• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini 1.Pengertian Perkembangan Motorik 1.Pengertian Perkembangan Motorik

2. Motorik Halus

Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua, yaitu: motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya menendang, melempar, dan berlari. Sedangkan menurut Suyanto (2005: 50) motorik halus merupakan perkembangan otot halus dan fungsinya, otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik. Motorik halus anak akan berkembang secara optimal apabila anak diberikan kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencorat-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.

2. Motorik Halus

a. Pengertian Perkembangan Keterampilan Motorik Halus

Sukadiyanto (1997: 70) menyatakan bahwa keterampilan motorik adalah keterampilan seseorang dalam menampilkan gerak sampai lebih kompleks. Keterampilan tersebut merupakan suatu keterampilan umum seseorang yang berkaitan dengan berbagai keterampilan atau tugas gerak. Dengan demikian keterampilan motorik merupakan keterampilan gerak seseorang dalam melakukan segala kegiatan.

Sumantri (2005: 143) berpendapat bahwa motorik halus merupakan pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan kordinasi mata dengan tangan. Sujiono (2008: 1.14) motorik halus adalah gerakan yang melibatkan

bagian-23

bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.

Berdasarkan pendapat ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motorik halus merupakan kemampuan anak dalam mengkoordinasikan otot-otot kecil dalam melakukan aktivitas tertentu. Kemampuan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik jika diberikan stimulasi yang tepat dan dilatih dengan konsisten. Menstimulasi yang dimaksudkan adalah dengan cara mendorong anak untuk melakukan latihan secara berulang sehingga nantinya anak akan terbiasa. b. Karakteristik Perkembangan Keterampilan Motorik Halus

Depdiknas (2007: 10) menjelaskan karakteristik perkembangan motorik halus anak adalah sebagai berikut:

a) Pada saat anak berusia tiga tahun, anak sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jari jempol dan jari telunjuk tetapi gerakan tersebut masih kikuk/belum sempurna.

b) Pada saat usia empat tahun, koordinasi matorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung sempurna.

c) Pada saat usia lima tahun, koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna. Gerakan tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Pada usia ini anak juga telah mampu melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk seperti kegiatan proyek.

24

d) Pada usia enam tahun atau masa akhir kanak-kanak, anak telah belajar bagaimana menggunakan jari-jemari dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensil.

Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik anak usia 5-6 tahun koordinasi motorik halusnya sudah lebih sempurna, yaitu anak sudah dapat mengendalikan jari-jemari dan pergelangan tangan.

c. Prinsip-Prinsip Pengembangan Keterampilan Motorik Halus

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru agar perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun dapat berkembang secara optimal menurut Depdiknas (2007: 13) sebagai berikut:

a) Memberikan kebebasan untuk anak berekspresi pada anak.

b) Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat merangsang keaktifan dan kreatifitas anak.

c) Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentukan cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.

d) Menumbuhkan/memotivasi keberanian anak dan menghindari petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak.

e) Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangannya.

f) Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak.

25

Sumantri (2005: 148) mengemukakan bahwa pendekatan pengembangan motorik halus anak Taman Kanak-kanak hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Berorientasi Kepada Kebutuhan Anak

Ragam jenis pembelajaran motorik halus hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.

b) Belajar Sambil Bermain

Upaya stimulasi yang diberikan pendidik dilakukan dengan situasi yang menyenangkan. Melalui kegiatan bermain anak dapat diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna.

c) Kreatif dan Inovatif

Aktifitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru. d) Lingkungan Kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik sehingga anak akan betah. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan kenyamanan anak dalam bermain.

26 e) Tema

Jika kegiatn yang dilakuan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, dan menarik minat anak.

f) Mengembangkan Keterampilan Hidup

Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk mengembangkan keterampilan hidup. Pengembangan keterampilan hidup didasarkan pada dua tujuan yaitu: (1) memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri (self help), disiplin, dan sosialisasi, (2) memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada jenjang selanjutnya.

g) Menggunakan Kegiatan Terpadu

Kegiatan pengembangan hendaknya dirancang dengan menggunaan model pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak (center of interest)

Sedangkan Hurlock (1978: 157) mengatakan ada 8 hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu:

a) Kesiapan belajar

Keterampilan motorik akan cepat dicapai oleh anak jika anak dalam keadaan siap untuk belajar.

b) Kesempatan belajar

Anak yang diberikan banyak kesempatan untuk belajar memungkinkan anak untuk berhasil dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan kesempatan. Khususnya bagi orang tua yang takut apabila anaknya

