• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP UKHUWAH DALAM AL QUR’AN (STUDI KOMPARATIF ANTARA KITAB TAFSIR AL-LUBAB DAN THE MESSAGE OF THE QURAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP UKHUWAH DALAM AL QUR’AN (STUDI KOMPARATIF ANTARA KITAB TAFSIR AL-LUBAB DAN THE MESSAGE OF THE QURAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KOMPARATIF ANTARA KITAB TAFSIR AL-LUBAB DAN THE MESSAGE OF THE QURAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun Oleh: Abrar Azfar Al Akram

NIM: 215-14-011

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abrar Azfar Al Akram

NIM : 215-14-011

Fakultas : Ushuluddin Adab dan Humaniora

Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan dipubilkasikan oleh perpustakaan IAIN Salatiga.

Demikian pernyataan ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 17 Juli 2018 Yang menyatakan,

Abrar Azfar Al Akram NIM: 215-14-011

(3)

iii

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Abrar Azfar Al Akram

NIM : 215-14-011

Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Judul :“Konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Antara Kitab Tafsir Al-Lubab Dan The Message of The Quran) ”

Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

Salatiga, 17 Juli 2018 Pembimbing

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara Abrar Azfar Al Akram dengan Nomor Induk Mahasiswa

215-14-011 yang berjudul “Konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an (Studi

Komparatif antara Kitab Tafsir Al-Lubab dan The Message of The Quran)” telah dimunaqosyahkan dalam Sidang Panitia Ujian Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada Senin, 10 September 2018 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir.

Salatiga, 27 September 2018

Panitia Ujian

Ketua Sidang

Dr. Mubasirun, M. Ag. NIP. 19590202 1990031001

Sekretaris Sidang

Dr. Adang Kuswaya, M. Ag. NIP.19720531 199803 1002

Penguji I

Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag. NIP.19541002 198403 1001

Penguji II

Tri Wahyu Hidayati, M. Ag. NIP. 19741123 200003 2002

Dekan FUADAH

(5)

v MOTTO

Manusia dapat dihancurkan, Manusia dapat dimatikan...

akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan, selama manusia itu setia atau percaya pada hatinya sendiri

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk abi dan umi penulis yang selalu

berjuang, memberikan motivasi dan pelajaran, serta pengalaman yang

membuat penulis belajar dan memahami kehidupan,

Kepada saudara-saudaraku yang selalu mendukung semua cita-cita dan

harapan penulis,

(6)

vi

KATA PENGANTAR ميحرلا نمحّرلا الله مسب

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul “Konsep Ukhuwah Dalam Al-Qur’an (Studi

Komparatif Antara Kitab Tafsir Al-Lubab Dan The Messsage Of The Quran)” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, dengan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Benny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Adab dan Humaniora sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan teladan dengan semangat bekarya.

3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir sekaligus sosok penyemangat, pendorong kesuksesan dan contoh bagi mahasiswa-mahasiswanya, khususnya mahasiswa IAT yang sangat bangga dan berbahagia selama ini berada dalam bimbingan beliau.

(7)

vii

5. Kepada seluruh Dosen Fuadah khususnya pada Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir IAIN Salatiga yang tak henti-hentinya selalu menyemangati dan mendorong mahasiswa untuk maju dan berkembang.

6. Abi Sarno dan Umi Senilawati tersayang, dan yang selalu membimbing penulis, memberikan doa, nasihat, kasih dan sayang, serta motivasi dalam kehidupan penulis.

7. Mas M. Roid Al-Faruqi dan adek penulis Abdul Hakim Al-Malik, yang selalu mendukung dalam setiap kegiatan dan harapan-harapan penulis 8. Sahabat dan kawan seperjuangan penulis, Asprilia Putri, Ayusta,

Novita, Wahyu, Fisa, Latip, Neny, Dai, Samsul, Layla, Mbak Bicha, Ocim, Fisa, Trisna, Yusuf, Dan Nuha yang semuanya telah memberikan pengalaman berjuang bersama.

9. Terimakasih pada Teman-teman KKN, Cik Nur, Dika, Elsa, Ifa, Longit, Hikmah, Fatur dan Eka atas dukungan dan motivasinya

10.Anak didik dan adek-adek penulis dalam Pencak Silat SMK N 2 Salatiga, annizar, devan, chayono, santi, yuda, anam, mamad, khakim, irvan, aldi, warsito, luhur, saiful, dan friski, sri, syahdan, fajar, feli, dan azril yang menjadi partnerku dalam mencurahkan bakat dan keringat.

Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah

SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam segi isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 27 September 2018

Abrar Azfar Al Akram

(8)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep Ukhuwah yang digali berdasar ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’n sebagai solusi atas permasalahan umat saat ini, di mana antara kelompok dalam agama islam saling merasa sebagai golongan yang lebih baik dari yang lain dalam hal akidah dan syariat. Pernyataan utama yang dijawab dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Quran? (2) Bagaimana penafsiran Muhammad Asad terhadap ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Quran? (3) Apa persamaan dan perbedaan konsep Ukhuwah dalam pandangan M. Quraish Shihab dan Muhammad Asad?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam memperoleh data peneliti menggunakan metode kepustakaan (library research). Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis komparatif.

(9)

ix

perbedaan yang dalam konsep Ukhuwah yang ditawarkan oleh Muhammad Asad dan Quraish Shihab yaitu Muhammad Asad menjelaskan ayat-ayat Ukhuwah secara tidak langsung, jelasnya dalam kitab tafsirya Asad lebih banyak membahas mengenai tindakan yang merupakan oposisi dari tindakan

Ukhuwah yaitu “bercerai-berai” dan konsekuensi yang akan manusia terima

dari tindakan tersebut, termasuk di dalamnya larangan utuk mendekati tindakan tersebut, berbeda dengan Quraish Shihab yang menafsirkan ayat tersebut langsung menyangkut tema pentingnya Ukhuwah, persatuan dan kesatuan dalam umat, yang kemudian dihubungkan dengan bahaya tindakan bercerai-berai dengan berbagai konsekuensinya.

(10)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

ا Alif Tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث Tsa Es Es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح Cha Ha Ha (dengan titik di bawah)

خ Kha Kh Ka dan ha

د Dal D De

ذ Dzal Dh De dan ha

ر Ra R Er

ز Za Z Zet

(11)

xi

ش Syin Sh Es dan ha

ص Shad So Es (dengan titik di bawah)

ض Dlat Do De (dengan titik di bawah)

ط Tha To Te (dengan titik di bawah)

ظ Dha Zo Zet (dengan titik di bawah)

ع ‘Ain ‘ Koma terbalik di atas

غ Ghain Gh Ge dan ha

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L El

م Mim M Em

ن Nun N En

و Wawu W We

ـه Ha H Ha

ء Hamzah ’ Apostrof

(12)

xii

2. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut:

a. Vokal rangkap ( ْ وَأ )ْ dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-yawm.

b. Vokal rangkap ( ْ يَأ ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al-bayt.

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ْ ةَحِتاَف لا = al-f̄atihah ), ( م وُلُع لا = al-‘ul̄um ) dan ( ْ ةَم يِق = q̄imah ).

4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( ْ دَح = haaddun ), ( ْ دَس = saddun ), ( بِّيَط = thayyib ).

5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf

“al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung,

misalnya ( ت يَب لا = al-bayt ), ( ْءآمَّسلاْ= al-sam̄a’ ).

6. T̄a’ marb̄ut’ah mati atau yang dibaca seperti ber-haarakat suk̄un,

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan t̄a’ marb̄ut’ah yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( للاِه لاُْةَي ؤُر = ru’yah al-hil̄al atau ru’yatul hil̄al ).

7. Tanda apostrof (’) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Keaslian Tulisan ... ii

Halaman Persetujuan Pembimbing ... iii

Halaman Pengesahan ... iv

Halaman Motto Dan Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... ix

Halaman Pedoman Transliterasi ... x

Daftar Isi ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 7

C. Tujuan penelitian ... 7

D. Manfaat penelitian ... .. 7

E. Tinjauan pustaka ... .. 8

F. Metode penelitian ... 10

G. Sistematika penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Ukhuwah ... 14

1. Pengertian Ukhuwah Islamiyah ... 14

2. Macam Ukhuwah dalam Al-Qur’an ... 18

3. Ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an ... 19

B. M. Quraish Shihab Dalam Kitab Tafsir Al-Lubab... 29

1. Biografi M. Quraish Shihab... 29

2. Kitab tafsir Al-Lubab... 38

C. Muhammad Asad Dalam Kitab Tafsir The Message of The Quran ... 42

(14)

xiv

2. Kitab tafsir The Message of The Quran ... 52

D. Metode Komparatif ... 55

BAB III PEMBAHASAN A. Tafsir ayat Ukhuwah menurut Muhamad Asad dan Quraish Shihab ... 61

1. Tafsir Surat Ali ‘Imron ayat 103 ... 61

2. Tafsir Surat Ali ‘Imron ayat 105 ... 63

3. Tafsir Surat Yuunus ayat 99 ... 64

4. Tafsir Surat Al-Hujuraat ayat 10 ... 66

5. Tafsir Surat Al-Hujuraat ayat 13 ... 67

6. Tafsir Surat Ar-Rum ayat 31-32 ... 70

7. Tafsir Surat At-Taubah ayat 11 ... 76

8. Tafsir Surat Al-An’am ayat 38 ... 79

B. Konsep Ukhuwah dalam kitab tafsir The Meessage of The Quran dan Al-Lubab ... 82

1. Konsep Ukhuwah dalam tafsir The Message of The Quran 82 2. Konsep Ukhuwah dalam tafsir Al-Lubab ... 87

C. Persamaan dan Perbedaan antara Kitab Tafsir The Meessage of The Quran dan Al-Lubab ... 92

1. Persamaan antara Kitab Tafsir The Meessage of The Quran dan Al-Lubab ... 92

2. Perbedaan antara Kitab Tafsir The Meessage of The Quran dan Al-Lubab ... 94

D. Refleksi ... 98

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 104

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Penafsiran dalam The Message of The Quran, 103

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah

kepada manusia yang memiliki julukan Al-Amin (yang paling dapat dipercaya) di Makkah pada masa itu, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur selama kurang lebih 22-23 tahun, diawali pada tanggal 17 Ramadhan ketika Rasululullah SAW berumur 40 tahun sampai sempurnanya Al-Qur’an dengan wafatnya Rasulullah SAW ketika berumur 63 tahun. Turunnya Al-Qur’an seccara berangsur-angsur bukan tanpa alasan, akan tetapi “budaya yang berjalan pada saat itu adalah tradisi lisan, sehingga sulit dan tidak masuk akal apabila wahyu Allah yang berupa Al-Qur’an ini turun secara lengkap dan Allah juga memperhatikan sisi ‘penerima’ yaitu nabi Muhammad yang tingkatnya sejajar dengan kaumnya sendiri (kaum muslim Makkah), memberikan waktu kepada nabi Muhammad untuk mendapatkan pemantapan hati, sedang pada awal turunnya Al-Qur’an proses komunikasi Allah melalui wahyu amat sulit baginya”1. Secara singkat menurut

penjelasan para ulama Al-Qur’an dapat didefinisikan sebagai kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dengan lafadz berbahasa Arab, secara mutawatir, termasuk ibadat bagi yang membacanya, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas2.

1Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an “Kritik Terhadap

Ulumul Qur’an”, terj. (Yogyakarta: Lkis, 2002), hlm. 117.

2Dr. Wahbah Zuhaili, Al-Qur’an Paradigma Hukum Dan Peradaban

(17)

2

Dengan diturunkannya Al-Qur’an kepada

Rasulullah SAW, menandakan bahwa nabi Muhammad membawa bersamanya agama Islam yang ajarannya, berkaitan dengan perintah dan larangan, dan aturan yang Allah aturkan, sudah dituliskan dalam kitab yang Allah turunkan melalui nabi Muhammad yaitu Al-Qur’an. Dikarenakan dakwah yang dilakukan oleh nabi Muhammad, ajaran Islam menyebar bersama dengan bertambahnya jumlah pemeluk agama Islam di tanah Arab. Perkembangan ini selanjutnya menyebar ke seluruh dunia, salah satunya di tanah Nusantara. Sejarah masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad 7 atau 8 Masehi namun mengenai jalur masuknya, terdapat 4 teori yang membahas mengenai hal ini, yaitu teori Gujarat, teori Mekkah, teori Persia dan teori Cina.3

Sekarang ini di Indonesia menjadi negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, bahkan masyarakat Indonesia merupakan pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Menurut data U.S. Commission On International Religious Freedom (komisi A.S untuk kebebasan beragama internasional) atau USCRIF, lebih dari 87 persen dari populasi 258 juta jiwanya mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim.4 Melihat kepada data yang lebih detil, badan pusat statistik tahun 2010 menyebutkan jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia adalah 207.176.162 yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia, dari keseluruhan masyarkatnya 237.641.326, jadi kurang lebih hanya 30 juta

3Abd. Ghofur : “Telaah kritis masuknya Islam ke Indonesia”. Jurnal Ushuluddin Vol. XVII No. 2, Juli 2011. hlm. 161.

(18)

3

jiwa yang memeluk agama selain Islam di Indonesia, yang terbagi dalam rincian agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Chu serta agama lain yang tidak diakui oleh negara secara resmi. Secara lebih rinci, pemeluk agama Islam terbanyak adalah di provinsi Jawa Barat dengan jumlah 41.763.592 jiwa, sedang pemeluk agama Islam paling sedikit adalah dari provinsi Bali dengan jumlah 52.0244 jiwa.5

Dengan jumlah kaum muslim yang menjadi mayoritas pemeluk agama di Indonesia, tentu saja menimbulkan imbas kepada umat muslim sendiri, bukan hanya mengarah kepada hal-hal yang positif akan tetapi juga mengarah kepada hal-hal yang negatif. Jika kita lihat kembali umat Muslim di Indonesia terbagi dalam berbagai kelompok, baik yang berbentuk organisasi maupun yang bukan organisasi, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia, Front Pembela Islam, Jamaah Tabligh, dan Salafi. Diantara yang lain ada juga yang masuk pada aliran sesat dalam pandangan MUI, diantaranya LDII (Lembaga Dakwah Islamiiah Indonesia), Ingkar Sunnah, Negara Islam Indonesia (NII) dan kelompok lainnya.

Adanya berbagai kelompok dalam Islam semacam ini tidak dapat di hindari, karena pemahaman akan Islam dan hukum-hukumnya memiliki pemahaman yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang masing-masing. Disamping itu hal ini merupakan keistimewaan Al-Qur’an yang dapat dipahami dari berbagai sudut pandang, dan hal ini menciptakan cara berfikir yang mempengaruhi suatu kelompok kepada tujuan tertentu yang ingin diraih dalam

5https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321 Diakses pada

(19)

4

memahami Al-Qur’an dan agama yang dibawa bersamanya, yaitu agama Islam. Akan tetapi disisi lain tentu saja jumlah kelompok yang banyak juga menimbulkan beberapa akibat negatif di akibatkan perbedaan pendapat antara satu kelompok dengan yang lain.

Di antara satu masalah, misalnya dalam konteks Indonesia adalah masalah penolakan pengajian di Garut, Jawa Barat. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Garut menolak kehadiran Ustadz Bachtiar Nasir dan KH Ahmad Shabri Lubis untuk berdakwah ke Kabupaten Garut, sabtu (11/11/2017).6 Jamiyyah Persatuan Islam menyikapi persoalan tersebut. “Penolakan terhadap ulama yang akan berceramah dengan dalih apapun, tentu sangat disesalkan. Karena tidak mencerminkan adanya Ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam”, ujar Prof. Dadan Wildan.7

Sedang dalam permasalahan lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau umat Islam tidak saling menyalahkan dan mengkafirkan. "Salah satu problem yang saat ini berkembang dan ada di masyarakat yaitu adanya tudingan mengkafirkan kelompok tertentu," ungkap Zainal Abidin, Minggu (7/5). "Misalkan ada yang pakai celana di atas mata kaki dan di bawah mata kaki. Mestinya hal-hal seperti itu tidak diperdebatkan, karena tidak prinsip dalam beragama atau dalam Islam," ujarnya.8

6

http://jabar.tribunnews.com/2017/11/06/pengurus-nu-garut-tolak-kehadiran-ustaz-bachtiar-nasir-dia-tak-tegas-terhadap-paham-radikalisme Diakses pada tanggal 08/03/18 jam 05:32

7

http://persis.or.id/pcnu-garut-tolak-pengajian-ubn-seperti-ini-sikap-persis/ Diakses pada 08/03/18 jam 05:36

8

(20)

5

Sehingga dari masalah yang demikian ini penulis merasa perlu adanya jawaban terhadap perbedaan kelompok Islam di Indonesia dan jalan keluarnya atau solusi terhadap hal tersebut dalam usaha menghindari tindakan saling menyalahkan antara suatu kelompok terhadap kelompok lain yang memiliki perbedaan cara pandang. Sedang agama ditujukan untuk manusia, yang memiliki kesetiaan pada moralitas, kebenaran dan keindahan. Bukan sekedar bangkitnya pemahaman agama yang lebih tepat disebut pengerasan agama, di mana terjadi tindak penindasan disertai nama agama. 9

Dari hal-hal tersebut yang ingin penulis tekankan adalah mengenai pemahaman umat muslim Indonesia

mengenai konsep “Ukhuwah” dalam Al-Qur’an sebagai

solusi permasalahan perbedaan pendapat antara satu kelompok dengan kelompok lain yang sampai pada tindakan menyalahkan, dan dilihat dari masalah di atas tindakan menyalahkan tersebut semakin melebar pada tindakan yang lain. Seolah-olah Islam khususnya di Indonesia sekarang ini sangat lemah dan mudah diruntuhkan dari luar, karena permasalahan yang berasal dari dalam seperti saat ini.

Dalam usaha memahami konsep Ukhuwah dalam

Al-Qur’an, tentu saja penulis perlu memahami ayat-ayat yang

berhubungan dengan permasalahan Ukhuwah antar sesama umat muslim di Indonesia. Dalam usaha memahami konsep tersebut dalam Al-Qur’an, penulis akan merujuk pemahaman Ukhuwah dalam pemikiran M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Lubab dan Muhammad Asad dalam tafsir The Message of

9Haidar Bagir, Islam Tuhan Islam Manusia : Agama Dan Spiritualitas

(21)

6

The Quran, yang metodenya sama sama menggunakan metode tafsir Ijmaly (global). Alasan penulis bersandar kepada penafsiran Ijmaly adalah karena sebagai pembaca, usaha memahami tafsir Ijmaly terbilang sangat mudah karena tafsir nya yang ringkas dan dapat dipahami oleh banyak kalangan. sehingga hasil kesimpulan yang didapatkan oleh penulis dapat dipahami oleh banyak kalangan pula.

Dari berbagai banyak penafsiran yang menggunakan metode tafsir Ijmaly, penulis memilih memilih kitab tafsir The Message of The Quran karya Muhammad Asad di antaranya, karena Asad menganut pandangan-pandangan yang berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah, yang tanpa itu pemikirannya tentang Islam dan peradaban Muslim tidak akan ada. Dengan demikian, Al-Qur’an dan Al-Sunnah ini menjadi soko guru pemikiran Asad.10 Dan dalam kitab tafsir

The Message of The Quran, Muhammad Asad melakukan penelitian terhadap masyarakat Arab Badui yang memiliki tradisi bahasa Arab yang paling dekat dengan bahasa Arab yang dipakai pada zaman Rasulullah SAW.

Dan dalam penelitian kali ini penulis mengkomparasikan dengan hasil karya M. Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Lubab, adalah karena Prof. Quraish sendiri yang merupakan penafsir kontemporer yang banyak dijadikan rujukan, dari penafsiran juga pemikirannya terhadap Al-Qur’an meski beberapa pemikirannya terlihat kontroversional. Tujuan penulis mengambil pemikiran beliau terhadap konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an adalah penulis merasa perlu untuk melihat pandangan Prof. Quraish Shihab.

(22)

7

Sehingga nantinya pemikiran Asad dapat dibandingkan dengan konteks ke Indonesia an yang memang ditujukan untuk mencari pemahaman konsep Ukhuwah Islam yang harus dibangun di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil pokok-pokok rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an?

2. Bagaimana penafsiran Muhammad Asad terhadap ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an?

3. Apa persamaan dan perbedaan konsep Ukhuwah dalam pandangan M. Quraish Shihab dan Muhammad Asad?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dan manfaat yang ingin kami capai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an

2. Untuk mengetahui penafsiran Muhammad Asad terhadap ayat-ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konsep Ukhuwah dalam pandangan M. Quraish Shihab dan Muhammad Asad

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis

Memberikan wawasan dan pemahaman dalam hal penafsiran ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an, serta perbedaan persamaan antara kedua Mufassir.

(23)

8

a. Memberikan sebuah bacaan yang mampu memberikan jawaban atas konsep Ukhuwah khususnya dalam pemikiran M. Quraish Shihab dan Muhammad Asad b. Mengenalkan kepada pembaca mengenai pemikiran M.

Quraish Shihab dan Muhammad Asad terhadap konsep Ukhuwah dalam Al-Qur’an

c. Menjadi solusi atas perpecahan dan persilisihan antar umat Islam di Indonesia yang semakin melemahkan persatuan umat islam khususnya di Indonesia

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai konsep-konsep Ukhuwah sudah menjadi banyak tema pembahasan, tema Ukhuwah yang sering menjadi bahan dakwah solusi dari permasalahan perpecahan umat, juga Al-Qur’an sebagai sumber dari aturan-aturan dan tatanan yang diatur untuk umat muslim secara khusus, sehingga tidak heran jika penelitian mengenai konsep Ukhuwah yang ditarik dari perspektif Al-Qur’an menjadi hal yang menarik untuk dikaji, diantaranya :

Thesis dengan judul Studi Analisis Ayat-Ayat Ukhuwah Dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab. Disusun oleh Syarifah Laili dari program Pascasarjana Program Studi Ilmu Hadis Universitas Islam Negri Sumatera Utara Medan pada tahun 2016.

Karakteristik Thesis yang berjudul Studi Analisis Ayat-Ayat Ukhuwah Dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab yang disusun oleh Syarifah Laili, meneliti konsep Ukhuwah melalui ayat-ayat Ukhuwah dalam

Al-Qur’an dengan melalu pemikiran M. Quraish Shihab yang

(24)

Al-9

Misbah11. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian ini sama sama menggali konsep Ukhuwah melalui ayat-ayat Ukhuwah dalam

Al-Qur’an, dengan melihat penafsiran yang dilakukan oleh

Quraish Shihab. Sedangkan perbedaan dengan penelitian peneliti adalah bahwa penelitian yang disusun oleh Syarifah Laili digali dari kitab tafsir Al-Misbah sedangkan peneliti menggali pemikirannya berdasarkan kitab tafsir Al-Lubab dan dikomparasikan dengan pemikiran Muhammad Asad dalam kitab tasir The Message of The Quran.

Dan adapun Jurnal Cendekia, Vol 13, No 1, Jan 2015 dengan judul Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam Keanekaragaman Budaya Dan Toleransi Antar Agama yang disusun oleh Siti Aminah. Jurnal Cendikia merupakan jurnal ilmiah dari Universitas Islam Kadiri.

Karakteristik penelitian ini melihat kepada konteks ke Indonesiaan dan lebih terkhusus pada pengkajian Ukhuwah Islamiyah, di antaranya faktor tumbuhnya dan cara mengaplikasikannya pada masyarakat yang memiliki perbedaan budaya dan tetap berpegang pada nilai toleransi antar umat beragama. Kesamaan dengan penelitian peneliti adalah sama-sama melihat Ukhuwah dalam konteks ke-Indonesiaan. Sedang perbedaan yang terlihat jelas adalah penelitian ini hanya berfokus pada konsep Ukhuwah secara umum kemudian dikhususkan pada Ukhuwah Islamiyah tanpa mengutip konsep Ukhuwah dari seorang tokoh, berbeda dengan penelitian peneliti yang

11Syarifah laili, tesis: "Studi Analisis Ayat-Ayat Ukhuwah Dalam Tafsir

(25)

10

mengungkapkan konsep Ukhuwah dengan

mengkomparasikan pemikiran 2 tokoh. 12

F. Metode Penelitian

Metode adalah sesuatu yang mutlak ada untuk melakukan penelitian. Sebab metode memberikan rambu-rambu agar jalannya penelitian bisa sampai pada tujuan penelitian itu sendiri. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litelatur-liteatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.13

2. Sumber Data

Sumber data memainkan peran yang sangat penting dalam penelitian agar penelitian tersebut tidak hanya berdasarkan spekulasi belaka. Dalam penelitian ini, penulis memiliki sumber data yang dapat dikategorikan sebagai berikut.

a) Sumber Primer

Data primer atau utama adalah data yang menjadi obyek dari penelitian ini, yaitu:

12Siti Aminah : Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam Keanekaragaman

Budaya Dan Toleransi Antar Agama. Jurnal Cendikia. Volume 13, Nomor 1.

2015, Januari. hlm. 55.

(26)

11

1) Al-Lubab: Makna, Tujuan Dan Pelajaran Dari Surah-Surah Al-Qur’an Karya M. Quraish Shihab, Penerbit Lentera Hati, Tangerang, 2012.

2) The Message of The Quran Karya Muhammad Asad, Penerbit Mizan, Bandung, 2017.

b) Sumber Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada, atau data yang diperoleh dari tangan kedua, dari sumber tidak langsung/pendukung. Dalam penelitian ini data sekundernya adalah buku-buku, artikel, jurnal, dan bahan-bahan kepustakaan lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan data

Karena penelitian ini merupakan library research, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi. Mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang memiliki sangkut paut dengan penelitian ini.

4. Analisis Data

(27)

12

Sehubungan dengan penelitian ini, penulis akan mengkomparasikan penafsiran M. Quraish Shihab dan Muhammad Asad terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan konsep Ukhuwah. Dengan begitu, kita bisa memahami bagaimana sebernarnya konsep Ukhuwah yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an sehingga dapat kita aplikasikan agar menjadi solusi dari permasalahan yang sudah disebutkan di atas.

5. Pengecekan Keabsahan Data

Uji kredibilitas data dibutuhkan untuk memastikan keabsahan data penelitian. Mengenai persoalan ini penulis melakukan cek menyeluruh terhadap kredibilitas semua data yang digunakan serta melakukan diskusi dengan dosen pembimbing yang tentunya lebih mengetahui apabila terdapat hal-hal yang penulis ragukan dalam data-data yang diperoleh tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai upaya memberi gambaran dalam penyusunan penelitian ini, peneliti dalam menyusun karya ilmiah ini berisi lima bab dengan rincian sebagai berikut. Bab pertama, adalah pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelas istilah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas mengenai konsep

(28)

13

Muhammad Asad dalam kitab tafsir The Message of The Quran, sekaligus metode komparatif yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab ketiga, berisi penafsiran Quraish Shihab dan Muhammad Asad dalam kitab tafsirnya mengenai ayat Ukhuwah dalam Al-Qur’an, analisa peneliti terhadap konsep Ukhuwah menurut Quraish Shihab dan Muhammad Asad, kemudian persamaan dan perbedaan antara kitab tafsir The Message of The Quran dan Al-Lubab dan ditutup dengan Refleksi

(29)

14 BAB II

LANDASAN TEORI A. Konsep Ukhuwah

1. Pengertian Ukhuwah Islamiyah

Secara bahasa, dalam kamus Lisan Al-‘Arab kata خَأ yang memiliki asal kata akhwun (وخا) bermakna; pertama, saudara senasab atau saudara sekandung. Kedua, خَأ juga bermakna teman dekat/sahabat. Dalam kitab Tahdzibut Tahdzib yang dikutip dalam kamus Lisan Al-‘Arab, Al-akhwu (وخلاا) adalah tunggal (dalam arti saudara 1), sedang yang 2 saudara disebut akhowaani (ناوخا) dan jamaknya adalah ikhwan (ناوخا) atauْikhwah (ةوخا)14

Secara istilah, Ukhuwah (ةوخأ) dapat diartikan sebagai persaudaraan, terambil dari akar kata yang

awalnya berarti “memperhatikan”. Sehingga dari

makna asal ini, Ukhuwah memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Menurut Quraish Shihab, kemunginan perhatian itu pada mulanya lahir karena adanya persamaan antara sesama pihak yang bersaudara, sehingga kemudian makna tersembut berkembang, sampai akhirnya Ukhuwah dipahami sebagai “setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari segi ibu,

bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”15

Secara mujazi kata Ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan dalam kamus-kamus bahasa

14Ibnu Manzur, Lisan Al-Arab,Jilid 1, (Bairut: Daru Sadir), hlm. 40.

15M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas

(30)

15

arab ditemukan bahwa kata خَأ yang membentuk kata Ukhuwah digunakan juga dengan arti teman akrab atau sahabat, sedang kata خَأ dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak 52 kali, beberapa diantaranya bermakna saudara kandung- seperti pada ayat ayat yang berbicara tentang kewarisan dan sebagian lainnya. Selain bentuk tunggal, ada pula bentuk jamak dari kata خَأ yang dikenal dalam dua bentuk, pertama, ikhwaanun ناوخا, yang biasanya bermakna persaudaraan dalam arti tidak sekandung. Kata ikhwaanun (ناوخا) dalam Al-Qur’an dikenal

11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang Mengetahui.

Kedua, selain kata Ikhwan (ناوخا) adalah kata ikhwah (ةوخا) yang terdapat dalam Al-Qur’an sebanyak tujuh kali. Keseluruhannya digunakan untuk makna persaudaraan seketurunan (kecuali satu

16M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran

(31)

16

ayat: Innamaa Al-Mu’minunna Ikhwat (Al-Hujuraat: 10)17.

Dari dasar diatas, menarik dicari jawaban mengapa Al-Qur’an ketika berbicara tentang Ukhuwah Imaniyah/Islamiyah itu menggunakan kata jamak dari خَأ yang berbentuk ikhwah (ةوخا), yang biasanya selalu digunakan untuk arti persaudaraan seketurunan. Atau, lebih ringkas mengapa Al-Qur’an ketika berbicara tentang Ukhuwah Islamiyah tidak menggunakan kata نوخا, sedang kata ini selalu digunakan untuk makna persaudaraan yang tidak seketurunan. Jika kita analisa, bukankah jika kita melihat kondisi saudara-saudara seIslam dan seiman, terdiri dari banyak bangsa, suku, yang tentunya tidak seketurunan18.

Dalam masalah ini, Quraish Shihab menganggap bahwa hal ini bertujuan untuk mempertegas dan mempererat jalinan hubungan antara sesama muslim. Seakan hubungan tersebut dijalin bukan saja karena keimanan mereka yang mengikat mereka satu sama lain yang ditunjukkan dengan kata Al-Mu’minun, akan tetapi juga seakan diikat oleh persaudaraan seketurunan yang ditunjukkan dengan kata ikhwah (ةوخا), sehingga

17M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran

Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, hlm. 357.

18M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran

(32)

17

tidak ada satu alasan pun untuk merusak hubungan antara mereka.19

Disamping kata mufrad akhun (خَأ) yang bermakna saudara laki-laki dan memiliki jamak ikhwan (ناوخا) atauْ ikhwah (ةوخا), adapula kata mufrad ukhtun (تخَأ)ْ yang bermakna saudara perempuan. Sedang jamak kata تخَأ yaitu akhwaatun (تاوخَأ), yang dalam penelitian ini, kata تاوخَأ tidak masuk dalam pembahasan tema besar ukhuwah.

Ketika berbicara mengenai Ukhuwah, masyarakat muslim secara umum sangat akrab dengan istilah Ukhuwah Islamiyah. Hal ini yang pelu didudukkan maknanya, sehingga bahasan yang dilakukan tentang Ukhuwah tidak mengalami kerancuan. Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan tinjauan kebahasaan untuk menetapkan kedudukan kata Islamiyah dalam istilah di atas. Kesan yang ditimbulkan dari istilah Ukhuwah Islamiyah bermakna “persaudaraan yang dijalin oleh sesama muslim”, atau dengan kata lain, “persaudaraan antara sesama muslim”, sehingga dengan demikian

kata “Islamiyah” dijadikan pelaku Ukhuwah itu.20

Pemahaman ini dirasa kurang tepat, karena sebenarnya kata Islamiyah yang dirangkaikan dengan kata Ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektifa. Sehingga kesimpulan dari makna Ukhuwah Islamiyah berarti ”persaudaraan yang

19M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran

Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, hlm. 357.-358.

20M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas

(33)

18

bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam”. Dalam menetapkan pendapat ini, Quraish Shihab berdasar kepada 2 pendapat. Pertama, Al-Qur’an dan hadis memperkenalkan bermacam-macam persaudaraan, seperti yang akan diuraikan selanjutnya. Kedua, karena alasan kebahasaan. Di dalam bahasa arab, kata sifat selalu harus disesuaikan dengan yang disifatinya. Jika yang disifati berbentuk indentitif maupun feminin, kata sifatnya pun harus demikian. Ini terlihat jelas, pada saat kita berkata Ukhuwah Islamiyah dan Al-Ukhhuwwah Al-Islamiyah.21

2. Macam Ukhuwah dalam Al-Qur’an

Jika kita mengartikan Ukhuwah dalam arti “persamaan” sebagaimana arti asalnya dan penggunaannya dalam beberapa ayat dan hadis, kemudian merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah, maka paling tidak kita dapat menemukan Ukhuwah tersebut tercermin dalam empat hal berikut:22

a. Ukhuwwah fi Al-‘ubudiyyah, yaitu bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti memiliki persamaan. Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi, dan tidak pula burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, kecuali umat seperti kamu juga. Persamaan ini antara lain, dalam ciptaan dan ketundukan kepada Allah (Al-Baqarah: 28)

21M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas

Pelbagai Persoalan Umat, hal. 487.

22M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran

(34)

19

b. Ukhuwwah fi Al-insaniyah, dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua bersumber dari ayah dan ibu yang satu. Ayat Al-Hujuraat 12 menjelaskan tentang hal ini. Rasul SAW juga menekankan dalam sabda beliau: “kuunuu ‘ibad Allah ikhwaana Al-‘ibad kulluhum ikhwat

c. Ukhuwwah fi Al-wathaniyah wa Al-nasab. Persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan seperti yang diisyaratkan oleh ayat: Wa ilaa ad akhahum hud dan lain-lain23

d. Ukhuwwah fi din Al-Islam. Persaudaraan antara sesama muslim, seperti bunyi surah Al-Ahzab ayat 5. Demikian juga dalam sabda Rasulullah SAW: antum ashabiy, ikhwanunaa Al-ladzina

ya’tuna ba’diy (kalian adalah sahabat-sahabatku,

saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat) -ku )24

3. Ayat-Ayat Ukhuwah Dalam Al-Qur’an

Sebelum sampai pada penelitian langsung dalam penafsiran ayat antara kedua penafsir. Maka peneliti hendak mengumpulkan seluruh ayat-ayat

yang menghimpun gambaran Ukhuwah

(persaudaraan) dalam Al-Qur’an baik yang menggunakan kata dasar خَأ (akhun) maupun ayat-ayat yang juga menghimpun perubahan kata dari خَأ.

23M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran

Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, hal. 358.

24M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran

(35)

20

Dan yang peneliti cantumkan adalah ayat yang mengandung kata خَأ dan perubahan katanya:

(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

26

Jika dihitung kembali, dari hasil penelitian di atas terdapat banyak pengulangan kata akhun dan perubahannya dalam Al-Qur’an. Bahkan satu ayat mengandung beberapa kata yang merupakan perubahan dari kata akhun. Akan tetapi jika diringkas kembali peneliti dapat menemukan setidaknya 82 ayat yang memiliki kandungan Ukhuwah (persaudaraan) berdasar dari penelusuran kata خَأ dan perubahannya.25

Namun, dalam penelitian ini, dikarenakan keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian, maka penulis tidak mungkin melakukan komparasi tafsir antara M. Quraish Shihab dengan Muhammad Asad dalam jumlah ayat yang sebanyak itu, sehingga peneliti memilih 9 ayat yang menurut peneliti dapat menggambarkan konsep Ukhuwah dengan jelas dari Al-Qur’an, di antaranya:

1) Surat Ali ‘Imron ayat 103

103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepAdamu

25M. Fuad Abdul Baqi, Mu’jam Al Mufahras, (Kairo Dar Al Hadits

(42)

27

ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah

menyelamatkan kamu dari padanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

2) Surat Ali ‘Imron ayat 105

orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,

3) Surat Yunus ayat 99

memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

4) Surat Al-Hujuraat ayat 10:

(43)

28

10. Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

5) Surat Al-Hujuraat ayat 13

 menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

6) Surat Ar-Rum ayat 31-32:

(44)

29

dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,

32. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.

7) Surat At-Taubah ayat 11: adalah saudara-saudaramu seagama. dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang Mengetahui.

8) Surat Al-An’am ayat 38:



38. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

(45)

30

M. Quraish Shihab lahir di Rappang, Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 Februari 1944. Ayahnya bernama Prof. Abdurrahman Shihab yang merupakan seorang ulama dari keturunan Arab yang terpelajar. Di samping dipandang sebagai ulama yang terpandang, beliau juga merupakan seorang pengusaha dan politikus yang disegani oleh masyarakat Sulawesi Selatan. yang memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai tafsir al qur’an. Secara lebih jelas, keilmuan beliau terfokus dalam bidang tafsir. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN Alauddin 1972–1977.26

Ayah Quraish Shihab yang merupakan seorang guru besar, sering mengajak anak-anaknya duduk bersama. Dalam moment-moment seperti itu ayahnya menyampaikan nasihat dan petuah-petuah keagamaan, belakangan Quraish baru menyadari bahwa nasihat dan petuah tersebut berasal dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Saking berkesannya petuah

(46)

31

tersebut, Quraish mengaku petuah tersebut masih selalu diingat bahkan sampai ia dewasa sekarang ini.27

Adapun pesan-pesan yang sangat terkesan dalam kepribadiannya dari sang ayah adalah:

Aku akan palingkan (tidak memberikan) ayat-ayat Ku kepada mereka yang bersikap angkuh di permukaan bumi…(QS Al-A’raf [7] :146).

“Al-Qur’anadalah jamuan Tuhan,” Bunyi sebuah

hadis.

“Rugilah yang tidak menghadiri jamuan-Nya, dan

lebih rugi lagi yang hadir tetapi tidak

menyantapnya.”

“Biarkanlah Al-Qur’an berbicara (Istantik

Al-Qur’an), “sabda „Ali ibn Abi Thalib.

“Bacalah Al-Qur’an seakan-akan ia diturunkan

kepAdamu,” kata Muhammad Iqbal “Rasakanlah keagungan Al-Qur’an sebelum kau menyentuhnya

dengan nalarmu,”kata syekh Muhammad Abduh:

“Untuk mengantarmu mengetahui rahasia ayat

-ayat Al-Qur’an, tidaklah cukup kau membacanya

empat kali sehari,” kata Al-Mawardi.28

Pada saat moment-moment berkumpul dengan keluarga tersebut, sang ayah juga menjabarkan mengenai kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Dikarenakan suasana yang serba ber-nuansa Qur’ani semacam ini yang menumbuhkan minat dan kecintaan Quraish dalam mempelajari Al-Qur’an. Sampai-sampai ketika masuk belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir, ia rela

27H. Mahfudz Masduki. Tafsir Al-Misbah “M. Quraish Shihab : Kajian

Atas Amtsal Al-Qur’an”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 9-10.

28H. Mahfudz Masduki. Tafsir Al-Misbah “M. Quraish Shihab : Kajian

(47)

32

mengulang setahun agar dapat melanjutkan Studi di jurusan tafsir, padahal jurusan-jurusan yang lain telah membuka pintu lebar-lebar untuk dirinya.29

Di samping ayahnya yang berperan besar dalam memberikan pemahaman awal kepada Quraish mengenai Al-Qur’an, Ibunda Quraish juga tidak kalah berperan dalam memberikan dorongan kepada anak-anaknya untuk giat belajar termasuk perihal agama. Dorongan dari ibu Quraish ini lah yang juga awalnya menguatkan kecintaan dan keinginannya untuk mengkaji Islam dan kitabnya. Jika kita lihat dari background keluarga yang sangat terpelajar, tentu saja menjadi pendorong dan dasar yang kuat dalam Quraish mengkaji agama Islam dan kitabnya. Didukung lagi dengan perjalanan studinya yang memang terfokus dengan jalur kajian Al-Qur’an.30

Pada tahun 1956, dalam menempuh pendidikan menengahnya, Quraish dikirim ke kota Malang untuk

“nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis

Al-Faqihiyah. Tidak diketahui dengan pasti tentang faham keagamaan (Islam) yang dianut dan berlaku di pesantren tempat dia “nyantri” tersebut. Namun, dengan memperhatikan kecenderungan umum tradisi keberagamaan “dunia” pesantren di Indonesia, khususnya di Jawa, ada cukup alasan kemungkinan corak faham keagamaan yang dianut di lingkungan

29H. Mahfudz Masduki. Tafsir Al-Misbah “M. Quraish Shihab : Kajian

Atas Amtsal Al-Qur’an”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 11.

(48)

33

pondok pesantrennya adalah Ahl as-Sunnah wa

Al-Jama’ah.31

Dua tahun kemudian, ketika Quraish sudah berusia 14 tahun, ia meninggalkan Indonesia menuju Kairo, Mesir, untuk melanjutkan studinya di Al-Azhar, tepatnya pada kelas II Tsanawiyah. Hal ini merupakan bentuk obsesi yang menjadi mimpinya sejak kecil, yang barangkali muncul secara evolutif di bawah bayang-bayang pengaruh ayahnya.32

Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas Al-Azhar pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967, ia meraih gelar Lc. Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar MA pada jurusan yang sama dengan Thesis berjudul Al-I’jaz at-Tasryri’i

Al-Qur’an Al-Karim (kemukjizatan Al-Qur’an Al-Karim

dari Segi Hukum).33

Setelah memperoleh gelar Magister (S2), pada tahun 1973, Quraish Shihab kembali ke Indonesia. Setelah di Indonesia, Quraish dipercaya sebagai

Pembantu Rektor Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan IAIN Alauddin Ujung Pandang. Jabatan ini dipegangnya hingga 1980. Ia juga menjabat sebagai Koordinator Kopertais Wilayah VII Indonesia Bagian Timur dan Pembantu pimpinan

31Mustafa P, M. Quraish Shihab “Membumikan Kalam Di Indonesia”

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 64.

32Mustafa P, M. Quraish Shihab “Membumikan Kalam Di Indonesia”

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 65.

33H. Mahfudz Masduki. Tafsir Al-Misbah “M. Quraish Shihab : Kajian

(49)

34

kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental.34

Selama masa karirnya sebagai dosen pada periode pertama di IAIN Ujung Pandang, M. Quraish Shihab telah melakukan beberapa penelitian, di antaranya, “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama Di Indonesia Timur” pada tahun 1975, dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” pada tahun (1978). Di samping itu, makalahnya yang berjudul “Korelasi Antara Al-Qur’an Dan Ilmu Pengetahuan” yang ditulis sebagai kuliah umum di IAIN Alauddin Ujung Pandang tahun 1972. Dalam periode awal mengajar ini, dapat dikatakan M. Quraish Shihab belum menunjukkan adanya produktivitas dalam menciptakan karya tulis.35

Tidak puas dengan gelar Magister yang diraihnya, pada tahun 1980, Quraish kembali melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, dan menulis disertasi yang berjudul Nazm Al-durar Li

Al-Baqa’iy Tahqiq wa Dirasah, dan hanya dalam

waktu 2 tahun, sampai pada tahun 1982, Quraish berhasil meraih gelar doktor dalam studi ilmu-ilmu

Al-Qur’an dengan yudisium Summa Cumlaude, yang

disertai dengan penghargaan tingkat 1 (Mumtaz Ma’a Martabat Al-Syaraf Al-Ula). Dengan demikian ia

34Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab” Jurnal Tsaqafah. Vol. 6, No. 2, Oktober 2010, hlm. 250.

35H. Mahfudz Masduki. Tafsir Al-Misbah “M. Quraish Shihab : Kajian

(50)

35

tercatat sebagai orang pertama dari Asia Tenggara yang meraih gelar tersebut.36

Setelah pulang kembali ke Indonesia, pada tahun 1984, Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Di samping itu, di luar kampus, Quraish juga dipercaya menduduki berbagai jabatan, antara lain ketua majelis ulama Indonesia (MUI) pusat (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashih Mushaf

Al-Qur’an departemen agama (sejak 1989), anggota

Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989).37

Di samping itu, Quraish juga banyak terlibat dalam organisasi profesional, diantaranya pengurus perhimpunan ilmu-ilmu syari’ah, pengurus konsorsium ilmu-ilmu agama departemen pendidikan, dan kebudayaan, serta asisten ketua umum ikatan cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Quraish juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun luar negri, seperti pertemuan ilmiah di dalam maupun luar negeri.38

Pada tahun 1992, M. Quraish Shihab mendapat kepercayaan sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, setelah sebelumnya menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik.

36Atik Wartini, “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah”, Jurnal Hunafa: Jurnal Studia Islamika Vol. 11, No. 1, Juni 2014, hlm. 477.

37H. Mahfudz Masduki. Tafsir Al-Misbah “M. Quraish Shihab : Kajian

Atas Amtsal Al-Qur’an”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 12.

38H. Mahfudz Masduki. Tafsir Al-Misbah “M. Quraish Shihab : Kajian

(51)

36

Kemudian 6 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1998, M. Quraish Shihab diangkat Presiden Soeharto sebagai Menteri Agama RI Kabinet Pembangunan VII. Namun jabatan yang dipegang Quraish dalam pemerintahan Soeharto ini hanya dua bulan saja, karena terjadi resistensi yang kuat terhadap Soeharto. Akhirnya pada Mei 1998, gerakan reformasi yang dipimpin oleh tokoh seperti Mohammad Amien Rais, bersama para mahasiswa berhasil menjatuhkan kekuasaan Soeharto yang telah berusia 32 tahun. Jatuhnya Soeharto sekaligus membubarkan kabinet yang baru dibentuknya tersebut, termasuk posisi Menteri Agama yang dipegang Quraish Shihab.39

Runtuhnya kepemimpinan Soeharto, digantikan oleh wakilnya yaitu B.J. Habibie. pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie, Quraish mendapat kepercayaan sebagai Duta Besar RI di Mesir, merangkap untuk negara Jibouti dan Somalia. Ketika menjadi duta besar inilah Quraish menulis karya tafsir Tahlili (Analitis) yang saat ini banyak menjadi rujukan kitab tafsir di Indonesia, yaitu kitab tafsir Al-Misbah. Kemudian setelah Quraish telah menyelesaikan tugas negara sebagai Duta Besar, ia aktif dalam berbagai kegiatan. M. Quraish Shihab, membentuk lembaga pendidikan dan studi tentang

Al-Qur’an bernama Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) di

Jakarta. Selain itu, untuk menerbitkan

(52)

37

karyanya, ia juga mendirikan penerbit Lentera Hati (nama yang diambil dari salah satu judul bukunya).40

Berbeda dengan kepulangannya yang pertama, di mana Quraish Shihab bukanlah seorang yang banyak menghasilkan tulisan, pada kepulangannya yang kedua ini, ia sudah menjadi ulama yang produktif dalam menghasilkan tulisan dan juga fasih dalam berbicara. Di samping itu, Ia juga memberikan ceramah dan presentasi dalam berbagai forum ilmiah. Kemampuan demikian, fasih berbicara dan lancar menulis tidak banyak ilmuwan yang memilikinya.41

Karya-karya Quraish Shihab sampai tahun 2006, yang telah dipublikasikan ialah :Tafsir Al-Manar: Keistimewaan Dan Kelemahannya (Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1984), Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Depag, 1987), Mahkota Tuntunan Ilahi: Tafsir Surah Al-Fatihah (Jakarta: Untagma, 1988), Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1992), Studi Kritik Tafsir Al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), Lentera Hati: Kisah Dan Hikmah Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994), Untaian Permata Buat Anakku: Pesan

Al-Qur’an Untuk Mempelai (Jakarta: Al-Bayan, 1995),

Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), Hidangan Ilahi Ayat-Ayat Tahlil (Jakarta: Lentera Hati, 1997),

40Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab” Jurnal Tsaqafah. Vol. 6, No. 2, Oktober 2010, hlm. 251.

41H. Mahfudz Masduki. Tafsir Al-Misbah “M. Quraish Shihab : Kajian

(53)

38

(54)

39

(Jakarta: Lentera Hati, 2006), Dia Di Mana-Mana:

“Tangan” Tuhan Di Balik Setiap Fenomena (Jakarta:

Lentera Hati, 2006), Perempuan: Dari Cinta Sampai

Seks, Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah, Dari

Bias Lama Sampai Bias Baru (Jakarta: Lentera Hati, 2006), Menjemput Maut: Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT. (Jakarta: Lentera Hati, 2006)

2. Kitab Tafsir Al-Lubab

Berbeda dengan karya tafsir Quraish Shihab sebelumnya, yaitu tafsir Al-Misbah yang menggunakan metode penafsiran Tahlii (Analisis), sehingga tafsir Al-Misbah dapat dilihat sebagai tafsir yang rinci sampai 15 jilid kitab tafsir. Berbeda dengan tafsir Al-Lubab, yang merupakan kitab tafsir karya ke-dua yang ditulis oleh Quraish Shihab secara ringkas, karena hal yang mendorong Quraish untuk menciptakan kitab tafsir Al-Lubab adalah untuk : (1) orang yang sibuk, yang waktu luangnya untuk membaca bergitu terbatas; (2) para remaja, yang cenderung instan untuk mengerjakan atau memahami sesuatu; dan (3) siapa saja yang ingin menangkap keutuhan pesan Al-Qur’an dalam waktu singkat.42

Dalam Kata Pengantar kitab tafsir Al-Lubab, Quraish Shihab menyampaikan bahwa kitab tafsir Al-Lubab masuk dalam kategori Ijmaly (Global). Hal ini dapat dibuktikan dengan mudah, karena dalam Kitab tafsir ini, Quraish Shihab tidak menghidangkan pengertian kosakata ayat, tidak juga menggunakan

(55)

40

istilah-istilah teknis yang biasa ditemukan dalam kitab-kitab tafsir yang luas, seperti yang biasa dilakukan dalam kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir Tahlili (Analitis), serta tidak membahas tema tema tertentu, yang merupakan ciri khas dari

kitab tafsir Maudhu’i (Tematik).43

Quraish Shihab menjelaskandan

membandingkan kitab tafsir ini dengan karya-karyanya yang lain, bahwa dalam kitab tafsir ini hanya memperkenalkan secara singkat surah-surah

Al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan intisari

kandungan ayat-ayatnya, tujuan kehadiran surah tersebut, maupun pelajaran atau pesan singkat yang

dikandungnya. Quraish Shihab bahkan

mengumpamakan kitab tafsir ini sebagai hidangan buah segar yang telah terkupas dan teriris dan siap disantap. Sehingga, ia tidak mengenyangkan, jika ingin memperoleh banyak dan mengenyangkan cari dan bacalah kitab tafsir besar, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Karena kitab tasir Al-Lubab tidak sama dengan kitab tafsir Al-Misbah, yang peruntukkan bagi orang-orang yang bermaksud mengetahui banyak tentang Al-Qur’an, serta telah memiliki latar belakang pengetahuan agama yang memadai. Berbeda pula dengan bukunya,

“Wawasan Al-Qur’an”. Seperti yang penulis

cantumkan di bagian mukadimah, ia disajikan dalam satu pengajian dan dirancang untuk diikuti oleh para

43M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, Pelajaran Dari

(56)

41

pejabat, baik yang berasal dari kalangan pemerintah maupun swasta.44

Quraish Shihab menjelaskan asal nama Al-Lubab, adalah apabila kita membelah kelapa atau mengelupas kacang dan mengeluarkan bagian yang terdalam, maka apa yang kita lakukan itu dilukiskan

denga “Labba”, yang merupakan kata kerja dari

Al-Lubab. Apa yang kita keluarkan dari isi yang terdalam dari kelapa/kacang itulah yang dinamai Al-Lubab. Dalam pandangan penulis, dimaksudkan diberi nama Lubab adalah sebagai kupasan terdalam dari Al-Qur’an. Quraish Shihab menganggap kata ini, merupakan kata yang terbaik dari segala sesuatu, karena di samping pengertian kata tadi juga menggambarkan akal yang cerdas, pikiran yang jernih, dan hati yang tenang.45

Jika kita melihat ke dalam penafsirannya, Arah corak penafsiran Quraish Shihab dalam Al-Lubab ini adalah Al-Hida’i. Menurut Rasyid Ridho dalam Faizah dan Jauhar, corak Al-Hida’i adalah corak penafsiran Al-Qur’an yang dilatar belakangi pemikiran untuk menjadikan hidayah atau akhlak

Al-Qur’an menjadi poros atau sentral dari usaha

penafsiran tersebut. Hal ini sebagaimana telah disebutkan pada motivasi penulisan di atas bahwa dengan membaca Al-Lubab ini Quraish berharap umat Islam mengetahui intisari kandungan ayat, mengenal

44M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, Pelajaran Dari

Surah-Surah Al-Qur’an (Tangerang: Lentera hati, 2012), hlm. xii.

