• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Model Pembelajaran Area Dalam Mengembangkan Keterampilan Motorik Halus Peserta Didik di Kelas B5 Keterampilan Motorik Halus Peserta Didik di Kelas B5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Area Dalam Mengembangkan Keterampilan Motorik Halus Peserta Didik di Kelas B5 Keterampilan Motorik Halus Peserta Didik di Kelas B5

Pelaksanaan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Area Dalam Mengembangkan Keterampilan Morotik Halus Peserta Didik di Kelas B5 TK Negeri Pembina Yogyakarta terdiri dari empat kegiatan pembelajaran yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir. Pendidik TK Negeri Pembina Yogyakarta melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran area dalam mengembangkan motorik halus. Persiapan yang dilakukan oleh pendidik yaitu dengan membuat Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang mencakup kegiatan pembelajaran berdasarkan pelaksanaan model pembelajaran area. Dokumentasi peneliti terkait RKM dan RKH dapat dilihat di bagian lampiran.

57

RKM dan RKH merupakan acuan bagi pendidik dalam mengajar yang berisi tentang apa yang akan dilakukan oleh pendidik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya. Selain mempersiapkan RKM dan RKH pendidik juga mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Berikut hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti:

“Sebelum proses pembelajaran berlangsung, bu Ktr mempersiapkan media yang diperlukan guna menunjang proses pembelajaran peserta didik, yaitu: mempersiapkan area pembelajaran, membuat model/contoh kegiatan yang akan dilakukan disetiap area. Selain itu bu Ktr juga melihat RKM dan RKH terlebih dahulu untuk mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada saat itu.” (Catatan Lapangan 5: 4 Juni 2015).

Hasil observasi tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada ibu Ktr selaku wali kelas kelas B5 terkait persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran yaitu sebagai berikut:

“Persiapan saya sebelum mengajar yaitu mempersiapkan media, kegiatan -kegiatan yang akan dilakukan, melihat kembali RKH serta indikator yang ingin dicapai apa mas. Saya mempersiapkan segala sesuatu biasanya di rumah kalau tidak ya sehabis pulang sekolah mas, saya tidak langsung pulang tetapi mempersiapkan keperluan pembelajaran untuk esok hari.” (Wawancara 1: 4 Juni 2015).

Dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi peneliti dapat menyimpulkan bahwa persiapan penting untuk dilakukan oleh pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Persiapan tersebut dilakukan untuk menyiapkan RKM dan RKH, media pembelajaran untuk peserta didik, serta materi pembelajaran. Persiapan yang dilakukan oleh pendidik dikerjakan di luar jam pembelajaran

58

sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Persiapan yang dilakukan oleh pendidik akan menentukan jalannya proses pembelajaran. Dengan persiapan yang matang, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan optimal.

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dilaksankaan selama ±30 menit secara klasikal. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh pendidik yaitu: a) berbaris, berdoa, dan bernyayi. b) bercerita tentang pengalaman sehari-hari dari anak. c) membicarakan tema/sub tema. d) melakukan kegiatan motorik, dapat dilakukan di dalam maupun luar kelas. Tujuan dari kegiatan awal yang dilakukan oleh pendidik adalah untuk mendapatkan fokus dari peserta didik. Berikut hasil observasi yang diperoleh peneliti pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung:

“Bu Ktr selaku pendidik di kelas B5 memancing fokus peserta didik dengan cara meneriakan yel-yel, serta bernyanyi sambil bertepuk tangan. Setelah peserta didik fokus, Bu Ktr mengajak peserta didik untuk bercerita tentang pengalaman peserta didik dirumah dikaitkan dengan tema pembelajaran pada saat itu. Peserta didik sangat antusias dalam menyampaikan argumennya. Setelah itu Bu Ktr mulai menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dipelajari pada saat itu.” (Catatan Lapangan 5: 4 Juni 2015).