27

mengalami sesuatu biasanya membatasi kesempatan anak dalam melakukan suatu kegiatan.

c) Kesempatan praktek

Anak harus diberikan kesempatan untuk mempraktekan apa yang sudah dipelajarinya untuk dapat menguasai suatu keterampilan.

d) Model yang baik

Untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik maka perlu diterapkan model yang baik juga untuk anak melakukan kegiatan tersebut.

e) Bimbingan

Untuk mendapatkan model yang benar anak perlu mendapatkan bimbingan sehingga apabila anak melakukan suatu kesalahan dapat diperbaiki.

f) Motivasi

Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat belajar anak. Motivasi meruapakan dorongan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

g) Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu

Anak dalam mempelajari keterampilan motorik harus dilakukan secara individu (setiap anak melakukan/mempraktekan). Misalnya memegang gunting untuk menggunting berbeda dengan memegang crayon untuk mewarnai. Keterampilan motorik untuk setiap jenis kegiatan tidak sama.

28

h) Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu

Sebaiknya dalam mempelajari suatu keterampilan dipelajari satu demi satu supaya anak dapat menguasai apa yang sudah dipelajarinya.

Secara garis besar, menurut Richard Decaprio (2013: 22-23) pembelajaran motorik mengacu pada empat konsep utama, yaitu:

a) Pelajaran motorik di sekolah adalah suatu proses dalam berbagai tindakan. Gerakan yang diperoleh berupa gerakan yang bersifat keterampilan. Gerakan tersebut bisa sempurna apabila dilakukan dengan latihan dan pembelajaran.

b) Pelajaran motorik disekolah dilakukan dengan pengalaman ataupun praktik langsung oleh para siswa dengan bimbingan dan pengawasan guru. Pasalnya pembelajaran motorik adalah pembelajaran keahlian dalam hal terapan (keterampilan) yang hanya diperoleh dengan cara melakukan praktik.

c) Untuk mengukur hasil pembelajaran motorik terhadap para siswa di sekolah, guru tidak bisa mengukur secara langsung dalam waktu singkat. Oleh karena itu, sebagai gantinya adalah inferred dari perilaku para siswa yang dilihat secara kasat mata. Disanalah guru bisa melihat dan mengukur terjadi atau tidaknya perkembangan yang signifikan dalam hal pembelajaran motorik.

d) Hasil pembelajaran motorik di sekolah yang bersifat dapat dilihat dari munculnya perubahan yang permanen dalam perilaku para siswa, baik yang ditujukan dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.

29

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam mengembangkan keterampilan motorik halus anak pendidik perlu memperhatikan beberapa prinsip utama dalam pengembangannya, yaitu: kesiapan belajar peserta didik, kesempatan belajar dan praktek, pemberian model yang baik, serta adanya bimbingan dan motivasi dari pendidik. Dengan penerapan prinsip tersebut, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan keterampilan motorik halus yang dimiliki secara optimal.

d. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Keterampilan Motorik Halus

Yudha M. Saputra & Rudyanto (2005: 9) menjelaskan tujuan dari keterampilan motorik halus adalah:

a) Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. b) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata.

c) Mampu mengendalikan emosi.

Hal yang sama dikemukakan oleh Sumantri (2005: 9) yang menyebutkan bahwa tujuan motorik halus untuk anak usia 4-6 tahun adalah:

a) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

b) Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari: seperti kesiapan menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda.

c) Mampu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan. d) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.

30

Dari pernyataan para ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari pengembangan motorik halus adalah anak dapat memfungsikan otot-otot kecil pada jari dan tangan, anak dapat mengkoordinasikan tangan dan mata, serta anak dapat mengendalikan emosinya.

Fungsi utama motorik ialah untuk mengembangkan keterampilan dari setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Keterampilan membantu anak memperoleh kemandirian dan membantu anak mendapatkan penerimaan sosial. Fungsi pengembangan motorik halus menurut Sumantri (2005: 146) adalah untuk mendukung pengembangan aspek lainnya yang dimiliki oleh anak seperti kognitif dan bahasa serta sosial. Yudha M. Saputro (2005: 116) mengungkapakan fungsi pengembangan motorik halus adalah:

a) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan. b) Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan

dengan mata.

c) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampialan motorik halus anak sangat penting untuk dikembangkan, karena melihat beberapa fungsi di atas keterampilan motorik halus dapat melatih kemampuan kemandirian anak, mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosial, melatih otot-otot jari jemari, dipakai untuk koordinasi tangan dan mata, serta dapat melatih penguasaan emosi anak.

