku

pada suatu negara sebagai penerus bangsa.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana

dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam segala aspeknya menuju

terbentuknya kepribadian dan akhlak mulia dengan menggunakan media dan

metode pembelajaran yang tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga

(18)

1.2 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah menambah ilmu pengetahuan baik ilmu alam

maupun ilmu sosial, mengembangkan bakat yang dimiliki, serta dengan

adanya pendidikan maka dapat mewujudkan cita-cita. Sedangkan menurut

negara, pendidikan dapat memajukan kehidupan bangsa karena salah satu

pengaruh terhadap perkembangan suatu negara yaitu melalui pendidikan.

Tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada

segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh

segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan menduduki posisi penting

diantara komponen-komponen pendidikan lainya. Tujuan pendidikan bersifat

normatif, yaitu mengandung unsur-unsur norma bersifat memaksa, tetapi

tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat

diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Sehubungan dengan

fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka menjadi keharusan bagi

pendidik untuk memahaminya. Kurangnya pemahaman pendidik terhadap

tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan didalam melaksanakan

pendidikan (Hamalik, 2008).

1.3 Klasifikasi Pendidikan

Klasifikasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan

informal. Pendidikan formal yaitu pendidikan menurut peraturan pemerintah

(SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi).

(19)

pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,

sampai pendidikan tinggi. Jalur formal merupakan lembaga pendidikan yang

terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi

dengan jenis pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi dan

keagamaan.

Pendidikan informal yaitu pendidikan yang diikuti sebagai tambahan

dalam meningkatkan ilmu pengetahuan misalnya dari suatu lembaga atau

kursus dan pendidikan dalam keluarga (Hidayat, 2002).

1.4 Pendidikan di bidang kesehatan

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi,

Institut atau Universitas. Akademi kesehatan dikatagorikan sebagai

pendidikan tinggi yang bertujuan menghasilkan tenaga kesehatan, diarahkan

untuk mendukung upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara

optimal. Tujuan tersebut adalah menyediakan tenaga kesehatan yang terampil

dan bermutu sehingga mampu mengemban tugas untuk memenuhi kebutuhan

program dan pelayanan kesehatan seluruh masyarakat (Majid, 2004). Sejalan

dengan meningkatnya kesejahteraan dan pendidikan masyarakat, tuntutan

masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin meningkat.

Hal ini mengakibatkan institusi pendidikan tenaga kesehatan, dihadapkan

pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya tenaga kesehatan yang

(20)

Pendidikan di bidang kesehatan merupakan jenjang pendidikan setelah

menengah atas yang mecakup kegiatan akademis yang mengutamakan ilmu

pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan. Pendidikan tersebut

termasuk pendidikan eksakta dan beberapa pendidikan di bidang kesehatan

adalah:

1.4.1 Pendidikan Kedokteran

Pendidikan profesi kesehatan yang merupakan suat

yang mempelajari tentang dan cara-cara

penyembuhannya. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem

tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya, dan penerapan

dari pengetahuan tersebut.

1.4.2 Pendidikan Kedokteran Gigi

Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan

penyakit atau kelainan pada

atau dengan pembedahan.

1.4.3 Pendidikan Kebidanan

Kebidanan adalah bagian integral dari sistim kesehatan dan

berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pendidikan,

praktek dan kode etik bidan dimana dalam memberikan

pelayanannya mengyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah

suatu proses fisiologi normal dan bukan merupakan penyakit

(21)

1.4.4 Pendidikan Keperawatan

Merupakan bagian dari pendidikan kesehatan sebagaimana halnya

pendidikan kedokteran. Pendidikan keperawatan merupakan

pendidikan profesi dimana polanya harus dikembangkan sesuai

dengan kaidah ilmu dan profesi yang dilandaskan oleh akademik

dan keprofesian, hal ini sesuai dengan kurikulum pendidikan

keperawatan, pendidikan keperawatan berkembang sejalan dengan

pendidikan kedokteran (Alimul, 2002)

1.4.5 Pendidikan Farmasi

Merupakan suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi

kegiatan-kegiatan di bidang penemuan, pengembangan, produksi,

pengolahan, peracikan, dan distribusi obat.

1.4.6 Pendidikan Ilmu Gizi

Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang

mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan

kesehatan tubuh yangdiakibatkannya serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

1.4.7 Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Merupakan ilmu dan seni mencega

hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi

melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan

sanitasi lingkungan, kontrol

(22)

pelayanan medis dan perawatan, unt

penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung

agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan

yang kuat untuk menjaga kesehatannya.

1.4.8 Pendidikan Psikologi

Merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi

tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya

yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan

ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan

proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan

sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan

(23)

2. Minat

2.1 Defenisi minat

Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan

(Kamisa,1997). Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu

yang telah menarik minatnya. (Gunarso,1995).

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk

melakukan apa yang mereka inginkan saat mereka bebas memilih (Hurlock,

1995). Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap

sesuatu (KBBI).

Minat akan memperkuat motif seseorang, sebagai suatu tenaga psikis

yang akan mendorong individu untuk melakukan suatu kegiatan dalam

mencapai suatu tujuan. Sesuai dengan yang dikemukakan Hurlock (dikutip

dari Muhajir, 2007) bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam

kegiatan maka semakin kuatlah keinginan untuk mencapai objek tersebut.

