• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian MGMP

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni guru harus mampu meningkatkan kompetensinya secara berkelanjutan. Sehubungan dengan hal tersebut, agar proses peningkatan kualifikasi tersebut terprogram serta telaksana dengan baik, diperlukan wadah pembinaan guru PAI yang mandiri dan profesional.

Wadah pembinaan guru yang sudah ada yaitu kelompok Kerja Guru (KKG) PAI untuk guru PAI SD/MI/SDLB dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk guru PAI SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam disingkat MGMP PAI adalah “wadah kegiatan professional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada SLTP dan SLTA.21

Dalam pengertian lain MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) PAI merupkan wadah kegiatan profesional bagi para guru mata pelajaran yang sama pada jenjang SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK di tingkat kabupaten/kota yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah.22

MGMP PAI intinya adalah musyawarah sebagai proses interaksi edukatif. Prinsip musyawarah ini sangat ditekankan dalam Islam sehingga harus senantiasa ditegakkan. Karena dengan musyawarah itulah, manusia saling memberi kesempatan dan saling menerima pendapat, sekaligus sebagai pemenuhan hak-hak sesama manusia.

21

Mahmud saptal, http://mahmud-sapsal.blogspot.com/2010/09/musyawarah-guru-mata-pelajaran_18.html, 18 okteber 2012.

22

Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama 2011, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam (PAI), Standar Operasional dan Prosedur Penyelenggaraan KKG PAI SD dan MGMP PAI SMP, SMA dan SMK. Hal. v

Untuk itu, Allah swt., berfirman dalam QS : 3 (Ali Imran) ; 159.23                    

…, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Prof Hamka Menjelaskan tentang QS. Ali Imran ini, dalam ayat ini bertemulah pujian yang tinggi dari Allah terhadap Rasul-Nya, karena sikapnya yang lemah lembut, tidak lekas marah kepada ummatNya yang tengah dituntun dan dididiknya iman mereka lebih sempurna. Sudah demikian kesalah beberapa orang yang meninggalkan tugasnya, karena laba akan harta itu, namun Rasulullah tidaklah terus marah-marah saja. Melainkan dengan jiwa besar mereka dipimpin.24

Dalam ayat ini Allah menegaskan, sebagai pujian kepada Rasul, bahwasanya sikap yang lemah lembut itu, ialah karena ke dalam dirinya telah dimasukkan oleh Allah rahmatNya. Rasa rahmat, belas kasihan, cinta kasih itu telah ditanamkan Allah ke dalam diri beliau, sehingga rahmat itu pulalah yang mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin

Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.

Disamping itu Nabi Muhammad selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum muslimin patuh melaksanakan putusan – putusan musyawarah itu karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap

23

Alhidayah, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Banten : Penerbit Kalim), Hal. 72

24

berjuang dan berjihad dijalan Allah dengan tekad ayng bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.25

M. Quraish Shihab di dalam Tafsirnya al-Misbah menyatakan bahwa ayat ini diberikan Allah kepada Nabi Muhammad untuk menuntun dan membimbingnya, sambil menyebutkan sikap lemah lembut Nbi kepada kaum muslimin, khususnya mereka yang telah melakukan pelanggaran dan kesalahan dalam perang uhud itu. Sebenarnya cukup banyak hal dalam peristiwa Perang Uhud yang dapat mengandung emosi manusia untuk marah, namun demikian, cukuo banyak pula bukti yang menunjukan kelemah lembutan Nabi saw. Beliau bermusyawarah dengan mereka sebelum memutuskan perang, beliau menerima usukan mayoritas mereka, walau beliau kurang berkenan, beliau tidak memaki dam mempersalahkan para pemanah yang meninggalkan markas mereka, tetapi hanya menegurnya dengan halus, dan lain lain.

