• Tidak ada hasil yang ditemukan

Munculnya Ratu Adil

BAB III MENANTI PERUBAHAN

D. Munculnya Ratu Adil

1. Ratu Adil

Berbagai kemelut yang dihadapi masyarakat khususnya Jawa Tengah Selatan menimbulkan harapan akan datangnya pembawa perubahan bagi mereka. Selama bertahun – tahun masyarakat hidup di dalam penderitaan yang mengakibatkan mereka harus hidup dengan sebagaian kebutuhan yang tidak berhasil mereka penuhi. Kondisi ini dipahami betul oleh Pangeran Diponegoro yang telah lama memutuskan hubungan dengan keraton dan memilih untuk hidup diluar keraton. Dia paham betul akan kondisi yang dialami oleh masyarakatnya termasuk masyarakat yang mendiami tanah lungguhnya, Dekso. Dia hidup dalam dua dunia yang yang tidak mengenakan, pada satu sisi Dia sudah tidak cocok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan gaya hidup keraton yang penuh campur tangan Belanda sementara disisi lain Dia melihat penderitaan masyarakat.

Beberapa tahun sebelum pecahnya Perang Jawa, Pangeran Diponegoro sering menghabiskan hari – harinya untuk bertapa dan nenepi diberbagai tempat diantaranya Gua Secang, Gua Selarong dan Pantai Selatan. Pangeran Diponegoro dengan giat melaksanakan kehidupan kebatinannya dengan melaksanakan khususnya pada bulan puasa dan bahkan turun ke pantai selatan untuk berhubungan dengan penguasa laut selatan. Dalam babad diponegoro, lima belas bulan sebelum pecahnya Perang Jawa, Dia mengalami serangkaian mimpi dan penampakan lengkap dengan penjelasan mengenai takdirnya kelak sebagai Ratu Adil di Jawa. Berbagai penampakan inilah yang semakin menguatkan Pangeran Diponegoro yang kelak menjadi Ratu Adil. Dalam buku Peter Carey dijelaskan mengenai seberapa menariknya penampakan – penampakan khas tradisi dan kepercayaan Islam – Jawa. Pertama, terdapat unsur – unsur Islami yang khas pada seruan Ratu Adil untuk berperang. Dalam penampakan itu, Pangeran Diponegoro dijemput seseorang yang menggunakan pakaian haji dan peristiwa itu terjadi pada malam 21 bulan puasa atau malam slikur. Malam 21 bulan puasa dirayakan secara istimewa di Jawa mungkin karena berkaitan dengan malam kemuliaan kitab suci Alquran dipercaya mulai diturunkan oleh Malaikat Djibril kepada Nabi Muhamad. Satu lagi penampakan yang menjadi tanda bagi Ratu Adil adalah penampakan wali wudar kepada Pangeran Diponegoro12. Pangeran Diponegoro diharapkan menjadi wali wudar kesembilan di Jawa. Berdasarkan penguraian akan

12

Wali wudar adalah nabi – nabi yang mengemban dua tugas dari Allah yaitu

41

mimpinya, mimpi berupa delapan wali wudar itu merupakan peneguhan atas anugerah yang didapatkan oleh Pangeran Diponegoro sebagai sarana Allah di dunia.

2. Pemahaman Peran Ratu Adil

Pengukuhan yang didapatkan Pangeran Diponegoro untuk menjadi Ratu Adil setelah melewati berbagai penampakan dan pemahaman akan mimpi – mimpi yang dialaminya telah mengilhami Dia untuk menjadi pembawa perubahan di Jawa. Pangeran Diponegoro segera mengambil langkah untuk menampilkan dirinya sebagai Ratu Adil dan menarik simpati dari masyarakat. Salah satu hal yang dilakukannya adalah menekan pajak dan tidak akan menaikkan pajak terutama di tanah lungguh. Termasuk juga akan menjatuhkan hukuman cambuk bagi pejabat yang menarik pajak lebih besar dari ketentuan. Kepedulian Pangeran Diponegoro untuk menekan pajak serendah mungkin sangatlah penting bagi citranya sebagai seorang Ratu Adil.

Gelar yang disandang Pangeran Diponegoro telah memberikan dampak yang cukup besar bagi kemunculannya sebagai pemimpin. Mengenai gelar yang digunakan Pangeran Diponegoro sudah dibahas di atas. Gelar tersebut memunculkan dua hal yang harus dipahami secara mendalam yaitu kekuatan kepemimpinannya dalam bidang politik dan agamis13. Dengan pengangkatan

13

Dua hal ini (politik dan agama) yang dibawa secara bersama – sama oleh Pangeran Diponegoro akan menimbulkan perselisihan dengan para ulama terutama sekali adalah Kyai Maja. Semenjak awal Pangeran Diponegoro memberikan penjelasan bahwa salah tujuan perang adalah menegakkan kembali Islam di Pulau Jawa. Namun dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dirinya sebagai sultan jelas memperlihatkan tujuan politik yang ingin dia capai melalui Perang Jawa. Sementara itu, tujuan agamis nampak pada payung agama yang digunakan selama Perang Jawa. Dia ingin menegakkan kembali Agama Islam di Tanah Jawa. Dengan tujuan ini, Dia berhasil mengumpulkan santri dan ulama di Tanah Jawa untuk bergabung melawan kaum kafir14. Pesona besar yang ada pada diri Pangeran Diponegoro memberikan keuntungan besar bagi terlaksananya Perang Jawa yang sangat dahsyat. Hal ini lah yang ditakuti oleh Belanda, dimana ada pemimpin Jawa yang mempunyai kharisma dan sangat dipatuhi oleh rakyatnya.