Dari hasil observasi tampak pendidik melaksanakan kegiatan awal dengan mengajak peserta didik untuk ikut andil dalam berargumen. Peserta didik juga terlihat sangat antusias dalam menjawab. Pendidik memberikan umpan balik kepada peserta didik dengan cara meluruskan pendapat dari peserta didik yang masih belum tepat. Aktivitas kegiatan awal yang dilakukan oleh pendidik di TK Negeri Pembina Yogyakarta dipertegas dengan pernyataan dari ibu Ktr pada saat wawancara, sebagai berikut:

59

“Untuk pengkondisian belajar tidak langsung ke materi mas, saya kondisikan seperti tadi mas menanyakan kabar, bercerita tentang pengalaman anak, melakukan kegiatan motorik, kemudian baru saya hubungkan dengan tema pembelajaran pada saat itu.” (Wawancara 1: 4 Juni 2015).

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa pengkondisian awal peserta didik sebelum memasuki proses pembelajaran sangat penting untuk dilakukan. Pengkondisian awal peserta didik bertujuan untuk mendapatkan fokus dan perhatian dari peserta didik agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Kondisi awal peserta didik akan mempengaruhi ketercapaian pada proses pembelajaran. Ada beragam cara yang dilakukan pendidik dalam mengkondisikan peserta didik untuk memulai proses pembelajaran.

b. Kegaiatan Inti

Kegiatan inti pada pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus di TK Negeri Pembina Yogyakarta dilaksanakan dengan memperatikan enam kondisi penting dalam mempelajari keterampilan motorik halus, yiatu: kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan praktek, model yang baik, bimbingan, dan motivasi. Berikut salah satu hasil observasi terkait kegiatan inti pembelajaran dalam mengembangkan keterampilan motorik halus yang dilakukan oleh peneliti:

“Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, pendidik memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada peserta didik tentang kegiatan yang akan dilakukan di area yang dibuka. Pendidik memberikan penjelasan secara detail dan terperinci kepada peserta didik agar peserta didik dapat dengan mudah memahami kegiatan yang akan dilakukan. Setelah peserta didik dapat memahami apa saja kegiatan yang akan dilakukan, pendidik

60

lalu mempersilahkan peserta didik untuk menuju ke area pembelajaran yang mereka sukai. Peserta didik dengan antusias memilih area pembelajaran mereka masing-masing. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pendidik benar-benar memberikan kebebasan dan kesempatan praktek kepada peserta didik. Pada saat itu terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan kegiatan yang ada didalam area pembelajaran. Pendidik lalu menghampiri untuk memberikan bimbingan dan motivasi bahwa peserta didik yang bersangkutan pasti bisa untuk mengerjakan kegiatan tersebut. Peserta didik dapat berpindah ke area pembelajaran yang lain setelah mereka menyelesaikan kegiatan di area pembelajaran yang mereka pilih sebelumnya. Pada hari itu dibuka 4 area pembelajaran, yaitu: area seni (mengaksir dengan arang), area bahasa (menjodohkan tulisan dan gambar sila pancasila), area matematika (memotong dan menempel kertas sesuai jumlah), dan area balok (membuat menara). Keterampilan motorik halus peserta didik berkembang dengan baik. Hal tersebut terlihat dari kegiatan peserta didik saat mengaksir, mewarnai, menggunting, menempel, dan menyusun dengan gerakan tangan yang teratur dan rapi.” (Catatan Lapangan 6: 5 Juni 2015).

Hasil observasi menunjukakan bahwa dalam mengembangkan keterampilan motorik halus peserta didik, pendidik sangat memperhatikan kesiapan belajar dari peserta didik. Hal tersebut ditunjukkan saat pendidik memberikan penjelasan kepada peserta didik sebelum kegiatan di masing-masing area dimulai. Setelah itu pendidik memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik di masing-masing area pembelajaran yang telah dibuka. Pendidik memberikan kebebasan kepeda peserta didik untuk memilih dan mencoba setiap area pembelajaran yang ada. Dalam masing-masing area pembelajaran, peserta didik diberikan kesempatan praktek secara individu oleh pendidik untuk mengerjakan setiap kegiatan. Saat peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan kegiatan yang ada di area pembelajaran, pendidik akan memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta

61

didik agar kembali bersemangat untuk menyelesaikan kegiatan yang ada di area pembelajaran.