Dari berbagai pengertian tentang minat tersebut, dapat disimpulkan

bahwa minat adalah suatu kondisi yang menimbulkan suatu keinginan atau

ketertarikan terhadap sesuatu yang memberikan kepuasan, tanpa ada paksaan

dan biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor.

2.2 Kriteria Minat

Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi :

2.2.1 Rendah

(24)

2.2.2 Sedang

Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam

waktu segera.

2.2.3 Tinggi

Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu

segera.

2.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Minat

2.3.1 Kemauan

Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seorang

manusia sanggup melakukan berbagai tindakan yang perlu untuk

mencapai tujuan tertentu. Merupakan hal yang penting karena

dengan adanya kemauan merupakan salah satu faktor penggerak

seseorang untuk mau melakukan sesuatu seperti dalam hal memilih

pendidikan.

2.3.2 Ketertarikan

Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat

kepada sesuatu. Pada saat ada ketertarikan timbul dalam diri

seseorang maka ada daya juang dalam mencapai atau meraih yang

ingin dicapai. Dengan adanya ketertarikan dari remaja untuk

melanjutkan pendidikan maka siswa tersebut mempunyai minat

(25)

2.3.3 Lingkungan Keluarga

Berkaitan dengan pendidikan di lingkungan keluarga, bahwa

keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama.

Proses pendidikan di lingkungan keluarga dapat mempengaruhi

kepribadian anak sebagai anak didik di dalam anggota keluarga.

Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan

dalam bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah

yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian

terhadap seorang anak. Orang tua berperan aktif dalam

mengarahkan minat anaknya salah satunya melanjutkan pendidikan

yang nantinya anak diharapkan memperoleh pekerjaan yang sesuai

di bidangnya dan menjamin masa depannya. Dengan demikian

mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka

pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat

mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.

2.3.4 Lingkungan Sekolah

Proses pendidikan terhadap siswa di sekolah menjadi tanggung

jawab guru. Pendidikan di sekolah berperan membantu orang tua di

lingkungan keluarga dalam melakukan pembinaan kepada peserta

didik yang dibawa dari keluarganya. Jadi pada dasarnya yang

berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan

di sekolah yang digunakan sebagai bekal untuk diterapkan dalam

(26)

pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada

siswa dalam menumbuhkan minatnya untuk menlanjutkan

pendidikan. Kondisi sekolah juga dapat mempengaruhi minat siswa

dalam memilih sekolah, seperti hubungan kerjasama yang dibina

dengan salah satu atau beberapa perguruan tinggi.

2.3.5 Teman

Pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya.

Sesuai dengan perkembangannya, siswa senang membuat

kelompok bergaul dengan kelompok yang disenangi. Bila teman

pergaulannya memiliki minat melanjukan studi, maka minat

temannya akan mempengaruhi dirinya untuk melanjutkan studi.

(Suprapto, 2007).

2.4 Pentingnya Minat

Minat merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi tindakan

seseorang. Pada semua usia, minat memainkan peran penting dalam kehidupan

seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap.

Seseorang biasa menjadi malas, enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak

berminat terhadap kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan minat pada diri

manusia adalah karena minat merupakan sumber motivasi yang kuat, ia

menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu. Minat pada dasarnya

adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di

luar diri. Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang

(27)

yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali, 2008). Minat menambah

kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang sehingga akan jauh

lebih menyenangkan. Dalam minat terkandung beberapa unsur-unsur sebagai

berikut adanya sesuatu yang memberi stimulus, adanya kesediaan jiwa yang

menerima stimulus, berlangsungnya dalam waktu yang cukup lama.

2.5Macam Minat pada Remaja

Dalam masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-kanak

cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang dan juga

karena tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja yang

lebih tua.

Beberapa minat yang terpenting pada remaja menurut Hurlock (2000)

antara lain :

2.5.1 Minat Rekreasi

Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas

rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti

dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya ia

bertindak sebagai pengamat yang pasti. Pada awal masa remaja,

aktivitas permainan dari tahun ke tahun sebelumnya beralih dan

(28)

2.5.2 Minat sosial

Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang

diperoleh remaja untuk mengembangkan minat tersebut dan pada

kepopulerannya dalam kelompok.

2.5.3 Minat-minat pribadi

Minat pada diri sendiri merupakan minat yang terkuat di kalangan

remaja karena mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar

dipengaruhi oleh penampilan diri dan mengetahui bahwa kelompok

sosial menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimiliki,

kemadirian, sekolah, keanggotaan sosial dan banyaknya uang yang

dibelanjakan.

2.5.4 Minat pada pendidikan

Pada umumnya remaja suka mengeluh tentang sekolah dan tentang

larangan-larangan, pekerjaan rumah, kursus-kursus wajib, makan di

kantin, dan cara pengolahan sekolah. Besarnya minat remaja

terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada

pekerjaan.

