• Tidak ada hasil yang ditemukan

Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada Tahun 2016

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

5. Perlintasan Indarung – Bukit Putus

5.1 Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016 yang terdiri dari 28 orang masinis didapatkan hasil bahwa sebanyak 16 orang (57.1%) mengalami MSDs kategori rendah, 9 orang (32,1%) mengalami MSDs kategori sedang dan yang mengalami MSDs kategori tinggi sebanyak 3 orang (10,7%).

Sementara itu keluhan Musculoskeletal itu sendiri merupakan keluhan rasa tidak nyaman pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Keluhan muncul diakibatkan oleh otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada ligamen, sendi dan tendon.

Hasil ini didapatkan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Tarwaka (2015) yang menyatakan bahwa keluhan Musculoskeletal Disorders adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Metode Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki. Setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian Nordic Body Map maka langkah berikutnya adalah menghitung total skor individu dari seluruh sistem Muskuloskeletal. Selanjutnya keluhan

57

Musculoskeletal Disorders akan dikategorikan berdasarkan skor yang diperoleh pada masing-masing masinis, yaitu sebagai berikut:

0. Kategori rendah untuk skor 0-20 1. Kategori sedang untuk skor 21-41 2. Kategori tinggi untuk skor 42-62 3. Kategori sangat tinggi untuk skor 63-84

Setelah dilakukan penelitian pada masinis yang berjumlah 28 orang diperoleh hasil bahwa 3 orang mengalami MSDs kategori tinggi, 9 orang mengalami MSDs kategori sedang dan 16 orang mengalami MSDs kategori rendah. Dilihat dari karakteristik individunya 3 orang masinis yang mengalami MSDs kategori tinggi berumur ≥ 35 tahun yaitu 2 orang diantaranya berumur 44 tahun dan sisanya 52 tahun. Telah bekerja > 10 tahun yaitu masing-masing 14 tahun, 19 tahun dan 27 tahun. Bekerja > 8 jam dalam sehari yaitu 2 orang diantaranya bekerja selama 8 jam 35 menit dan sisanya bekerja selama 9 jam 10 menit. Tiga orang masinis yang mengalami MSDs kategori tinggi memiliki kebiasaan merokok dan memiliki indeks masa tubuh tidak normal yaitu masing-masing 25.56, 25.36 dan 28.99. Sebaliknya masinis yang berumur < 35 tahun, masa kerja ≤ 10 tahun, lama kerja ≤ 8 jam dalam sehari, tidak merokok dan memiliki indeks masa tubuh normal juga ada mengalami keluhan Musculoskeletal Disorder tetapi hanya pada kategori rendah dan sedang, tidak ada yang mengalami MSDs kategori tinggi.

Masinis yang berumur ≥ 35 tahun mengalami keluhan MSDs lebih tinggi dikarenakan pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai

58

menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat dan terjadilah keluhan Musculoskeletal Disorders dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 3 orang. Masinis dengan masa kerja > 10 tahun (lama) 3 orang diantaranya mengalami tingkat MSDs lebih tinggi karena semakin lama masa kerja menunjukkan lamanya masinis terpapar getaran seluruh tubuh sehingga dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah yang lama kelamaan akan mengakibatkan nyeri otot sehingga terjadi keluhan Musculoskeletal Disorders. Lama kerja juga menunjukkan lamanya masinis tersebut terpapar getaran seluruh tubuh dalam satu hari, dari hasil penelitian 3 orang masinis yang mengalami MSDs kategori tinggi terjadi pada kelompok lama kerja > 8 jam dalam sehari. Hal tersebut juga terjadi pada kelompok masinis yang merokok, kebiasaan merokok akan mengakibatkan penurunan kapasitas paru-paru sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga akan menurun maka masinis tersebut akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadilah penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot yang disebut dengan Musculoskeletel Disorders. Semua masinis yang mengalami MSDs kategori tinggi memiliki indeks masa tubuh tidak normal yaitu melebihi 25 masing-masing 25.56, 25.36 dan 28.99, hal ini disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka didalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tembahan lainnya.

Karakteristik individu yang paling berperan dalam menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis adalah indeks masa tubuh, hal ini

59

dibuktikan oleh hasil uji statistik yang menujukkan nilai P paling kecil atau mendekati 0 yaitu 0.009, hal ini juga dibuktikan oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa seluruh masinis dengan indeks masa tubuh tidak normal (IMT >25) mengalami MSDs kategori tinggi. hal ini disebabkan oleh kondisi badan yang terlampau gemuk akan semakin berisiko untuk mengalami keluhan Muskuloskeletal, karena masinis yang mengalami kelebihan berat badan akan berusaha menyangga berat badan dengan mengontraksikan otot-otot.

Faktor lingkungan fisik pada tempat kerja masinis adalah getaran, setiap masinis bekerja mengemudi kereta api selalu terpapar getaran seluruh tubuh yang memapari masinis dari tempat duduk hingga ke seluruh tubuh. Getaran dapat mengakibatkan keluhan Musculoskeleteal Disorders karena getaran akan menyebabkan kontraksi otot statis yang akan mengurangi aliran darah secara kontinu selama kontraksi tersebut berlangsung. Masinis akan mengalami pengurangan aliran darah pada saat terpapar getaran seluruh tubuh sehingga oksigen pada otot akan berkurang yang akan meningkatkan asam laktat dan akan mempercepat terjadinya kelelahan otot. Pengukuran intensitas getaran seluruh tubuh pada masinis yang dilakukan pada 2 lokomotif masing-masing diperoleh hasil 0.0092 dan 0.0086, lokomotif 1 digunakan oleh 14 orang masinis dan lokomotif 2 juga digunakan oleh 14 orang masinis, hasil pengukuran menunjukkan bahwa intensitas getaran seluruh tubuh memiliki nilai dibawah nilai ambang batas, sedangkan diantara 28 orang masinis terdapat 3 orang mengalami MSDs kategori tinggi sehingga dapat ditarik kemungkinan bahwa meskipun nilai intensitas getaran seluruh tubuh pada masinis dibawah nilai ambang batas tetapi

60

terpapar dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan keluhan MSDs dengan kategori tinggi, sedang maupun rendah.