45 M. Quraish Shihab, Al-Lubab: Makna, Tujuan, Pelajaran Dari

(57)

42

kandungan surah, menghayati tujuan surah, dan mengamalkan pelajaran yang terkandung di dalamnya.46

Di samping metode tafsir dan corak tafsirnya, ada pula sistematika penulisan kitab tafsir. Secara umum, ada tiga jenis sistematika yang ditetapkan para mufassir dalam penulisan kitab tafsir, yakni mushhafi,

nuzuli, dan maudhu’i. Kitab tafsir Al-Lubab ditulis

dengan metode tafsir mushafi, karena penulisan kitab tafsir ini berpedoman pada urutan susunan surah-surah dan ayat-ayat sebagaimana yang tertera dalam mushaf Al-Qur’an, yakni dari Al-Fatihah sampai An-Naas.

C. Muhammad Asad Dalam Kitab Tafsir The Message Of The Quran

1. Biografi Muhammad Asad

Muhammad Asad yang sering dipanggil dengan nama panggilan Asad, terlahir dengan nama asli Leopold Weiss di kota Lwow, German Lemberg, sekarang berada di wilayah Polandia, yang merupakan bagian dari kekaisaran Austria. Muhammad Asad lahir pada tanggal 2 Juli 1900 dari sebuah keluarga Yahudi yang terpandang, dan religius. Oleh ayahnya, pengetahuan agama Ibrani sangat ditanamkan dalam diri Asad, sejak kecil berjam-jam waktu Asad dihabiskan untuk membaca kitab suci, sehingga pada usia 13 tahun Asad sudah lancar berbicara dan berbahasa Ibrani. Selain itu, ia juga mempelajari kitab

(58)

43

Perjanjian Lama dari naskah aslinya, yaitu Mishna dan Gemara serta memiliki pengetahuan tentang teks dan komentar Talmud. Dia pun menyelami Al-Kitab, yang bernama Targum.47

Kakek Asad merupakan seorang Rabi, ortodoks di Czernowitz Austria, sedang ayahnya merupakana seorang pengacara yang terkenal. pada tahun 1939, Polandia dipisah antara Jerman dan Uni Soviet (Rusia). Kota Lvov diserahkan kepada Rusia dan masuk bagian Republik Sosialis Ukraina. akan tetapi pada tahun 1941, Jerman mengambil kota Lvov kembali dari Rusia, dan selepas tahun 1945, kota ini ditetapkan dan dimasukkan wilayah Ukraina.48

Di usia muda, Leopold Weiss sudah gemar melakukan petualangan. Dengan kemampuan bahasa yang Weiss miliki, pada usia ini sudah banyak karya-karya yang dibacanya, seperti Sienkiewicz dalam bahasa Polandia, Nietzsche dan Rilke dalam bahasa Jerman, Taurat dan Talmud dalam bahasa Ibrani dan Aramea. Dengan kemampuan dua bahasa yang dimilikinya tersebut, Weiss dapat mempelajari bahasa dan sastra Arab dengan mudah.49

47Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

Jurnal Wardah, Vol.18, No.2, 2017, hlm. 99.

48Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

Jurnal Wardah, Vol.18, No.2, 2017, hlm. 99.

49Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

(59)

44

Di tahun 1920, pada musim panas, Weiss pergi dari kota Wina dengan menaiki kereta api menuju Praha. Dari Praha, Weiss menuju kota Berlin. Atas ajakan dari Anton Kuhn temannya, yang merupakan seorang jurnalis dari Wina, Weiss menjadi seorang kritikus sandiwara dan mendapatkan gaji lumayan dari profesinya itu. Di kota Wina pula, Weiss memulai pekerjaannya di bidang kewartawanan. Pada saat itu, Weiss tertarik dengan pemberitaan Madame Gorky sekaligus melakukan investigasi jurnalisme tentang krisis kelaparan yang terjadi di Rusia di mana berjuta-juta manusia mengalami kelaparan dan ratusan ribu korban meninggal dunia atas musibah ini dan beritanya menjadi halaman utama.50

Pada usia 22 tahun, yaitu pada tahun 1922, Leopold Weiss pergi dari negara tanah kelahirannya, Austria. Ia melakukan perjalanan menjelajahi Afrika dan Asia untuk menjadi koresponden khusus di beberapa surat kabar terkemuka di Eropa sekaligus mengunjungi pamannya, Dorian Weiss di kota Yerussalem. Pada tahap ini, Weiss, seperti banyak generasi seusianya, menganggap dirinya Agnostik, dimana Weiss mempertanyakan keberadaan Tuhan, terhadap doktrin ajaran Yahudi. Hal ini muncul karena kekecewaannya terhadap Yudaisme yang hanya mementingkan satu suku bangsa tertentu, yaitu Yahudi. Bahwa Yudaisme tidak memihak kepada kesetaraan semua agama disebabkan kecongkakan

50Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

(60)

45

yang ada pada diri iman Yahudi. Dalam pandangan Weiss, tidak mungkin jika Tuhan hanya di takdirkan untuk suatu kelompok tertentu, yaitu Ibrani. Akan tetapi Tuhan hadir sebagai pencipta dan pengatur bagi seluruh umat manusia.51

Dalam kegelisahannya tersebut, Weiss banyak memperhatikan negara-negara yang dilewatinya tersebut, meski awalnya ia melihat sebagai orang luar. Namun kemudian, ia menemukan hal yang berbeda mengenai tatanan sosial dan pandangan hidup yang “lebih manusiawi” dengan lingkungannya di Austria, secara umumnya dalam pandangannya terhadap gaya hidup di Eropa, yang serba terburu-buru dan mekanistik, hal tersebutlah yang kemudian menimbulkan keingin tahuan dalam dirinya, yang kemudian menumbuhkan ketertarikan Weiss pada ajaran-ajaran keagamaan orang-orang Muslim.52

Namun hal tersebut belum cukup untuk menggugah Leopold Weiss menjadi seorang Muslim. Akan tetapi dari realitas yang ditemukan olehnya jauh berbalik dengan apa yang ada dalam kemungkinan ideal agama Islam sendiri, seperti masyarakat yang berkemajuan, masyarakat dengan konflik internal yang kecil dan rasa persaudaraan sejati yang besar. Apapun yang ada dalam ajaran Islam merupakan pergerakan kemajuan, di kalangan umat Muslim

51Kusnadi dan Zulhilmi Zulkarnain, “Makna Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Muhammad Asad Dalam Kitab The Message Of The Qur’an

Jurnal Wardah, Vol.18, No.2, 2017, hlm. 100.

52Muhammad Asad, The Message of The Quran “Tafsir Al-Qur’an

Referensi

Dokumen terkait

Napomena 1.4.2. Primijetimo da se graf na slici 1.3 sastoji od ulaznog sloja te potpuno povezanih slojeva, odnosno, na njemu nisu prikazani aktivacijski slojevi. Aktivacijski

Maerupakan bentuk ujian test hasil hafalan yang didapat santri selama berada di kelas tahfidz tersebut. Pelaksanaannya berdasarkan cepat atau lambatnya santri dalam

WORKFORCENEW IDDOC long varchar AGEN long varchar PEMBORDER long varchar JENISLAYANAN long varchar NOTELP long varchar CUSTNAME long varchar ALAMAT long varchar TOTALTAGIHAN

PERDAMAIAN DALAM PERSEPEKTIF AL QUR’AN KAJIAN ATAS PENAFSIRAN MUFASIR NUSANTARA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S Ag ) Oleh Agus

Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat tentang qalb dalam Tafsir al-Azhar yang ada kaitannya dengan kecerdasan emosional

Terhadap variabel hasil padi gogo terlihat bahwa perlakuan N2 yaitu dosis pupuk N 90 kg/ha mampu meningkatkan jumlah malai, jumlah gabah, bobot gabah, bobot

Dikisahkan bahwa anjing Ashabul Kahfi tidak mati, dia tetap tidur dengan mengujurkan kedua kakinya, yang sudah disediakan Allah dia seperti penjaga, sehingga kalau ada

Untuk mengatasi masalah tersebut maka timbullah gagasan bagaimana cara mendapatkan energi surya tersebut, yaitu dengan cara membuat alat pengering ikan tipe lorong hibrid