• Tidak ada hasil yang ditemukan

Musik Pop Dalam Katekese Kaum Muda

BAB IV KATEKESE KAUM MUDA DENGAN MENGGUNAKAN

B. Musik Pop Dalam Katekese Kaum Muda

Musik ini berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an dan banyak digemari masyarakat khususnya kaum muda atau remaja. Grup musik pop sering disebut dengan sebutan band yang menggunakan peralatan elektronik atau modern. Instrumen yang wajib ada dalam bentuk grup sederhananya antara lain, drum, gitar melodi dan rhythm, keyboard, dan bass gitar.

Musik pop umumnya memiliki bentuk yang lebih sederhana dan memiliki syair yang lebih pendek. Selain itu, komposisi musiknya tidak terlalu kompleks dengan rentan nada yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah.

c. Musik Dangdut

Musik dangdut lebih lebih akrab dengan pendengarnya sebab dengan mendengarkan musik dangdut orang cenderung untuk bergoyang. Dibandingkan dengan musik pop, rock atau jazz dangdut mempunyai kekhasannya tersendiri, selain erotik dan sensual musik dangdut mempunyai gendang yang merupakan aransemen yang ampuh (Soeharto, 1977: 29).

Musik ini sudah ada sejak dulu di Indonesia, sehingga tidak asing lagi di telinga kita. Ciri-ciri dangdut: melodi dan harmoni sederhana, tangga nada cenderung minor, ekspresi berdasarkan keserasian lirik, beat konstan, lebih menekankan keindahan gerak.

d. Musik Rock

Musik rock adalah jenis aliran musik yang dipengaruhi dari pola boogie-woogie sebagai kesinambungan blues dan berakar dari musik country. Penemunya

adalah Fat Domino. Instrumen musik yang dominan pada musik rock adalah gitar dengan efek distorsi yang keras serta amplifier-nya, bass & gitar elektrik merupakan instrumen yang dipelopori oleh merk Fender pada tahun 1951. Piano dan organ elektrik, synthesizer, dan drum set merupakan instrumen yang turut melengkapinya.

Dalam perkembangannya, musik rock memiliki beberapa aliran atau jenis genre yang di antaranya metal, punk, alternative, grunge. Di Indonesia sendiri musik rock berkembang dengan pesat dan terkenal dari tahun 70-an dengan grupnya antara lain, God Bless, Rawe Rontek, Gang Pegangsaan, dan lain-lain. Perkembangan musik Rock tidak lepas juga dari produksi rekaman Log Zelebour di bawah naungan logiss record-nya. Walau kemudian sempat meredup beberapa waktu, musik ini bangkit kembali di tahun 2000-an. Beberapa musik band rock yang berkembang akhir-akhir di Indonesia antara lain Seuries, Boomerang, Jamrud, Edane, dan sebagainya.

Jenis musik ini awalnya di Indonesia mendapat kritik dan cercaan masyarakat, termasuk di Amerika sendiri tempat tumbuhnya musik ini. Namun pada akhirnya dalam perkembangannya, musik rock dapat diterima sebagai musik zaman sekarang atau musik modern. Ciri-cirinya: area nada luas, kekuatan terletak pada dinamika aransemen, lagu sulit disenandungkan, lirik lagu ekspresif, beat cenderung keras, tempo lambat terkadang juga cepat.

e. Musik Keroncong

Keroncong adalah jenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan jenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik hingga akhir abad ke-16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di nusantara. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak

dan opsir Portugis dari daratan India (Goa), Tugu (tempat berdirinya padrao Sunda-Portugis) serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang (http://www.wikipedia.org/ accesse on September 30, 2009 ).

f. Musik Country

Country atau Western adalah sebutan untuk jenis musik komersial dari daratan Amerika Utara dan diduga semula banyak dinyanyikan oleh kaum imigran kulit putih. Musik tersebut menunjukkan ciri-ciri musik tradisional dari Skotlandia, Inggris dan Jerman. Alat musik yang banyak digunakan dalam musik jenis ini adalah gitar dan benyo (Hoave, 1990: 714).