Jika demikian, maka disebabkan rahmat yang amat besar dari Allah, sebagaimana dipahami dari bentuk infinitif (nakirah) dari kata rahmat, bukan oleh satu sebab yang lain sebagaiman dipahami dari huruf (ام) maa yang digunakan disini dalam kontek penetapan rahmat-Nya – disebabkan karena rahmat Allah itu – engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau berlaku keras, buruk perangai, kasarkata lagi berhati kasar tidak peka terhadap keadaan orang lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, disebabkan oleh antipati terhadapmu. Karena perangimu tidak seperti itu maka maafkanlah

kesalahan – kesalahan mereka yang kali ini mereka lakukan, mohonkanlah ampunan kepada Allah bagi mereka atas dosa-dosa yang mereka lakukan dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, yakni dalam urusan peperangan daln urusan dunia, bukan urusan syari’at atau agama. Kemudian apabila engkau telah melakukan hal-hal di atas dan telah membulatkan tekad,

25

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 2 Juz 4-5-6. (Jakarta: Kementrian Agama RI. . 2009) hlm. 67, lihat juga Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 2 Juz 4-5-6. (Jakarta: Kementrian Agama RI.2010) hlm. 67

melaksanakan hasil musyawarah kamu, maka laksanakanlah sambil bertawakal kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya, dengan demikian Dia akan membantu dan membimbing mereka kearah apa yang mereka harapkan.

Firman-Nya: maka disebabkan rahmat yang amat besar dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka dapat menjadi salah satu bukti bahwa Allah sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi Muhammad saw, sebagaimana sabda Beliau : “Aku didik oleh tuhan-Ku, maka sungguh baik hasil pendidikan-Nya”. Kepribadian beliau dibentuk sehingga bukan hanya pengetahuan yang Allah limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu al-Qur’an, tetapi juga qalbu beliau disinari, bahkan totalitas wujud beliau merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Adapun kandungan dari QS. Ali „Imran ayat 159 adalah sebagai berikut:

Pertama: Para ulama berkata, “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi -Nya dengan perintah-perintah ini secara berangsur-angsur. Artinya, Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan mereka atas kesalahan mereka terhadap beliau. Setelah mereka mendapat maaf, Allah SWT memerintahkan beliau utnuk memintakan ampun atas kesalahan mereka terhadap Allah SWT. Setelah mereka mendapat hal ini, maka mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam segala perkara”.

Kedua: Ibnu „Athiyah berkata, “Musyawarah termasuk salah satu kaidah syariat dan penetapan hokum-hukum. Barangsiapa yang tidak bermusyawarah dengan ulama, maka wajib diberhentikan (jika dia seorang pemimpin). Tidak ada pertentangan tentang hal ini. Allah SWT memuji orang-orang yang beriman karena mereka suka bermusyawarah dengan firman Nya “sedang urusan mereka (diputuskan dengan musyawarat antara mereka”

Ketiga: Firman Allah SWT: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka

dalam urusan itu”. Menunjukkan kebolehan ijtihad dalam semua perkara dan menentukan perkiraan bersama yang didasari dengan wahyu. Sebab, Allah SWT mengizinkan hal ini kepada Rasul-Nya. Para ulama berbeda pendapat tentang

makna perintah Allah SWT kepada Nabi-Nya ntuk bermusyawarah dengan para sahabat beliau.

Sekelompok ulama berkata, “Musyawarah yang dimaksudkan adalah dalam hal taktik perang dan ketika berhadapan dengan musuh untuk menenangkan hati mereka, meninggikan derajat mereka dan menumbuhkan rasa cinta kepada agama mereka, sekalipun Allah SWT telah mencukupkan beliau dengan wahyu-Nya dari pendapat mereka”.26

Kelompok lain berkata, “ Musyawarah yang dimaksudkan adalah dalam hal yang tidak ada wahyu tentangnya,” pendapat ini diriwayatkan dari Hasan Al Basri dan Dhahak. Mereka berkata, “Allah SWt tidak memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk bermusyawarah karena Dia membutuhkan pendapat mereka, akan tetapi Dia hanya ingin memberitahukan keutamaan yang ada di dalam musyawarah kepada mereka dan agar umat beliau dapat menauladaninya.27

Keempat: Tertera dalam tulisan Abu Daud, dari Abu Hurairah ra. Dia berkata. “Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Orang yang diajak bermusyawarah adalah orang yang dapat dipercaya”. Para ulama berkata, “Kriteria orang yang layak untuk diajak musyawarah dalam masalah hokum adalah memiliki ilmu dan mengamalkan ajaran agama. Dan criteria ini jarang sekali ada kecuali pada orang yang berakal”. Hasan berkata, “Tidaklah sempurna agama seseorang selama akalnya belum sempurna”.28

Maka apabila orang yang memenuhi criteria di atas diajak untuk bermusyawarah dan dia bersungguh-sungguh dalam memberikan pendapat namun pendapat yang disampaikannya keliru maka tidak ada ganti rugi atasnya. Demikian yang dikatakan oleh Al Khaththabi dan lainnya.

Kelima:keriteriaorang yang diajak bermusyawarah dalam masalah

kehidupan di masyarakat adalah memiliki akal, pengalaman dan santun kepada

26

penerjemahm Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin

Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hal. 624

27

penerjemah Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir Al-Qurthubi,,,. Hal 624

28

penerjemah Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir Al-Qurthubi,,,. Hal 625

orang yang mengajak bermusyawarah. Sebagian orang berkata, “Bermusyawarahlah dengan orang yang memiliki pengalaman, sebab dia akan memberikan pendapatnya kepadamu berdasarkan pengalaman berharga yang pernah dialaminya dan kamu mendapatnya dengan cara gratis”.

Keenam: Dalam musyawarah pasti ada perbedaan pendapat. Maka, orang yang bermusyawarah harus memperhatikan perbedaan itu dan memperhatikan pendapat yang paling dekat dengan kitabullah dan sunnah, jika memungkinkan. Apabila Allah SWT telah menunjukkan kepada sesuatu yang Dia kehendaki maka hendaklah orang yang bermusyawarah menguatkan tekad untuk melaksanakannya sambil bertawakal kepada-Nya, sebab inilah akhir ijtihad yang dikehendaki. Dengan ini pula Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya dalam ayat ini.

Ketujuh: Firman Allah SWT “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah”. Qatadah berkata, “Allah SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya apabila telah membulatkan tekad atas suatu perkara agar melaksanakannya sambil bertawakal kepada Allah SWT, bukan tawakal kepada musyawarah mereka.

Kedelapan: Firman Allah SWT“Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”.

Tawakal artinya berpegang teguh kepada Allah SWT sembari menampakkan kelemahan. Para ulama berbeda pendapat tentang Tawakal. Suatu kelompok sufi berkata, “Tidak akan dapat melakukannya kecuali orang yang hatinya tidak dicampuri oleh takut kepada Allah, baik takut kepada bintang buas atau lainnya dan hingga dia meninggalkan usaha mencari rezeki karena yakin dengan jaminan Allah SWT.”29

Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala urusan, termasuk MGMP PAI sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling tukar pikiran, tukar pengalaman dan untuk memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan tugas profesional guru. Guru Pendidikan Agama Islam dengan

29

Penerjemah Dusi Rosyadi, Nashirul Haq, Fathurrahman, editor, Ahmad Zubairin Tafsir Al-Qurthubi,,,. Hal 628

mudah dapat menemukan pengetahuan yang dapat membantu dalam pelaksanaan tugas secara lebih efektif.

B. Landasan MGMP

Untuk menjabarkan tujuan pendidikan Nasional, pemerintah melalui peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dan peraturan pemerintah no. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dan Peraturan-peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, bahwa pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan: (i) menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanannya dan ketakwaaannya kepada Allah SWT, (ii) mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribada, cerdas, cermat, produktif, jujur, adil, etis, toleran, memelihara keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah bahkan keluarga peserta didik.30

Untuk mendukung dan merealisasikan tujuan pendidikan Nasional tersebut diperlukan seorang pendidik yang memiliki kualitas dan keprofesionalan dalam mendidik. Perlu adanya pembinaan untuk meningkatkan kualitas profesional guru, salah satunya melalui organisasi MGMP.

Sebagai organisasi formal MGMP memiliki landasan secara Undang-Undang dan memiliki peraturan tersendiri di dalam keorganisasiannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, BAB IV tentang guru, bagian kelima mengenai Pembinaan dan pengembangan pasal 32 menjelaskan :

a. Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier

30

Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI 2010, Pedoman Bantuan Operasional FKG, KKG, MGMP PAI pada sekolah. Hal 2

b. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kometensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

c. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional.

d. Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penugasan, penaikan pangkat, dan promosi.31

Bagian sembilan mengenai organisasi profesi dan kode etik dalam pasal 41 : a. Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen.

b. Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.

c. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.

d. Membentuk organisasi profesi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan Undang-Undang.

e. Pemerintah atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi oraganisasi profesi guru dalam pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan profesi guru.32

C. Fungsi dan tujuan MGMP PAI

MGMP sebagai wadah pembinaan profesional guru haruslah memiliki fungsi dan tujuan yang jelas, agar forum tersebut bisa bermanfaat bagi para pengurus dan anggotanya terlebih untuk meningkatkan profesional guru pendidikan agama Islam.

Fungsi MGMP PAI adalah sebagai berikut:

a. Dapat memberikan motivasi bagi guru-guru agar mengikuti setiap kegiatan di sanggar.

b. Dapat meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melakasanakan proses pembelajaran siswa sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.

c. Memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa.

d. Menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan proses pem belajaran siswa khususnya yang menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi dan sarana penunjang. e. Menganalisa proses pembelajaran siswa secara bersama untuk

kemudian mengambil langkah penyempurnaan.

31

Abdul Rozak, Pengembangan Profesi Guru, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Uin Syarif Hidayatullah) hal. 58

32

f. Menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan pembaharuan pendidikan dalam bidamg kurikulum, metodologi, administrasi, sistem evaluasi dan lain-lain.

g. Merencenakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan MGMP serta menetapkan tindak lanjutnya.

h. Menyalurkan aspirasi dan temuan-temuan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di lapangan kepada pihak terkait. 33

Dengan demikian dipahami bahwa eksistensi MGMP PAI merupakan wadah untuk memperoleh informasi dan pengalaman yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Adapun tujuan MGMP PAI, adalah untuk :

a. Menjadi forum konsultasi antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam

b. Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab sebagai pendidik agama Islam yang bertujuan menanamkan keimanan (Tauhid) dan ketaqwaan terhadap Allah swt.

c. Menumbuhkan kegairahan Guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam.

d. Memeratakan kemampuan dan kemahiran Guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar termasuk penguasaan berbagai metode belajar mengajar sehingga dapat menunjang usaha peningkatan pemerataan mutu Pendidikan Agama Islam

e. Menampung segala permasalahan yang dialami oleh GPAI dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan bertukar pikiran serta mencari cara penyelesaiannya sesuai dengan karakteristik pelajaran PAI, Sekolah dan Lingkungan.

f. Membantu GPAI dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan KBM PAI.

g. Membantu GPAI memperoleh informasi tehnis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan PAI, kebijaksanaan kurikuler PAI dan mata pelajaran yang bersangkutan.

h. Membantu GPAI untuk bekerjasama dalam meningkatkan kegiatan-kegiatan intra dan ekstra kurikuler PAI.

i. Memperluas wawasan dan saling tukar menukar informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti pengembangan ilmu

33

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Pelatihan Kerja Guru, (Jakarta, Proyek Pengdaan Sarana Pembinaan dan Penyempurnaan Dikmenum, 1991/1992), hal. 7

pengetahuan dan teknologi serta pengembangan metode/teknik mengajar PAI.34

Bertolak dari tujuan yang hendak dicapai MGMP PAI tersebut, dapat dipahami bahwa eksistensi MGMP PAI adalah untuk memberdayakan Guru PAI sehingga mampu melaksanakan tugas secara profesional, yaitu memiliki perangkat pembelajaran seperti Program Tahunan, Program Semester, Analisis Materi Pelajaran, Skenario Pembelajaran, dan Program Satuan Pengajaran, serta Analisis Hasil Evaluasi Belajar, serta penguasaan kelas dan penguasaan materi pelajaran.

Dengan memaksimalkan pembinaan program MGMP PAI diharapkan mampu membantu tugas guru bidang mata pelajaran PAI menuju guru yang professional.

D. Bentuk kegiatan MGMP

Hal-hal pokok yang menjadi agenda dalam kegiatan MGMP PAI adalah:

a. Kegiatan MGMP PAI dalam bidang kurikulum, meliputi : Pemahaman kurikulum, Klasifikasi materi Pendidikan Agama Islam, dan Penjabaran dalam topik-topik program semester

b. Kegiatan dalam bidang persiapan mengajar, meliputi : a). Penyusunan program tahunan dan program semester. b). Penyusunan program Satuan Pelajaran

c. Membahasan tentang metodologi PAI yang efektif dan efisien untuk masing-masing unsur pokok, seperti Keimanan, Akahlak, Ibadah, Alquran, Muamalah, Syariah, dan Tarikh

d. Pembahasan tentang alat dan media pembelajaran, meliputi :

a). Jenis-jenis alat dan media yang perlu dipakai dalam KBM PAI b). Penyediaan alat dan media

c). Cara penggunaan alat dan media Pendidikan Agama Islam.

34

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) pada SLTP dan SLTA, (Jakarta: Dikdasmen, 1994), hal 14-15

e. Pembahasan tentang evaluasi Pendidikan Agama Islam, meliputi : Sistem evaluasi, Teknik evaluasi, Cara menyusun soal, Sistem scoring, Tindak lanjut hasil evaluasi. 35

Bentuk kegiatan MGMP PAI sebagaimana yang telah diuraikan adalah berhubungan langsung dengan peranan dan tugas guru yang disertai persiapan dan perencanaan pembelajaran, memperbaiki dan mengubah cara mengajar sehingga menjadi efektif dan efisien, guna membangkitkan kreativitas siswa dan mewujudkan suasana yang kompetitif, mampu membelajarkan anak didik, sehingga memperoleh perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Hal-hal penting lainnya yang dibahas dalam kegiatan MGMP PAI adalah menyangkut :

a. Pembuatan atau penyusunan Lembar Kegiatan Siswa.

b. Permasalahan yang ditemui dalam PBM dan jalan keluarnya. c. Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah

d. Buku Pendidikan Agama Islam (buku teks pokok, buku teks pelengkap, buku pedoman guru, bauku bacaan, buku sumber).

e. Problema peserta didik. f. Kasus-kasus khusus. g. Kerjasama lintas sektoral.

h. Kerjasama lintas kelompok masyarakat i. Peraturan perundang-undangan.

j. Kegiatan studi banding dalam bidang pendidikan pendidikan k. Kegiatan karya wisata

l. Angka kredit (pemahaman peraturan tentang angka kredit, bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh angka kredit, dan prosedur memperoleh angka kredit, dan persyaratan usulan kenaikan pangkat)

m. Peranan agama dalam kehidupan modern.36

Kegiatan MGMP PAI sebagaimana yang telah diuraikan adalah berhubungan langsung dengan peranan dan tugas guru untuk membantu anak dalam menghadapi kesukaran yang tak teratasi.

35

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) pada SLTP dan SLTA, (Jakarta: Dikdasmen, 1994), hal 14-15

36

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Musyawarah,,,. (Jakarta:Dikdasmen, 1994), hal.16

Dari kegiatan-kegiatan MGMP PAI sebagaimana yang telah diuraikan tersebut dapat dirangkum menjadi 7 kegiatan pokok dalam hubungannya dengan tugas dan peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing, yaitu :

a. Diskusi tentang pokok-pokok materi pengajaran b. Pembicaraan tentang persiapan mengajar

c. Diskusi tentang metode pengajaran

d. Diskusi penggunaan alat dan media pengajaran e. Membicarakan penilaian hasil belajar siswa f. Pembicaraan tentang pembuatan LKS

g. Pembicaraan tentang pola-pola bimbingan yang disesuaikan dengan masalah siswa.

Dengan kegiatan tersebut, dapat dipahami bahwa Fungsi MGMP PAI adalah: a. Dapat memberikan motivasi bagi guru-guru agar mengikuti setiap

kegiatan di sanggar.

b. Dapat meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melakasanakan proses pembelajaran siswa sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.

c. Memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa.

d. Menunjang pemenuhan kebutuhan guru yang berkaitan dengan proses pem belajaran siswa khususnya yang menyangkut materi pembelajaran, metodologi, sistem evaluasi dan sarana penunjang. e. Menganalisa proses pembelajaran siswa secara bersama untuk

kemudian mengambil langkah penyempurnaan.

f. Menyebarkan informasi tentang segala kebijakan yang berkaitan dengan pembaharuan pendidikan dalam bidamg kurikulum, metodologi, administrasi, sistem evaluasi dan lain-lain.

g. Merencenakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan hasil kegiatan MGMP serta menetapkan tindak lanjutnya.

h. Menyalurkan aspirasi dan temuan-temuan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di lapangan kepada pihak terkait. 37

Dengan demikian dipahami bahwa eksistensi MGMP PAI merupakan wadah untuk memperoleh informasi dan pengalaman yang berhubungan

Dokumen terkait