• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Berprestasi ( Need For Achievment ) McClelland

BAB II Kerangka Teori

1.7 Motivasi Berprestasi ( Need For Achievment ) McClelland

McClelland menyatakan bahwa selalu berfikir dan berusaha untuk menemukan cara – cara baru untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya, inilah yang oleh McClelland disebut sebagai motivasi berprestasi atau juga sering disebut sebagai keputusan berprestasi. Jika seseorang menggunakan waktu luangnya tersebut untuk kenikmatan hidup, seperti misalnya untuk tidur dan bersenang – senang, maka orang tersebut memiliki motivasi berprestasi yng sangat rendah. Namun jika seseorang menghabiskan waktunya untuk lebih banyak mengenang teman – temannya, keluarga, kegiatan sosial, pesta dan sebagainya, maka orang tersebut memiliki kebutuhan berprestasi sangat rendah.

Hanya jika seseorang berpikir tentang bagaimana meningkatkan situasi sekarang ke arah yang lebih, dan hendak melaksanakan tugas – tugas yang dihadapinya dengan cara yang lebih baik, maka orang itu barulah bisa disebut memiliki kebutuhan berprestasi yang amat kuat. Pertanyaan yang mucul adalah bagaimana mengukur kebutuhan prestasi ini. Rumusan rumusan pertanyaan tertulis bukan merupkan metode yang bagus untuk mengukur motivasi berprestasi.

Karena cara seperti ini memberi peluang seseorang untuk berbohong tentang motif, kepentingan dan sikapnya. Oleh karena itu, McClelland menerapkan metode proyeksi untuk mengukur motivasi prestasi seseorang.

Setelah menunjukkan suatu gambar dari pokok penelitiannya kepada sekelompok orang, McClelland kemudian meminta kepada masing – masing orang untuk menulis cerita dari gambar yang telah mereka lihat. Dari cerita yang

mereka buat ini, McClelland melakukan kebutuhan berprestasi yang dimiliki oleh masing – masing pembuat cerita. Ia menganggap, bahwa cerita – cerita tersebut bukan sekedar cerita yang tanpa arti, melainkan merupakan gambaran dari motivasi mereka melalui media cerita.

Misalnya, setelah ditunjukkan sebuah gambar dari seorang laki – laki yang melihat sebuah potret diatas sebuah meja kerja, salah seorang sasaran penelitian menerjemahkannya sebagai seorang yang sedang melamun, yang berpikir tentang bagaimana ia telah menggunakan masa liburannya dengaan keluarganya, dan sedang merencanakan bagaimana ia hendak menghabiskan masa akhir pekannya yang akan datang dalam cara yang lebih menarik. Seorang subjek penelitian yang lain menerjemahkan gambar yang sama sebagai seorang insinyur yang sedang bekerja untuk merumuskan sesuatu masalah yang penting tentang bagaimana membangun sebuah jembatan yang mampu menahan gerak angin yang sangat tinggi. Dari dua cerita itu nampak jelas, bahwa sasaran penelitian yang menulis cerita kedua mendapat nilai yang lebih tinggi.

McClelland mengajukan pertanyaan yang menantang untuk melihat sejauh mana kebutuhan berprestasi ini berkaitan dengan pembangunan ekonomi Nasional ( yang dalam hal ini diukur dengan konsumsi tenaga listrik ). Dari hasil penelitian antar negara, McClelland menemukan, bahwa negara yang memiliki derajat yang tinggi pula pembangunan ekonominya. Disamping itu, McClelland juga melaporkan pentingnya peran waktu, muncul, berkembang, dan matinya kebutuhan berprestasi juga berkaitan dengan muncul berkembang dan surutnya pembangunan ekonomi. Misalnya, sekalipun Inngris raya memiliki skala yang tinggi dalam kebutuhan berprestasi pada abad ke - 19 , namun demikian pada

tahun 1950 kebutuhan berprestasinya berada dibawah nilai rata – rata. Dilain pihak, sekalipun Prancis, Rusia dan Jerman memiliki skala rendah dari kebutuhan berprestasinya pada masa peralihan abad ke - 20, namun sejak tahun 1950-an, Amerika Serikat memiliki kebutuhan berprestasi yang kurang lebih sama dengan Uni Soviet, namun demikian sekarang ini nilai kebutuhan berprestasi Uni Soviet sedang berada pada masa naik, sementara Amerika Serikat sedang berada pada pasang surut. McClelland menyatakan, bahwa diperlukan setidaknya sekitar limapuluh tahun untuk menyamakan kecenderungan antara pembangunan ekonomi negara dengan kecenderungan meningkatnya kebutuhan berprestasi.