4. Fungsi Musik

Pada jaman sekarang tidak dapat dipungkiri bahwa hampir di setiap bidang kehidupan musik menunjukkan perannya yang essensial, baik secara langsung ataupun tidak. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan musik pada iklan suatu produk di televisi, teater, religi, sampai di bidang olahraga dan masih banyak lagi

peran musik dalam kehidupan manusia. Mungkin saat ini bisa dikatakan bahwa tidak ada bidang kehidupan yang tidak tersentuh oleh musik. Di bawah ini akan diuraikan beberapa fungsi musik dalam kehidupan manusia.

a. Sebagai Sarana Hiburan

Bagi penikmat musik, musik didengar untuk mengisi kekosongan waktu, atau ketika seseorang bekerja atau sedang mengerjakan tugas lain sambil mendengarkan musik. Dengan mendengarkan musik dapat dapat membantu kita dalam menghilangkan kejenuhan dalam bekerja. Jadi fungsi musik di sini sebagai hiburan semata

b. Sebagai Penyalur Emosi

Seseorang akan memilih musik tertentu berdasarkan susasana hati yang timbul misalnya ketika rindu kepada orang yang disayangi, kehilangan seseorang, ketika suasana hati sedang marah, sedih atau gembira tentu jenis musik yang didengarkan akan berbeda tergantung emosi yang sedang dirasakan.

c. Sebagai Ekspresi Fisik

Suatu waktu penulis pernah melihat beberapa konser musik di Indonesia, baik workshop instrumen maupun Grup Band, baik di salah satu Media Televisi ataupun pentas seni di sekolah, kampus dan sebagainya. Para penikmat musik atau penonton menunjukkan kecenderungan untuk menggerakkan fisiknya ketika pertunjukan berlangsung, ada yang menggoyangkan kepala, sekedar mengetuk-ngetuk jari bahkan ada yang paling ekstrim hingga menabrakkan tubuhnya ke sesama penikmat musik, dan tidak jarang bisa sampai terluka ataupun sampai berkelahi. Jadi fungsi musik bagi penikmat musik dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan ekspresi fisik manusia, karena merasa menjadi bagian dari musik itu sendiri.

d. Sebagai Sarana Mendekatkan Diri Pada Allah

Kita belajar dari Kitab Mazmur, kitab pujian yang berisi ungkapan hati yang penuh cinta kepada sang Pencipta. Mazmur tidak diciptakan oleh ahli kitab atau musisi hebat di zamannya tapi sebagian besar ditulis Daud, gembala domba (Saragih, 2008: 95). Potensi yang ada dalam diri manusia yaitu indra pendengaran menjadikan musik sebagai unggulan untuk dapat dimanfaatkan sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah. Melalui musik inilah manusia dapat mengungkapkan keindahan dan kebenaran yang dialami dan dirasakan sehingga dapat semakin mendekati dan mengenali Allah dalam jiwa setiap manusia. Oleh karena itu dengan keindahan musik inilah, Allah dapat dikenali dan dialami.

B. Budaya Pop 1. Kebudayaan

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Lain hal dengan Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (id.wikipedia.org accese on 20 july 2010).

Dari definisi kebudayaan berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang

terdapat dalam pikiran manusia. Sedangkan perwujudan dari hasil kebudayaan itu adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, baik berupa benda-benda yang bersifat nyata maupun tingkah laku, misalnya cara berperilaku, bahasa, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, sehingga dapat membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2. Budaya Pop

Budaya pop berarti budaya massa (mass culture). Artinya pengertian mengenai apa yang disebut populer sebagai the people atau rakyat, tidak berasal dari kalangan rakyat. Pengertian populer didesakkan dari kalangan tertentu, misalnya perusahaan besar atau korporasi media yang mempunyai tujuan komersial (Lukmantoro. Suara Merdeka. Selasa, 4 November 2003).