31

e. MengembangkanKeterampian Motorik Halus Anak Usia Dini

Mengembangkan motorik halus anak usia dini harus dimulai sejak masa prasekolah. Hal ini dikarenakan anak usia dini merupakan usia emas (golden age) yang sangat potensial untuk melatih dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Pendidik dan orang tua harus dapat mengerti dan peka terhadap setiap tahap perkembangan anak serta harus dapat menjadi fasilitator bagi perkembangan anak. Oleh sebab itu pendidik perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat merangsang anak untuk aktif mengetahui materi yang diajarkan, aktif bertanya, dan berani untuk berpendapat serta melakukan percobaan sesuai dengan keinginan anak.

Membentuk keterampilan motorik halus anak tentunya membutuhkan proses yang panjang dan bertahap. Peran pendidik dan orang tua sangatlah penting dalam proses pengembangan keterampilan motorik halus anak. Pemberian dorongan dan pembiasaan secara berulang-ulang dari pendidik dan orang tua merupakan cara yang paling baik dalam mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Teori belajar behavioristik menyebutkan bahwa dalam pembelajaran diperlukan adanya stimulus, respon, dan penguatan (C.Asri Budiningsih, 2005: 20). Dorongan dan bimbingan yang diberikan kepada anak untuk mengerjakan kegiatannya secara individu merupakan sebuah stimulus. Pemberian stimulus tersebut nantinya akan diterima oleh anak sehingga anak memberikan respon dengan cara mau mengerjakan kegiatan yang ada secara individu. Ketika anak sudah mau mengerjakan kegiatan secara individu maka pendidik perlu memberikan penguatan seperti memberikan pujian atau penghargaan sehingga

32

anak akan merasa lebih termotivasi dalam belajar dan keterampilan motorik halus anak akan berkembang secara optimal. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keterampilan motorik halus anak (Hurlock, 1987: 157) :

a) Kesiapan belajar

Keterampilan motorik akan cepat dicapai oleh anak jika anak dalam keadaan siap untuk belajar.

b) Kesempatan belajar

Anak yang diberikan banyak kesempatan untuk belajar memungkinkan anak untuk berhasil dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan kesempatan. Khususnya bagi orang tua yang takut apabila anaknya mengalami sesuatu biasanya membatasi kesempatan anak dalam melakukan suatu kegiatan.

c) Kesempatan praktek

Anak harus diberikan kesempatan untuk mempraktekan apa yang sudah dipelajarinya untuk dapat menguasai suatu keterampilan. d) Model yang baik

Untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik maka perlu diterapkan model yang baik juga untuk anak melakukan kegiatan tersebut.

e) Bimbingan

Untuk mendapatkan model yang benar anak perlu mendapatkan bimbingan sehingga apabila anak melakukan suatu kesalahan dapat diperbaiki.

33 f) Motivasi

Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat belajar anak. Motivasi meruapakan dorongan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

g) Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu

Anak dalam mempelajari keterampilan motorik harus dilakukan secara individu (setiap anak melakukan/mempraktekan). Misalnya memegang gunting untuk menggunting berbeda dengan memegang crayon untuk mewarnai. Keterampilan motorik untuk setiap jenis kegiatan tidak sama.

h) Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu

Sebaiknya dalam mempelajari suatu keterampilan dipelajari satu demi satu supaya anak dapat menguasai apa yang sudah dipelajarinya.

Mengembangkan keterampilan motorik halus anak erat kaitannya dengan pemberian kesempatan belajar dan praktek secara bertahap dan berulang-ulang kepada anak. Dalam membentuk keterampilan motorik halus yang optimal anak memerlukan praktek secara langsung sebagai sarana untuk melatih pergerakannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan seperti menggambar, mewarnai, menulis, menggunting, meronce, dan menyusun balok.

Berpijak pada pengertian keterampilan motorik halus yang meliputi unsur-unsur kemampuan seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, serta menyusun balok maka hal itu menjadi dasar dalam penentuan indikator

34

keterampilan motorik halus anak. Indikator tersebut akan digunakan untuk melihat perkembangan keterampilan motorik halus anak. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 menyebutkan bahwa indikator perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun adalah a) menggambar sesuai gagasan, b) meniru bentuk, c) melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, d) menggunakan alat tulis dengan benar, e) menggunting sesuai dengan pola, f) menempel gambar dengan tepat, dan g) mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail.