• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

E. Supervisi Aakademik, Motivasi Berprestasi dan Profesionalisme guru Dalam Persfektif islam

2. Motivasi Berprestasi dalam persfektif Islam

Telaah dari pandangan islam tentang motivasi berprestasi telah banyak dibicarakan oleh beberapa penulis. Ancok dan Nashori, mengutip beberapa ayat al-Qur‟an untuk mendukung bahwa islam sangat menyarankan orang untuk memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Beberapa ayat Al-Qur‟an yang memuat aspek motivsi berprestasi antara lain adalah:

a. Surat al-Insyiroh (ayat 5-8) yang berisi “kalau sudah selesai dengan suatu pekerjaan, kerjakanlah pekerjaan lainnya dan berserah dirilah kepada Allah”. ا ش ۡغُٚ ِش ۡغُؼۡنٱ َغَي ٌَِّئَف ٥ ا ٗش ۡغُٚ ِش ۡغُؼۡنٱ َغَي ٌَِّإ ٦ ۡتَصَٱَف َذ ۡغَشَف اَرِئَف ١ تَغ ۡسٱَف َكِّثَس َٗنِإَٔ ٨

Artinya : Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.143

142

Al-Qur‟an dan Terjemahan,Mushaf Al-Azhar,hlm.379.

b. Surat Al-Jumuah (ayat 10) yang bermakna “apabila kamu selesai mengerjakan shalat Jum‟at, bertebaranlah kamu di muka bumi untuk mencari nikmat Allah bdan ingatlah pada Allah sebanyak-banyaknya”.

ِ َّللَّٱ ِم ۡضَف ٍِي ْإُغَزۡثٱَٔ ِض ۡسَ ۡلۡٱ ِٙف ْأُشِشَزَٱَف ُح َٕهَّصنٱ ِذَِٛضُل اَرِئَف ۡىُكَّهَؼَّن ا ٗشِٛثَك َ َّللَّٱ ْأُشُك ۡرٱَٔ

ٌَُٕذِهۡفُر ٧٠

Artinya : Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.144

Selain ayat Al- Qur‟an banyak pula hadist yang berisikan perintah untuk bekerja keras. Misalnya: “kejarlah duniamu seakan-akan kamu tidak pernah mati, dan kejarlah akhiratmu seakan-akan kamu akan mati di keesokan hari”.

Dari kutipan ayat al-Qur‟an dan hadist tersebut di atas ada perbedaan sangat mendasar dalam teori motivasi pandangan psikologi modern (David Mc Clelland) dengan pandangan islam. Teori psikologi modern melihat prestasi hanyalah sebatas prestasi individual, dan tidak ada nuansa kepasrahan pada Tuhan. Diduga tingginya angka bunuh diri di kalangan mereka dikarenakan mereka tidak pernah puas pada apa yang mereka peroleh. Tentu saja sikap tidak puas ini ada segi positifnya, yaitu akan memotivasi orang untuk bekerja lebih keras lagi. Tetapi kalau prestasi yang diinginkannya itu tidak tercapai, maka akan besar kemungkinan orang akan mengalami rasa frustasi yang berat. Mereka yang tidak mencapai keinginannya ini akan menilai diri mereka sebagai orang yang tidak/kurang berguna atau kurang dibanggakan.

144144

Kegagalan dalam mencapai prestasi ini dapat berlanjut pada problem kejiwaan yang dilampiaskan dalam wujud perilaku kekerasan atau pelarian ke alcohol, narkotik, dan bahkan bunuh diri. Dalam pandangan islam pencapaian prestasi bukan ditentukan oleh ikhtiar manusia saja, tetapi juga ditentukan oleh kehendak sang Pencipta. Adanya bingkai keTuhanan ini akan mngurangi atau meniadakan frustasi seandainya keinginan untuk berprestasi tidak terwujud.