2.5.5 Minat pada pekerjaan

Anak sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan

mereka secara bersungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih

bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan

anak perempuan yang kebanyakan memandang pekerjaan sebagai

(29)

2.5.6 Minat pada agama

Bertentangan dengan pandangan popular, remja masa kini menaruh

minat pada agama dan menganggap bahwa agama berperan penting

dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan

membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di

sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi gereja dan mengikuti

berbagai upacara agama.

2.5.7 Minat seks dan perilaku seks

Dorongan untuk menguasai tugas perkembangan yang penting

dalam pembentukkan hubungan-hubungan baru dan yang lebih

matang dengan lawan jenis datang dari tekanan-tekanan sosial

tetapi terutama dari minat remaja terhadap seks dan

keingintahuannya tentang seks.

2.5.8 Minat belajar

Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang.

Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang, sebab

dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.

Sedangkan belajar adalah suatu tingkah laku imdividu dari hasil

pengalaman dan latihan. Minat belajar adalah suatu keinginan atau

kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan menimbulkan rasa

senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,

(30)

2.5.9 Minat untuk melanjutkan studi

Purwanto (1998) menyatakan bahwa minat mengarahkan perbuatan

kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

Minat dapat menjadi sumber motivasi yang mendorong orang

untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya.

Adanya keinginan yang besar tersebut dengan sendirinya akan

mendorong seseorang untuk lebih memusatkan perhatiannya

terhadap sesuatu yang dimaksud. Individu yang berminat untuk

melanjutkan studi ke perguruan tinggi tentunya akan lebih

bergairah dan lebih memusatkan perhatiannya terhadap berbagai

informasi yang berhubungan dengan perguruan tinggi.

Penerapan proses belajar dipengaruhi banyak faktor antara

lain faktor psikologis (Depkes, 2003). Faktor psikologis dapat

mempengaruhi keputusan mahasiswa untuk tetap melanjutkan

pendidikan meliputi, motivasi, minat, dan sikap, lingkungan sosial

dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial meliputi orang tua

dan keluarga, dosen/tenaga pengajar, sedangkan lingkungan non

sosial meliputi metode pembelajaran, sarana dan fasilitas (Haryani,

(31)

3. Motivasi

3.1 Defenisi motivasi

Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat

seseorang melakukan sesuatu sebagai respons (Nancy, 2001).

Menurut Sarwono (2000), motivasi menunjuk pada proses gerakan,

termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah

laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada

gerakan atau perbuatan. Sedangkan menurut Nursalam (2002)

mendefenisikan motivasi sebagai karakteristik psikologi manusia yang

memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan

sesuatu yang mendorong untuk berbuat dan beraksi yang bersifat dinamis dan

merupakan suatu proses yang dapat menampilkan perilaku untuk mencapai

tujuan dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan dirinya, sehingga

mendapatkan tujuan yang dikehendaki dan dapat selaras dengan waktu yang

ada.

3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Menurut Stoner & Freeman (1995, dalam Suarli 2009), berdasarkan

bentuknya motivasi terdiri dari :

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:

1. Hasrat individu sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk

(32)

persepsi dan keinginan yang kuat dari dalam diri. Persepsi seseorang

tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahka

seseorang untuk bertindak.

2. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan

dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih

potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan

seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan

memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya

3. Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini

merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi

sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan

dari perilaku.

b. Faktor Eksternal;

Faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:

1. Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk

berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi

secara efektif dengan lingkungannya;

2. Sistem penghargaan yang diterima; imbalan yang berupa karakteristik

atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang

dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku

dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang

lebih besar. Sistem penghargaan atau pemberian imbalan dapat

(33)

perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai

maka akan timbul imbalan atau penghargaan.

3.3 Teori motivasi

3.3.1 Teori motivasi Abraham Maslow (Swansburg, 2001)

Abraham Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua

manusia memiliki kebutuhan pokok. Maslow menunjukkannya

dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai

dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu

dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari

kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih

kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar

terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus

terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya

menjadi penentu tindakan yang penting.

a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari

bahaya)

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan

orang lain, diterima, memiliki).

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan

mendapatkan dukungan serta pengakuan).

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,

(34)

keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri:

mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

3.3.2 Teori motivasi Dua Faktor Herzberg (Swansburg, 2001)

Menurut Herzberg, ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang

untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari

ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor ekstrinsik dan

faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor ekstrinsik memotivasi

seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya

adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan

sebagainya, sedangkan faktor intrinsik memotivasi seseorang untuk

berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah

pengakuan dan kemajuan tingkat kehidupan.

3.3.3 Teori motivasi Harapan Vromm

Teori ini menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan

sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil

dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi

rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen,

yaitu :

a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika

berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk

(35)

c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif,

netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan

sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya

menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

3.3.4 Teori Motivasi Prestasi Mc Clelland (Swansburg, 2001)

Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi

kebutuhan manusia, yaitu:

a.Kebutuhan akan prestasi (Need for achievement)

b.Kebutuhan akan afiliasi (Need for affiliation)

c.Kebutuhan akan kekuatan (Need for Power)

3.3.5 Teori penguatan (reinforcement theory)

B.F Skinner mengungkapkan bagaimana konsekuensi perilaku di

mada lampau mempengaruhi tindakan di masa depan dalam suatu

proses belajar. Teori ini menyangkut ingatan orang mengenai

pengalaman stimulus, respons, dan konsekuensi. Penguatan adalah

sesuatu yang meningkatkan kekuatan respons dan cenderung

menyebabkan pengulangan perilaku yang didahului oleh

(36)

3.4 Jenis-jenis Motivasi

Motivasi dilihat dari dasar pembentukan :

3.4.1 Motivasi Bawaan

Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk

hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi

kebutuhan sandang, pangan dan papan. Motivasi untuk terhindar

dari serangan penyakit. Motivasi ini akan terus berkembang

sebagai konsekuensi logis manusia.

3.4.2 Motivasi yang Dipelajari

Motivasi ini akan ada dan berkembang karena adanya

keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.

3.4.3 Motivasi Kognitif

Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena

adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat

individualistik.

3.4.4 Motivasi Ekspresi Diri

Motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan hanya

untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan

bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan

(37)

3.5 Motivasi Belajar

Berdasarkan hasil penelitian yang seksama tentang upaya yang

mendorong motivasi belajar siswa, khususnya pada sekolah yang menganut

pandangan demokrasi pendidikan dan yang mengacu pad pengembangan

self-motivation. Kenneth H. Hoover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi

belajar sebagai berikut :

3.5.1 Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat

menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat

menghargai apa yang telah dilakukan.

3.5.2 Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)

yang perlu mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu berwujud

dalam bentuk yang berbeda-beda. Siswa yang dapat memenuhu

kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar

hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.

Motivasi yang bersumber dari dalam diri sendiri lebih efektif dari

pada motivasi yang berasal dari luar. Motivasi dari dalam memberi

kepuasan kepada individu sesuai dengan ukuran yang ada dalam

diri siswa itu sendiri.

a. Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan)

perlu dilakukan penguatan (reinforcemant).

b. Motivasi mudah belajar kepada orang lain. Guru yang berminat

(38)

antusias pula, yang pada gilirannya akan mendorong motivasi

rekan-rekannya, terutama dalam kelas bersangkutan.

c. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang

motivasi belajar. Apabila siswa telah menyadari tujuan belajar

dan pembelajaran yang hendak dicapainya. Maka perbuatan

belajar ke arah tujuan tersebut akan meningkat, karena daya

dorongnya menjadi lebih besar.

d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan

menimbulkan minat yang besar untuk melaksanakannya dari

pada tugas-tugas yang dipaksanakan dari luar.

e. Ganjaran yang bersalah dari luar kadang-kadang diperlukan dan

cukup efektif untuk merangsang minat belajar. Dorongan berupa

pujian, penghargaan, oleh guru terhadap keahlian siswa dalam

belajar dapat merangsang minat dan motivasi belajar yang lebih

aktif.

f. Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah

efektif untuk memelihara minat siswa. Strategi pembelajaran

yang dilaksanakan secara bervariasi dapat menciptakan suasana

yang menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih

mendorong motivasi belajar.

g. Minat khusus yang dimiliki siswa bermanfaat dalam belajar dan

(39)

untuk mempelajari bidang studi atau dihubungkan dengan

masalah tertentu dalam bidang studi.

h. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat

belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi

siswa yang tergolong pandai, karena adanya perbedaan tingkat

kemampuan.

i. Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat

membantu siswa belajar menjadi lebih baik. Keadaan emosi

yang lemah dapat mendorong perbuatan yang lebih enegrik.

j. Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar,

akan menggangu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya

akan terarah pada hal lain.

k. Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat

menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat menyebabkan

demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar.

l. Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu

dengan yang lainnya. Ada siswa yang mengalami kegagalan

justru tumbuh semangatnya untuk belajar lebih rajin lagi, ada

pula siswa yang terlalu mengalami keberhasilan justru menjadi

cemas terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan belajar.

m.Pengaruh kelompok pada umumnya lebih efektif dalam motivasi

(40)

n. Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas.

Dengan strategi pembelajaran tertentu, motivasi belajar dapat

ditujukan kearah kegiatan-kegiatan kreatif.

3.6 Fungsi Motivasi

Dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku, motivasi

memiliki beberapa fungsi antara lain (Dermawan, 2008) :

3.6.1 Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat

Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam

kegiatannya.

3.6.2 Motivasi sebagai penentu arah perbuatan

Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang

benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya.

3.6.3 Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk

memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan.

3.6.4 Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi

Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan

kegiatan.

3.7 Bentuk-Bentuk Motivasi

3.7.1 Memberi Angka

Angka adalah deret ukur yang bisa dijadikan motivasi belajar untuk

dapat meraihnya. Angka yang tinggi tidak bisa dijadikan patokan

(41)

dengan dengan dilaksanakannya nilai-nilai yang sesuai dengan

pencapaian angka yang tinggi tersebut.

3.7.2 Memberi Hadiah

Hadiah bisa dijadikan sebagai motivasi bagi individu untuk

melakukan suatu kegiatan. Hadiah merupakan salah satu bentuk

penguatan untuk seseorang untuk sungguh-sungguh melaksanakan

kegiatannya.