McClelland mencari cara untuk menaikkan skala kebutuhan berprestasi.

Sebagai ahli psikologi, McClelland cenderung untuk mendeteksinya dari hubungan keluarga, khususnya pada tahapan proses pembimbingan anak – anak.

Pertama, orang tua hendaknya menentukan standar motivasi yang tinggi pada anak – anaknya, misalnya melalui pengharapan agar anaknya memiliki prestasi yang gemilang disekolah, kemudian memiliki pekerjaan yang mapan dan menjadi dikenal dimasyarakat. Kedua, hendaknya orang tua lebih menggunakan metode memberikan dorongan dan hubungan yang sangat sosialisasi dengan anak – anak mereka. Orang tua hendaknya memberikan dorongan dan perhatian yang cukup dan memberikan ganjaran yang memadai jika memang anak – anak mereka mampu mencapai dan menyelesaikan beban yang diberikan orang tua mereka.

Ketiga, orang tua hendaknya tidak bersikap otoriter. Mereka tidak diharapkan memanjakan atau berinisiatif sendiri demi kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan oleh anak – anaknya, akan tetapi justru sebaliknya, mereka hendaknya memberikan kesempatan kepada anak – anaknya untuk mengambil inisiatif dan

menentukan cara – caranya sendiri untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.

Lebih dari itu, McClelland menunjukkan, bahwa cara – cara pendidikan barat dan penyebaran budayanya akan sangat membantu negara barat untuk menanamkan tumbuh dan berkembangnya kebutuhan berprestasi dari negara – negara dunia ketiga.

Kebijaksanaan yang ditimbulkan dari hasil kajian ini, misalnya terlihat pada upaya – upaya untuk meningkatkan motivasi berprestasi dari para wiraswataan negara dunia ketiga, jika memang negara dunia ketiga hendak membangun ekonominya. Bantuan keuangan, tekhnologi dan sarana – sarana kebijaksanaan yang diberikan Amerika Serikat pada negara duni ketiga untuk mencukupi, dan tidak akan mampu membangkitkan gairah pembangunan ekonomi negara dunia ketiga tersebut. Bagi McClelland, negara dunia ketiga seharusnya mempunyai sekelompok wiraswastaan yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berprestasi yang diharapkan mampun untuk mengubah bantuan asing menjadi investasi produktif. Selain itu, bahwa semakin tinggi negara dunia ketiga dengan negara Barat dengan jalan pendidikan atau pengenalan budaya, maka akan semakin mempermudah dan mempercepat negara dunia ketiga untuk menyerap ciri – ciri motivasi berprestasi tinggi yang dimiliki oleh negara Barat.

Teori Motivasi Mc. Clelland dalam Hasibuan (1996:162-163):

mengemukakan bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial.

Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh karyawan dengan dorongan: (1) kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat, (2) harapan keberhasilannya, dan (3) nilai insentif yang

terlekat pada tujuan. Tiga kebutuhan manusia yang memotivasi gairah bekerja menurut Mc.Clelland dalam Danim dan Suparno (2004 :3) (dalam binsar, 2017) yaitu : kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power ) Kebutuhan akan afiliasi (Need for affiliation)/Keanggotaaan Kebutuhan akan prestasi (Need for Achievement).

McClelland mengemukakan 6 karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, diantaranya :

1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, 2. Berani mengambil dan memikul resiko,

3. Memiliki tujuan realistik,

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan,

5. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan,

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogram.

Dokumen terkait