Ciri lain dari teori motivasi islam adalah pencapaian prestasi tidaklah didorong oleh sifat egoistic semata. Dalam pandangan islam motivasi berprestasi adalah sebuah ibadah yang ujung-ujungnya adalah pengabdian pada Tuhan. Apapun hasilnya kerja kita di dunia ini adalah pengabdian pada Tuhan. Banyak ayat al-Qur‟an yang menyarankan manusia untuk memanfaatkan prestasi kerjanya untuk kemajuan umat manusia. Ciri orang taqwa yang ditulis dalam al-Qur‟an adalah yang banyak memberikan manfaat kepada orang lain. Misalnya; surat Ali Imran ayat 130 yang mnggambarkan ciri orang yang taqwa itu manusia yang banyak membei kepada orang lain, baik disaat lapang maupun disaat kesempitan;

Surat Al-Balad ayat 14-16 yang memerintahkan kepada setiap muslim untuk memberikan makan kepada orang miskin dan mengentaskan kaum duafa; surat As-Shoof ayat 11 yang berisikan ajakan agar orang berjihad fisabilillah dengan harta dan nyawanya.

Pengembangan sumber daya manusia dalam aspek motivasi berprestasi. Ada 4 jenis prestasi yang harus kita bangun pada millennium ketiga ini, yakni prestasi di dalam membangun kapital intelektual, kapital sosial, kapital lembut, dan kapital spiritual. Dengan menumbuhkan manusia dengan keempat capital ini

diharapkan akan terwujud manusia yang berorientasi„kita‟ bukan orientasi „saya‟ (diri saya, divisi saya, unit organisasi saya). Manusia yang demikian inilah yang disebut oleh Stephen Covey sebagai manusia yang efektif.

Kapital intelektual

Kapital intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Dalam kondisi yang ditandai oleh perubahan yang super cepat, manusia harus terus memperluas dan mempertajam pengetahuannya, dan mengembangkan kreatifitasnya untuk berinovasi.

Al-Qur‟an mewajibkan setiap manusia untuk banyak membaca guna mengembangkan kapital intelektualnya. Ayat al-Qur‟an yang pertama kali turun adalah perintah untuk membaca: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (Al-Alaq ayat 15). Banyak ayat-ayat Al-Qur‟an lainnya yang senada, misalnya dalam surat Ali-Imran, ayat 190-191, Allah berfirman : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakan, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka perihalah kami dari siksa neraka”.

Intektual kapital baru akan tumbuhb bila masing-masing orang berbagi wawasan. Untuk dapat berbagi wawasan orang harus membangun jaringan hubungan sosial dengan orang lainnya. Kemampuan membangun jaringan sosial inilah yang disebut dengan kapital sosial.

Kapital sosial dimanifestasikan pula dalam kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan. Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat tumbuhnya kreatifitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda, dan menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersbut akan memberikan kebaiakan untuk semua. Dalam ajaran islam setiap manusia diminta membangun silaturahmi. Karena silaturahmi akan memberikan kebaikan. Ide kreatif muncul melalui diskusi. Demikian pula peluang bisnis seringkali terbuka karena adanya jaringan hubungan silaturahmi.

Kapital ‘lembut’ (soft capital)

Kapital lembut yang oleh Hartanto disebut dengan “soft capital” adalah kapital yang diperlukan untuk menumbuhkan kapital sosial dan capital intelektual bersifat bisa dipercaya dan percaya pada orang lain (trust), bisa menahan emosi, pemaaf, penyabar, ikhlas, dan selalu ingin menyenangkan orang lain sangat diperlukan bagi upaya untuk membangun masyarakat yang beradab dan berkinerja tinggi. Islam sangat menyarankan manusia untuk mengembangkan soft capital.

Kapital spiritual

Bagi orang islam ketiga kapital yang dibicarakan di atas adalah bagian dari ekspresi kapital spiritual. Semakin tinggi iman dan takwa seseorang semakin tinggi pula ketiga kapital di atas. Namun demikian banyak akademisi yang

menyarankan agar kapital spiritual dipisahkan dari ketiga capital di atas, dengan tujuan untuk semakin menekankan betapa pentingnya upaya pengembangan keberagaman manusia.

Di mata para akademisi yang berpandangtan demikian, agama akan menjadi pembimbing kehidupan agar tidak menjadi egoistik yang orientasinya hanya memikirkan diri sendiri. Oleh karena itu, upaya untuk mengembangkan keagamaan adalah bagian mutlak dan utama bagi tumbuhnya masyarakat yang makmur dan sejahtera serta aman dan damai.