Selain data hasil observasi, peneliti juga menggunakan dokumentasi dan wawancara untuk memperjelas hasil terkait kegiatan inti. Dokumentasi kegiatan inti dapat dilihat di lampiran. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ibu Ktr terkait kegiatan inti dalam pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus di TK Negeri Pembina Yogyakarta:

“Pada kegiatan inti, pendidik memberikan kesempatan belajar dan praktek kepada peserta didik mas. Hal tersebut dilakukan agar keterampilan motorik halus anak dapat terbentuk dengan optimal.” (Wawancara 2: 5 Juni 2015).

Pendidik TK Negeri Pembina Yogyakarta memberikan kesempatan belajar dan praktek kepada peserta didik dalam proses pembelajaran melalui area-area pembelajaran yang telah disediakan. Peserta didik merupakan subjek dalam proses pembelajaran, sehingga harus difasilitasi agar perkembangan motorik halus yang dimiliki dapat optimal. Delapan aktivitas belajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran dalam mengembangkan motorik halus peserta didik, sebagai berikut:

a) Kesiapan Belajar

Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada kesiapan belajar dilakukan oleh pendidik dengan cara pendidik memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada peserta didik tentang materi kegiatan yang akan dipelajari pada saat itu.

62

Selain itu pendidik memancing perhatian peserta didik dengan cara meneriakan jargon semangat dan bernyayi. Kesiapan belajar peserta didik perlu dibentuk sejak awal bertujuan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal, berikut hasil observasinya:

“Pendidik memancing perhatian dan fokus dari peserta didik dengan cara meneriakan jargon semangat dan mengajak peserta didik untuk bernyayi bersama. Setelah peserta didik dapat dikondisikan, pendidik mulai menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada masing-masing area pembelajaran. Pada saat itu dibuka empat area pembelajaran, yaitu: area seni, area matematika, area bahasa, area balok. Pendidik menjelaskan setiap kegiatan dengan detail dan berulang-ulang agar peserta didik lebih mudah dalam memahami. Pendidik juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila masih belum jelas. Setelah peserta didik dirasa sudah siap untuk melakukan proses pembelajaran, pendidik lalu mempersilahkan peserta didik untuk menuju ke area pembelajaran yang mereka sukai.” (Catatan Lapangan 6: 5 Juni 2016).

Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, tampak pendidik mempersiapkan kesiapan belajar peserta didik dengan cara pendidik mengajak peserta didik untuk bernyanyi dan meneriakan jargon semangat. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan fokus dari peserta didik. Setelah peserta didik fokus dan dapat dikondisikan, pendidik menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan di area pembelajaran.

Selain melalui observasi, peneliti juga memperoleh dokumentasi selama penelitian sedang berlangsung. Hasil dokumentasi dapat dilihat di lampiran. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara, berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ktr, peneliti memperoleh data tentang kesiapan belajar, sebagai berikut:

63

“Dalam menyiapkan kesiapan belajar pada peserta didik biasanya pendidik melakukannya seperti tadi mas. Pendidik harus mendapatkan fokus terlebih dahulu dari peserta didik. Pendidik biasanya mengajak bernyayi dan beryel-yel terlebih dahulu, setelah itu baru masuk kepenjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan di area pembelajaran mas. Kesiapan belajar dari peserta didik perlu diperhatikan secara khusus mas. Bila peserta didik sudah siap belajar, pembelajaran dapat berjalan dengan optimal.” (Wawancara 1: 4 Juni 2015).

