• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Konsep Ukhuwah

C. Muhammad Asad Dalam Kitab Tafsir The Message Of The Quran Of The Quran

1. Biografi Muhammad Asad

Muhammad Asad yang sering dipanggil dengan nama panggilan Asad, terlahir dengan nama asli Leopold Weiss di kota Lwow, German Lemberg, sekarang berada di wilayah Polandia, yang merupakan bagian dari kekaisaran Austria. Muhammad Asad lahir pada tanggal 2 Juli 1900 dari sebuah keluarga Yahudi yang terpandang, dan religius. Oleh ayahnya, pengetahuan agama Ibrani sangat ditanamkan dalam diri Asad, sejak kecil berjam-jam waktu Asad dihabiskan untuk membaca kitab suci, sehingga pada usia 13 tahun Asad sudah lancar berbicara dan berbahasa Ibrani. Selain itu, ia juga mempelajari kitab

46 Mubaidillah, “Tafsir Al-Lubab Karya M. Quraish Shihab (Kajian Metodologi Tafsir Kontemporer)” Jurnal Nur El-Islam, Volume 3, Nomor 1, April 2016, hlm. 205.

43

Perjanjian Lama dari naskah aslinya, yaitu Mishna dan Gemara serta memiliki pengetahuan tentang teks dan komentar Talmud. Dia pun menyelami Al-Kitab, yang bernama Targum.47

Kakek Asad merupakan seorang Rabi, ortodoks di Czernowitz Austria, sedang ayahnya merupakana seorang pengacara yang terkenal. pada tahun 1939, Polandia dipisah antara Jerman dan Uni Soviet (Rusia). Kota Lvov diserahkan kepada Rusia dan masuk bagian Republik Sosialis Ukraina. akan tetapi pada tahun 1941, Jerman mengambil kota Lvov kembali dari Rusia, dan selepas tahun 1945, kota ini ditetapkan dan dimasukkan wilayah Ukraina.48

Di usia muda, Leopold Weiss sudah gemar melakukan petualangan. Dengan kemampuan bahasa yang Weiss miliki, pada usia ini sudah banyak karya-karya yang dibacanya, seperti Sienkiewicz dalam bahasa Polandia, Nietzsche dan Rilke dalam bahasa Jerman, Taurat dan Talmud dalam bahasa Ibrani dan Aramea. Dengan kemampuan dua bahasa yang dimilikinya tersebut, Weiss dapat mempelajari bahasa dan sastra Arab dengan mudah.49

47Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

Jurnal Wardah, Vol.18, No.2, 2017, hlm. 99.

48Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

Jurnal Wardah, Vol.18, No.2, 2017, hlm. 99.

49Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

44

Di tahun 1920, pada musim panas, Weiss pergi dari kota Wina dengan menaiki kereta api menuju Praha. Dari Praha, Weiss menuju kota Berlin. Atas ajakan dari Anton Kuhn temannya, yang merupakan seorang jurnalis dari Wina, Weiss menjadi seorang kritikus sandiwara dan mendapatkan gaji lumayan dari profesinya itu. Di kota Wina pula, Weiss memulai pekerjaannya di bidang kewartawanan. Pada saat itu, Weiss tertarik dengan pemberitaan Madame Gorky sekaligus melakukan investigasi jurnalisme tentang krisis kelaparan yang terjadi di Rusia di mana berjuta-juta manusia mengalami kelaparan dan ratusan ribu korban meninggal dunia atas musibah ini dan beritanya menjadi halaman utama.50

Pada usia 22 tahun, yaitu pada tahun 1922, Leopold Weiss pergi dari negara tanah kelahirannya, Austria. Ia melakukan perjalanan menjelajahi Afrika dan Asia untuk menjadi koresponden khusus di beberapa surat kabar terkemuka di Eropa sekaligus mengunjungi pamannya, Dorian Weiss di kota Yerussalem. Pada tahap ini, Weiss, seperti banyak generasi seusianya, menganggap dirinya Agnostik, dimana Weiss mempertanyakan keberadaan Tuhan, terhadap doktrin ajaran Yahudi. Hal ini muncul karena kekecewaannya terhadap Yudaisme yang hanya mementingkan satu suku bangsa tertentu, yaitu Yahudi. Bahwa Yudaisme tidak memihak kepada kesetaraan semua agama disebabkan kecongkakan

50Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

45

yang ada pada diri iman Yahudi. Dalam pandangan Weiss, tidak mungkin jika Tuhan hanya di takdirkan untuk suatu kelompok tertentu, yaitu Ibrani. Akan tetapi Tuhan hadir sebagai pencipta dan pengatur bagi seluruh umat manusia.51

Dalam kegelisahannya tersebut, Weiss banyak memperhatikan negara-negara yang dilewatinya tersebut, meski awalnya ia melihat sebagai orang luar. Namun kemudian, ia menemukan hal yang berbeda mengenai tatanan sosial dan pandangan hidup yang “lebih manusiawi” dengan lingkungannya di Austria, secara umumnya dalam pandangannya terhadap gaya hidup di Eropa, yang serba terburu-buru dan mekanistik, hal tersebutlah yang kemudian menimbulkan keingin tahuan dalam dirinya, yang kemudian menumbuhkan ketertarikan Weiss pada ajaran-ajaran keagamaan orang-orang Muslim.52

Namun hal tersebut belum cukup untuk menggugah Leopold Weiss menjadi seorang Muslim. Akan tetapi dari realitas yang ditemukan olehnya jauh berbalik dengan apa yang ada dalam kemungkinan ideal agama Islam sendiri, seperti masyarakat yang berkemajuan, masyarakat dengan konflik internal yang kecil dan rasa persaudaraan sejati yang besar. Apapun yang ada dalam ajaran Islam merupakan pergerakan kemajuan, di kalangan umat Muslim

51Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

Jurnal Wardah, Vol.18, No.2, 2017, hlm. 100.

52Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

46

malah sebaliknya, menjadi kemalasan dan kemandekan. Apa pun yang dalam ajaran Islam merupakan kemurahan hati dan kesiapsediaan untuk berkorban, di kalangan umat Muslim dewasa ini telah diselewengkan menjadi kesempitan berfikir dan kesenangan untuk menikmati hidup yang dengan memilih jalan mudah.53

Hal ini menimbulkan kebingungan dalam dirinya, atas ketidakcocokan antara kenyataan umat Muslim pada masa dahulu dengan masa sekarang, sehingga Weiss mencoba mendekati permasalahan tersebut dengan sudut pandang lain, bukan menjadi orang luar, akan tetapi membayangkan dirinya sendiri sebagai bagian di dalam lingkungan Islam. Hingga akhirnya ia menemukan akal permasalahan dari perbedaan nilai ideal dengan realitas umat Muslim saat itu, bahwa umat Muslim secara berangsur-angsur mulai meninggalkan spirit ajaran Islam. Islamnya memang masih ada, namun seperti tubuh tanpa jiwa. Realitas umat terdahulu, bahwa agama menjadi sumber kekuatan yang berdiri kokoh bagi umatnya, namun saat ini berbalik melemahkan kondisi struktur kulturalnya.54

Seiring berjalannya waktu, ia makin memahami betapa konkret dan luar biasa praktisnya ajaran-ajaran Islam, di samping itu Weiss pun makin mempertanyakan mengapa umat Islam berhenti

53 Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

Bagi Orang-Orang Yang Berfikir” (Bandung : Mizan, 2017). hlm. hlm. 1312.

54Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

47

menerapkan ajaran-ajaran Islam itu secara penuh dalam kehidupan nyata. Hal ini Asad wujudkan dalam diskusinya dengan banyak ahli pikir Muslim dinyaris semua negeri yang terbentang antara Gurun Libya dan Pamir, antara Selat Bosphrus dan Laut Arab. Pertanyaan Asad terhadap hal tersebut sudah menjadi obsesinya untuk dipecahkan, hingga mengalahkan minat intelektualnya terhadap hal-hal lain di dunia Islam. Seakan ia yang seorang Non-Muslim berdiskusi dengan orang-orang Muslim dengan semangat seolah-olah ingin membela Islam dari kelalaian dan kemalasan mereka, yang bahkan proses ini tidak ia sadari. Pada musim gugur tahun 1925, di pegunungan afghanistan, seorang Gurbernur yang masih muda berkata padanya “tapi anda adalah seorang Muslim, hanya saja anda tidak

menyadarinya”, Asad sontak kaget mendengar

pernyataan tersebut, hingga pada tahun 1926 ketika kembali ke Eropa, ia melihat satu-satunya konsekuensi dari tindakannya tersebut adalah ia harus memeluk agama Islam.55

Hal-hal itulah yang mengantarkan Leopold Weiss ketika itu, menjadi seorang Muslim, tepatnya pada bulan September dan mengganti namanya menjadi Asad dari Leopold yang maknanya “Singa”. Pilihannya tersebut tentu menimbulkan banyak Tanda Tanya dari banyak orang, “Mengapa Anda memeluk Islam? Apakah di dalamnya terdapat ajaran yang

55Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

48

membuat anda tertarik memeluknya?”. Muhammad Asad mengakui :

Aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Bukan ajaran tertentu dalam Islam yang membuatku tertarik memeluknya, alih-alih keseluruhan bangungan ajaran moral dan program hidup praktisnya yang demikian menakjubkan dan luar biasa serasi. Aku tidak bisa mengatakan, bahkan sampai detik ini, aspek Islam manakah yang lebih menarik bagiku dibandingkan dengan aspek lainnya. Bagiku, Islam tampak seperti sebuah karya arsitektur nan sempurna. Semua unsurnya disusun secara harmonis guna melengkapi dan mendukung satu sama lain: tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang, sehingga menghasilkan sebuah keseimbangan yang absolut dan ketenangan yang kukuh. Boleh jadi perasaan inilah, yakni perasaan bahwa segala sesuatu dalam ajaran dan dalil-dalil Islam

berada “pada tempat yang benar”, yang telah

menciptakan kesan terkuat dalam diriku. Mungkin bersamaad dengan itu ada kesan-kesan lainnnya pula yang saat ini sulit ku jelaskan56

. Kejadian-kejadian inilah yang mengawali latar belakang pemikiran Muhammad Asad terhadap agama Islam.

Pada tahun 1930, Muhammad Asad menikahi Munira binti Husain Al-Syammari. Dari pernikahannya yang pertama ia memiliki 2 orang anak, namun anak pertamanya yang bernama Tariq

56 Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

49

meninggal dunia ketika lahir. Anaknya yang kedua lahir pada tahun 1932, diberi nama Talal. Pada tahun 1932 pula, Muhammad Asad meninggalkan istri dan anaknya menuju Benua India yang pada saat itu masih dijajah Inggris. Hingga pada tahun 1939, ia pergi ke London untuk menolong ayah, ibu tiri, dan saudara perempuannya yang ditahan rezim Nazi, sedang kakaknya yang bernama Heinrich diungsikan ke Palestina. Hingga pada tahun 1945, penulis kitab tafsir The Message of The Quran ini ditawan Inggris pada tanggal 4 September 1939 sampai berakhirnya PD II.57

Setelah dilepas sebagai tawanan Inggris, ia dan keluarganya pindah ke Dalhoousie di Punjab Timur, kemudian pindah dari Dalhousie menuju Lahore ketika anak Benua India dipecah menjadi India dan Pakistan. Pada tahun 1947, Asad mengabdi sebagai negarawan dan diplomat Pakistan, awalnya sebagai Direktur Departemen Rekonstruksi Islam, kemudian menjabat sebagai Deputi Sekertaris dan Direktur Divisi Timur Tengah pada Kementrian Luar Negeri di Karachi. Pada tahun 1952, Asad bercerai dengan istrinya yang bernama Munira, namun pada tahun yang sama, Asad diutus ke New York sebagai Duta Besar Berkuasa penuh untuk mewakili Pakistan di PBB, kemudian ia menikahi Pola Hamida Kazimirska dan mengundurkan diri dari tugas diplomatik. Hingga pada tahun 1959-1964, mereka hidup

57Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

50

pindah dari New York ke Syarjah, Lebanon, dan Swiss. Dan pada tahun 1964-1983, mereka tinggal di Tangier, Maroko. Dan pindah kembali tinggal di Spanyol dan kemudian di Portugal pada tahun 1983-1987, dan kembali lagi ke Spanyol pada tahun 1987-1982 bersama istrinya Pola. Kepindahannya ini merupakan kepindahan yang terakhir, karena pada tahun 1992, Asad meninggal dunia pada 20 Februari di Marbella, Spanyol. 58

Dalam karir kehidupannya, Muhammad Asad cukup banyak menuliskan banyak buku, termasuk salah satunya kitab tafsir yang digunakan oleh penulis saat ini, hingga akhir kehidupannya pada usia 91 tahun, tepatnya dari 2 Juli 1900 – 20 februari 1992. Dan dimakamkan di pemakaman Muslim di Granada, Andalusia. Karya-karya Muhamad Asad selama 91 tahun yaitu59: Unromatisches morgeland: aus dem tagebuch einer reise, frankfruit/main: verlag der frankfutter societats-duckerei (1924). Bukunya yang pertama, ditulis dalam bahasa Jerman, tentang catatan perjalanannya di Timur Tengah sebagai koresponden Frankfutter Zeitung; Islam At The Crossroad; Delhi, Arafat Publications (1934). Bukunya yang kedua, ditulis dalam bahasa Inggris, berisi analisisnya mengenai kemunduran umat Islam dalam peradaban dunia dan langkah yang harus di tempuh demi kebangkitannya kembali. Edisi Indonesianya sudah

58Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

Bagi Orang-Orang Yang Berfikir” (Bandung : Mizan, 2017). hlm. 1324-1325.

59Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

51

lama diterbitkan Pustaka Salman ITB dengan judul Islam di Simpang Jalan; Shahih Al-Bukhari: The Early Years Of Islam (1935-1938), annoted translation in 5 installments, Arafat Publications: Srinagar dan Lahore. Sebuah terjemahan dan komentar atas bagian bab dalam kitab hadis Shahih Al-Bukhari: bab awal mula wahyu, kisah para sahabat, dan periode Madinah awal; belum tersedia edisi Indonesianya; Journal: “Arafat: A Monthlu

Critique Of Muslim Thought” (1946-48). Sebuah jurnal pemikiran Islam, berbahasa Inggris, terbit hingga 10 edisi; The Road To Mecca (1954), New York: Simon and Schuster; London; Max Reindhardt. Sebuah autobiografi yang menjadi bestseller Internasional, yang mengisahkan pengembaraan Asad dari Eropa ke Timur Tengah, pergaulannya dengan para Raja, Emir, Ulama, dan pemimpin Muslim dari berbagai negeri, dan bagaimana akhirnya dia memeluk Islam. Buku ini menjadi jembatan yang luar biasa baik untuk memperkenalkan Islam ke publik Internasional, khususnya pembaca Barat. Banyak yang terinspirasi karenanya, dan akhirnya memeluk Islam. Edisi Indonesianya sudah lama terbit oleh PenerbitAl-Ma’arif, Bandung, dalam ejaan Indonesia lama; lalu dalam edisi yang diberbarui oleh Penerbit Mizan, Bandung, dengan judul The Road To Mecca; Islam und abendland. Begegnung zweier Welten (1960), Olten and Freiburg in Breisgau: WalterVerlag. Sebuah buku dalam bahasa Jerman, tentang Islam dan Barat: bagaimana dua dunia ini bertemu; The Principles Of State And Government In

52

Islam (1961), Berkley And Los Angeles: University Of California Press. Buku berbahasa Inggris yang amat penting, yang berisi pandangan-pandangan Asad tentang prinsip-prinsip ketatanegaraan dan pemerintahan dalam Islam. Edisi Indonesianya sudah lama diterbitkan, masih dalam ejaan Indonesia lama; The Message of The Quran, Translated And Explained By Muhammad Asad (1980), Gibraltar: Dan Andalus. Sebuah terjemahan dan tafsir

Al-Qur’an berbahasa Inggris yang amat penting, dan

sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia; This Law Of Ours And Other Essays (1987), Gibraltar: Dar Al-Andalus. Berisi pandangan–pandangan Asad mengenai hukum Islam, syariat, fiqih, ijtihad dan taklid. Di dalamnya juga terdapat kumpulan esai dengan berbagai topik: tentang agama, Tuhan, Peradaban Barat-Islam, masalah Yerussalem Israel dan Palestina, hijrah dan lain-lain.

2. Kitab Tafsir The Message of The Quran

Kitab tafsir The Message of The Quran karya Muhammad Asad ini, belum ditemukan dengan pasti kapan Muhammad Asad mulai menerjemahkan

Al-Qur’an. Akan tetapi jika kita melihat waktu penulisan

buku-buku nya yang lain, seperti The Road To Mecca (1952) dengan The Message of The Quran (1964), dapat dipastikan bahwa Asad mulai menyusun kitab tafsir ini pada pertengahan hingga akhir tahun 1950-an. Jika hal ini dapat diterima, maka sebelum Asad menulis kitab tafsir ini, ia sudah menetap di negara-negara Timur Tengah selama kurang lebih 40 tahun,

53

waktu yang cukup bagi diri Asad untuk memahami ajaran Islam dan menguasai bahasa Arab dengan baik.60

Kitab Tafsir Muhammad Asad, merupakan kitab tafsir yang ditulis dengan Bahasa Inggris, kemudian di Indonesia ditransliterasikan ke dalam Bahasa Indonesia. Kitab tafsir yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia inilah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian terhadap konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an. Kitab tafsir The Message of The Quran sendiri, menggunakan sistematika penulisan Mushafi, yaitu yang susunannya diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan terjemah dari surat an-Nas. Dalam menyusun penafsirannya, kitab tafsir karya Muhammad Asad ini, dibagi dalam 3 jilid yang mencakup semua surat dan ayat dalam Al-Qur’an. Adapun pembagiannya secara rinci, Jilid 1 berisi penafsiran dari surat Al-Fatihah sampai dengan surah Yusuf, dengan jumlah 417 halaman. Kemudian jilid ke kedua, mulai dari halaman 443 sampai dengan halaman 875. Pada jilid ketiga yang merupakan jilid terakhir dari kitab tafsir Muhammad Asad, mulai dari halaman 889-1291, termasuk di dalam jilid ketiga terdapat artikel yang lebih mengarah pada kehidupan penulis kitab sendiri.61

60Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

Bagi Orang-Orang Yang Berfikir” (Bandung : Mizan, 2017). hlm. xxxiii.

61Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

54

Secara umum dan seperti yang sudah kita fahami bersama, terdapat 4 metode penafsiran

Al-Qur’an, yaitu Tahlili (Analisis), Ijmaly (Global),

Muqaran (Perbandingan), dan Maudhu’i (Tematik)62.

Kitab tafsir The Message of The Quran karya Muhammad Asad, masuk kedalam kitab tafsir yang ditulis dengan metode tafsir Ijmaly (Global), dimana pembahasannya lebih terlihat ringkas dan lebih mengarah kepada makna bahasa. Namun dibanding tafsir Ijmaly secara umum, ada beberapa kelebihan tafsir Muhammad Asad, dimana penafsiran Ijmaly dari kitab lain, seperti dalam kitab tafsir Jalalain.

Dalam pandangan Haidar Baghir, ada beberapa kelebihan-kelebihan The Message of The Quran, dibanding beberapa tafsir lain, seperti Fi Dzilal

Al-Qur’an, Nur Al-Qur’an, Al-Mizan, Al-Misbah dan

tafsir lain sebagainya, dalam hal kualitas dan relevansinya, diantaranya63 :

1. Berbeda dengan banyak tafsir Al-Qur’an, terutama di era pertengahan, tafsir ini ringkas hampir seperti kumpulan catatan-catatan kaki yang di perluas sedimikian rupa, sehingga dapat diatur agar muat dalam halaman yang sama dengan pemuatan lafaz asli ayat dalam bahasa Arab dan terjemahannya. 2. Tafsir ini juga merujuk kepada tafsir-tafsir

tradisional yang sudah banyak dikenal, seperti

62 Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras,

2010), hlm. 41.

63 Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

Bagi Orang-Orang yang Berfikir”, terj. Tim Penerbit Mizan, (Bandung : Mizan, 2017) hlm. xv-xix.

55

tafsir Thabari, Ibn Katsir, Zamakhsyari, Al-Razi, Al-Baghawi, Al-Baidhawi, dan tafsir lainnya 3. Penafsiran ini ditulis, dengan berdasar penelitian

selama bertahun-tahun dan mendalam yang dilakukan oleh Asad atas berbagai tafsir tradisional, hadis, sejarah Rasul, bahkan Bibel. 4. Dalam pandangan beberapa kelompok orang hal

ini merupakan kelebihan tergantung arah pandang penafsiran, khususnya Haidar Baghir, yaitu sikap Asad dalam menafsirkan bersifat Rasional, namun bukan berarti Rasional Ekstrim.

5. Penafsiran-penafsiran Asad terasa sangat relevan dengan konteks kekinian. Urainnya tampak sekali diupayaan untuk beresonansi dengan situasi dan kondisi kontemporer dan kebutuhan orang-orang yang hidup pada zaman kekinian.

6. Penafsiran yang dilakukan Asad lebih memungkinkan bagi perumusan pemahaman terhadap ajaran Islam yang progresif yang terbuka, tapi pada saat yang sama tetap autentik.

7. Di antara beberapa kelebihan, kelebihan yang terakhir ini mencakup kelebihan-kelebihan lain, yaitu dalam menafsirkan Al-Qur’an, Asad menjadikan Al-Qur’an sebagai kumpulan firman Allah yang masuk akal (makes sense). Berbeda dengan penafsiran tradisional yang sering kali susah diterima akal. Menurut penulis, maksud yang lebih jelas adalah bahwa penafsiran Asad menjelaskan Al-Qur’an dengan penalaran yang rasional dalam memahami ajaran Tuhan di dalam Al-Qur’an.

56 D. Metode Komparatif

Tidak perlu menelusuri secara susah payah mengenai metode penelitian komparatif, dapat diduga bahwa cara-cara perbandingan, model-model komparatif, baik dalam kehidupan praktis sehari-hari maupun sebagai cara-cara ilmiah dalam penelitian, sudah digunakan sejak lama. Dalam masyarakat kita selalu membandingkan satu objek dengan objek kain. Melalui perbandingan, objek yang dimaksudkan dapat diukur kualitasnya.dengan melakukan perbandingan secara mudah, kita dapat mengetahui kekurangan, kelebihan, persamaan dan perbedaan suatu objek dari objek yang lain, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan salah satu objek64.

Metode komparatif dilakukan dengan membandingkan dua objek yang diduga memiliki persamaan dan perbedaan, seperti perbandingan kehidupan masyarakat petani dengan nelayan atau perbandingan kehidupan baik petani maupun nelayan sebelum dengan sesuah dipengaruhi oleh industri pariwisata. Hal-hal yang dapat menjadi analisis kajian, misalnya perbedaan jam kerja, perbedaan penghasilan, hubungan sosial dalam kaitannya dengan sistem religi, termasuk perilaku dalam mengelola pernghasilan yang diperoleh. Termasuk ada pula hal menarik yang dapat menjadi objek kajiannya adalah, pariwisata, kenaikan harga tanah, dan pengaruh penduduk pendatang

64 Nyoman kutha ratna, metodologi penelitian: kajian budaya dan

ilmu-ilmu soisal humaniora pada umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016) hal. 332-333

57

mengubah pola kehidupan masyarakat baik petani maupun nelayan.65

Jika melihat dari segi kegunaan, penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan-pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup, atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa, atau terhadap ide-ide.66

Dokumen terkait