3.7.3 Menjadikan Kompetisi

Dengan adanya kompetisi peserta didik akan saling memacu diri

untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.

3.7.4 Memberi Evaluasi

Evaluasi akan memberikan gambaran sejauh mana peserta didik

mampu menerima informasi yang telah disampaikan oleh pengajar

dan merupakan satu hal yang akan memotivasi peserta didik untuk

dapat belajar.

3.7.5 Memberikan Pujian

Pujian merupakan bentuk reinforcement bagi peserta didik yang

telah berhasil melalui suatu kegiatan pembelajaran yang diberikan

harus pada waktu dan kejadian yang tepat sehingga pujian akan

berdampak sebagai motivasi belajar bagi peserta didik.

3.7.6 Memberikan Hukuman

Hukuman adalah bentuk reinforcement negatif. Hukuman akan

(42)

Hukuman yang tepat akan membuat peserta didik menyadari akan

kesalahan yang telah diperbuat dan memperbaiki kesalahan

menjadi keberhasilan yang tertunda.

Menurut Haryani (2008) motivasi mahasiswa kuliah di suatu jurusan

tertentu berpengaruh terhadap hasil akhir dari pendidikan. Suatu tindakan

yang tidak didasari motivasi yang kuat akan dilakukan dengan tidak

sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa suatu

hasil yang baik.

4. Remaja

4.1 Defenisi Remaja

Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama individu

mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa antara

usia 13-20 tahun (Potter 2005).

Santrock (1993) mendefenisikan remaja sebagai periode transisi

perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mencakup aspek

biologik, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara 10-19 tahun.

Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun) yang ditandai

dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan

kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari

identitas dirii, masa remaja pertengahan (15-16 tahun) yang merupakan masa

yang ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa,

(43)

remaja akhir (17-19 tahun) yang ditandai pertumbuhan biologis sudah

melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat lain tetapi emosi,

minat, konsentrasi, dan cara berpikir mulai stabil serta kemauan untuk

menyelesaikan masalah sudah meningkat (Sarwono, 2002).

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa remaja

adalah merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa

dewasa dimulai dari usia 10-19 tahun.

4.2 Karakteristik Masa Remaja

Karakteristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam

menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara

lainmenilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan

kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :

4.2.1 Menilai rasa identitas pribadi

4.2.2 Meningkatkan minat pada lawan jenis

4.2.3 Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh

4.2.4 Memulai perumusan tujuan okupasional

4.2.5 Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga

Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja, diantaranya

adalah :

a. Masa remaja adalah masa peralihan

Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan

berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi

(44)

sangat strategis, karena memberi waktu kepada remaja untuk

membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan

sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi sangat pesat, perubahan

perilaku dan sikap juga berkembang. Ada 4 perubahan besar yang

terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan

minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi

ambivalen.

c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah

Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini

terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya

sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang

terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

d. Masa remaja adalah masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa

peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan

kebanyakan orang, dia ingin diperlihatkan dirinya sebagai individu,

sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya

terhadap kelompok sebaya.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak

(45)

menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mangawasi

kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini, akan membuat masa

peralihan remaja dewasa menjadi sulit, karena peran orang tua yang

memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan menimbulkan

pertentangan antara orang tua dengan remaja serta membuat jarak di

antara keluarga.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya

sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain,

mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana

yang ia harapkan.

g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang

berkembang berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa.

Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan

status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.

Hurlock (1999), pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang

bersifat universal, yaitu meningkatkan emosi, perubahan fisik, perubahan

terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap

ambivalen terhadap setiap perubahan.

Perbedaan karakteristik remaja perempuan dan laki-laki terletak pada

intelegensi wanita yang lebih cemerlang, namun pada intinya wanita itu hampir

(46)

laki-laki, kaum wanita lebih praktis, labih langsung, dan lebih meminati segi

kehidupan konkrit, kaum laki-laki disebut sebagai lebih egosentris atu lebih

self-oriented, dan kebanyakan wanita kurang berminat pada masalah-masalah

politik (Kartono, 1992).

4.3 Tugas perkembangan Remaja

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) tugas perkembangan adalah

tugas yang muncul pada saat atau sekitar periode tertentu dari kehidupan

individu, yang jika berhasil, akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke

arah keberhasilan dakam melaksanakan tugas berikutnya Semua

tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap dan

pola perilaku kanak-kanak dan mempersiapkan sikap dan perilaku orang

dewasa. Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :

4.3.1 Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua

jenis kelamin

4.3.2 Mencapai peran sosial feminin atau maskulin

4.3.3 Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efefktif

4.3.4 Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab

secara sosial.

4.3.5 Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya.

4.3.6 Mempersiapkan untuk karir ekonomi

4.3.7 Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga

(47)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan minat

dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan.

Pemilihan jurusan remaja perlu memperhitungkan beberapa faktor seperti

kemampuan, minat, motivasi, bakat, kepribadian dan lain-lain. Penelitian yang

saya lakukan dalam hal ini hanya meliputi gambaran minat dan motivasi remaja

dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan.