Dari hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara peneliti dapat menyimpulkan bahwa kesiapan belajar peserta didik penting untuk dilakukan oleh pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Apabila pembelajaran dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan motorik yang dipelajari oleh peserta didik yang sudah siap akan lebih unggul dari peserta didik yang belum siap untuk belajar.

b) Kesempatan Belajar

Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada pemberian kesempatan belajar dilakukan oleh pendidik dengan cara membuka area pembelajaran untuk menjadi pusat kegiatan peserta didik serta pendidik memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih area pembelajaran yang dibuka pada hari itu. Setelah pendidik mempersilahkan peserta didik untuk menuju ke area pembelajaran yang telah dibuka, lalu peserta didik dengan antusis memilih area yang mereka sukai. Dengan begitu peserta didik akan mendapatkan kesempatan belajar dimasing-masing area yang telah dibuka setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan dimasing-masing area yang

64

dipilihnya. Peneliti melakukan observasi untuk melihat kegiatan kesempatan belajar yang tercipta, sebagai berikut:

“Bu Ktr pada hari itu membuka empat area pembelajaran, yaitu: area seni, area bahasa, area matematika, dan area balok. Dari ke empat area yang dibuka tersebut, peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih area yang ingin dimasuki terlebih dahulu. Peserta didik bebas melakukan kegiatannya sendiri, dan bebas menentukan langkah-langkah sesuai dengan kreativitasnya.Peserta didik dapat berpindah ke area yang lain setelah mereka menyelesaiakan kegiatan yang ada didalam area yang mereka masuki sebelumnya. Bu Ktr memberikan kesempatan belajar kepada masing-masing peserta didik dengan cara membuka empat area pembelajaran, dengan cara peserta didik mendapatkan kesempatan untuk masuk dimasing-masing area yang ada. Dengan begitu peserta didik akan mendapatkan kesempatan belajar dari masing-masing area yang ada.” (Catatan Lapangan 7: 9 Juni 2015).

Dalam observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, tampak pendidik mengembangkan keterampilan motorik halus peserta didik dengan cara memberikan kesempatan belajar dimasing-masing area pembelajaran yang telah dibuka. Pendidik membebaskan peserta didik untuk mengalami pembelajaran disetiap area yang ada. Peserta didik sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Selain data hasil observasi, peneliti juga menggunakan dokumentasi dan wawancara untuk memperjelas hasil terkait kesempatan belajar. Dokumentasi terkait kesempatan belajar peserta didik dapat dilihat di lampiran. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan ibu Ktr, peneliti memperoleh data tentang kesempatan belajar yang dilakukan dalam proses pembelajaran, sebagai berikut:

65

“Dalam mengembangkan keterampilan motorik halus peserta didik, model pembelajaran area memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik mas. Model pembelajaran area memberikan kesempatan belajar melalui area-area pembelajaran yang terdapat didalamnya mas. Contohnya seperti tadi, melalui area bahasa, seni, balok, dan matematika mas.” (Wawancara 2: 5 Juni 2015).

Pelajaran motorik halus di sekolah merupakan satu proses dalam berbagai tindakan. Keterampilan motorik halus peserta didik dapat berkembang secara optimal apabila dilakukan dengan suatu latihan. Pendidik melatih perkembangan motorik halus peserta didik dengan cara memberikan kesempatan belajar melalui area-area pembelajaran yang terdapat pada model pembelajaran area.

c) Kesempatan Praktek

Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada pemberian kesempatan praktek dilakukan oleh pendidik TK Negeri Pembina Yogyakarta dengan cara membuka kegiatan di area-area pembelajaran. Setelah itu peserta didik melakukan praktek melalui kegiatan yang ada didalam area pembelajaran, seperti: menggambar, mewarnai, menggunting, menempel, dan menulis. Peserta didik harus diberikan kesempatan untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Peneliti melakukan observasi untuk melihat kegiatan praktek yang tercipta, sebagai berikut:

