• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Belanda Dalam Perang Jawa Di Dekso

BAB IV PERANG JAWA DI DEKSO

B. Pertempuran Dekso

4. Strategi Belanda Dalam Perang Jawa Di Dekso

Beberapa kekalahan yang dialami Belanda banyak disoroti oleh pejabat sipil Belanda terutama oleh Komisaris Jendral Du Bus dan Jendral De Kock. Kedua Jendral ini merupakan atasan langsung dari Van Geen, yang bertanggungjawab atas Perang Jawa. Pengkajian dilakukan secara mendalam oleh pejabat sipil Belanda dan memutuskan adanya dua faktor penting penghambat penyelesaian Perang Jawa. Dua faktor itu adalah faktor geografis dan faktor perlawanan rakyat21. Tidak adanya pemahaman kondisi geografis dari para pejabat Belanda, pemimpin pasukan dan prajurit memang sangat menyulitkan Belanda untuk segera mengakhir Perang Jawa yang hingga bulan April 1827 sekitra 1603 prajurit tewas atau sekitar 27% dari 6000 prajurit22. Sedangkan perlawanan rakyat merupakan faktor yang belum bisa dipahami oleh Belanda karena melihat tipikal orang jawa yang pemalas namun mereka bisa menjadi pejuang yang gigih. Perlawanan rakyat selalu menjadi faktor yang merepotkan ditengah peperangan besar melawan Pangeran Diponegoro. Sehingga Belanda harus menghadapi dua perlawanan langsung yaitu dari pasukan utama Diponegoro dan dari rakyat. Rakyat sendiri memang dimanfaatkan oleh Diponegoro untuk membantu perjuangan. 21 Ibid,. hlm. 81. 22 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Stelsel Benteng

Belanda mulai memikirkan cara untuk menghentikan pemberontakan dengan cara pendekatan pribadi, melakukan perundingan dengan tumenggung dan tidak melakukan penghancuran total terhadap pihak lawan. Cara terlebih dahulu dengan fokus menangkap pemimpin pemberontakan dinilai sebagai cara yang salah. Pengalaman – pengalaman yang didapat Belanda selama pertempuran kemudian menjadi bahan kajian untuk segera menciptakan strategi perang (stelsel van oorlogen) yang tepat. Pengalaman Kolonel Cochius dengan membuat benteng pertahanan sementara di Kalijengking, Kedu Selatan memberikan inspirasi baru bagi De Kock. Dengan segera, De Kock menggambarkan rancangan strategi baru untuk menghadapi Perang Jawa yang di kenal dengan strategi benteng (benteng stelsel)23. Gagasan baru ini cukup sederhana yaitu menyatukan pasukan dengan persenjataan. Dalam strategi ini benteng, pasukan dan persenjataan menjadi unsur pokok. Benteng harus didirikan sedekat mungkin dengan pihak lawan sehingga mendesak posisi lawan dan mempersempit ruang gerak lawan serta untuk memecah konsentrasi pihak lawan. Tujuan utama yaitu mendesak musuh untuk masuk dalam “killing area”24 terutama diantara wilayah Kali Progo dan Kali Bogowonto serta menguasai daerah. Dengan semakin sempitnya runag gerak lawan maka ruang gerak pasukan belanda akan semakin leluasa.

23

Wawancara dengan Bapak Gunawan tanggal 25 Juni 2012 jam 09.00wib bertempat di Kalirejo, Samigaluh, Kulon Progo.

24

Killing area merupakan daerah yang digagas untuk menjebak musuh dengan

73

Strategi benteng stelsel secara resmi digunakan pada bulan Mei 1827. Langkah selanjutnya adalah melakukan reorganisasi dan redislokasi pasukan. Pasukan terdiri dari delapan kolone mobil, yang bertanggung jawab menguasai daerah operasi. Untuk daerah Dekso dan sekitarnya merupakan tanggung jawab dari kolone 5 dan 6 yang masing – masing dipimpin oleh Kolonel Cleerens dan Kapten Ten Have. Kolone ini juga bertanggun jawab untuk membangun benteng – benteng disekitar Dekso untuk segera menekan pasukan Diponegoro. Dengan segera di berbagai wilayah sekitar Dekso didirikan benteng25. Konsep benteng cukup sederhana dengan memanfaatkan batang pohon kelapa yang di jajar dengan tinggi sekitar 2 meter, di tiap sudut yang dipilih dipasang meriam. Benteng ini dapat menampung 25-30 orang prajurit belanda. Benteng ini memberikan perlindungan terhadap serangan pasukan Diponegoro. Sampai sekitar tahun 1829, Belanda telah membangun 258 benteng dalam ukuran besar, sedang dan kecil dan tersebar di banyak medan pertempuran26.

Munculnya konsep benteng membawa perubahan bagi serangan belanda terutama pada tahun 1827 dan 1828 tetapi belum dapat melemahkan serangan pasukan Diponegoro. Pasukan Diponegoro masih cukup kuat untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan belanda. Pada tahun 1828, pasukan Belanda yang dikomando oleh Jendral De Kock terpaksa melakukan reorganisasi pasukan dan memaksimalkan fungsi benteng agar lebih efektif untuk melakukan serangan. Reorganisasi ini membawa dampak positif bagi Belanda karena mampu merebut

25

Lihat Peta 3, hlm. 91. 26

Lihat Tabel 1, hlm. 93.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

beberapa desa dan teritori yang dikuasai oleh pasukan Diponegoro. Hal ini membawa dampak negatif bagi pasukan Diponegoro karena semakin sempit ruang gerak bagi pasukan. beberapa daerah di sekitar Kali Progo, Kali Bogowonto, Kalibawang dapat dikuasai oleh pasukan Belanda. Sehingga basis pertahanan pasukan Diponegoro hanya berada di Perbukitan Menoreh.