Skema 3.1 Gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

Kerangka penelitian :

Ket :

: Diteliti oleh peneliti

Minat remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan

Tidak Minat

Minat

Motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan

Rendah

Sedang

(48)

2. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

(49)
(50)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk

mengidentifikasi gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

2. Populasi dan sampel

2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang diteliti

(Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA

Negeri kelas XII yang berada di Kota Tebing Tinggi yaitu:

SMAN

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

Stratified random sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh

peneliti secara acak pada kondisi populasi yang tidak sama atau memiliki

(51)

Adapun kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti adalah :

2.1.1 Sampel bersedia menjadi responden

2.1.2 Sampel berasal dari jurusan IPA

2.1.3 Responden mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi

Maka pengambilan sampel minimal yang diperkenankan agar keputusan yang

diambil dapat mewakili populasi adalah jumlah populasi dibagi jumlah SMA

Negeri yang akan diteliti kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya kelas di 2

SMA Negeri yang ada di Kota Tebing Tinggi yaitu:

Jumlah populasi 240 siswa

=

Banyaknya SMAN 2 SMAN

= 120 responden

Sehingga jumlah sampel untuk mewakili setiap kelas adalah 120 dibagi 8

kelas yang terdiri dari 15 siswa SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Kota Tebing

Tinggi dan pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama bulan Juli 2012 sampai

Agustus 2012. Peneliti memilih SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi sebagai

tempat penelitian karena belum pernah ada dilakukan penelitian di SMA Kota

(52)

pendidikan di bidang kesehatan. Pertimbangan lain adalah efektivitas waktu serta

terjangkaunya daerah yang mudah dikunjungi.

4. Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat menjaga

dan menghargai hak asasi para respondennya. Dalam penelitian ini, peneliti

mengajukan permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMA tempat saya

melakukan penelitian. Setelah mendapat izi persetujuan kemudian melakukan

penelitian dengan menekankan pertimbangan etik yang meliputi :

4.1 Otonomi. Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk

menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan

penelitian.

4.2 Informed Consent. Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden

setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat

penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka

responden diminta menandatangani lembar persetujuan.

4.3 Anonimity. Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing

lembar persetujuan tersebut.

4.4 Confidentiality. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan

(53)

4.5 Beneficience. Selalu berupaya bahwa kegiatan yang diberikan kepada

responden mengandung prinsip kebaikan bagi responden guna

mendapatkan suatu metode atau konsep baru untuk kebaikan responden.

4.6 Nonmaleficience. Penelitian yang dilakukan tidak mengandung unsur

bahaya atau merugikan apalagi sampai mengancam jiwa bagi responden.

4.7 Veracity. Penelitian yang dilakukan harus dijelaskan secara jujur tentang

manfaat, efek dan apa yang didapat jika responden terlibat di dalam

penelitian tersebut.

4.8 Juctice. Peneliti harus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap

melaksanakan prinsip juctice (keadilan) pada saat melakukan penelitian.

(Hidayat, 2007)

5. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri

dari tiga bagian. Bagian pertama yaitu data demografi responden yang terdiri dari

usia, jenis kelamin, pekerjaan orangtua dan suku.

Bagian kedua yaitu kuesioner yang berisi tentang gambaran minat remaja

dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan yang mencerminkan

indikator-indikator variabel minat melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan

yang bersumber dari kemauan, ketertarikan dan lingkungan untuk melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan. Kuesioner ini berisi 16 pernyataan yang terdiri

dari 8 pernyataan positif pada butir soal no 1, 2, 3, 7, 9, 11, 12, 13 dan 8

(54)

menggunakan model skala likert dimana responden diminta pendapatnya

mengenai setuju atau tidak setuju terhadap suatu hal. Adapun pilihan jawaban

yang diberikan adalah sangat tidak setuju diberi nilai 1, tidak setuju diberi nilai 2,

setuju diberi nilai 3 dan sangat setuju diberi nilai 4. Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala ordinal. Untuk pengukuran kategori pada minat digunakan

rumus (Sudjana, 1992) :

Panjang kelas = Rentang

Banyak kelas

Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Nilai tertinggi adalah 64

dan nilai terendah 16. Maka rentang untuk minat adalah 48, dengan banyak kelas

dua kategori yaitu tidak minat dan minat. Maka didapat panjang kelas adalah 24

dengan nilai terendah 16 sebagai batas bawah kelas interval pertama.

Maka minat remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan dapat

dikategorikan :

16 – 40 = kategori tidak minat

41 – 64 = kategori minat

Bagian yang ketiga kuesioner berisi tentang gambaran motivasi remaja

dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan yang terdiri dari pernyataan

faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Kuesioner ini berisi 16 pernyataan yang

terdiri dari 8 pernyataan positif pada butir soal no 1, 3, 5, 6, 10, 11, 13, 14 dan 8

pernyataan negatif pada butir soal no 2, 4, 7, 8, 9, 12, 15, 16 dengan

menggunakan model skala likert dimana responden juga diminta pendapatnya

(55)

yang diberikan adalah sangat tidak setuju diberi nilai 1, tidak setuju diberi nilai 2,

setuju diberi nilai 3 dan sangat setuju diberi nilai 4. Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala ordinal. Untuk pengukuran kategori pada minat dan

motivasi digunakan rumus (Sudjana, 1992) :

Panjang kelas = Rentang

Banyak kelas

Rentang adalah selisih nilai tertinggi dan terendah. Nilai tertinggi adalah 64

dan nilai terendah 16. Maka rentang untuk motivasi adalah 48, dengan banyak

kelas tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Maka didapat panjang kelas

adalah 16 dengan nilai terendah 16 sebagai batas bawah kelas interval pertama.