“Pada hari itu dibuka empat area pembelajaran, yaitu: area seni dengan kegiatan membatik dengan katenbat, area bahasa dengan kegiatan menggambar dan menulis perkembangbiakan kupu-kupu, area matematika dengan kegiatan mengenal lambing bilangan dengan cara menebalkan angka, dan area balok dengan kegiatan menyusun

66

menara. Peserta didik mengerjakan setiap kegiatan di area pembelajaran dengan antusias. Peserta didik mengerjakan setiap kegiatan yang ada dengan cara praktek langsung. Pembelajaran berlangsung secara individu dengan menekankan pada pengalaman langsung peserta didik. Pendidik benar-benar memberikan kesempatan praktek dan memberikan kebebasan terhadap peserta didik untuk berkreativitas menurut pemikirannya sendiri.” (Catatan Lapangan 9: 10 Juni 2015)

Dari observasi tampak pendidik memberikan kesempatan praktek kepada peserta didik. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara individu dengan menekankan pada pengalaman langsung dari peserta didik untuk praktek pada kegiatan yang telah disediakan dimasing-masing area pembelajaran. Pendidik benar-benar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpraktek dalam mengembangkan keterampilan motorik halus dari masing-masing peserta didik.

Pendidik membuka empat area pembelajaran dalam memfasilitasi perkembangan motorik halus peserta didik yaitu area seni, area bahasa, area matematika, dan area balok. Sebelum pendidik mempersilahkan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran di area yang tersedia, pendidik memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang kegiatan yang ada di masing-masing area pembelajaran. Setelah itu peserta didik dibebaskan untuk memilih area pembelajaran yang mereka minati. Peserta didik dapat berpindah ke area yang lain setelah mereka menyelesaikan kegiatan yang ada didalam area yang meraka masuki sebelumnya. Area seni wujud keterampilan motorik halus peserta didik yang berkembang yaitu peserta didik dapat mengekspresikan diri melalui gerakan

67

menggambar secara detail. Peserta didik melakukan kegiatan membatik dan melukis dengan berbagai media contohnya dengan membatik dengan menggunakan katenbat, Pada area bahasa wujud perkembangan keterampilan motorik halus peserta didik yaitu peserta didik mampu menggambar sesuai dengan gagasannya dan mampu menggunakan alat tulis dengan benar. Peserta didik melakukan kegiatan menggambar proses pekembangbiakan kupu-kupu mulai dari telur, ulat, kepompong, dan menjadi kupu-kupu disertai dengan tulisan atau deskripsi singkat. Pada area matematika wujud perkembangan keterampilan motorik halus peserta didik yaitu mampu menggunakan alat tulis dengan benar. Peserta didik melakukan kegaiatan menghubungkan garis-garis menjadi bentuk angka bilangan. Pada area balok wujud perkembangan keterampilan motorik halus peserta didik yaitu peserta didik melakukan kegiatan menyusun balok-balok menjadi sebuah bangunan menara dengan rapi.

Motorik halus peserta didik akan semakin berkembang secara maksimal seiring dengan kesempatan yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya untuk mengerjakan tugas yang diberikan secara individu. Karena peserta didik dapat menuangkan ide dan bereksperimen dengan bebas. Bentuk perkembangan motorik halus peserta didik di kelas B5 TK Negeri Pembina Yogyakarta dalam pembelajaran Model Pembelajaran Area berupa bisa mengkoordinasikan gerakan mata dan jari jemari dengan baik. Berikut penjelasan dari ibu Ktr:

“Motorik halus merupakan gerak otot-otot halus yang meliputi gerak jari jemari serta pengorganisasian mata dengan tangan mas. Agar

68

motorik halus dapat berkembang dengan maksimal maka harus diberikan stimulus dengan tepat yaitu dengan cara dilatih mas. Cara melatihnya bisa dengan menulis, meremas, menggambar, menempel, serta menggunting mas.” (Wawancara 2: 5 Juni 2015).

