• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbekalan dan Persenjataan

BAB IV PERANG JAWA DI DEKSO

3. Perbekalan dan Persenjataan

Pemilihan Dekso sebagai salah satu markas besar Perang Jawa yang baru dengan segera Pangeran Diponegoro memberikan instruksi untuk mengumpulkan semua prajurit di Dekso. Hal ini tercantum dalam Babad Diponegoro ing Nagari Ngayogyakarta Adiningrat I pupuh XI Maskumambang7:

84. Animbali sagung ingkang Senapati, Pan arsa tinata

Mangkana wus samya prapti Pepak nang Jeksa (Dekso) sadaya

Berdasar kutipan di atas dapat diintepretasikan bahwa Pangeran Diponegoro mengambil langkah cepat ketika markas sudah di pindahkan ke Dekso. Para senapati dikumpulkan beserta dengan para kyai, tumenggung dan prajuritnya. Prajurit yang berada di Kulon Progo menurut Babad Diponegoro ing Nagari Ngayogyakarta Adiningrat I berjumlah seribu prajurit. Langkah selanjutnya adalah membagi – bagi pasukan yang berada di wilayah Kulon Progo untuk menjaga wilayah – wilayah di sekitar Dekso. Wilayah – wilayah tersebut

6

Wawancara dengan Bapak Wakijan tanggal 27 Juni 2012 jam 08.00wib bertempat di Jengkolan, Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo.

7

Dra. Ambaristi dan Lasman Marduwiyota, 1983, Babad Dipanegara ing Nagari

59

dituliskan dalam Babad Diponegoro ing Nagari Ngayogyakarta Adiningrat I pupuh XI Maskumambang8:

102. Kaji Ngisa kalawan Kaji Ibrahim Sakidul Ngayogya

Kang dados pengageng neki Tumenggung Jayanagara

110. Ing Bagelen mapan tiga basah neki Nyewu prajuritnya

Tumenggung nyadasa sami Rahaden Danukusuma

112. Ing Lowanu Tumenggungira kakalih Syeh Jayamustapa

Lawan Mas Tumenggung iki Jayaprawira punika.

Kutipan di atas menjelaskan pembagian prajurit oleh Pangeran Diponegoro untuk menjaga wilayah di Bagelen yaitu di empat penjuru mata angin. Pangeran Diponegoro membentuk daerah frontier9 peperangan untuk membendung pihak belanda agar tidak masuk sampai ke wilayah Dekso. Hal ini dilakukan untuk mengisolasi wilayah Dekso dari serangan musuh karena Ngardi Swelo merupakan pesanggrahan dari Pangeran Diponegoro beserta keluarganya. Nampak sekali bahwa Pangeran Diponegoro tidak ingin mengambil resiko seperti ketika penggempuran yang dilakukan oleh Belanda ke Markas Selarong. Pada saat penggempuran ke Markas Selarong, Pangeran Diponegoro hampir tertangkap dan Markas Selarong dapat di kuasai oleh Belanda.

8

Ibid., hlm. 293 – 94.

9

Barisan terdepan dalam peperangan untuk menghadang serangan musuh sekaligus mengawasi pergerakan musuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Untuk mendukung jalannya perjuangan, Wilayah Dekso kemudian diubah menjadi basis pertahanan perang yang sangat kompleks, lengkap dengan tempat pembuatan senjata, penghasil makanan dan berkumpulnya prajurit (mandala). Tempat – tempat itu sampai sekarang masih dapat ditemui berdasarkan cerita tutur masyarakat di sekitar wilayah Dekso, khususnya daerah Swelo. Tempat – tempat tersebut yaitu10:

1. Mandala

Merupakan tempat untuk mengumpulkan pasukan Pangeran Diponegoro. Sampai sekarang masih menjadi nama sebuah dusun yang bernama Mendolo. Mendolo berasal dari kata Mandala (tempat prajurit).

2. Sidokampir

Sidokampir merupakan tempat yang curam tetapi dibawah ada sedikit tempat yang datar. Merupakan tempat berdoa Pangeran Diponegoro ketika dia beristirahat sejenak. Tempat ini sulit dijangkau dan harus melalui jalan setapak. Berfungsi sebagai tempat semedi dan sujud Pangeran Diponegoro kala itu. Sampai sekarang tempat ini dikeramatkan oleh masyarakat dan kadang digunakan untuk berdoa bersama – sama oleh masyarakat.