Berdasarkan hasil Nordic Body Map terdapat masinis yang mengeluh sangat sakit pada pantat, menurut keterangan masinis hal ini dikarenakan duduk terlalu lama pada saat bekerja, getaran seluruh tubuh yang memapari melalui tempat duduk juga mendukung untuk terjadinya keluhan sangat sakit pada bagian pantat. Selanjutnya yang paling banyak dikeluhkan sakit adalah bagian pinggang yaitu sebanyak 13 orang, yang paling banyak dikeluhkan agak sakit yaitu bagian kaki kiri dan kaki kanan yaitu sebanyak 18 orang dan yang paling banyak tidak ada keluhan yaitu bagian siku kiri, siku kanan, lengan bawah kiri dan betis kiri yaitu sebanyak 17 orang.

5.2 Hubungan Umur dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada Tahun 2016

Hasil uji statistik menggunakan Kolmogorov Smirnov pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat diperoleh nilai P< 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan Musculoskeletal Disorders. Masinis yang berumur <35 tahun mengalami MSDs kategori rendah sebanyak 10 orang dan MSDs kategori sedang sebanyak 1 orang, sedangkan masinis yang berumur ≥35 tahun yang mengalami MSDs kategori rendah sebanyak 6 orang, MSDs kategori sedang sebanyak 8 orang dan MSDs kategori tinggi sebanyak 3 orang. Masinis yang berumur ≥35 tahun cenderung memiliki keluhan MSDs lebih tinggi dibandingkan dengan masinis yang berumur <35 tahun. Hal ini diperjelas dari pernyataan yang diberikan oleh beberapa orang

61

masinis yang mengatakan bahwa semakin bertambahnya umur kekuatan otot atau kesehatan jasmani masinis semakin menurun sehingga keluhan selama bekerja lebih sering dirasakan.

Berdasarkan hasil diatas maka dapat digambarkan bahwa umur memiliki hubungan dengan keluhan MSDs dan dianggap faktor yang penting dalam menyebabkan terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders. Hal ini sejalan dengan Tarwaka (2015) yang menyatakan bahwa keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cindyastira (2014) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan keluhan Musculoskleletal Disorders pada pekerja unit produksi paving block CV Sumber Galian Makasar pada tahun 2014.

Penelitian Nusa (2013) juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara umur dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada sopir bus trayek Manado – Langowan di terminal karom basan pada tahun 2013.

5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada Tahun 2016

Hasil uji statistik menggunakan Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai P< 0.05 yang berarti masa kerja berhubungan secara signifikan dengan keluhan MSDs pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada tahun 2016. Pada kelompok masa kerja ≤10 tahun terdapat 10 orang masinis yang mengalami MSDs kategori rendah dan 1 orang masinis mengalami MSDs kategori sedang, sedangkan pada kelompok masa kerja >10 tahun terdapat

62

6 orang yang mengalami MSDs kategori rendah, 8 orang mengalami MSDs kategori sedang dan 3 orang mengalami MSDs kategori tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat penelitian, masinis bekerja terpapar getaran seluruh tubuh setiap hari, getaran merupakan salah satu penyebab sekunder terjadinya Musculoskeletal Disorders, getaran ini memapari seluruh tubuh masinis sehingga dapat mengakibatkan efek fisiologis seperti Musculoskeletal Disorders. Dilihat dari hasil pengukuran intensitas getaran yang dilakukan pada masinis dengan menggunakan Vibration Meter didapatkan hasil bahwa nilai intensitas getaran di lokomotif kereta api dibawah nilai ambang batas yaitu 0.5 m/s2. Meskipun nilai intensitas getaran dibawah nilai ambang batas namun masinis selalu terpapar getaran seluruh tubuh pada saat bekerja, hal ini menyebabkan masa kerja memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia divisi regional II Sumatera Barat.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono (2009), yang mengemukakan bahwa tekanan melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan – tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut – larut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis.

63

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diberikan penjelasan bahwa masa kerja memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan MSDs dan dianggap faktor yang penting dalam terjadinya keluhan MSDs. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2009) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada buruh angkut sayur di Pedamaran pasar Johar tahun 2009. Hal ini juga sejalan dengan Ohlsson et.al. (1989) dalam Zulfiqor (2010) yang menyatakan bahwa penyakit MSDs ini merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi, jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs.

5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada Tahun 2016.

Hasil uji statistik Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai P > 0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia divisi regional II Sumatera Barat tahun 2016. Hal ini diperkuat oleh pernyataan masinis yang menyatakan bahwa keluhan yang dirasakan dapat hilang ketika setelah beristirahat sehingga lama kerja tidak memiliki hubungan dengan keluhan MSDs terjadi karena masinis dapat menyesuaikan jam kerja dengan jam istirahat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nusa (2013) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

64

Cindyastira (2014) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada tenaga kerja unit produksi paving block CV sumber galian Makasar tahun 2014.

5.5 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Musculoskeletal