Beaudoin (1998: 22) berpendapat bahwa sejumlah fenomena budaya pop saat ini adalah musik, video, dunia maya, film, lagu populer, acara televisi, permainan papan, dan masih banyak lagi. Memang terkadang terjadi masalah dengan kebudayaan populer sebab sering hanya menekankan hal-hal yang sifatnya entertaining dengan kurang mengutamakan kedalaman nilai-nilai dan filosofi. Sebagai contoh ketika kebudayaan populer dipakai untuk mengusung spirit nasionalisme seringkali terjadi banyak benturan. Sebab, nasionalisme seringkali diidentikkan dengan hal-hal yang sakral, mulia, luhur, agung, dan penuh martabat. Sementara, kebudayaan populer sebaliknya.

Di Amerika Serikat, cinta akan bangsanya diekspresikan secara bebas misalnya pernah dalam pilpres ditampilkan wanita-wanita berpakaian bikini dengan motif bendera Amerika. Atau di Inggris, lagu kebangsaan ”God Save The

Queen” dinyanyikan dengan irama musik yang sangat nge-pop. Meskipun demikian, bila tetap menghormati martabat bangsa dan negara, kebudayaan populer termasuk musik pop jelas bisa sangat efektif dipakai untuk menanamkan semangat nasionalisme. Pada tahun 2006 silam grup band Cokelat sukses merilis album bertajuk ”Untukmu Indonesia” yang menampilkan lagu-lagu bertema cinta tanah air. Ternyata, masyarakat dan kawula muda pun menyukainya. Hal ini menjadi bukti bahwa dengan memanfaatkan kebudayaan populer kita dapat membangkitkan rasa kebangsaan (Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta 18 Agustus 2009).

Musik merupakan seni yang telah mengarungi masa ribuan tahun dengan turut berakar dan berperan di dalam perkembangan kehidupan dan kebudayaan manusia pada setiap zaman. Pada jaman sekarang ini musik telah menjadi salah satu bentuk budaya populer yang menjadi sarana komunikasi yang efektif dalam kehidupan sehari-hari. Ia mampu menyentuh hati para pendengarnya dan membuat mereka terpesona atasnya. Musik mampu mengemas suatu pesan yang bisa menjadi sesuatu baru dan memiliki kesan yang kuat (Batmomolin, 2003: 74).

C. Musik pop

Musik yang lahir dari sebuah karya seni memiliki berbagai keragaman jenis, bentuk serta mampu melampaui ruang dan waktu. Lagu pop adalah salah satu dari berbagai keragaman tersebut, dimana kehadirannya menjadi suatu fenomen tersendiri dalam sejarah perkembangan musik. Meskipun lagu pop dianggap sederhana, namun lagu ini tetap digemari oleh masyarakat luas. Dengan banyaknya kaset atau CD yang terjual dengan jumlah yang besar seolah

menegaskan bahwa lagu-lagu pop sungguh digemari oleh masyarakat luas. Kesederhanaan dari komposisi musik dan tema lirik justru memiliki daya tarik tersendiri dan mempesonakan yang luar biasa (Batmoolin, dkk., 2003: 77).

1. Pengertian Musik Pop

Apabila dilihat dari sejarahnya musik pop dapat didenifisikan sebagai musik yang diproduksi dan dijual secara massal (Dadang Rusbiantoro, 2008: 24). Musik pop dibangun berdasarkan satu aturan komposisi yang jelas, seperti sistem notasi, tangga nada, tekstur, serta instrumen yang dikenal masyarakat secara luas dan mudah dipelajari. Selain itu musik pop bersifat terbuka harmoni dan iramanya sangat mudah dipelajari. Pop musik merupakan sebuah istilah yang awalnya berasal dari sebuah singkatan dari "populer" biasanya dipahami secara komersial rekaman musik, sering berorientasi menuju pasar remaja, lagu-lagunya sederhana memanfaatkan inovasi teknologi untuk menghasilkan variasi baru dengan tema yang ada (http://www.wikipedia.org/accese on jully 20, 2010).

Menurut Adorno, musik populer diproduksi oleh kebudayaan yang didominasi oleh proses standarisasi dan pseudo-individualisasi. Standarisasi yang di maksud di sini adalah kemiripan yang sering terjadi pada lagu-lagu pop dan dicirikan oleh strukturnya yang dapat saling bertukar. Sedangkan untuk pseudo-individualisasi lebih menciptakan suatu hal yang baru bagi para pendengarnya dengan membuat lagu yang lebih bervariasi dan berbeda dengan lagu-lagu yang lain (Dadang Rusbiantoro, 2008: 25).

Musik adalah bahasa Universal, dan tak ada batasan dalam menyuarakannya. Apapun jenis dan bentuknya selama masih Do-re-mi-fa-so-la-si-do tetap wajib kita sebut sebagai karya musik. Misalnya lagu pop, sebuah lagu

juga dapat dikatakan sebagai musik karena lagu memiliki ragam nada atau suara yang berirama. Jadi lagu pop dapat didenifisikan sebagai gabungan nada atau suara dalam harmoni yang dipengaruhi oleh budaya populer. Harmoni sangat penting karena merupakan dasar dalam menghasilkan sebuah musik. Musik tak akan pernah mati, industri musik akan selalu hidup dan terus berkembang serta menjanjikan, apalagi jika sudah terkenal, entah. Poin yang terpenting adalah bersifat menjual dan memenuhi kebutuhan pasar.

2. Sejarah Musik Pop

Berdasarkan faham bahwa bunyi dari ritme sebagai materi dasar musik yang kebenarannya di dunia ini telah dikenal bersamaan dengan keberadaaan manusia, maka dapat dikatakan bahwa musik tak dapat dipisahkan dari manusia. Apalagi bila musik ditinjau dari fungsinya, musik dipakai untuk pelbagai kepentingan misalnya agama, politik dan pendidikan (Suka Harjana, 1983: 90-91). Perkembangan musik pop di Indonesia tidak terlepas dari sejarah nasional. Perkembangan itu diwarnai oleh datangnya kolonialisme barat melalui pergaulan sosial baik dalam lingkungan sempit maupun luas. Pengaruh barat ini berasal dari Amerika, Inggris, Protugis, Belanda dan Spanyol. Masuknya musik pop di Indonesia berawal dari masuknya pengaruh musik Amerika menjelang perang dunia II khususnya musik-musik hiburan yang disebut juga light music atau musik ringan.

Setelah itu baru pada tahun 60-an sejarah musik pop di Indonesia dimulai dengan adanya musik dari band Koes Plus. Tanpa adanya band tersebut musik pop di Indonesia tidak akan pernah ada. Koes Plus adalah grup musik Indonesia yang dibentuk pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara.

Grup musik yang terkenal pada tahun 70-an ini sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock ‘n roll di Indonesia. Sampai sekarang, grup musik ini kadang masih tampil di pentas musik membawakan lagu-lagu lama mereka, walaupun hanya tinggal dua anggotanya Yon dan Murry yang aktif. Lagu-lagu mereka banyak dibawakan oleh pemusik lain dengan aransemen baru. Sebagai contoh, Lex’s Trio membuat album yang khusus menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus, Cintamu T’lah Berlalu yang dinyanyikan ulang oleh Chrisye, serta Manis dan Sayang yang dibawakan oleh Kahitna (http://.student.umm.ac.id accesse on juni 30, 2010).

3. Ciri Musik Pop

Salah satu ciri musik pop adalah penggunaan ritme yang terasa bebas dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bass. Komposisi melodinya juga mudah dicerna. Musik pop dibedakan atas musik pop anak-anak dan musik pop dewasa. Musik pop anak umumnya memiliki bentuk yang lebih sederhana dan memiliki syair yang lebih pendek. Selain itu, komposisi musiknya tidak terlalu kompleks dengan rentan nada yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Tema syair musik pop anak-anak biasanya berkisar pada hal-hal yang mendidik, seperti mencintai orang tua, Tuhan, sekolah, dan tanah air. Sebaliknya, musik pop dewasa umumnya lebih kompleks dengan alunan melodinya lebih bebas dengan improvisasinya lebih banyak, namun ringan. Tema-tema syairnya pun lebih bervariasi, dari kehidupan remaja, percintaan, sampai masalah kritik sosial.

D. Musik Pop dan Kaum Muda 1. Kaum muda

a. Definisi Kaum Muda Pada Umumnya

Banyak sekali keanekaragaman pendapat mengenai batasan-batasan kaum muda. Berikut beberapa pengertian kaum muda menurut beberapa ahli: seperti yang diungkapkan oleh Mangunhardjana (1986: 11) yang menyetujui pengertian kaum muda menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa kaum muda mencakup anak-anak manusia dari umur 15 sampai 24 tahun.

Berbeda dengan Mangunhardjana, Tangdilintin (1984: 5) menyebut istilah kaum muda sebagai muda-mudi dengan batasannya sebagai berikut:

Muda-mudi dimaksudkan kelompok umur sexennium ketiga dan keempat dalam hidup manusia (kurang lebih usia 12-24 tahun). Bagi yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.

Shelton (1998: 10) yang mengutip definisi kaum muda dari persekutuan psikiater Amerika dalam Psychiatrik Glossary memberikan batasan sebagai berikut:

Kaum muda adalah suatu periode kronologis yang dimulai dengan proses psikis dan emosional yang membawa ke kematangan seksual dan psikososial, diakhiri dengan terbentuknya seorang individu yang telah mencapai kebebasan dan produktivitas sosial.

Dari beberapa gagasan di atas dapat disimpulkan bahwa kaum muda adalah sekelompok orang yang berumur 12-24 tahun. Bisa dikatakan bahwa kelompok ini berasal dari golongan pelajar hingga perguruan tinggi.

b. Permasalahan Kaum Muda

Sesuatu hal disebut masalah apabila hal tersebut membutuhkan suatu penyelesaian atau pemecahan. Seiring dengan proses perkembangan dan

pertumbuhan kaum muda dalam hal fisik, mental, maupun psikologis, mereka pun berusaha untuk mencari indentitas diri mereka. Dalam usahanya mencari identitas tersebut tak jarang mereka mengalami suatu tantangan atau kesulitan yang berasal dari diri mereka sendiri maupun dari luar misalnya lingkungan keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat.

Dalam usianya yang masih muda, mereka terkadang masih sulit untuk menerima diri apa adanya, tidak puas dengan penampilannya, kurang percaya diri, merasa rendah diri dan sulit untuk mengendalikan ego. Dalam menghadapi situasi hidup mereka banyak sekali menggunakan cara yang mereka lakukan baik itu yang bersifat positif maupun yang negatif.

c. Minat Kaum Muda

Kaum muda memiliki keinginan untuk diakui, ingin bebas, ingin dicintai, dan mempunyai potensi untuk berbakti. Keinginan-keinginan tersebut merupakan daya dorong dalam diri mereka agar dapat terwujud dalam tindakan positif walaupun terkadang pula dalam tindakan yang negatif. Oleh karena itu untuk mendukung minat kaum muda ini mereka membutuhkan suatu wadah atau tempat ataupun kelompok untuk menyalurkan aspirasinya. Melalui wadah atau kelompok tersebut mereka dapat menemukan dan membentuk diri serta mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi kaum muda yang berguna (Tangdilintin, 1984: 43).