3. Sidokriyo

Merupakan lembah yang dikelilingi oleh pegunungan terjal dan tinggi. Tempat ini digunakan untuk bercocok tanam oleh pengikut Pangeran Diponegoro. Hasil cocok tanam ini berguna untuk bekal perjuangan Perang Jawa.

10

Wawancara dengan Bapak Gunawan tanggal 25 Juni 2012 jam 09.00wib bertempat di Kalirejo, Samigaluh, Kulon Progo.

61

4. Depok

Tempat yang berdampingan dengan Sidokampir. Merupakan tempat untuk mengintai musuh karena dari Depok dapat melihat ke arah manapun. Saat ini merupakan nama sebuah dusun.

5. Beteng

Merupakan tempat pertahanan dan pesanggrahan oleh keluarga Pangeran Diponegoro. Berada di daerah Swelo seperti yang disebutkan dalam Babad Diponegoro diatas. Beteng sendiri memiliki fungsi utama sebagai tempat komando Pangeran Diponegoro kepada para senapati dan prajuritnya. Sampai sekarang Beteng digunakan sebagai nama dusun, yaitu Dusun Beteng.

Pembagian daerah untuk menyokong perjuangan merupakan langkah yang penting dalam sebuah peperangan sehingga keperluan peperangan dapat terus disuplai. Keperluan vital dalam peperangan diantaranya adalah makanan, senjata dan tenaga. Suplai makanan menjadi hal yang vital bagi perbekalan prajurit ketika berada di medan perang. Suplai makanan itu diperoleh dari pemanfaatan lahan lahan pertanian dsekitar daerah peperangan. Pangeran Diponegoro juga menggunakan cara lain untuk mencukupi perbekalan bagi prajuritnya dengan cara memobilisasi petani untuk menyediakan beras dan makanan. Setelah memastikan perbekala dapat tercukupi maka langkah selanjutnya adalah membuka jalur perbekalan. Langkah yang diambil adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan mengangkat putra pamannya, Mangkudinigrat I sebagai kepala kapal tambang di Kali Progo11. Untuk memperlancar suplai perbekalan, Pangeran Diponegoro juga memanfaatkan kelompok bandit untuk menguasai daerah penyebarangan di Kali Progo.

Mengenai persenjataan, prajurit Pangeran Diponegoro tidak tergantung sepenuhnya pada persediaan senjata namun banyak diantara mereka mempersenjatai diri dengan senjata tradisional seperti ketapel, pentungan dan bambu runcing12. Perampasan senjata dari pihak Belanda juga berjalan efektif ketika bertempur dengan merebut senjata api dan meriam dan kemudian menggunakannya untuk melakukan perjuangan. Selain dari hasil rampasan, Pangeran Diponegoro juga memerintahkan pembelian senjata api untuk melengkapi persenjataan prajuritnya dan mengimbangi model senjata api eropa yang digunakan oleh Pasukan Belanda13. Model perangkap tradisional juga digunakan untuk menjebak pasukan Belanda yaitu dengan cara membuat pagar dari bambu dan ilalang, yang pada kenyataannya berjalan cukup efektif. Merobohkan pohon untuk menghalangi jalur transportasi, membakar jembatan kayu, menggali lubang jebakan dan mengisinya dengan ranjau – ranjau bambu juga dijalankan dengan sangat efektif terutama dengan memanfaatkan barisan desa14. Cara – cara tradisional cukup efektif untuk mengadakan perlawanan

11

Peter Carey, op.cit., hlm. 715. 12

Wawancara dengan Bapak Gunawan tanggal 25 Juni 2012 jam 09.00wib bertempat di Kalirejo, Samigaluh, Kulon Progo.

13

Ibid., hlm. 716.

14

63

terhadap Pasukan Belanda karena memang pada masa itu tidak tersedia peralatan modern seperti yang digunakan Pasukan Belanda. Memobolisasi masyarakat pedesaan merupakan langkah penting untuk mengadakan perjuangan secara terus menerus.

Dokumen terkait