Bentuk perkembangan motorik halus peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran dapat tergambar pada beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut selanjutnya dihubungkan dengan indikator perkembangan motorik halus pada anak usia dini. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator sebagai berikut menggambar sesuai gagasan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting dan menempel gambar sesuai pola, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail. Adapun indikator dan bentuk perkembangan motorik halus yang ditunjukkan oleh peserta didik selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut:

1. Menggambar sesuai gagasan

1) Mampu menggambar bebas dengan berbagai media (spidol, krayon, arang, pensil warna, kapur tulis, dan bahan-bahan alam)

2) Mampu menggambar secara proporsional

3) Mampu mencetak dengan berbagai media (jari, kuas, bulu ayam, katenbat) dengan rapi

2. Menggunakan alat tulis dengan benar 1) Mampu menulis nama depan

69

3) Mampu membuat berbagai macam coretan 3. Menggunting dan menempel gambar sesuai pola

1) Mampu menggunting dengan berbagai media derdasarkan bentuk/pola (lurus, melengkung, lingkaran, segitiga)

2) Mampu menempel kertas/gambar sesuai dengan pola

4. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail

1) Mampu mewarnai bentuk gambar sederhana 2) Mampu membatik

3) Mampu melukis dengan berbagai media (kuas, bulu ayam, katenbat)

Selain melakukan observasi, peneliti juga mendokumentasikan kegiatan praktek yang tercipta dalam pembelajaran. Hasil dokumentasi dapat dilihat dilampiran. Data hasil observasi dan dokumentasi didukung dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu Ktr, sebagai berikut:

“Model pembelajaran area dalam memfasilitasi perkembangan keterampilan motorik halus peserta didik yaitu dengan cara praktek langsung mas. Biasanya guru memberikan pengarahan dan penjelasan terlebih dahulu mas sebelum peserta didik masuk ke dalam area pembelajaran. Nah di area-area pembelajaran itulah peserta didik diberikan kebebasan berpraktek sesuai dengan kretivitasnya masing-masing mas.” (Wawancara 2: 5 Juni 2015).

70

Model pembelajaran area merupakan model pembelajaran yang menekankan pada perkembangan individu peserta didik. Pembelajaran dengan model area membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan motorik halus dengan cara memberikan kesempatan paraktek kepada peserta didik melalui area-area pembelajaran yang ada. Aktivitas belajar yang tercipta di area pembelajaran memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung.

d) Model Yang Baik

Pelaksanaan model pembelajaran area dalam mengembangkan keterampilan motorik halus pada pemberian model yang baik dilakukan oleh pendidik dengan cara memberikan sebuah contoh materi kegiatan yang ada didalam area pembelajaran agar peserta didik dapat menirunya. Dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting. Maka dari itu, untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik peserta didik memerlukan contoh model yang baik. Pada hari itu, peserta didik akan mempelajaari tentang perkembangbiakan kupu-kupu. Pendidik memberikan contoh dan menerangkan terlebih dahulu kepada peserta didik sebelum memulai kegiatan dimasing-masing area yang dibuka. Peneliti memperoleh data terkait aktivitas pemberian model yang baik yang dilaksanakan oleh pendidik dalam pembelajaran, berikut hasil observasi pada saat pembelajaran dimulai:

71

“Pada hari itu, pendidik membuka area bahasa dalam mengembangkan motorik halus peserta didik. Pada area bahasa, peserta didik diberi tugas untuk membuat cerita pendek tentang proses perkembangbiakan kupu-kupu. Pendidik memberikan contoh gambar dan deskripsi singkat diarea pembelajaran. Peserta didik lalu mempraktekan menggambar dan menulis deskripsi singkat dari proses perkembangbiakan kupu-kupu. Proses perkembangbiakan dimulai dari telor, ulat, kepompong, dan terakhir kupu-kupu.” (Catatan Lapangan 9: 10 Juni 2015).

Dari data observasi tampak pendidik memberikan contoh model kegiatan