Sampai akhir tahun 1828, pasukan Belanda dapat leluasa untuk bergerak dan memberikan serangan – serangan yang melemahkan pasukan Diponegoro. Kesempatan Belanda untuk mewujudkan “killing area” semakin besar.

b. Runtuhnya Markas Dekso

Perubahan taktik yang dilakukan Belanda membawa dampak positif bagi pasukan belanda untuk terus melemahkan pasukan Diponegoro. Wilayah di sekitar Dekso sudah mampu dikuasai Belanda dan kekuatan pasukan Belanda terus mendekat ke Dekso. Pertempuran sengit di sekitar Dekso terus melemahkan pasukan Diponegoro, wilayah di selatan, utara dan barat Dekso sudah dikuasai oleh Belanda. Pasukan Diponegoro mulai terpecah – pecah dan hanya beberapa daerah yang masih memberikan perlawanan sengit. Wilayah utara Dekso terutama di Daerah Bligo masih memberikan perlawanan sengit. Pasukan Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Pakuningrat, Pangeran Bei, Pangeran Sumonegoro, Tumenggung Irawan dan Pangeran Joyokusomo masih bisa menguasai daerah Bligo sampai Samigaluh. Wilayah Barat Dekso yaitu Minggir yang dipisahkan Sungai Progo sudah dikuasai oleh Pasukan Belanda dengan pendirian benteng. Pada 1 Agustus 1828, Kapten Ten Have merupakan komandan kolone mobil 2

75

menyerang masuk ke Samigaluh melewati Dekso27. Kapten Ten Have memperketat penjagaan di sekitar Perbukitan Menoreh. Kalibawang, daerah di utara Dekso sudah dikuasai oleh Belanda dengan mendirikan benteng besar dilengkapi dengan meriam.

Kondisi ini menandakan bahwa Dekso mulai terkepung dan mulai ditinggalkan oleh Pasukan Diponegoro. Inilah implementasi dari perang gerilya, selalu berpindah – pindah markas. Pasukan Diponegoro menyebar ke berbagai wilayah untuk membentuk kantong - kantong pasukan. Sementara itu, Pangeran Diponegoro pindah ke barat Samigaluh dan menetap di wilayah yang sulit dijangkau. Laporan laporan spion Belanda tentang keberadaan Pangeran Diponegoro menjadi simpang siur28. Salah satu berita yang cukup akurat didapatkan dari Pangeran Abdul Karim Ario Bintoro, anggota pasukan Diponegoro yang tertangkap di Bligo pada 25 Juli 182829. Dari informasi itu, Jendral De Kock segera memerintahkan untuk menyerang Samigaluh dan menangkap Pangeran Diponegoro. Medan yang sulit membuat peperangan tidak berjalan sesuai dengan rencana. Pangeran Diponegoro mampu meloloskan diri ke wilayah Gentan 15 kilometer di selatan Samigaluh. Sejak peristiwa ini, Pasukan Diponegoro mulai berpencar karena markas komando Dekso sudah tidak mungkin digunakan.

27

Wawancara dengan Bapak Gunawan tanggal 25 Juni 2012 jam 09.00wib bertempat di Kalirejo, Samigaluh, Kulon Progo.

28

Djamhari, Saleh A., op.cit., hlm. 166. 29

Ibid,. hlm. 167.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keberhasilan utama Belanda yang dinilai sangat vital adalah menangkap beberapa tokoh penting seperti Pangeran Notodiningrat salah seorang pemimpin pasukan elite Bulkiya dan Kyai Mojo, orang kedua dibalik Perang Jawa yang berkecamuk. Tokoh – tokoh utama yang mulai tertangkap oleh Belanda membuat kemenangan sudah di depan mata. Meskipun begitu perjuangan pasukan Diponegoro belum berhenti, mereka terus berjuang sampai bisa mewujudkan cita – cita perjuangan suatu hal yang juga tertanam dihati rakyat. Kini tujuan utama Belanda adalah terus menerus melemahkan kekuatan pasukan Diponegoro. Satu satu persatu menangkap tokoh – tokoh penting melalui usaha diplomasi dengan cara Belanda. Selain itu Belanda juga melakukan upaya memunculkan kejenuhan bagi pasukan Diponegoro dengan perang yang tidak berhenti.

Perang Jawa memberikan efek yang hebat bagi Masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa khususnya Masyarakat Dekso memperlihatkan bagaimana mereka melawan keadaan yang tidak enak yang ditimbulkan oleh Belanda dengan ikut dalam perjuangan mengembalikan kondisi kehidupan yang aman, nyaman dan damai. Belanda adalah simbol kekuatan Eropa yang ingin menguasai Jawa termasuk seluruh isi didalamnya. Salah satu hal yang tidak bisa ditawar adalah menyangkut jati diri Masyarakat Jawa. Perang Jawa merupakan perwujudan nyata usaha menegakan kembali nilai – nilai budaya jawa. Masyarakat Dekso menjadi simbol usaha menegakan kembali budaya Jawa.

77

Dokumen terkait