2. Musik Dalam Kehidupan Kaum Muda.

Setiap kali kita berbicara tentang musik pop di Indonesia, kita tak bisa memisahkannya dengan gaya hidup. Musik pop sudah dianggap sebagai gaya hidup itu sendiri artinya, untuk menikmati gaya hidup heavy metal, anak muda di

berbagai kota kecil di Jawa Tengah misalnya Kendal, Kaliwungu, Batang dan sebagainya cukup mengadopsinya dengan memanjangkan rambut, mengenakan kaos hitam berhias sablon bintang metal seperti metallica dan sebagainya, sambil tentu saja mendengarkan musik gaduh riuh itu sesering mungkin. Selain itu untuk masuk ke dalam budaya J-Pop, tak harus pergi ke kawasan Harayuku Street di Jepang, namun cukup dengan mengenakan fashion gaya ‘tabrak lari’ yang memadukan semua unsur fashion secara kontras dan naïf. Seperti apa yang dikenakan sebagai kostum panggung duo cantik Ratu. Gaya hidup hip-hop girl yang serba seksi lengkap dengan irama dansa ala Britney Spears berikut gaya fashion mereka yang serba terbuka dan seksi, juga bukan hal yang baru bagi para gadis muda kita, dengan idola mereka; Agnes Monica, yang akhir-akhir ini dilanda hasrat untuk bisa go international. Di samping itu, kita tahu gaya yang cenderung ‘bohemian’, suka-suka gua dengan wacana pemikiran yang kritis pada beberapa masalah sosial, juga menjadi ‘prinsip’ para pecinta berat Iwan Fals. Semua ini menunjukkan bahwa musik pop di Indonesia kini bukan lagi tampil sebagai sekedar produk budaya pop, yang bermula dari faktor kebutuhan namun sudah termodifikasikan sedemikian rupa, dari luar-dalam, hingga menjadi suatu hal yang tak bisa dilewatkan dalam kehidupan kaum muda kita.

Mackay (1997) dalam bukunya yang berjudul Consumption and Everyday Life tentang kajian gaya hidup dan budaya pop yang cukup berpengaruh, menjelaskan setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai ciri bagi redefinisi budaya pop dan maknanya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: dimana apa yang masih ngetren atau apa yang sudah tidak musim, sejauh mana lagu pop cukup asyik dinikmati, kaitan dengan pengalaman hidup sehari-hari. Misalnya

lirik lagu SMS-nya Trio Macan yang akrab dengan gejala SMS-mania di kalangan anak muda dan faktor lain yang cukup terkait, yakni warna musik atau makna lirik yang dianggap mewakili citra dan hasrat seseorang secara personal. Karena itu eksistensi musik pop tak bisa dipisahkan dari gaya hidup dan fashion, sebagai habitat alaminya. Bahkan keberadaan dua unsur lain itu, gaya hidup dan fashion, akhirnya menjadi satu bagian tak terpisahkan sebagai sebuah produk kultur modernisme.

3. Tanggapan Kaum Muda Terhadap Musik

Musik pop bagi kaum muda sudah seperti darah dan daging dalam kehidupan mereka, karena musik pop sungguh sudah melekat dalam kehidupan kaum muda. Dengan kata lain bahwa musik pop ini sebagai sarana perkembangan kepribadian mereka juga sebagai sarana hiburan, relaksasi, dan juga sebagai pembentukan suasana baik suasana religius ataupun susana hati sesuai dengan yang dialami saat itu. Seperti yang dituliskan oleh Salim (1994:13) dalam majalah Umat Baru bahwa musik dapat menimbulkan kesan kesedihan tanpa dapat menerangkan apa penyebab timbulnya rasa tersebut. Di sini musik tidak hanya dapat menimbulkan kesan-kesan yang umum tetapi juga pikiran yang khusus, dan

Dokumen terkait