Maka motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan

dapat dikategorikan :

16– 32 = kategori rendah

33 – 48 = kategori sedang

49 – 64 = kategori tinggi

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu instrument.

Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai validitas yang

tinggi (Arikunto, 2006).

Uji validitas dilakukan oleh dosen yang ahli dibidang ini berupa uji content

validitas. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan

(56)

sasaran yang ingin diukur sesuai dengan teori atau konsep. Setelah dilakukan uji

validitas maka dapat didapatkan hasil bahwa instrument penelitian yang

digunakan telah valid dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan analisa Cronbach’s Alpha.

Suatu instrumen dapat dikatakan reliable bila nilai alpha lebih besar dari r kritis

(Priyatno, 2008). Uji reliabilitas dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota

Tebing Tinggi yaitu SMA Negeri 2 pada bulan Juli. Instrument reliabel diujikan

kepada 20 responden sesuai kriteria penelitian yang sudah ditentukan. Pada

penelitian ini diperoleh hasil uji reliabilitas yaitu nilai Cronbach Alpha untuk

variabel minat 0, 733 dimana r tabel 0,443 dan untuk variabel motivasi diperoleh

Alpha 0.757 dan r tabel 0,443. Karena nilai Alpha >0,7 maka dinyatakan bahwa

seluruh instrumen atau pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini realibel.

7. Prosedur dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada siswa SMA kelas XII. Setelah mendapat

izin dari Kepala Sekolah SMA tempat dilakukannya penelitian, peneliti

mengadakan pendekatan terhadap calon responden untuk mendapatkan

persetujuan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan menggunakan kuesioner dan sebelum membagikan kuesioner, terlebih

dahulu peneliti menanyakan apakah responden mempunyai keinginan untuk

melanjutkan pendidikan kemudian responden diberi kesempatan membaca surat

(57)

Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu diberi penjelasan dan

menandatangani informed concent sebagai tanda persetujuan menjadi responden

penelitian. Setelah diisi sendiri oleh responden, kuesioner dikumpulkan oleh

peneliti dan diperiksa kelengkapannya.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa

tahapan yaitu dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data

responden serta memastikan bahwa semua data konsisten. Kemudian dilakukan

pengaturan informasi, koding, entering dan dilanjutkan dengan meringkas

informasi dengan membuat diagram dan lain-lain.

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

persentase sehingga memperoleh gambaran tentang objek yang diteliti dengan

gambaran minat 2 kategori; tidak minat dan minat serta gambaran motivasi 3

kategori yaitu; tinggi, sedang dan rendah. Kesimpulan dibuat dengan bentuk

kesimpulan induktif dimana hasil dari para responden akan disimpulkan sebagai

jawaban secara umum yang mewakili jawaban seluruh responden di SMA Kota

(58)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan yang

diperoleh dari pengumpulan data terhadap 120 responden di SMA Negeri Kota

Tebing Tinggi selama bulan Juli sampai Agustus 2012. Hasil penelitian ini

menguraikan bagaimana minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan.

1. Hasil penelitian

Hasil penelitian ini menguraikan gambaran data demografi responden dan

gambaran minat dan motivasi remaja dalam melanjutkan pendidikan di

bidang kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi.

1.1 Data demografi responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA di SMA

Negeri 3 Dan SMA Negeri 4 Kota Tebing Tinggi dengan jumlah 120

responden. Hasil penelitian didapat bahwa usia responden paling muda

yakni 15 tahun dan usia paling tua adalah 18 tahun, sedangkan berdasarkan

jenis kelamin responden didapat jumlah laki-laki sebanyak 34 orang dan

perempuan sebanyak 86 orang, sementara berdasarkan pekerjaan orang

tua didapat bahwa jumlah orang tua yang bekerja sebagai PNS sebanyak

43 orang, Karyawan swasta 34 orang, Wiraswasta 42 orang dan pekerjaan

tidak tetap 1 orang, kemudian berdasarkan suku didapatkan hasil bahwa

(59)

suku Melayu 14 orang dan suku Aceh 1 orang. Gambaran ini dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi siswa SMA Negeri Kota Tebing Tinggi

berdasarkan data demografi responden (n=120)

Karakteristik responden Frekuensi Presentase (%)

(60)

1.2 Gambaran minat remaja melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang

berminat untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan yaitu

sebanyak 62 orang (51.7%) dan yang tidak berminat untuk melanjutkan

pendidikan di bidang kesehatan sebanyak 58 orang ( 48.3%). Gambaran ini

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi minat remaja untuk melanjutkan pendidikan

di bidang kesehatan (n=120)