Pemahaman Pangeran Diponegoro akan perannya sebagai Ratu Adil memberikan efek positif bagi perjalanan Perang Jawa yang mengharuskan Belanda menghabiskan banyak dana untuk memadamkan perjuangan ini. bagaimana tidak, rakyat yang hidup di Jawa merindukan adanya pembaharuan kondisi yang selama ratusan tahun memaksa rakyat untuk hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Rakyat tidak bisa menjadi tuan di tanah mereka sendiri. Khususnya rakyat di Jawa Tengah Selatan mencurahkan dukungan yang begitu besar untuk Perang Jawa, mungkin karena memiliki kedekatan emosional dengan Pangeran Diponegoro yang mendapatkan tanah lungguh di wilayah Kulon Progo. Pangeran Diponegoro mengemban tugas dan amanat rakyat yang berat, yang harus dijawab melalui perjuangannya ini.

perjalanannya, Diponegoro melakukan peyimpangan dengan ingin mendirikan kekuasaan (politik). Agama dan politik tidak dapat disatukan. Menjelang akhir Perang Jawa, perselisihan dengan Kyai Maja semakin jelas yang disebabkan oleh politik dan agama.

14

Merupakan sebutan dari pihak Pangeran Diponegoro untuk orang – orang Belanda karena mereka tidak memeluk Agama Islam.

43

3. Harapan Masyarakat Pada Ratu Adil

Kemunculan Ratu Adil yang didahului dengan adanya kekisruhan dalam masyarakat seperti kepercayaan yang dipegang oleh Masyarkat Jawa selama bertahun – tahun lamanya. Berbagai macam penderitaan yang dialami oleh rakyat khususnya Jawa Tengah Selatan, wabah kolera pada tahun 1821 yang merenggut banyak korban jiwa, bencana alam yaitu meletusnya Gunung Merapi yang berdiri kokoh tepat di utara Ibukota Yogyakarta dan tingginya pajak yang harus di tanggung oleh rakyat menjadi sebuah stimulan yang memunculkan harapan begitu tinggi dari rakyat akan kemunculan Ratu Adil. Kemunculan Pangeran Diponegoro sebagai Ratu Adil memberikan harapan besar kepada rakyat khususnya Jawa Tengah Selatan.

Harapan – harapan besar masyarakat akan kedatangan Ratu Adil nampaknya tersebar luas di berbagai penjuru Jawa sejalan dengan Perang Jawa. Penggambaran mengenai Ratu Adil mungkin nampak dalam babad sebagai sumber relevan dan sumber yang sejaman dengan peristiwa tersebut. Penggambaran mengenai kemerosotan kehidupan kemasyarakatan di Yogyakarta sebelum pecah Perang Jawa terdapat dalam Babad Diponegoro15.

7. ………….

Adat lawas keh rusak kang wong cilik bingung owah keblating negara

keh pitenah kampak begal kecu maling ngambah sajroning praja.

8. tan lumampah chukuming surambi nora ajeg adiling Pradata

15

Peter Carey, 1986, Ekologi Kebudayaan Jawa dan Kitab Kedung Kebo, Jakarta: Pustaka Azet, hlm. 60.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

rukun – rukun ilang kabeh ikhtiyar kang lumaku

myang wasesa rosa kang meksih saru deksura nora

pinikir delarung

akeh wong pocot rineka

ing bicara wong liya ingkang genteni anak wijil wong kumpra.

Kutipan dari Babad Diponegoro diatas memberikan gambaran mengenai keadaan masyarakat dalam periode sebelum meletusnya Perang Jawa. Adat istiadat lama yang menjadi rusak, masyarakat kecil kebingungan karena perubahan – perubahan di dalam negara dan diiringi dengan muncul banyaknya bandit, perampok dan pencuri yang mereshkan masyarakat. Keadaan masyarkat yang demikian juga diikuti dengan pemimpin kerajaan yang bertindak keras dan tidak pantas. Secara umum, masyarakat hidup dalam keadaan yang tidak menguntungkan, kemiskinan dan kesengsaraan yang sangat memberatkan. Dari kehidupan yang seperti itu mulailah muncul harapan – harapan besar akan datangnya jaman baru, jaman yang akan membawa masyarakat ke dalam kehidupan yang lebih nyaman. Harapan – harapan masyarakat tersebut secara jelas tertuju pada sosok Pangeran Diponegoro yang dianggap sebagai ratu adil di Tanah Jawa.

Dokumen terkait