Kategori Frekuensi Presentase

Tidak Minat 58 48.3%

Minat 62 51.7%

1.3 Gambaran motivasi remaja melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki motivasi

untuk melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan. Responden yang

memiliki motivasi yang tinggi sebanyak 18 orang (15.0%), memiliki motivasi

sedang sebanyak 100 orang (83.3%) dan memiliki motivasi rendah sebanyak

(61)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi motivasi remaja untuk melanjutkan pendidikan

di bidang kesehatan (n=120)

Kategori Frekuensi Presentase

Motivasi Tinggi 2 1.7%

Motivasi Sedang 100 83.3%

(62)

2. Pembahasan

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 120 orang responden

didapatkan hasil tentang demografi responden yaitu usia paling muda 15 tahun

dan usia paling tua 18 tahun. Hasil penelitian berdasarkan usia responden

diperoleh mayoritas responden berusia 17 tahun dengan perolehan sebanyak

80 orang (66,7%), dimana usia tersebut merupakan masa remaja akhir dan

pada usia tersebut remaja akhir akan mulai merancang masa depannya dan

merencanakan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ditandai

dengan emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir mulai stabil serta

kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat (Sarwono, 2002).

Menurut Santrock usia remaja akhir merupakan masa periode transisi

perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa berkisar antara umur

10-19 tahun dengan karakteristik remaja pada usia tersebut akan menilai rasa

identitas pribadi, meningkatkan minat, menggabungkan perubahan seks

sekunder ke dalam citra tubuh, memulai perumusan tujuan okupasional, serta

memulai memisahkan diri dari otoritas keluarga (Sumiati, 2009).

Sejalan dengan pendapat Hurlock bahwa umur tersebut tergolong remaja

dalam masa peralihan, masa terjadi perubahan terhadap perubahan fisik,

perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, masa mencari

identitas dan masa yang menimbulkan kekuatan-kekuatan dan

(63)

Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan mayoritas

responden berjenis kelamin perempuan dengan perolehan sebanyak 86 orang

(71.7%) sementara jumlah laki-laki sebanyak 34 orang (28.3%). Sekolah

tempat dilakukannya penelitian dijumpai lebih banyak jumlah perempuan

sehingga sesuai dengan hasil penelitian yang didapat mayoritas remaja

perempuan yang lebih berminat dalam melanjutkan pendidikan di bidang

kesehatan yaitu sebanyak 55 orang (63.9%) dan remaja laki-laki yang

berminat dalam melanjutkan pendidikan di bidang kesehatan sebanyak 18

orang (52.9%). Menurut Kartono (1992) kaum wanita dalam menentukan

pilihan atau sesuatu bersifat lebih praktis, lebih langsung, dan lebih meminati

segi kehidupan konkrit dan kebanyakan wanita kurang berminat pada

masalah-masalah politik. Pendidikan di bidang kesehatan yang mereka minati

tersebut mencakup kegiatan akademis yang mengutamakan ilmu pengetahuan

dan keterampilan di bidang kesehatan (Alimul, 2002).

Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan orang tua menunjukkan mayoritas

orang tua responden bekerja sebagai PNS dengan perolehan 43 orang (35.8

%). Menurut Hamalik (2007) pendidikan dalam keluarga termasuk pendidikan

informal yang memberikan dukungan tambahan dalam meningkatkan ilmu

pengetahuan. Pekerjaan orang tua termasuk dalam faktor lingkungan keluarga

yang dapat mempengaruhi proses pendidikan dalam hal ini minat remaja

dalam melanjutkan pendidikan agar setelah melanjutkan pendidikan di bidang

kesehatan nantinya anak akan memperoleh pekerjaan yang sesuai di

Gambar

Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi siswa SMA Negeri Kota Tebing Tinggi
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi motivasi remaja untuk melanjutkan pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, Imam berkata dengan santun, “Wahai saudaraku, sungguh telah kau katakan sesuatu padaku, seandainya benar apa yang kau katakan, aku memohon ampunan kepada

Perusahaan Asuransi Perusahaan Jalan Tol (PT. Citra Waspphutowa) Pemerintah (Departemen Pekerjaan Umum) Kontraktor/ Operator Pemberi Pinjaman H1 H2 H3 H4 H5.. satu

Bersama ini saya mohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya mengenai “ PERBANDINGAN KONSISTENSI GARIS E RICKETTS DAN GARIS S

Pemilihan model B-spline terbaik dilihat dari nilai GCV minimum dari semua kombinasi orde dan banyak titik knot pada setiap variabel prediktor.. JURNAL

Keputusan penetapan taktik pengendalian yang dioperasionalkan harus didukung oleh program pemantauan OPT dan lingkungannya secara rutin untuk memperoleh data populasi

Salah satu pemanfaatan energi angin yaitu mengerakkan turbin angin horizontal untuk pompa air, dan untuk mentransmisikan gaya dan daya dari kincir angin maka

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul ”Penerapan Sistem Akuntansi Berbasis Komputer dengan Menggunakan K-System pada PT Sempurna

Namun, di Kantor Urusan Agama Kecamatan Karangpilang Kota Surabaya wanita yang sedang menjalani masa ‘iddah diperbolehkan untuk melakukan pendaftaran